Anda di halaman 1dari 17

Tugas Makalah kelompok

Mata Kuliah : Pancasila


Dosen : Mohammad ArdaniSamad, S.pd.,M.pd

ONTOLOGI PANCASILA

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK III

KELAS ARS B19

1. AYU AZHARI 201901075


2. SURIANTI 201901094
3. MICHELLE ALEXANDRA T 201901077
4. SALSABILA AMALIA.R 201901097

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PELAMONIA

MAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


A.PENGERTIAN ONTOLOGI

Secara ontologis, Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk


mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila terdiri atas lima sila memiliki
satu kesatuan dasar ontologis maksudnya setiap sila bukan merupakan asas yang berdiri
sendiri-sendiri.
Manusia merupakan pendukung pokok dari sila-sila Pancasila. Maksudnya pada hakikatnya
manusia memiliki hakikat mutlak yaitu monopluralis, atau monodualis sebagai dasar
ontologis Pancasila.

1.Aristoteles

Menurut Aristoteles ontologis adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu atau tentang
ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika.Untuk Aristoteles
ada 4 dimensi ontologi yang berbeda, menurut berbagai kategori atau cara menangani yang
sedang terjadi seperti kebenaran dan kesalahan misalnya, uang palsu dan emas yang palsu.

2. Suriasumantri (1985),

Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin..tahu
atau, dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”.
Telah..ontologis..akan..menjawab..pertanyaan-pertanyaan :

a) apakah..obyek..ilmu yang akanditelaah,

b) bagaimana..wujud yang hakiki..dari..obyek..tersebut, dan

c) bagaimana..hubungan..antara..obyek..tadi..dengan..daya..tangkap..manusia

seperti..berpikir, merasa, dan..menginderayang membuahkan..pengetahuan.

3. Soetriono&Hanafie (2007)

Ontologi yaitu merupakan azas dalam menerapkan batas atau ruang lingkup wujud yang
menjadi obyek penelaahan obyek ontologys atau obyek formal dari pengetahuan serta
penafsiran tentang hakikat realita (metafisik a) dari..obyek..ontologi atau obyek formal
tersebut dan dapat merupakan..landasan ilmu yang menanapayang dikaji oleh pengetahuan
dan biasanya berkaitan dengan alam kenyataan dan keberadaan.

4.The Liang Gie

Ontologi adalah bagian dari filsafat dasar yang mengungkap makna dari sebuah
eksistensi yang pembahasannya meliputi persoalan-persoalan.

5.Ensiklopedi Britannica Yang juga diangkat dari Konsepsi Aristoteles

Ontologi Yaitu teori atau studi tentang being wujud seperti karakteristik dasar dari
seluruh realitas.Ontologi sinonim dengan metafisika yaitu, studi filosofis untuk
menentukan sifatnyata yang asli (realnature) dari suatu benda untuk menentukan
artistruktur dan prinsip benda tersebut.

6.Secara sederhana..

Ontologi bias dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret
secara kritis. Bidang ontology menyelidiki tentang makna yang ada
(eksistensi..dan..keberadaan) manusia, benda, alam..semesta (kosmologi), metafisika.
Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila yang terdiri atas lima sila,
setiap sila bukanlah merupakan asas yang berdiri..sendiri sendiri,melainkan memiliki satu
kesatuan dasar ontologis.

Ontologi adalah bagian dari filsafat yang menyelidiki tentang hakikat yang ada. Menurut
Muhammad Noor Syam (1984: 24), sebelum manusia menyelidiki yang lain, manusia
berusaha mengerti hakikat sesuatu. Pancasila sebagai filsafat, ia mempunyai abstrak umum
dan universal. Yang dimaksud isi yang abstrak disini bukannya pancasila sebagai filsfat
yang secara operasionalkan telah diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, melainkan
sebagai pengertian pokok yang dipergunakan untuk merumuskan masing-masing sila.
1. Sila pertama, Ketuhana Yang Maha Esa

Sila pertama menjiwai sila-sila yang lainnya. Di dalam sistem pendidikan nasional
dijelaskan bahwa pendidikan nasional adalah pendidika yang berakar pada kebudayaan
bangsa Indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Dengan sila pertama ini kita
diharapkan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, juga merupakan bagian dari sistem
pendidikan nasional. Ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu untuk menjadikan
manusia beriman dan bertaqwa kepada Allah. Karena itu, di lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat ditanamkan nilai-nilai keagamaan dan Pancasila.

2. Silakedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab

Manusia yang ada dimuka bumi ini mempunyai harkat dan martabat yang sama, yang
diperlikan sesuai dengan nilai-nilai pancasila dan fitrahnya sebagai hamba Allah
(Darmodiharjo, 1988: 40). Pendidikan tidak membedakan usia, agama dan tingkat sosial
budaya dalam menuntut ilmu. Setiap manusia memiliki kebebasan dalam menuntut ilmu,
mendapat perlakuan yang sama, kecuali tingkat ketaqwaan seseorang. Pendidikan yang
harus dijiwai Pancasila sehingga akan melahirkan masyarakat yang susila, bertanggung
jawab, adil dan makmur baik spiritual maupun material.

3. Silaketiga, Persatuan Indonesia

Sila ketiga ini tidak membatasi golongan dalam belajar. Ini berarti bahwa semua golongan
dapat menerima pendidikan, baik golongan rendah maupun golongan tinggi, tergantung
kemampuannya untuk berpikir.

4. Silakeempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan atau Perwakilan

Sila keempat inis sering dikaitkan dengan kehidupan demokrasi. Dalam hal ini, demokrsai
sering diartikan sebagai kekuasaan ditangan rakyat. Bila dilihat dari dunia pendidikan,
maka hal ini sangat relevan, karena menghargai orang lain demi kemajuan. Disamping itu,
juga sesuai dengan UUD 1945 pasal 28 yang menyatakan kebebasan untuk mengeluarkan
pendapat baik lisan maupun tulisan. Jadi dalam menyusun pendidikan, diperlukan ide-ide
dari orang lain demi kemajuan pendidikan.

5. Silakelima, Keadilansosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Dalam sistem pendidikan nsional, maksud adil dalam arti yang luas mencakup seluruh
aspek pendidikan yang ada. Adil disini adalah adil dalam melaksanakan penddikan: antara
ilmu agama dan umum itu seimbang, serta pendidikan tidak boleh membeda-bedaka siswa.

B. DASAR-DASAR ONTOLOGI PANCASILA

Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki hakikat mutlak
yaitu monopluralis, atau monodualis, karena itu juga disebut sebagai dasar antropologis.
Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah..manusia.Hal tersebut dapat
dijelaskan bahwa yang Berketuhan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan
beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan sosial pada hakikatnya
adalah..manusia.Sedangkan manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara
ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa,
jasmani dan rohani. Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial serta sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Maka secara
hirarkis sila pertama mendasari dan menjiwai sila-sila Pancasila lainnya.Bidang ontologi
menyelidiki tentang makna yang ada (eksistensi dan keberadaan) manusia, benda, alam
semesta (kosmologi), metafisika. Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai filsafat
dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila.
Pancasila yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakan asas yang berdiri
sendiri-sendiri, malainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologism.

Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang Berketuhan Yang Maha Esa, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta yang
berkeadilan sosial pada hakikatnya adalah..manusia.Sedangkan manusia sebagai
pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu
terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani. Sifat kodrat manusia adalah
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial serta sebagai makhluk pribadi dan makhluk
Tuhan Yang Maha Esa. Maka secara hirarkis sila pertama mendasari dan menjiwai sila-sila
Pancasila lainnya.

Hubungan kesesuaian antara negara dan landasan sila-sila Pancasila adalah berupa
hubungan sebab-akibat: Negara sebagai pendukung hubungan, sedangkan Tuhan, manusia,
satu, rakyat, dan adil sebagai pokok pangkal hubungan. Landasan sila-sila Pancasila yaitu
Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil adalah sebagai sebab, dan negara adalah sebagai
akibat.

Hakikat kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua macam sudut
pandang:

1. kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau


jamak?
2. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut
memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan, bunga
mawar yang berbau harum.

Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau
kenyataan konkret secara kritis.

Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni Monisme, Dualisme, Materialisme,


Idealisme, Agnostisisme

Monisme: aliran yang mempercayai bahwa hakikat dari segala sesuatu yang ada adalah
satu saja, baik yang asa itu berupa materi maupun ruhani yang menjadi sumber dominan
dari yang lainnya. Para filosof pra-Socrates seperti Thales, Demokritos, dan Anaximander
termasuk dalam kelompok Monisme, selain juga Plato dan Aristoteles. Sementara filosof
Modern seperti I. Kant dan Hegel adalah penerus kelompok Monisme, terutama pada
pandangan Idealisme mereka.
Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan-lapangan penyelidikan filsafat yang
paling kuno. Pertama kali diperkenalkan oleh filosof Yunani bernama Thales atas
pernungannya terhadap air yang terdapat dimana-mana, dan sampai pada kesimpulan
bahwa “air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula dari segala sesuatu”.
Yang penting bagi kita bukanlah mengenai kesimpulannya tersebut melainkan
pendiriannya bahwa mungkin segala sesuatu berasal dari satu substansi saja.

Dualisme: kelompok ini meyakini sumber asal segala sesuatu terdiri dari dua hakikat, yaitu
materi(jasad) dan jasmani(spiritual). Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas dan
berdiri sendiri, sama-sama abadi dam azali. Perhubungan antara keduanya itulah yang
menciptakan kehidupan dalam alam ini. Contoh yang paling jelas tentang adanya kerja
sama kedua hakikat ini ialah dalam diri manusia.

Descartes adalah contoh filosof Dualis dengan istilah dunia kesadaran (ruhani) dan dunia
ruang (kebendaan). Aristoteles menamakan kedua hakikat itu sebagai materi dan forma
(bentuk yang berupa rohani saja). Umumnya manusia dengan mudah menerima prinsip
dualisme ini, karenaa kenyataan lahir dapat segera ditangkap panca indera kita, sedangkan
kenyataan batin dapt segera diakui adanya dengan akal dan perasaan hidup.

Materialisme: aliran ini menganggap bahwa yang ada hanyalah materi dan bahwa segala
sesuatu yang lainnya yang kita sebut jiwa atau roh tidaklah merupakan suatu kenyataan
yang berdiri sendiri. Menurut pahan materialisme bahwa jiwa atau roh itu hanyalah
merupakan proses gerakan kebendaan dengan salah satu cara tertentu.

Materialisme terkadang disamakan orang dengan naturalisme.Namun sebenarnya terdapat


perbedaan antara keduanya. Naturalisme merupakan aliran filsafat yang menganggap
bahwa alam saja yang ada, yang lainnya di luar alam tidak ada. (Tuhan yang di luar alam
tidak ada). Sedangkan yang dimaksud alam (natural) disana ialah segala-galanya meliputi
benda dan roh. Sebaliknya materialisme menganggap roh adalah kejadian dari benda, jadi
tidak sama nilainya dengan benda.

Filsafat Yunani yang pertama kali muncul juga berdasarkan materialisme, mereka disebut
filsafat alam (natuur filosofie). Mereka menyelidiki asal-usul kejadian alam ini pada unsur-
unsur kebendaan yang pertama. Thales (625-545 s.M) menganggap bahwa unsur asal itu
air. Anaximandros (610-545 s.M) menganggap bahwa unsur asal itu apeiron yakni suatu
unsur yang tak terbatas. Anaximenes (585-528 s.M) menganggap bahwa unsur asal itu
udara. Dan tokoh yang terkenal dari aliran ini adalah Demokritos (460-360 s.M) menggap
bahwa hakikat alam ini merupakan atom-atom yang banyak jumlahnya tak dapat dihitung
dan sangat halus. Atom-atom itulah yang menjadi asal kejadian peristiwa alam. Pada
Demokritos inilah tampak pendapt materialisme klasik yang lebih tegas.

Idealisme: idealisme merupakan lawan dari materialisme yang juga dinamakan


spiritualisme. Aliran menganggap bahwa hakikat kenyataan yang beraneka warna itu
semua berasal dari roh (sukma) atau yang sejenis dengan itu. Intinya sesuatu yang tidak
berbentuk dan yang tidak menempati ruang. Menurut aliran ini materi atau zat itu hanyalah
suatu jenis dari pada penjelmaan roh. Alasan yang terpenting dari aliran ini adalah
“manusia menganggap roh lebih berharga, lebih tinggi nilainya dari materi bagi kehidupan
manusia. Roh dianggap sebagai hakikat yang sebenarnya, sehingga materi hanyalah
badannya, bayngan atau penjelmaan saja.

