Anda di halaman 1dari 40

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan resmi ini disusun sebagai syarat untuk melengkapi tugas mata
kuliah Teknik Pewarnaan Dasar pada semester 3 yaitu praktikum pengujian pH
terhadap cat dasar kulit, pengujian ketahanan cat dasar terhadap asam dan basa dan
pengujian cat dasar terhadap kesadahan air.

Praktikan

JAFAR NASHIRUDDIN

130201035

Yogyakarta, 07 November 2014

ASISTEN DOSEN I ASISTEN DOSEN II

Noviari Prasetyo Rini, A.md Emiliana Anggriyani, S.Pt, M.Sc

Dosen Pengampu

Elis Nurbalia, B.Sc, S.T, M.Eng

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan resmi praktikum Teknik Pewarnaan Dasar
dengan lancar. Penulisan laporan bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Teknik Pewarnaan Dasar. Saya mengucapkam terimakasih kepada :

1. Elis Nurbalia, B.Sc, S.T, M.Eng, selaku dosen Teknik Pewarnaan Dasar
2. Noviari Prasetyo Rini, A.md dan Emiliana Anggriyani, S.Pt, M.Sc, selaku
asisten dosen Praktikum Teknik Pewarnaan Dasar
3. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan laporan ini.

Semoga dengan membaca laporan resmi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan menambah ilmu kita mengenai teknik pewarnaan dasar. Laporan ini
masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu saya meminta kritik dan saran
pembaca untuk perbaikan yang lebih baik lagi.

Yogyakarta, 07 November 2014

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada industri penyamakan kulit, pemberian warna dasar dilakukan pada
proses finishing dalam pasca tanning. Pemberian warna dasar bertujuan untuk
memberikan warna pada kulit sehingga terlihat lebih menarik.
Produsen pembuatan kulit sangat memperhatikan warna pada kulit, kulit
yang berwarna rata dan cerah sangat diminati oleh hamper semua orang.
Karena di industri penyamakan kulit tidak tersedia semua warna, maka
dilakukan matching warna untuk mendapatkan warna yang diinginkan oleh
pembeli.
Praktikum ini bertujuan untuk mendapatkan wawasan tentang pewarnaan
dasar dan bagaimana mematchingkan warna.

B. Makna dan Tujuan


a. Ketahanan Larutan Cat Dasar Terhadap Asam
 Untuk mengetahui ketahanan larutan cat dasar terhadap asam.
 Apabila larutan cat dasar tahan terhadap asam, berarti cat dasar tersebut
mempunyaikemampuan untuk tidak berubah sifat warnanya walaupun
ditambah dengan asamsulfat maupun asam formiat.
 Metode ini dipakai untuk semua cat dasar yang larut dalam air.
b. Ph larutan cat dasar kulit
 Mengetahui pH berbagai larutan cat dasar kulit, sehingga perilaku dalam
proses pewarnaan dapat ditentukan.
 Metode ini digunakan untuk semua cat dasar kulit yang larut dalam air
seperti catasam, direct, sulfur, reaktif dan lain-lain
c. Ketahanan Larutan Cat Dasar Terhadap Air Sadah
 Untuk mengetahui kestabilan larutan cat dasar terhadapair sadah.
 Metode ini dipakai untuk semua cat dasar yang larut dalam air.
d. Ketahanan Larutan Cat Dasar Terhadap Basa
 Untuk mengetahui ketahanan larutan cat dasar terhadap basa.
 Apabila larutan cat dasar tahan terhadap basa, berarti cat dasar tersebut
pada proses pewarnaan dasar yang dimulai dengan netralisasi
mempunyai kemampuan untuk tidak berubah sifat warnanya terhadap
bahan netralisasi yang dipakai.
 Metode ini dipakai untuk semua cat dasar yang larut dalam air.

