Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL

ANTI KEKERASAN SEKSUAL

Di susun oleh:

Angelica Puspita (00000053793)

Dea Chrestella Setiawan (00000054146)

Gabriella Verencia (00000055762)

Jeanne Anggraini (00000053843)

Nisrina Salsabila (00000065488)

Sheryl Alessandra Helsa Kaurong (00000056020)

Yessha Aurelia (00000056989)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA
BAB I
LATAR BELAKANG

Kekerasan seksual terhadap perempuan merupakan masalah yang cukup


serius karena jumlah kasus kejadian semakin berkembang. Kekerasan seksual
merupakan isu penting dan rumit untuk diatasi. Kekerasan seksual dapat terjadi
dimana saja. Baik di lingkungan secara personal, artinya dilakukan oleh orang
yang memiliki hubungan darah (ayah, kakak, adik, paman, kakek), kekerabatan,
perkawinan (suami) maupun relasi intim (kekasih) dengan korban. Lingkungan
publik artinya korban dan pelaku tidak memiliki hubungan kekerabatan, darah
ataupun perkawinan (tidak saling mengenal). Pelaku bisa saja majikan, tetangga,
guru, teman sekerja, tokoh masyarakat atau pun orang yang tidak dikenal.
Kekerasan tidak mengenal tempat, dalam lingkup Negara, artinya pelaku kekerasan
adalah aparatur Negara dalam kapasitas tugas, kekerasan juga dapat terjadi.
Termasuk jika aparat Negara yang berada di lokasi tindak kekerasan namun tidak
berupaya untuk menghentikan atau justru membiarkan tindakan tersebut berlanjut
dan kian meningkat.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa ada 1.209 desa/kelurahan di
Indonesia yang memiliki kasus perkosaan dan kejahatan kesusilaan sepanjang
2021. Dari jumlah tersebut, provinsi dengan jumlah desa/kelurahan terbanyak yang
memiliki kasus perkosaan adalah Jawa Timur. Jumlahnya mencapai 99
desa/kelurahan. Jawa Barat dan Papua berada di urutan kedua dengan 96
desa/kelurahan terdapat kasus perkosaan. Kemudian, Nusa Tenggara Timur dan
Sumatera Utara masing-masing sebanyak 80 desa/kelurahan dan 75
desa/kelurahan. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
(PPPA) mencatat 10.247 kasus kekerasan terhadap perempuan sepanjang 2021, di
mana 15,2% adalah kekerasan seksual. Wanita dan anak-anak merupakan
kelompok paling potensial untuk menjadi target tindak kejahatan. Maka dari itu,
sudah seharusnya kita untuk saling menjaga dan membantu mengurangi tingkat
kasus kekerasan seksual dengan belajar mengenai dampak dan bahayanya.
TUJUAN

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, kegiatan pembuatan


video pendek ini bertujuan :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan yang akan
dikumpulkan saat UAS
2. Untuk memberikan gambaran tentang seberapa besar dampak yang
dapat ditimbulkan dari kekerasan seksual
3. Untuk mendorong masyarakat bersama-sama menolak kekerasan
seksual
4. Untuk menghadirkan tontonan yang mengedukasi bagi masyarakat

BAB II
Tahap-tahap Video
Video akan dibuat dalam bentuk video ajakan disertai dengan short movie dengan
durasi kurang lebih 5-7 menit dengan tema yang menekankan anti kekerasan
seksual terhadap perempuan.
Cast:
Pemeran 1
Pemeran 2
Pemeran 3

Scene 1 (Opening)
Anggota kelompok memberikan penjelasan awal mengenai tema yaitu kekerasan
seksual terhadap perempuan. Beberapa anggota kelompok menjelaskan apa itu
kekerasan seksual, seberapa tinggi tingkat kasus yang terjadi di Indonesia (kurang
lebih seperti latar belakang).
Scene 2 (Short Movie)
Pemeran 1 (korban) adalah orang yang pendiam. Setiap hari Ia hanya melakukan
aktivitas seperti biasa, bangun di pagi hari dan bersiap untuk kuliah, pulang, dan
tidur.
(scene Pemeran 1 bangun dan bersiap ke kampus)

Scene 3 (Short Movie)