Agnostisisme: pada intinya Agnostisisme adalah paham yang mengingkari bahwa manusia
mampu mengetahui hakikat yang ada baik yang berupa materi ataupun yang ruhani. Aliran
ini juga menolak pengetahuan manusia tentang hal yang transenden. Contoh paham
Agnostisisme adalah para filosof Eksistensialisme, seperti Jean Paul Sartre yang juga
seorang Ateis. Sartre menyatakan tidak ada hakikat ada (being) manusia, tetapi yang ada
adalah keberadaan (on being)-nya.

Istilah istilah terpenting yang terkait dengan ontologi adalah:

 yang-ada (being)
 kenyataan/realitas (reality)
 eksistensi (existence)
 esensi (essence)
 substansi (substance)
 perubahan (change)
 tunggal (one)
 jamak (many)

C.NILAI DAN ASPEK ONTOLOGI PANCASILA

Tuhan yang Maha Esa adalah sumber eksistensi kesemestaan. Ontologi ketuhanan bersifat
religius, supranatural, transendental dan suprarasional;

1. Ada – kesemestaan, alam semesta (makrokosmos) sebagai ada tak terbatas, dengan wujud
dan hukum alam, sumber daya alam yang merupakan prwahana dan sumber kehidupan
semua makhluk: bumi, matahari, zat asam, air, tanah subur, pertambangan, dan sebagainya;
2. Eksistensi subyek/ pribadi manusia: individual, suku, nasional, umat manusia (universal).
Manusia adalah subyek unik dan mandiri baik personal maupun nasional, merdeka dan
berdaulat. Subyek pribadi mengemban identitas unik: menghayati hak dan kewajiban dalam
kebersamaan dan kesemestaan (sosial-horisontal dengan alam dan sesama manusia),
sekaligus secara sosial-vertikal universal dengan Tuhan. Pribadi manusia bersifat utuh dan
unik dengan potensi jasmani-rohani, karya dan kebajikan sebagai pengemban amanat
keagamaan;
3. Eksistensi tata budaya, sebagai perwujudan martabat dan kepribadian manusia yang
unggul. Baik kebudayaan nasional maupun universal adalah perwujudan martabat dan
kepribadian manusia: sistem nilai, sistem kelembagaan hidup seperti keluarga, masyarakat,
organisasi, negara. Eksistensi kultural dan peradaban perwujudan teleologis manusia: hidup
dengan motivasi dan cita-cita sehingga kreatif, produktif, etis, berkebajikan;
4. Eksistensi bangsa-negara yang berwujud sistem nasional, sistem kenegaraan yang
merdeka dan berdaulat, yang menampilkan martabat, kepribadian dan kewibawaan
nasional. Sistem kenegaraan yang merdeka dan berdaulat merupakan puncak prestasi
perjuangan bangsa, pusat kesetiaan, dan kebanggaan nasional

D. CONTOH-CONTOH ONTOLOGI PADA KEHIDUPAN


Di zaman sekarang, begitu banyak model dan bentuk dari rumah.Bahkan, sudah sangat
umum rumah yang kita tempati saat ini bukan lagi berupa rumah yang berdiri menginjak
tanah seperti yang biasa ada sejak zaman dahulu, melainkan berupa rumah susun ataupun
apartemen yang dibangun bertingkat di sebidang lahan tertentu. Menurut Plato, realitasnya
adalah ide atau gambaran yang membuat kita selalu mengenali tentang rumah. Di tengah
begitu banyak bentuk atau model-model rumah, namun ide tentang rumah ini yang
membuat kita tetap mengenali bahwa apa yang kita lihat adalah rumah meskipun dari segi
bentuknya sudah banyak berubah. Kita akan tetap mengenalinya sebagai rumah dimana
sebuah keluarga pulang dan berkumpul serta menjadi tempat tujuan untuk pulang Maka,
jika kita membahas mengenai rumah yang sebelumnya, maka pertanyaannya adalah
bagaimana kita bias mengetahui bahwa sesuatu tersebut disebut sebagai rumah. Contoh lain
dari ontology adalah ontology tentang sahabat kita. Kita mungkin memiliki seorang sahabat
yang kita kenal sejak sekolah dasar .Setelah kita lama berpisah, kita bertemu kembali 15
tahun kemudian dalam sebuah acara. Saat bertemu kembali, kita mungkin melihat adanya
perubahan fisik dari sahabat kita itu, seperti terlihat lebih tua, lebih tinggi, lebih gemuk,
dan perubahan-perubahan lain yang mungkin terjadi secara fisik.Namun, terlepas dari
perubahan fisiknya, tetap ada sesuatu yang tidak berubah dari sahabat kita tersebut. Sesuatu
yang tidak berubah itulah membuat kita tetap bias mengenali danm engetahui bahwa dia
masih sahabat kita yang sama. Hal inilah yang disebut dengan ontology dari sahabat kita.

Apa saja yang kita lihat sehingga kita mengetahui bahwa benda yang sedang kita lihat
adalah benar-benar rumah. Misalnya, melihat dari fungsinya, lokasinya, atau tolak ukur
lainnya. Demikian halnya ketika kita bertemu dengan sahabat kita semasa sekolah dasar.
Dengan cara apa kita bias mengenali bahwa seseorang yang kita temui itu adalah sahabat
kita di masa sekolah dasar 15 tahun yang lalu. Apakah dari selera humornya yang masih
sama, dari cara dia makan, dari aspek-aspek identitas sosial yang dia miliki ataus ifat-sifat
lain yang kita kenali ada pada sahabat kita di masa sekolah dasar dan masih ada hingga saat
ini.
KESIMPULAN

Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal dari Yunani.
Study tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. TokohYunani yang
memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles.
Secara sederhana ontology bias dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau
kenyataan konkret secara kritis.

Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki hakikat mutlak
yaitu monopluralis, atau monodualis, karena itu juga disebut sebagai dasar antropologis.
Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah..manusia.Hal tersebut dapat
dijelaskan bahwa yang Berketuhan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan
beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan sosial pada hakikatnya
adalah..manusia.
REFERENSI

https://id.m.wikipedia.org/wiki/ontologidiaksespada tanggal5 oktober 2019

https://tjiptosubadi.blogspot.com/2010/09/landasan-ontologi-epistimologi-dan.html?
m=1diaksespadatanggal 10 oktober 2019
SESI TANYA JAWAB

1.Lestari Anis Jayaningrat (Kelompok 14)

Pertanyaan: Jelaskan perbedaan kuantitatif dan kualitatif hubungannya dengan ontologi


pancasila?

Jawaban: - Kualitatif,yaitu sebuah metode yang menekankan pada aspek pemahaman lebih
mendalam terhadap suatu masalah.

-Sedangkan kuantitatif,yaitu sebuah metode yang menggunakan angka untuk mencari


sebuah informasi.

2.Marwa (Kelompok 4)

Pertanyaan: Jelaskan tentang aliran-aliran pada bidang ontologi?

Jawaban: Monisme: aliran yang mempercayai bahwa hakikat dari segala sesuatu yang ada
adalah satu saja, baik yang asa itu berupa materi maupun ruhani yang menjadi sumber
dominan dari yang lainnya. Para filosof pra-Socrates seperti Thales, Demokritos, dan
Anaximander termasuk dalam kelompok Monisme, selain juga Plato dan Aristoteles.
Sementara filosof Modern seperti I. Kant dan Hegel adalah penerus kelompok Monisme,
terutama pada pandangan Idealisme mereka.

Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan-lapangan penyelidikan filsafat yang paling
kuno. Pertama kali diperkenalkan oleh filosof Yunani bernama Thales atas pernungannya
terhadap air yang terdapat dimana-mana, dan sampai pada kesimpulan bahwa “air
merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula dari segala sesuatu”. Yang
penting bagi kita bukanlah mengenai kesimpulannya tersebut melainkan pendiriannya
bahwa mungkin segala sesuatu berasal dari satu substansi saja.

Dualisme: kelompok ini meyakini sumber asal segala sesuatu terdiri dari dua hakikat, yaitu
materi(jasad) dan jasmani(spiritual). Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas dan
berdiri sendiri, sama-sama abadi dam azali. Perhubungan antara keduanya itulah yang
menciptakan kehidupan dalam alam ini. Contoh yang paling jelas tentang adanya kerja sama
kedua hakikat ini ialah dalam diri manusia.

Descartes adalah contoh filosof Dualis dengan istilah dunia kesadaran (ruhani) dan dunia
ruang (kebendaan). Aristoteles menamakan kedua hakikat itu sebagai materi dan forma
(bentuk yang berupa rohani saja). Umumnya manusia dengan mudah menerima prinsip
dualisme ini, karenaa kenyataan lahir dapat segera ditangkap panca indera kita, sedangkan
kenyataan batin dapt segera diakui adanya dengan akal dan perasaan hidup.

Materialisme: aliran ini menganggap bahwa yang ada hanyalah materi dan bahwa segala
sesuatu yang lainnya yang kita sebut jiwa atau roh tidaklah merupakan suatu kenyataan yang
berdiri sendiri. Menurut pahan materialisme bahwa jiwa atau roh itu hanyalah merupakan
proses gerakan kebendaan dengan salah satu cara tertentu.

Materialisme terkadang disamakan orang dengan naturalisme.Namun sebenarnya terdapat


perbedaan antara keduanya. Naturalisme merupakan aliran filsafat yang menganggap bahwa
alam saja yang ada, yang lainnya di luar alam tidak ada. (Tuhan yang di luar alam tidak
ada). Sedangkan yang dimaksud alam (natural) disana ialah segala-galanya meliputi benda
dan roh. Sebaliknya materialisme menganggap roh adalah kejadian dari benda, jadi tidak
sama nilainya dengan benda.

Filsafat Yunani yang pertama kali muncul juga berdasarkan materialisme, mereka disebut
filsafat alam (natuur filosofie). Mereka menyelidiki asal-usul kejadian alam ini pada unsur-
unsur kebendaan yang pertama. Thales (625-545 s.M) menganggap bahwa unsur asal itu air.
Anaximandros (610-545 s.M) menganggap bahwa unsur asal itu apeiron yakni suatu unsur
yang tak terbatas. Anaximenes (585-528 s.M) menganggap bahwa unsur asal itu udara. Dan
tokoh yang terkenal dari aliran ini adalah Demokritos (460-360 s.M) menggap bahwa
hakikat alam ini merupakan atom-atom yang banyak jumlahnya tak dapat dihitung dan
sangat halus. Atom-atom itulah yang menjadi asal kejadian peristiwa alam. Pada
Demokritos inilah tampak pendapt materialisme klasik yang lebih tegas.

Idealisme: idealisme merupakan lawan dari materialisme yang juga dinamakan


spiritualisme. Aliran menganggap bahwa hakikat kenyataan yang beraneka warna itu semua
berasal dari roh (sukma) atau yang sejenis dengan itu. Intinya sesuatu yang tidak berbentuk
dan yang tidak menempati ruang. Menurut aliran ini materi atau zat itu hanyalah suatu jenis
dari pada penjelmaan roh. Alasan yang terpenting dari aliran ini adalah “manusia
menganggap roh lebih berharga, lebih tinggi nilainya dari materi bagi kehidupan manusia.
Roh dianggap sebagai hakikat yang sebenarnya, sehingga materi hanyalah badannya,
bayngan atau penjelmaan saja.

Agnostisisme: pada intinya Agnostisisme adalah paham yang mengingkari bahwa manusia
mampu mengetahui hakikat yang ada baik yang berupa materi ataupun yang ruhani. Aliran
ini juga menolak pengetahuan manusia tentang hal yang transenden. Contoh paham
Agnostisisme adalah para filosof Eksistensialisme, seperti Jean Paul Sartre yang juga
seorang Ateis. Sartre menyatakan tidak ada hakikat ada (being) manusia, tetapi yang ada
adalah keberadaan (on being)-nya.

3. Syahrita Nur Madinah (Kelompok 2)


Pertanyaan: Berikan contoh dari sila 1-5 dalam ontologi pancasila?
Jawaban:
1. Sila pertama
Nilai ketuhanan sebagai sumber etika dan spiritual yang memiliki peranan penting
sebagai dasar beretika dalam kehidupan bernegara.
2. Sila kedua
Nilai kemanusiaan secara umum bersumber dari hukum Tuhan,hokum alam,dan sifat
manusia sebagai makhluk sosial sangat penting sebagai dasar dalam etika dalam kehidupan
berpolitik dan bernegara dalam pergaulan dunia.
3. Sila ketiga
Penerapan nilai-nilai kemanusiaan terlebih dahulu harus tertanam kuat dalam lingkungan
pergaulan masyarakat secara mendalam.Sebagaimana persatuan dari kemajemukan
masyarakat dikelola berdasarkan konsep kebangsaan yang mencerminkan persatuan dalam
keragaman,dan keragaman dalam persatuan,seperti semboyan yang dinyatakan dengan
ungkapan “Bhinneka Tunggal Ika”.
4. Sila keempat

Nilai ketuhanan,nilai kemanusiaan,nilai persatuan serta cita-cita kebangsaan itu dalam


penerapannya harus menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam semangat permusyawaratan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan.Pada prinsipnya,keputusan yang diambil dalam
musyawarah mufakat tidak didikte oleh golongan mayoritas,namun dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan yang menjunjung tinggi rasionalisme deliberatif serta kearifan setiap warga
demi mencerminkan mufakat musyawarah itu sendiri.

