Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Phi: Jurnal Pendidikan Fisika dan Fisika Terapan. VolX (Y), ABCD; ISSN: 2549-7162 Hal.

n-m

Jurnal Phi
Jenis Artikel: orginial research/review article

Pengaruh Penggunaan Media Phet Simulation


Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains
Peserta Didik Pada Materi Teori Kinetik Gas
Recky Niken Yolanda
Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Jambi

Corresponding e-mail: reckynikenyolanda@gmail.com

KATA KUNCI:Fisika, ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses
Media sains dengan menggunakan media phet simulation. Jenis penelitian ini
Pembelajaran, Phet adalah quasi eskperimen. Metode yang digunakan adalah kualitatif. Desain
Simulation, penelitian yang digunakan adalah pretest dan posttest control group desain.
Keterampilan Teknik pengambilan sample menggunakan Pusposive Sampling. Sampel
Proses Sains
dalam penelitian ini yaitu kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas
XI IPA 2 sebagai kelas kontrol. Hasil analisi menunjukkan bahwa ada
Diterima: ...
peningkataan penggunaan phet simulation terhadap karakteristik proses
Direvisi: ...
Diterbitkan: ... sains siswa di SMA Negeri 1 Bungo yang ditunjukkan dengan nilai N-Gain
Terbitan daring: ... sebesar 0.15 berkategori rendah (g<0.03) untuk kelas kontrol dan pada kelas
eksperimen nilai N-Gain menunjukkan peningkatan karakteristik proses
sains dengan nilai 0.41 berkategori sedang (0.3<g<0.7). Terdapat ada
peningkatan penggunaan phet simulation terhadap karakteristik proses
sains siswa di SMA Negeri 1 Bungo

Abcd, EF., Ghijk, LM.,... ,Nopqr, ST. XYZU. Short tilte… Vol X (n), XYZU ....... @gmail.com6
Jurnal Phi: Jurnal Pendidikan Fisika dan Fisika Terapan. VolX (Y), ABCD; ISSN: 2549-7162 Hal. n-m

1. Pendahuluan
Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains, hakikat sains adalah ilmu
pengetahuan yang obyek pengamatannya adalah alam dengan segala isinya termasuk bumi, tumbuhan, hewan
serta manusi. Sains adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode
berdasarkan observasi sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga
sains bukan hanya penguasaan kumpulan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Fakhruddin,2010). Fisika dikembangkan berdasarkan dari
pengukuran besaran-besaran fisika (Irbah, 2019).

Fisika merupakan salah stau cabang ilmu IPA (sains) memiliki hakekat yakni fisika sebagai produk (a body
of knowledge),fisika sebagai sikap (a way of thingking) dan fisika sebagai proses (Veza Aulia, 2019). Ilmu fisika
dapat mengungkap rahasia alam dan dapat menemukan penemuan-penemuan baru berupa tenologi terapan
yang bermanfaat bagi kehidupan. Fisika meruoakan ilmu fundamental yang menjadi suatu tulang punggung
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang
sangat dengan kehidupan sehari-hari (Young & Freedman, 2001).

Para akhli pendidikan memandang sains tidak hanya terdiri dari atas fakta, konsep, dan teori yang dapat
dihafalkan, tetapi juga terdiri atas kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dan sikap ilmiah dalam
mempelajari gejala alam yang belum dapat diterangkan. Ilmu pengetahuan alam sebagai ilmu yang terdiri dari
produk dan proses. Produk IPA terdiri dari fakta, konsep, prinsip, prosedur, teori, hukum dan postulat. Semua
itu merupakan produk yang diperoleh melalui serangkaian proses penemuan ilmiah melalui metode ilmiah
yang didasari oleh sikap ilmiah (BNSP, 2006). Sains sebagai produk memiliki arti sebagai sekumpulan fakta-
fakta, konsep, prinsip dan hukum tentang gejala alam. Sains sebagai proses merupakan rangkaian terstruktur
dan sistematis yang dilakukan untuk menemukan konsep, rinsip, dan hukum tentang gejala alam. Sains
sebagai sikap diharapkan mampu membentuk karakter (Rahayu, 2018).

Menurut Ngadinem (2019) permasalahan yang sering dihadapi dalam pembelajaran fisika adalah bahwa
siswa belajar fisika hanya dengan mengikuti instruksi dari guru. Proses belajar mengajar dikelas yang
menekankan pada hafalan belajar dan terlalu fokus pada konten menyebabkan siswa menghafal pengetahuan
yang dipelajari, bukan untuk menganalisa dan mensintesis arti sebenarnya dari pengetahuan. Untuk itu
diperlukan sarana dan prasarana yang mendukung kelangsungan proses kegiatan belajar mengajar yang lebih
praktis dan efektif. Guru diharapkan dalam pembelajaran tidak hanya menggunakan metode ceramah, tetapi
lebih sering menggunakan eksperimen atau demonstrasi dengan simulasi untuk mendukung penjelasaan
konsep pembelajaran. Hal ini menyebabkan peserta didik kurang memiliki pemahaman mendalam mengenai
konsep pembelajaran yang dipelajari. Akibatnya, hal ini mengurangi keterampilan proses sains untuk
memecahkan masalah yang rumit. Pelaksanaan pembelajaran sains sebagai proses dan bermakna bagi siswa
maka dalam pembelajaran yang dilakukan harus lebih interaktif dan melibatkan siswa secara langsung (Fahmi,
2021).

Menurut Mubarok (2014), tujuan dalam pembelajaran fisika mencakup aspek pemahaman dan penerapan
konsep serta pelatihan dan pengembangan kinerja ilmiah. Pemahaman konsep dan penerapan konsep fisika
didapat siswa dari sumber-sumber pembelajaran seperti buku bacaan, informasi guru dan media
pembelajaran. Sedangkan pelatihan dan pengembangan kinerja ilmiah didapat siswa dari kegiatan pratikum
(eksperimen). Pratikum memang penting untuk melatihkan keterampilan proses sains, karena sains terbentuk
dan berkembang melalui suatu proses ilmiah. Oleh karena itu, sesuai dengan yang tercantum pada
Permendiknas No. 14 tahun 2007, maka dalam pelaksanaan pembelajaran seharusnya guru memfasilitaskan

Abcd, EF., Ghijk, LM.,... ,Nopqr, ST. XYZU. Short tilte… Vol X (n), XYZU ....... @gmail.com7
Jurnal Phi: Jurnal Pendidikan Fisika dan Fisika Terapan. VolX (Y), ABCD; ISSN: 2549-7162 Hal. n-m

peserta didik melakukan percobaan dilaboratorium. Dengan demikian yang perlu diperhatikan guru adalah
bagaimana cara mengorganisasi pembelajaran, cara menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana cara
menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal untuk mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran.

Media pada hakekatnya merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran. Sebagai komponen, media
hendaknya merupakan bagian integral dan harus sesuai dengan proses pembelajaran secara menyeluruh.
Ujung akhir dari pemilihan media adalah penggunaan media tersebut dalam kegiatan pembelajaran, sehingga
memungkinkan siswa dapat berinteraksi dengan media yang dipilih.

Dalam faktor eksternal, peranan media pembelajaran ikut menentukan kualitas pembelajaran.
Penggunaan media pembelajaran adalah komponen yang paling utama dari proses pembelajaran. Menurut
Sadiman (2008) media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk
belajar. Media atau alat bantu disadari oleh banyak praktisi pendidikan sangat membantu aktivitas
pembelajaran baik didalam maupun diluar kelas, terutama membantu peningkatan prestasi belajar siswa.
Disisi lain penggunaan media lebih mudah menarik perhatian siswa untuk mau belajar dan membuat siswa
antusias dengan materi yang diberikan.media ada bermacam-macam misal media auditif, mudia visual, media
audio visual (Djamarah, 2002).