Pemeran 2 dan 3 yang berperan sebagai teman dekat dari pemeran 1 memberikan
deskripsi (bercerita di depan kamera seperti sedang diwawancarai) mengenai
bagaimana pribadi Pemeran 1.
Dialog:
Pemeran 2: Aku udah temenan sama Pemeran 1 dari SMA dan kebetulan satu
kampus lagi sama Pemeran 1. Dia orangnya baik banget, ga pernah aku berantem
sama dia. Mukanya aja selalu ceria gitu tiap hari. Udah cantik, pintar, rajin, baik,
semua lengkap deh ada di dia. Iya, bener-bener ga pernah marah dia tuh. Tapi
baru-baru ini dia sering ga masuk, katanya sih sakit tapi aku sama Pemeran 3 ga
dibolehin jenguk dia di kost nya.
Pemeran 3: Aku temenan sama Pemeran 1 dari awal masuk kampus sih. Pemeran 1
dari awal kenal emang udah baik banget. Temen butuh apa selalu ditolongin selama
dia bisa. Wajar banyak cowok yang deketin dia. Walaupun dikenal pendiam, tapi
dia suka kok cerita dan ngobrol banyak sama kita. Tapi anehnya akhir-akhir ini dia
berubah drastis! Terakhir ke kampus aja mukanya murung, kaya kurang tidur,
ditanya kenapa tapi ga mau cerita. Baru kali ini dia kaya gitu.

Scene 4 (Short Movie)


(layar hitam)
Teks: Setelah diselidiki oleh kedua temannya, Pemeran 1 akhirnya bercerita bahwa
dirinya terkena pelecehan seksual oleh salah satu mahasiswa di kampusnya.
Scene 5 (Short Movie: reka ulang adegan)
(kamera menyorot bagian betis sampai kaki saja, Pemeran 1 masuk ke dalam
toilet, tanpa sepengetahuannya ada laki-laki yang ikut menyelinap masuk ke dalam
toilet yang sama)

Scene 6 (Short Movie)


(Pemeran 1 memberikan pernyataan apa yang dirasakannya setelah kejadian
tersebut menimpanya, dengan wajah yang diblur)
Pemeran 1: Saya… dilecehkan. Oleh orang yang tidak pernah berbicara dengan
saya sekalipun, oleh orang yang bahkan belum pernah saya lihat sebelumnya.
Rasanya sangat tidak adil semua ini terjadi kepada saya. Tiga minggu, tiga minggu
saya lalui hanya berdiam diri di kamar, menangis, menyakiti diri saya sendiri.
Sempat terbesit di pikiran saya untuk menyudahi hidup ini. Sulit bagi saya untuk
berani bercerita, bahkan ke orang terdekat saya sekali pun. Saya diancam, dibuat
bungkam. Tidak tahu apa yang akan terjadi pada saya ke depannya. Takut…
sakit… sedih… marah…

Scene 7 (Closing Anggota Kelompok)


Beberapa anggota kelompok memberikan kesimpulan mengenai betapa bahayanya
kekerasan seksual terutama pada perempuan dan penutup berupa ajakan kepada
semua yang menonton untuk selalu ikut berkontribusi dalam gerakan anti
kekerasan seksual.
BAB III
DESKRIPSI VIDEO
Pembuatan video pendek ini memiliki tema anti kekerasan seksual yang
akan mengandung pesan moral agar masyarakat sadar bahwa seberapa pentingnya
kekerasan seksual harus dilawan dan seberapa pentingnya korban harus dilindungi
dan didampingi serta didukung oleh orang sekitarnya. Korban tidak boleh sampai
merasa dirinya tidak pantas lagi di dunia ini. Di akhir video juga akan ditampilkan
kesimpulan dan ajakan kepada para penonton untuk ikut membantu mengurangi
kasus kekerasan seksual, dengan saling menjaga dan peduli dengan sesama di
sekitar. Dalam video juga terkandung beberapa nilai yang ada pada 5C, yaitu
caring dan credible. Nilai caring dimana kita menunjukkan rasa kepedulian kita
kepada sesama, menyadari ada yang berbeda darinya, mencoba menjenguk, dan
sebagainya. Nilai credible dimana kita dapat diandalkan dan dipercaya, menjadi
tempat bercerita secara terbuka dan pendengar yang baik.

BAB IV
KESIMPULAN
Kekerasan seksual bukanlah suatu hal yang biasa, kekerasan seksual adalah
bencana dan masalah yang sangat memprihatinkan dan harus ditanggapi, diatasi,
dan diberantas dengan serius. Hal ini dikarenakan kekerasan seksual dapat
memberikan dampak yang sangat buruk kepada korbannya, baik secara fisik
maupun mental. Untuk itu kekerasan seksual harus dilawan bersama. Nilai 5C
khususnya caring sangat berperan dalam membantu mengurangi kasus kekerasan
seksual di Indonesia ini. Dengan peduli dan peka terhadap sesama akan membuat
kita saling merasa terlindungi dan merasa aman berada di lingkungan manapun.
Mari bersama-sama mengurangi tingkat kekerasan seksual yang terjadi di
lingkungan kita dengan menimbulkan rasa peduli dalam diri masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai