Anda di halaman 1dari 3

Untuk memahami cara kerja HIV dalam tubuh manusia kita perlu memahami sistem kekebalan tubuh manusia

sebagaimana digambarkan dalam gambar berikut :


Penjelasan :
1) Kekebalan tubuh menggambarkan tentang fungsi sel darah putih dalam tubuh seseorang sebagai sistem kekebalan
tubuh dalam menghadapi serangan kuman, virus, dan lainnya. Manusia dengan imunitas atau sistem kekebalan
tubuh yang sehat mampu memerangi infeksi dan bakteri karena adanya sel darah putih dalam tubuh yang mampu
memerangi bibit penyakit yang masuk.
Sel darah putih bekerja memerangi berbagai jenis bibit penyakit yang ditemuinya dalam tubuh agar seseorang tetap
sehat. Cara kerja sel darah putih adalah dengan memanggil bala bantuan sel lainnya guna memerangi infeksi secara
langsung, atau dengan memproduksi bahan kimia yang kita kenal dengan nama antibodi guna menetralisir bibit
penyakit itu. Bila virus masuk ke dalam tubuh, maka sel darah putih akan berusaha melumpuhkan bibit
2) Berbeda dengan virus lainnya, HIV adalah virus yang tidak mudah dilumpuhkan oleh sel darah putih. Apabila
masuk ke dalam tubuh kita justru HIV yang akan melumpuhkan sel darah putih, terutama menyerang CD4 dan
menggunakannya untuk memperbanyak HIV dalam tubuh pengidap sehingga tubuh tidak mampu melawan penyakit
lain yang masuk ketubuh. Sel CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit. CD4 adalah bagian dari sel darah putih
manusia yang menjadi sasaran penyerangan HIV apabila HIV masuk ke dalam darah manusia, sel CD4 inilah yang
digunakan oleh HIV untuk memperbanyak dirinya. Jumlah CD4 pada seorang sehat adalah sekitar 500 – 1500
sel/mm3 darah.
3) Menurut teori yang telah diterima secara luas, HIV menyerang sel darah putih (khususnya yang dinamakan CD4)
yang berperan menjaga kekebalan tubuh manusia. CD4 adalah pemimpin yang memegang komando mengatur
pertahanan sistem kekebalan tubuh manusia karena kemampuannya yang baik untuk berkomunikasi dengan sel lain.
Bila ada bibit penyakit masuk maka CD4 sebagai komandan yang memberikan tugas pada sel-sel lain untuk
memerangi bibit penyakit tersebut hingga tuntas. Kehadiran CD4 sangatlah dibutuhkan dalam menjaga kesehatan
tubuh manusia, karena itu tubuh secara terus-menerus memproduksinya untuk membantu memerangi berbagai
infeksi.
HIV masuk ke dalam tubuh secara diam-diam dan seolah-olah dia adalah salah satu bala tentara CD4. Namun,
kemudian HIV menyusup molekul reseptor CD4 agar HIV bisa masuk ke dalam CD4. Setelah masuk, HIV lalu
membajak genetika sel CD4 tersebut dengan diam-diam kemudian menggunakan CD4 sebagai tempat HIV
memperbanyak dirinya. Akibatnya yang terjadi adalah meningkatnya produksi HIV secara massal.
Keadaan ini menyebabkan banyak CD4 yang rusak dan mati. Semakin banyak CD4 yang rusak dan mati dan
semakin banyak HIV yang diproduksi, artinya semakin sedikit jumlah CD4 dalam tubuh kita, yang mengakibatkan
sistem kekebalan tubuh manusia perlahan-lahan semakin lemah untuk dapat melawan bibit penyakit yang masuk
menyerang tubuh.
4) HIV memakan waktu lama sebelum menampakkan diri. Ia bersembunyi dalam CD4 dalam waktu yang cukup
lama sebelum mulai dengan pesat memperbanyak diri dalam jumlah sangat banyak serta merusak CD4. Dengan
bersembunyi dalam sel CD4 itu pulalah ia dapat menghindari serangan antibodi yang sudah beredar dalam darah dan
yang berusaha membunuhnya karena CD4 tidak dapat membunuh dirinya sendiri. Cara sembunyi HIV yang seperti
ini berakhir ketika sudah cukup banyak sel darah putih dalam tubuh manusia yang dirusaknya dan jumlah HIV
dalam darah sudah cukup banyak untuk melumpuhkan kemampuan manusia untuk memerangi penyakit yang
kemudian tubuh mulai memproduksi antibody HIV untuk memberikan perlawanan pada HIV walaupun perlawanan
ini tidak efektif bagi HIV.

Fase perkembangan perjalanan HIV di dalam tubuh manusia secara umum dibagi dalam empat (4) fase, yaitu:

1) Fase Window Period (Periode Jendela)