Phet simulation adalah aplikasi yang menyediakan simulasi pembelajaran fisika, biologi, kimia dan
matematika, yang diberikan secara gratis oleh universitas colorado untuk kepentingan individu. Phet menurut
Malik (2010) merupakan bentuk digital dari fasilitas dan proses-proses laboratorium yang dapat disimulasikan
secara digital. Simulasi dalam suatu multimedia diperlukan untuk beberapa kasus diantaranya : menirukan
suatu keadaan nyata yang bila dihadirkann tertalu berbahaya, misalya simulasi reaktor nuklir, menirukan
suatu keadaan nyata yang bila dihadirkan mahal misalnya simulasi pesawat, menirukan suatu keadaan yang
sulit diulang secara nyata misalnya gempa bumi, menirukan suatu keadaan jika dilakukan secara nyata
memerlukan waktu yang lama misalnya pertumbuhan pohon jati, menirukan kondisi alam yang ekstrim
misalnya dikutub. Phet simulation digunakan sebagai penyedia berbagai model pratikum sains khususnya
fisika dan siswa diajak untuk melakukan pratikum seperti dilaboratorium sebenarnya. Hal ini ditunjukkan
agar motivasi siswa dalam pembelajaran semakin meningkat. Dalam prosesnya, guru hanya memberi petunjuk
yang dilengkapi dengan lks sebagai panduan pembelajaran sehingga siswa dapat lebih aktif dalam melakukan
pratikum secara individu. Simulasi phet menekankan hubungan secara fenomena kehidupan nyata dengan
ilmu yang mendasari, mendukung pendekatan interaksi dan kontruktivis, memberikan umpan balik, serta
menyediakan tempat kerja kreatif (Rehn, 2006).

Menurut Nur (1998) pembelajaran keterampilan proses adalah proses belajar mengajar yang dirancang
sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, dan teori-teori
dengan keterampilan proses ilmiah siswa sendiri. Pendekatan pembelajaran keterampilan proses dapat
berjalan jika siswa telah memiliki keterampilan proses yang diperlukan dalam pembelajaran. Hal ini berarti
bahwa agar siswa memiliki keterampilan proses sebagai hasil dari pembelajaran, maka keterampilan proses
tersebut perlu dilatihkan kepada siswa. Seperti yang diuraikan oleh Sani (2012) bahwa pelaksanaan praktikum
juga bermanfaat dalam pembentukan keterampilan proses yang dibutuhkan oleh siswa untuk menyelesaikan
permasalahan fisika kontekstual. Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan
kemampuan metal, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang
lebih tinggi. Kemampuan yang mendasar yang dikembangkan terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu
keterampilan.
Menurut Collete (1994), keterampilan proses sains adalah kemampuan dalam melaksanakan tahap-tahap
percobaan, yang merupakan keterampilan proses terpadu meliputi keterampilan merumuskan masalah,
menyusun hipotesis, menentukan variabel percobaan, merancang percobaan, mengumpulkan data,

Abcd, EF., Ghijk, LM.,... ,Nopqr, ST. XYZU. Short tilte… Vol X (n), XYZU ....... @gmail.com8
Jurnal Phi: Jurnal Pendidikan Fisika dan Fisika Terapan. VolX (Y), ABCD; ISSN: 2549-7162 Hal. n-m

menganalisis data, dan merumuskan kesimpulan. Hal ini kemudian diperkuat oleh Gulo (2002) yang
menyatakan bahwa keterampilan inkuiri merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.
Media phet simulation diharapkan mampu meningkatan keterampilan proses sains siswa pada materi
teori kinetik gas. Maka, tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan proses sains dengan
menggunakan media phet simulation.
2. Metode Penelitian
Desain penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini Quasi Eksperimen dengan Pre-test and Post-test
Control Group Desain. Penelitian ini melibatkan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol, kedua
kelas tersebut akan diberi perlakukan yang berbeda. Kelas eksperimen akan diberi perlakuan dengan mengajar
menggunakan phet simulation, sedangkan kelas kontrol diajarkan tanpa menggunakan media phet simulation.

Teknik pengambilan sampel ini Pusposive Sampling. Sampel dalam penelitian ini yaitu kelas XI IPA 1
sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol. Tes yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tes awal ( pre test) dan terakhir (post test).