C. Tinjauan Pustaka

Zat Warna
Pada tahun 1876 Otto Witt mengusulkan teori tentang zat warna, bahwa
dalam suatu struktur molekul zat warna akan mengandung gugus tidak jenuh
yang disebut kromofor (Contoh : -N=N-, >C=O, -NO2) dan gugus pembentuk
garam yang disebut auksokrom Contoh : -OH, -NH2, -SO3H.
Bila kromofor berikatan dengan sistem aromatik akan diperoleh senyawa
yang berwarna, contohnya azo bensena berwarna orange, antrakwinon berwarna
kuning muda. Gabungan sistem aromatik dan kromofor tersebut disebut
kromogen.
Kromogen seperti azobensena belum bisa dipakai sebagai zat warna karena
intensitas warnanya rendah dan belum mempunyai daya celup. Tetapi bila
dimasukkan satu atau lebih gugus auksokrom maka akan menjadi zat warna.
Dilthey dan Wizinger mengemukakan bahwa auksokrom ada yang bersifat donor
elelktron dan ada juga yang bersifat penarik elektron. Bila auksokrom pemberi
elektron diletakan pada arah berlawanan dengan auksokrom penarik elektron
dalam struktur molekul zat warna maka akan memperbesar sistem konyugasi zat
warna, sehingga selain meningkatkan intensitas warna juga akan menimbulkan
efek bathokromik, yaitu panjang gelombang maksimum ( λ maks) zat warnanya
akan semakin besar, contohnya dari kuning menjadi merah.
Pada tahun 1900 Gomberg menemukan radikal trifenil metan yang ternyata
berwarna padahal pada strukturnya tidak ada kromofor maupun auksokrom.
Pada tahun 1907 Hewitt dan Mitchel menyatakan pentingnya sistem
konyugasi dalam struktur zat warna, bahwa penuaan warna akan semakin besar
dengan semakin panjangnya sistem konyugasi dalam struktur zat warna. Seiring
dengan ditemukannya konsep resonansi elektron dalam struktur yang
terkonyugasi diperoleh bahwa penyebab timbulnya warna adalah karena dalam
struktur zat warna yang terkonyugasi akan ada resonansi electron π.

Dyes.
Dyes adalah komponen molekul organik yang memiliki kumpulan senyawa
inti tak jenuh, disebut kromofore yang bergabung dengan komponen lain dimana
gabungan ini disebut kromogen serta gugus substantive yang berfungsi sebagai
penguat / mengintensifkan warna dan memperbaiki substantifitas ikatan dengan
substratnya (serat kulit, kertas, poliamida, katun, sutera dll) yang disebut
ausokrome. (ON Witt, 1876)

Penggolongan Dyestuff Berdasarkan muatan.


Auksokrome dapat menyebabkan intensifikasi ikatan cat dasar dengan
substrat meningkat, disamping itu auksokrom juga berfungsi meningkatkan
kelarutan cat dalam air. Auksokrom juga merupakan komponen pembawa muatan
dimana pada saat terjadi disosiasi terbentuk muatan anionik atau kationik,
sehingga pewarna dyes juga dapat dikategorikan sebagai cat dasar anionik atau
kationik.
Anionic Dyestuff.
Adalah pewarna dyes yang memiliki satu atau lebih gugus auksokrom
SO3Na atau SO3H yang juga berfungsi sebagai gugus penentu tingkat kelarutan
dyes, dimana semakin banyak gugus sulfon, maka tingkat kelarutan cat dasar
akan semakin tinggi, selain akan semakin anionik dan reaktif terhadap kulit wet
blue yang bersifat kationik. Hampir 90 % pewarna kulit merupakan kelompok ini.
Berikut ini contoh salah satu gambar struktur kimia cat anionik CI acid red 301 (
The Analytical Synteytic Dyes ).
Cationic Dyestuff.
Adalah pewarna dyes yang memiliki satu atau lebih gugus auksokrom yang
merupakan garam dari ammonium, sulfonium atau oxonium. Kelarutannya lebih
rendah dibandingkan dengan cat anionik sehingga perlu penambahan sedikit
asam asetat. Pewarna kationik jarang digunakan apabila digunakan hanya dalam
kasus tertentu, sebagai aditiv dalam jumlah yang kecil karena sifat ketahanan
cahaya dan kimia yang rendah.

Klasifikasi Dyestuff Berdasarkan Aplikasi.


Klasifikasi dyestuff menurut aplikasinya dapat dikelompokan menjadi:
1. Acid Dyes ( cat asam).
2. Direct/Catton/ Substabtive Dyes ( cat direk).
3. Metal complex/Pre-metal dyes ( cat matal kompleks )
4. Reaktive Dyes
5. Dispersed Dyes
6. Solvent Dyes
7. Vat Dyes.
8. Fur Dyes.
9. Mordant Dyes.
10. Silk Dyes dll.
Dari sekian banyak tipe dyes diatas, semuanya termasuk anionic dyes,
dewasa ini yang paling banyak digunakan untuk mewarnai kulit adalah cat asam,
cat direk, cat metal kompleks. Dyes lainnya sangat jarang digunakan kecuali
pewarna reaktiv untuk kulit warna muda dan umumnya yang disamak formalin
walaupun kini dengan pertimbangan lingkungan dan kesehatan yang lebih baik
penggunaan cat dasar reaktiv mulai diperkenalkan untuk kulit yang disamak
krom.

