Klasifikasi
Dalam pembahasan ilmu Biologi khususnya soal klasifikasi makhluk hidup, ada yang
namanya eubacteria dan archaebacteria. Pembahasan kali ini akan fokus pada
pembahasan eubacteria, meski juga tak bisa lepas dari pembahasan archaebacteria.
Jadi sebenarnya, apa itu dan bagaimana ciri-cirinya? Apa pula perbedaan archaebacteria dan
eubacteria? Simak dalam penjelasan lengkap ini!
PENGERTIAN EUBACTERIA
Dalam Bahasa Yunani, kata eu, berarti sejati. Itulah sebabnya eubacteria kadang disebut bakteri
(bacteria) saja saat ini, dengan dua kata ini menjadi sinonim dalam Ilmu Biologi.
Dalam KBBI, bakteri diartikan sebagai makhluk hidup terkecil bersel tunggal, terdapat di mana-
mana, dapat berkembang biak dengan kecepatan luar biasa dengan jalan membelah diri, ada yang
berbahaya dan ada yang tidak, dapat menyebabkan peragian, pembusukan, dan penyakit.
Eubacteria adalah organisme uniseluler atau bersel satu dan tidak memiliki membran inti sel
alias prokariotik, umumnya juga tidak berklorofil pada dinding selnya. Organisme prokariota
terdiri dari dua domain terpisah, awalnya disebut Eubacteria dan Archaebacteria, kini disebut
sebagai Bacteria dan Archaea.
Archaebacteria dan eubacteria memiliki persamaan ciri yaitu sama-sama tak memiliki
membran inti sel atau prokariotik, keduanya disebut organisme prokariotik.
Sedangkan perbedaan archaebacteria dan eubacteria adalah pada komposisi RNA, selain
itu organisme ini punya peptidoglikan pada dinding sel sedangkan archaebacteria tidak.
Artinya, organel yang hanya dimiliki oleh eubacteria adalah peptidoglikan, sedangkan
archaebacteria tidak punya sehingga disebut pseudopeptidoglikan. Archaebacteria tinggal di
tempat ekstrem, sedangkan eubacteria tinggal di semua tempat. Terakhir, hidrokarbon di lipid
membran eubacteria bercabang, sedangkan archaebacteria tidak bercabang.
Eubacteria dan archaebacteria berevolusi masing-masing secara independen dari nenek moyang
yang sama.
Ilmuwan berkebangsaan Belanda, Antony van Leeuwenhoek, jadi orang pertama yang
menemukan bakteri pada 1674, ia juga merupakan orang yang sama yang menemukan mikroskop
lensa tunggal.
Istilah bakteri kemudian mulai digunakan dan dipopulerkan oleh Ehrenberg pada 1828 dan
dipakai hingga sekarang. Contoh eubacteria di antaranya adalah Escherichia coli, Lactobacillus
casei, Salmonella typhosa, Azotobacter, dan Bacillus anthracis.
CIRI-CIRI EUBACTERIA
Berikut ini adalah ciri-cirinya:
Bentuk bervariasi dan umumnya tidak berklorofil
Tak punya membran inti atau organisme prokariotik
Berukuran antara 1 s/d 5 mikron
Hidup secara parasit atau bebas (kosmolipit) atau pathogen
Di dinding sel terdapat peptidoglikan
Akan membentuk endospora jika berada pada kondisi yang kurang menguntungkan
Menghasilkan membran lipid, terdiri dari asam lemak yang dihubungkan oleh ikatan ester ke
molekul gliserol
Punya RNA polimerase sederhana, terdiri dari 4 polipeptida
Punya inisiator tRNA atau RNA transfer yang mengandung metionin termodifikasi
STRUKTUR TUBUH EUBACTERIA
Berikut ini adalah susunan struktur tubuhnya:
1. Kromosom
Berbentuk sirkuler, bertugas menyimpan materi genetik yaitu DNA.
2. Ribosom
Berfungsi untuk sintesis protein.
3. Plasmid
Berisi materi genetik, terpisah dari kromosom, terletak di sitoplasma dan fungsinya untuk
rekayasa genetika.
4. Sitoplasma
Cairan tak berwarna, fungsinya sebagai tempat sintesis protein, mencerna makanan, dan reaksi
lain dalam metabolisme sel.
5. Inklusi
Berfungsi untuk menyimpan hasil metabolisme.
6. Dinding Sel
Terdiri dari peptidoglikan, fungsinya untuk melindungi bakteri dan sebagai pemberi struktur
bakteri.
7. Membran Sel
Berfungsi untuk melindungi sekaligus transfer materi keluar masuk sel.
8. Kapsul
Beberapa bakteri punya kapsul untuk mencegah fagositosis dan sebagai bentuk pertahanan diri.
9. Flagel
Tak semua bakteri punya, fungsinya untuk bergerak, disebut juga dengan rambut getar.
KLASIFIKASI EUBACTERIA
Organisme ini bisa diklasifikasikan dengan banyak cara. Secara garis besar, organisme ini bisa
dibagi menjadi gram positif dan gram negatif, tergantung hasil yang didapat dalam uji coba
pewarnaan gram. Lalu, berdasarkan cara mendapatkan makanan, eubacteria terbagi menjadi dua.