3. Hasil dan Pembahasaan


Pada analisis deskriptif data yang diolah yaitu data pada kelas eksperimen XI IPA 1 yaitu keterampilan proses
sains yang dilakukan menggunakan media PhET simulation sedangkan pada kelas kontrol XI IPA 2 yang
dilakukan tanpa menggunakan media PhET simulation. Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan
gambaran tentang skor keterampilan proses sains peserta didik yang diperoleh berupa skor tertinggi, skor
terendah, skor rata-rata (mean) dan standar deviasi yang bertujuan untuk mengetahui gambaran umum
tentang perbandingan keterampilan proses sains yang menggunakan media PhET simulation dan tanpa
menggunakan media PhET simulation.
Berdasarakan hasil deskriptif, diperoleh data karateristik proses sains siswa dengan menggunakan
menggunakan media PhET Simulation (kelas eksperimen) baik sebelum dan sesudah diberi perlakuan
disajikan pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Deskripsi keterampilan proses sains kelas eksperimen
Kelas N Minimum Maksimum Rata-rata Standar deviasi perbedaan
eksperimen
Pre Test 20 40.00 73.00 60,25 8.75 76.61
Post Test 20 70.00 89.00 77,65 6.07 36.87
Berdasarkan hasil analisis Tabel 1 di atas, terlihat bahwa rata-rata keterampilan proses sains pada materi
teori kinetik gas pretest dan posttest pada kelas eksperimen berbeda. Nilai postest siswa tidak menunjukkan
kenaikan yang signifikan, rata-rata nilai posttest siswa sudah yang memenuhi nilai Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM) yaitu 75, nilai rata-rata posttest lebih tinggi dari pretest dengan nilai rata-rata masing-masing
77.65 dengan nilai tertinggi 89.00 dan terendah 70.00 dan pretest 60.25 dengan nilai tertinggi 73.00 dan
terendah 40.00. Selanjutnya untuk standar deviasi sebelum diberikan perlakuan sebesar 8.75 dengan variansi
76.61 sedangkan setelah diberikan perlakuan sebesar 6.07 dengan variansi 36.87. Selanjutnya data
keterampilan proses sains dengan tidak menggunakan media PhET Simulation (kelas kontrol) baik sebelum
dan sesudah diberi perlakuan disajikan pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Deskripsi pemahaman karakteristik proses sains kelas kontrol
Kelas N Minimum Maksimum Rata-rata Standar deviasi Perbedaan
eksperimen
Pre Test 20 20.00 83.00 49.80 22.32 498.27
Post Test 20 60.00 85.00 74.70 6.18 3.22

Berdasarkan hasil analisis Tabel 2 di atas, terlihat bahwa rata-rata karakteristik proses sains dalam
materi teori kinetik gas pada kelas kontrol baik pretest dan postest juga berbeda. Perubahan nilai postest
Abcd, EF., Ghijk, LM.,... ,Nopqr, ST. XYZU. Short tilte… Vol X (n), XYZU ....... @gmail.com9
Jurnal Phi: Jurnal Pendidikan Fisika dan Fisika Terapan. VolX (Y), ABCD; ISSN: 2549-7162 Hal. n-m

siswa tidak menunjukkan kenaikan yang signifikan, rata-rata nilai postest siswa sudah yang memenuhi nilai
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 75, rata-rata nilai postest lebih tinggi dari pretest dengan nilai rata-
rata masing-masing 74.00 dengan nilai tertinggi 85.00 dan terendah 60.00 dan pretest 49.80 dengan nilai
tertinggi 83.00 dan terendah 20.00. Selanjutnya untuk standar deviasi sebelum diberikan perlakuan sebesar
22.32 dengan variansi 498.27 sedangkan setelah diberikan perlakuan sebesar 86.18 dengan variansi 3.22.
Setelah pembelajaran selesai dilaksanakan, diberikan post test dengan soal yang sama untuk mendapatkan
nilai gain untuk melihat peningkatan keterampilan proses sains pada materi teori kinetik gas. Nilai yang
diperoleh diolah menjadi gain ternormalisasi agar terlihat peningkatan yang diperoleh oleh peserta didik.
Nilai rata-rata, N-gain dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata nilai karakteristik proses sains