1. Acid Dyes.
Cat ini umumnya merupakan garam natrium (Na), dimana dalam susunan
molekulnya mengandung satu atau lebih gugus sulfonat (-SO 3-), hanya ada
beberapa yang mengandung gugus karboksilat (-COO - ). Untuk berikatan dengan
substrat kulit secara sempurna (clear/exhausted) dan mencapai warna yang full
shade perlu lingkungan yang asam (2,5-3), sehingga pada akhir proses pewarnaan
kulit, ditambah asam ( asam format/ asetat ) untuk mencapai pH tersebut.
Beberapa Contoh Cat Asam.
a. Orange G ( Ethonic Fast G ).
b. Levelling Red (Acetyl Red J.).
c. Acid Bordeaux.
d. Recorcine Dark Brown.
e. Acid Black (Buffalow Black
f. Acid Yellow AJ.( Tartrazine ).
g. Acid Green.
Keuntungan Menggunakan Acid Dyes.
Dewasa ini dapat dikatakan hampir semua pewarna kulit menggunakan acid
dyes karena ada beberapa kelebihan yang dimilik oleh pewarna ini.
a. Ketahanan terhadap air sadah tinggi ( tidak mengendap).
b. Tidak menmbulkan efek bronzing walau penggunaannya berlebihan.
c. Mempunyai ketahanan gosok, cahaya, keringat yang relative baik dengan
nilai 3-5.
d. Mempunyai penetrasi yang baik terhadap kulit.

2. Direct Dyes.
Cat asam cat direk merupakan garam Na (natrium) dari asam sulpho yang
mengandung dua atau lebih gugus azo, sehingga sering juga disebut sebagai
diamina atau poliamina. Disamping itu cat direk paling sedikit memiliki 3 inti
aromatis terikat bersama dalam dua azo dan dua aromatis yang terikat dalam 1
azo.
Kelebihan
1. Harganya relative murah.
2. Mudah larut dala suasana alkali
Kekurangan.
1. Hampir semua cat direct mengandung benzidine
2. Warnanya lebih tampak buram dibandingkan dengan cat asam.
3. Sensitive terhadap perubaan npH terutama dalam suasana asam.
4. Ketahanan cahaya rendah
5. Tidak tahan terhadap air sadah.

3. Metal Complex Dyes.


Cat dasar metal kompleks adalah dyes yang mengandung komponen metal
didalam struktur kimianya. Fungsi metal sebagai koordinative dari dua atau lebih
molekul dyes. Jenis metal yang sering digunakan adalah krom (Cr), besi (Fe),
kobalt (Co), tembaga (Ag). Ada beberapa kelebihan pewarna ini dibandingkan
degan perwarna acid atau direct diantaranya adalah :
1. Sangat stabil terhadap perubahan pH walaupun pada pH=3, dimana
biasanya merupakan titik krusial bagi dyes terutama jenis direct.
2. Warna sangat rata.
3. Warna lebih tajam dibandingkan pewarna direk tetapi lebih rendah
dibandingkan dengan cat asam.
4. Ketahanan terhadap cahaya, fatliquor, sintan sangat baik.
Contoh cat metal komleks adalah :
Lowapel Black Ex – 1 ( Jos. H. Lowenstein & Sons, Inc.)
Lowapel Black Ex – 1 adalah salah satu dyes yang sering digunakan dalam
proses dyeing pada kulit. Cat ini merupakan cat jenis metal complex yang
memberikan warna hitam pada kulit. Cat ini adalah produksi Jos. H. Lowenstein
& Sons, Inc. sebuah perusahaan kimia yang memproduksi bahan – bahan kimia
dan pewarna untuk industry kulit. Perusahaan ini berdiri tahun 1897 dan berpusat
di Brooklyn, New York.