Pada fase ini seseorang yang telah terinfeksi HIV sama sekali tidak menunjukkan gejala apapun.
Pada fase periode jendela ini di dalam darah pengidap HIV belum terbentuk antibody HIV sehingga apabila
darahnya di tes dengan jenis tes yang cara kerjanya adalah mencari antibodi HIV maka hasil tes akan negatif. Fase
periode jendela ini bisa berlangsung selama sekitar 3 bulan sampai 6 bulan dari saat terinfeksi HIV.
Pada infeksi atau masuknya HIV ke dalam tubuh manusia dikenal adanya periode jendela (Window
Period). Yaitu masa di mana orang tersebut telah terinfeksi HIV, tetapi bila dilakukan pemeriksaan
darahnya maka belum menunjukkan hasil apa-apa (masih negatif) yang berarti zat anti (antibodi)
terhadap HIV belum dapat terdeteksi oleh pemeriksaan laboratorium. Periode jendela ini biasanya
berlangsung antara 1-6 bulan dari sejak mulainya infeksi. Namun satu hal yang perlu diingat adalah
bahwa sejak masuknya HIV, seseorang telah menjadi pengidap HIV dan ia dapat menularkan HIV
sepanjang hidupnya.
Sehingga walaupun dalam masa periode jendela, orang tersebut sudah menjadi sumber penularan. Ia
dapat menularkan virusnya kepada orang lain pada setiap kesempatan yang memungkinkan terjadinya
penularan itu.
Pada infeksi HIV, dari mulai masuknya HIV ke dalam tubuh sampai timbulnya gejala-gejala AIDS
berlangsung cukup lama yaitu seperti telah disebutkan, antara 7 sampai 10 tahun. Selama 7 sampai 10
tahun ini orang tersebut disebut pengidap HIV, yang disebut juga ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS).
Pengidap HIV ini tampak seperti orang sehat lainnya, karena belum adanya gejala sakit apapun. Namun
walaupun demikian, ía dapat menularkan HIV kepada orang lain.
Selanjutnya setelah periode 7-10 tahun ini dilalui barulah timbul gejala-gejala AIDS, dan orang tersebut
disebut penderita AIDS. Gejala-gejala dan tanda-tanda sakit munculnya secara bertahap, bertambah
lama bertambah berat sampai akhirnya penderita meninggal dunia.

2) Fase Asimptomatik atau Tanpa Gejala


Pada fase ini seorang pengidap HIV tidak menunjukkan gejala sama sekali. Perlahan-lahan jumlah CD4
dalam darah menurun karena diserang oleh HIV. Kadang ada keluhan berkaitan dengan pembengkakan
di kelenjar getah bening, tempat dimana sel darah putih diproduksi.

3) Fase Simptomatik atau Bergejala


Pada fase ini seseorang yang mengidap HIV akan mengalami gejala-gejala ringan, namun tidak
mengancam nyawanya, seperti: demam yang bertahan lebih dari sebulan, menurunnya berat badan lebih
dari 10 %, diare selama sebulan (konsisten atau terputusputus), berkeringat di malam hari, batuk lebih
dari sebulan dan gejala kelelahan yang berkepanjangan (fatigue). Sering kali gejala-gejala dermatitis
mulai muncul pada kulit, infeksi pada mulut dimana lidah sering terlihat dilapisi oleh lapisan putih, herpes,
dan lainnya. Kehadiran satu atau lebih tanda-tanda terakhir ini menunjukkan seseorang sudah berpindah
dari tahap infeksi HIV menuju AIDS. Bila hitungan CD4 turun pesat di bawah 200 sel/mm3 maka pada
umumnya gejala menjadi kian parah sehingga membutuhkan perawatan yang lebih intensif.

4) Fase AIDS
Pada fase ini seorang pengidap HIV telah menunjukkan gejala-gejala AIDS. Ini menyangkut tanda-tanda
yang khas AIDS, yaitu adanya infeksi oportunistik (penyakit yang muncul karena kekebalan tubuh
manusia sudah sangat lemah) seperti: Pneumocytis Carinii (PCP) atau radang paru-paru, Candidiasis
atau jamur, Sarkoma Kaposis atau kanker kulit, Tuberkulosis (TB), berat badan menurun drastis, diare
tanpa henti, dan penyakit lainnya yang berakibat fatal. Gangguan syaraf juga sering dilaporkan,
diantaranya: hilangnya ketajaman daya ingat, timbulnya gejala gangguan mental (dementia), dan
perubahan perilaku secara progresif. Disfungsi kognitif sering terjadi, dengan tanda awal diantaranya
adalah tremor (gemetar tubuh) serta kelambanan bergerak. Hilangnya kemampuan melihat dan
paraplegia (kelumpuhan kaki) juga bisa timbul di fase ini.
Perjalanan cepat atau lamanya perkembangan HIV pada seorang pengidap HIV sangatlah bersifat
individual. Setiap orang sangat mungkin mengalami kejadian atau gejala yang berlainan. Secara umum,
pesatnya perkembangan dari HIV positif ke arah AIDS tergantung pada berbagai faktor: riwayat medis,
status kekebalan tubuh atau immunitas, adanya infeksi lain, perawatan yang diperoleh dan lain-lain. Di
samping itu, gizi dan kebersihan lingkungan hidupnya juga berpengaruh pada taraf kesehatannya secara
umum.
Polusi udara dan udara yang lembab tanpa ventilasi yang memadai, dapat dengan cepat menurunkan
kesehatan paru-paru pengidap HIV. Pola makan yang kurang sehat dan gizi yang buruk juga dapat
memperburuk kesehatan dari orang yang HIV positif.
Menurut WHO, awalnya diperkirakan hanya sebagian kecil dari mereka yang terinfeksi HIV akan
menunjukkan gejala AIDS. Namun kini ditemukan bahwa sekitar 20% dari mereka yang HIV positif akan
berkembang menjadi AIDS dalam waktu 10 tahun setelah terinfeksi.
Sedangkan 50% lainnya, dalam waktu 15 tahun. Berdasarkan keterangan di atas, seseorang bisa saja
terkena HIV dan tidak menunjukkan gejala apapun (Asymptomatic) dalam waktu yang cukup lama (3-10
tahun). Karenanya, kita tidak bisa mendeteksi apakah seseorang adalah pengidap HIV atau tidak
berdasarkan gejala apapun, dan ia sudah dapat menularkan HIV pada orang lain.
Seringkali orang tersebut tidak menyadari dirinya sudah terkena HIV. Lebih jauh lagi, meskipun ia sudah
tahu dirinya mengidap HIV, mungkin ia tidak bisa membuka statusnya dengan mudah karena tidak yakin
terhadap reaksi orang lain

Anda mungkin juga menyukai