5.Sila kelima

Nilai ketuhanan,nilai kemanusiaan,merupakan nilai dan cita-cita kebangsaan,serta


demokrasi permusyawaratan dalam pengertian agar dapat mewujudkan keadilan social.

5. Miftahul Khaerah (Kelompok 13)


Pertanyaan: Berikan contoh dari masing-masing aliran dalam ontologi pancasila?

Jawaban: Monisme: Contohnya yaitu,pertama kali diperkenalkan oleh filosof Yunani


bernama Thales atas pernungannya terhadap air yang terdapat dimana-mana, dan sampai
pada kesimpulan bahwa “air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula dari
segala sesuatu”. Yang penting bagi kita bukanlah mengenai kesimpulannya tersebut
melainkan pendiriannya bahwa mungkin segala sesuatu berasal dari satu substansi saja.

Dualisme: Descartes adalah contoh filosof Dualis dengan istilah dunia kesadaran (ruhani)
dan dunia ruang (kebendaan). Aristoteles menamakan kedua hakikat itu sebagai materi dan
forma (bentuk yang berupa rohani saja). Umumnya manusia dengan mudah menerima
prinsip dualisme ini, karenaa kenyataan lahir dapat segera ditangkap panca indera kita,
sedangkan kenyataan batin dapt segera diakui adanya dengan akal dan perasaan hidup.

Materialisme: Filsafat Yunani yang pertama kali muncul juga berdasarkan materialisme,
mereka disebut filsafat alam (natuur filosofie). Mereka menyelidiki asal-usul kejadian alam
ini pada unsur-unsur kebendaan yang pertama. Thales (625-545 s.M) menganggap bahwa
unsur asal itu air. Anaximandros (610-545 s.M) menganggap bahwa unsur asal itu apeiron
yakni suatu unsur yang tak terbatas. Anaximenes (585-528 s.M) menganggap bahwa unsur
asal itu udara. Dan tokoh yang terkenal dari aliran ini adalah Demokritos (460-360 s.M)
menggap bahwa hakikat alam ini merupakan atom-atom yang banyak jumlahnya tak dapat
dihitung dan sangat halus. Atom-atom itulah yang menjadi asal kejadian peristiwa alam.
Pada Demokritos inilah tampak pendapt materialisme klasik yang lebih tegas.

Idealisme: Menurut aliran ini materi atau zat itu hanyalah suatu jenis dari pada penjelmaan
roh. Alasan yang terpenting dari aliran ini adalah “manusia menganggap roh lebih berharga,
lebih tinggi nilainya dari materi bagi kehidupan manusia. Roh dianggap sebagai hakikat
yang sebenarnya, sehingga materi hanyalah badannya, bayngan atau penjelmaan saja.

Agnostisisme: pada intinya Agnostisisme adalah paham yang mengingkari bahwa manusia
mampu mengetahui hakikat yang ada baik yang berupa materi ataupun yang ruhani. Aliran
ini juga menolak pengetahuan manusia tentang hal yang transenden. Contoh paham
Agnostisisme adalah para filosof Eksistensialisme, seperti Jean Paul Sartre yang juga
seorang Ateis. Sartre menyatakan tidak ada hakikat ada (being) manusia, tetapi yang ada
adalah keberadaan (on being)-nya.

6. Maudy Indah Sari (Kelompok )


Pertanyaan : Jelaskan apa itu monopluralis dan monodualis?
Jawaban: Manusia sebagai makhluk monopluralis yang artinya terdiri atas rohani dan raga
yang diciptakan oleh Allah SWT. Sesuai dengan pancasila sila ke-1,sedangkan monodualis
sendiri sebagai monodualis yang artinya manusia terdiri atas dua sifat yang bersifat
dualisme yaitu makhluk individu dan sosial sesuai sila kedua sehingga pancasila
memandang manusia sebagai makhluk monodualis dan monopluralis.

Anda mungkin juga menyukai