Pertama, ada bakteri heterotrof atau tidak mampu menyusun makanan sendiri seperti parasit dan
saprofit. Lalu ada bakteri autotrof atau mampu menyusun makanan sendiri entah lewat
fotosintesis atau lewat sumber energi kimia. Jika diklasifikasikan berdasar kebutuhan
oksigen, organisme ini dibagi menjadi dua yaitu aerob atau butuh oksigen dan anaerob atau tak
butuh oksigen.
Sedangkan jika dibagi berdasarkan letak flagela, bisa dibagi menjadi lima, yang pertama adalah
atrik atau tak punya flagela. Lalu ada monotrik (satu flagela), lofotrik (banyak flagela, semua di
salah satu ujung sel), amfitrik (satu flagela di masing-masing kedua ujung sel), dan peritrik
(flagela tersebar di seluruh permukaan sel).
Berdasarkan bentuknya, organisme ini dibagi menjadi yang berbentuk basil (batang), kokus
(bola), dan spirillum (spiral atau huruf s).
PENGERTIAN ARCHAEBACTERIA
Archaea berasal dari Bahasa Yunani kuno yang berarti “hal kuno”. Organisme ini diberi nama
demikian karena pada awal penemuan mereka, diasumsikan bahwa metabolisme mereka
merefleksikan atmosfer pada awal-awal era bumi.
Archaebacteria memang merupakan bakteri tertua yang hidup di bumi. Archaebacteria
adalah mikroorganisme bersel satu atau uniseluler, prokariota atau tidak memiliki membran inti
sel. Bentuknya ada yang seperti bola, batang, spiral, piring, bahkan tidak beraturan.
Pada awalnya, mikroorganisme ini diklasifikasikan bersama dengan eubacteria alias bakteri. Baru
pada 1977, ditemukan bukti bahwa archaebacteria punya banyak perbedaan dengan
bakteri. Perbedaan eubacteria dan archaebacteria salah satunya ada pada komposisi RNA,
selain itu eubacteria punya peptidoglikan pada dinding sel sedangkan archaebacteria tidak.
Artinya, organel yang hanya dimiliki oleh eubacteria adalah peptidoglikan,
sedangkan archaebacteria tidak punya sehingga disebut pseudopeptidoglikan. mikroorganisme
ini tinggal di tempat ekstrem, sedangkan eubacteria tinggal di semua tempat. Terakhir,
hidrokarbon di lipid membran eubacteria bercabang, sedangkan archaebacteria tidak bercabang.
Eubacteria dan archaebacteria berevolusi masing-masing secara independen dari nenek moyang
yang sama. Usai tak lagi diklasifikasikan bersama dengan bakteri, kini archaebacteria dikenal
dengan nama archaea atau dalam Bahasa Indonesia, Arkea.
Dalam metabolisme sel, archaea membentuk gas metana dengan mereduksi karbon
dioksida. Contoh archaebacteria yaitu Aspergillus niger, Bacillus coagulans, Streptococcus
bovis, hingga Bacillus stearothermophilus.
CIRI-CIRI ARCHAEBACTERIA
Berikut ini adalah ciri-cirinya:
1. Ukurannya mikroskopis, berkisar 0,1 mikrometer sampai 15 mikrometer.
2. Dinding sel tidak memiliki peptidoglikan, tetapi terdiri dari lipopolisakarida yang kuat.
3. Lipopolisakarida ini yang membuat archaebacteria bisa tinggal di lingkungan ekstrem dan
bersuhu tinggi.
4. Bersel satu atau uniseluler.
5. Prokariota atau tidak memiliki membran inti sel.
6. Hidrokarbon di lipid membran tidak bercabang.
7. Dalam metabolisme sel, archaea membentuk gas metana dengan mereduksi karbon dioksida.
8. Membran sel tersusun dari lemak, berupa ikatan eter dan unit isoprene.
9. Tidak memiliki RE (Retikulum Endoplasma), mitokondria, lisosom dan badan golgi.
10. Mengandung beberapa jenis RNA polymerase di ribosomnya.
11. Memiliki asam nukleat berupa RNA.
12. Reproduksi dengan tiga cara: pembentukan tunas, pembelahan biner, dan fragmentasi.
13. Sangat sensitif terhadap toksin difteri.
14. Ada yang hidup secara koloni (berkelompok) dan soliter (sendiri).
15. Ada spesies yang memiliki flagela untuk bergerak.
16. Sebagian besar bersifat anaerob, tetapi ada juga beberapa spesies bersifat aerob, anaerob
fakultatif dan anaerob obligat.
KLASIFIKASI ARCHAEBACTERIA
Jika dilihat dari habitat dan metabolismenya, arkea bisa dikelompokkan menjadi tiga kelompok
besar: halofilik, termoasidofil, dan metanogen. Halofilik tinggal di lingkungan yang punya kadar
garam tinggi, anaerob alias bisa hidup tanpa oksigen. Metabolisme dibantu bakteriorhodopsin,
mirip klorofil namun berwarna ungu.
Sedangkan termoasidofilik dapat bertahan hidup di lingkungan yang panas dan berkadar asam
tinggi, contohnya di kawah gunung, mata air, hingga lubang hidrotermal di laut. Menggunakan
sulfur sebagai sumber energi.
Lalu, ada metanogen yang tinggal di laut dalam, rawa-rawa, pengolahan limbah, usus binatang,
tanpa oksigen. Metabolisme dengan karbon dioksida dan hidrogen, menghasilkan gas metana.
Klasifikasi archaea sulit dilakukan karena mayoritas belum bisa diisolasi di laboratorium dan
hanya dideteksi urutan gennya dari sampel yang diambil dari lingkungan.