Anda di halaman 1dari 3

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP STATUS PERKAWINAN SUAMI ISTRI

YANG TELAH BERPISAH RUMAH SELAMA BERTAHUN-TAHUN TANPA


PERCERAIAN
(Studi Kasus di kelurahan Manggala, kota Makassar)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Perkawinan merupakan sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk-Nya, baik


pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Ia adalalah suatu cara yang dipilih oleh
Allah SWT, sebagai jalan bagi makhluk-Nya untuk tumbuh dan berkembang biak
(memperoleh keturunan).

Kehadiran keturunan dalam hubungan rumah tangga merupakan anugerah Tuhan yang
seharusnya dipelihara dengan rasa kasih dan sayang. Karena dalam Undang-Undang Dasar
1945 Pasal 28 B (2) ditegaskan bahwa “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”

Untuk mewujudkan penciptaan manusia yang senantiasa tumbuh dan berkembang,


Islam telah menyediakan melalui jalur perkawinan sebagai langkah awal terbentuknya sebuah
keluarga. Lebih lugas, al-Quran menjelaskan, Allah SWT menciptakan manusia berpasangan
agar melangsungkan perkawinan yang akan memperoleh ketenangan (sakinah), rasa cinta
(mawadah), dan kasih sayang (rahmah). 1

Dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dalam pasal 1


menyebutkan bahwa perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 2 Kompilasi Hukum Islam (KHI)
memaknai perkawinan dengan sebuah akad yang sangat kuat atau mitsāqan ghalidhān untuk
mentaati perintah Allah SWT dan melaksanakannya adalah ibadah.

Hukum Islam memandang bahwa perceraian adalah sesuatu yang diperbolehkan,


namun pada prinsipnya Islam tidak mengehendaki putusnya ikatan perkawinan. Jika masih
terdapat jalan untuk memperbaikinya maka kedua belah pihak baik suami ataupun istri

1
“FIKIH MUNAKAHAT Hukum Perkawinan Dalam Islam.pdf,” t.t.
2
“Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,” t.t.
disarankan memusyawarahkan dan menyelesaikan persoalan tersebut dengan jalan terbaik.
Salah satu jalan yang dapat diambnil oleh pasangan suami isteri adalah pisah ranjang.

Pisah ranjang merupakan kondisi dimana pasangan suami dan isteri yang masih resmi
bersetatus menikah tetapi sudah tidak harmonis lagi, umumnya pasangan ini memutuskan
untuk tidak lagi tidur bersama dalam satu ranjang atau dalam satu rumah. Pisah ranjang dapat
menjadi sebuah pilihan bagi pasangan suami isteri sebagai upaya untuk merenungkan
permasalahan yang terjadi agar kemudian dapat berfikir dengan jernih.

Pisah ranjang bukan serta merta diartikan sebagai putusnya ikatan pernikahan sebab
keduanya masih dalam ikatan pernikahan yang sah, hanya saja memilih untuk tidak tidur
dalam satu ranjang. Islam mengistilahkan pisah ranjang sebagai al-hijr yang merupakan salah
satu upaya yang ditempuh oleh suami atas perilaku nusyuz isteri.

Setiap orang yang berumah tangga tentu selalu mengharapkan rumah tangga yang
rukun dan harmonis. Namun dalam menjalankan kehidupan berumah tangga tentu tidak
selalu mulus seringkali terjadi perselisihan yang disebabkan oleh berbagai faktor, salah
satunya adalah perbedaan pendapat antara suami dan isteri dalam menghadapi permasalahan
yang ada. Selain itu, permasalahan rumah tangga lainnya adanya pasangan suami isteri yang
tidak tinggal dalam satu atap yang sama, dikarenakan beberapa faktor; karena mencari nafkah
(bekerja), kembali kerumah orangtua, perselingkuhan, dan KDRT.

Akibat dari beberapa faktor tersebut maka timbullah pertengkaran sehingga tiada lagi
terwujud tujuan perkawinan tersebut. Tidak jarang mereka melakukan pisah ranjang, seperti
kasus yang terjadi pada satu keluarga di kelurahan Manggala, kota Makassar dimana suami
isteri bertengkar yang kemudian membuat mereka pisah ranjang bahkan tidak tinggal
serumah selama bertahun-tahun tanpa kejelasan status keluarganya. Berdasarkan latar
belakang di atas penulis tertarik untuk membahas masalah ini dalam skripsi berjudul
“Tinjauan Hukum Islam terhadap Status Perkawinan Suami Istri yang Telah Berpisah Rumah
Selama Bertahun-tahun Tanpa Perceraian (Studi Kasus di kelurahan Manggala, kota
Makassar)”

2. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, beberapa pokok persoalan yang dirumuskan
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana hukum islam mendefinisikan status perkawinan?
2. Apakah faktor yang mengakibatkan suami istri berpisah rumah selama bertahun-
tahun?
3. Apakah terdapat prosedur atau mekanisme hukum islam yang mengatur penyelesaian
konflik dalam kasus ini?
4. Bagaimana pandangan ulama atau otoritas keagamaan terkemuka terhadap status
perkawinan dalam konteks perpisahan rumah yang berlangsung lama?

3. Definisi Istilah
Untuk menghindari kekeliruan terhadap judul yang ada pada penelitian, penulis
perlu mendefenisikan beberapa istilah. Berdasarkan judul “Tinjauan Hukum Islam
Terhadap Status Perkawinan Suami Istri Yang Telah Berpisah Rumah Selama
Bertahun-Tahun Tanpa Perceraian”, maka ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan.
Istilah-istilah tersebut terdiri dari : Hukum Islam, Status Perkawinan, Suami Istri
1. Hukum Islam adalah sekumpulan aturan keagamaan, perintah-perintah Allah
yang mengatur perilaku kehidupan orang Islam dalam seluruh aspeknya.3
2. Status perkawinan merupakan salah satu persyaratan administrasi perkawinan di
Kantor Urusan Agama (KUA) yang wajib dicantumkan oleh kedua calon
pengantin agar pernikahannya dapat diselenggarakan.4
3. Hubungan suami istri adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada
pasangan suami dan istri yang telah menikah dan hidup bersama dalam sebuah
hubungan perkawinan. 5

3
Dr. Rohidin, S.H, M.Ag., BUKU AJAR PENGANTAR HUKUM ISLAM Dari Semenanjung Arabia hingga Indonesia
(Muhamad Nasrudin, t.t.).
4
Siti Nurul Fatimah T, “PENCANTUMAN STATUS PERKAWINAN DALAM ADMINISTRASI PERKAWINAN DI
KANTOR URUSAN AGAMA PERSPEKTIF MAQĀSHID SYARĪ’AH,” Al’adalah 23, no. 1 (26 April 2020): 79–92,
https://doi.org/10.35719/aladalah.v23i1.28.
5
Tin Herawati dkk., “Dukungan Sosial, Interaksi Keluarga, dan Kualitas Perkawinan pada Keluarga Suami Istri
Bekerja,” Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen 11, no. 1 (Januari 2018): 1–12,
https://doi.org/10.24156/jikk.2018.11.1.1.

Anda mungkin juga menyukai