Kelas Pre test Post Test N-Gain Interprestasi N-Gain
Kontrol 24 50 0,15 Rendah
Eksperimen 30 75 0,41 Sedang
Data Tabel 3 di atas menunjukkan nilai rata-rata pretest karakteristik proses sains pada materi
teori kinetik gas sebelum dilaksanakan pembelajaran pada kelas kontrol adalah 24, selanjutnya meningkat
pada postest dengan rata-rata nilai 50. N-gain menunjukkan karakteristik proses sains dengan nilai 0.15
berkategori rendah (g ≤ 0.3). Nilai rata-rata pretest karakteristik proses sains pada materi teori kinetik gas
sebelum dilaksanakan pembelajaran pada kelas eksperimen adalah 30, selanjutnya meningkat pada postest
dengan rata-rata nilai 75. N-gain menunjukkan peningkatan pemahaman konsep dengan nilai 0.41 berkategori
sedang (0.3 <g < 0.7).
Berdasarkan data nilai keterampilan proses sains dari kelas kontrol maupun eksperimen, peningkatan
keterampilan proses sains post test kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal ini terlihat
pada rata-rata nilai pretest ke post test siswa yang belajar dengan media PhET Simulation. Nilai rata-rata
posttest siswa yang belajar dengan media PhET Simulation sebesar 75, sedangkan siswa yang belajar dengan
pembelajaran konvensional memiliki nilai rata-rata 50, sehingga selisih rata-rata post test kelas
eksperimen dan kontrol sebesar 25.
Penentuan karakteristik proses sains terkait bagaimana pemahaman terhadap konsep materi yang
abstrak materi juga terlihat pada N-gain yang menunjukkan peningkatan karakteristik proses sains siswa
setelah pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen memiliki rata- rata 0,41 dengan kriteria N-gain
termaksud kategori sedang, sedangkan pada kelas kontrol memiliki kriteria N-gain termaksud kategori
rendah dengan rata-rata nilai N-gain sebesar 0.15. Berdasarkan nilai N-gain yang diperoleh pada kelas
kontrol dan kelas eksperimen, dapat ditarik kesimpulan bahwa N-gain kelas eksperimen > N-gain pada
kelas kontrol.

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan penggunaan phet
simulation terhadap karakteristik proses sains siswa di SMA Negeri 1 Bungo yang ditunjukkan dengan nilai N-
Gain sebesar 0.15 berkategori rendah (g<0.03) untuk kelas kontrol dan pada kelas eksperimen nilai N-Gain
menunjukkan peningkatan keterampilan proses sains dengan nilai 0.41 berkategori sedang (0.3<g<0.7).

Daftar Pustaka
BNSP. 2006. Model Pembelajaran Terpadu IPA. Jakarta : BNSP.
Colleta, A. T., & Chiapetta, E. L. 1994. Science Instruction in The Middle and Secondary School. New York : Macmillan
Publishing Company.
Djamarah, S. B., & Zain. A. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Fakhruddin., Elva, Eprina., & Syahril. 2010. Sikap Ilmiah Siswa Dalam Pembelajaran Fisika Dengan Penggunaan Media
Komputer Melalui Model Kooperatif Tipe Stand Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Bangkinang Barat. Jurnal Geliga
Sains, 4(1).

Fahmi, F. 2021. Empowering Peat Lands as a Resource of Learning Natural Science to Strengthening Environment Care. The
and International Conference on Social Sciences Education.

Abcd, EF., Ghijk, LM.,... ,Nopqr, ST. XYZU. Short tilte… Vol X (n), XYZU ....... @gmail.com10
Jurnal Phi: Jurnal Pendidikan Fisika dan Fisika Terapan. VolX (Y), ABCD; ISSN: 2549-7162 Hal. n-m

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Grasindo.

Irbah, A. 2019. Pembuatan Tool Pemodelan Eksperimen Gerak Parabola Dengan Peraturan Sudut Elevasi Untuk Analisis
Video Tracker. Pillar of Physics.

Malik, A. 2010. Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Menggunakan Virtual Laboratory dan Real Laboratory Untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Topik Momentum dan impuls.
Tesis : UPI Bandung.

Mubarrok, M. F. 2014. Penerapan Pembelajaran Fisika Pada Materi Cahaya Dengan Media Phet Simulation Untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Sisiwa Di SMP. Jurnal Inovasi Pendidikan. 3(1).

Ngadinem. 2019. Penggunaan Media Phet Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains. Jurnal Ilmiah, 1(1).

Nur, M. 1998. Teori Pembelajaran Kognitif. Surabaya : University Press.

Rahayu, A. 2018. Development of Guided Inquiry Based Learning Devices to Improve Student Learning Outcomes In Science
Materials In Middle School. European Journal of Alternative Education Studies.

Rehn, D. A. 2013. Tools For High-tech Tool Use : a Framework and Heurustics For Using Interactive Simulation. Journal Of
Teaching and Learning With Technology, 2(1).

Sani, R. A. 2012. Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan : Unimed Press.

Veza, Aulia. 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Simulasi Phet Terhadap Keterampilan
Proses Sains Peserta Didik SMAN 1 Tanjung Tahun Pelajaran 2019/2020. Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi.
5(2).

Abcd, EF., Ghijk, LM.,... ,Nopqr, ST. XYZU. Short tilte… Vol X (n), XYZU ....... @gmail.com11

Anda mungkin juga menyukai