Karakteristik Dyes
Selain sifat bawaan karena perbedaan struktur molekul internal yang berbeda
untuk setiap warna, karakteristik dyes juga dipengaruhi oleh factor external
terutama oleh:
a. Temperatur.
b. Konsentrasi.
c. pH larutan.
d. TIE.
Temperatur.
Naik turunnya tempaeratur larutan akan menyebabkan terjadinya perubahan
pada secondary valency forse dan ionic force. Sperti kita ketahui susunan atau
struktur molekul dyes merupakan garam atau asam yang berikatan melalui ikatan
ionic sehingga akan mudah mengalami ionisasi dalam larutan. Demikian pula
struktur molekul dyes banyak yang bersifat polar ( COOH, OH, SO 3Na dll)
sehingga dapat membentuk secondary force.
Pada saat temperature meningkat. SVF (secondary valence force) akan putus
sehingga menyebabkan:
 Kelarutan meningkat.
 Penetrasi pada kulit semakin dalam.
 Molekul dyes mengecil
 Sebaran cat semakin merata.
IF (ionic force) akan semakin melemah sehingga menyebabkan:
 Disosiasi dan ionisasi akan semakin cepat.
 Reaksi terhadap kulit wet-blue yang (+) meningkat /cepat (reaktivitas
naik)
 Kemampuan penetrasi menurun.
 Sebaran cat cenderung kurang rata.
Kenaikan temperature memberikan efek yang bertolak belakang terhadap
SVF dan IF, namun karena pengaruh IF lebih besar dari SVF maka untuk
menaikan temperatur lebih cenderung pada pertimbangan IF dan kondisi kulitnya.
Contoh awal pewarnaan untuk kulit yang memerlukan penetrasi tinggi lebih baik
menggunakan air dingin dan pada akhir proses baru dinaikan tempertarnya.
Sebaliknya pada untuk kulit yang dinginkan surface dyeing maka awal
penyamakan dilakukan dengan temperature tinggi.
Konsentrasi.
Konsentrasi tinggi berhubungan dengan penggunaan jumlah air dalam
proses. Semakin banyak persentase air digunakan maka konsentrasi akan semakin
rendah begitu pula sebaliknya.
Konsentrasi meningkat / tinggi menyebabkan molekul dyes semakin
mendekat akibatnya SVF antar molekul meningkat.
 Molekul mengalami pembesaran.
 Proses ionisasi akan terganggu akibatnya reativitas terhadap kulit kan
menurun.
 Penetrasi dalam kulit akan meningkat.
 Aksi mekanik flexing dan squeezing meningkat, difusi tinggi.
pH Larutan.
Dapat dikatakan dari tiga factor diatas pH merukan factor eksternal yang
paling berpengaruh. pH merupakan factor fungsional terikatnya dyes pada serat
kulit. Penurunan pH pada larutan dyes (sebagai garam Na) akan menyebabkan
proses disosiasi berjalan lebih cepat karena terbentuk garam baru dari sisa asam
dengan Na dan membentuk molekul dyes dengan muatan negative yang segera
berikatan secara ionic dengan serat kulit yang bermuatan positive. Penurunan pH
menyebabkan:
 Meningkatnya afinitas dyes.
 Menurunnya penetrasi atau difusi dyes.
 Kenaikan pH menyebabkan efek sebaliknya
 Menurunnya afinitas dyes.
 Meningkatnya kemampuan penetrasi/difusi.

pH sebagai fungsi afinitas dyes.


Penurunan pH menyebabkan jumlah mgrek terikat pada serat / protein kulit
akan meningkat. Contoh atas penelitian menggunakan dyes 3 turunan kromofore
azo untuk setiap 100 gr protein kulit.
Tabel 1.1 Jumlah mgrek dyes terikat / 100 gr kolagen kulit
Dyes pH 1 pH 1.5 pH 2 pH 2.5 pH 3 pH 3.5
Dyes I 99.45 82.76 65.39 50.83 45.29 40.51
Dyes II 98.97 80.13 65.09 50.00 44.75 39.34
Dyes III 96.39 79.91 64.26 49.25 42.21 38.61

Dari data diatas tampak terjadinya penuruan afinitas tiga dyes terhadap
protein kulit bersamaan dengan naiknya pH larutan . Semakin tinggi pH larutan
maka jumlah dyes terikat pada serat kolagen semakin rendah tampak terjadi
penurunan afinitas dari ketiga dyes diatas. Hal lain yang perlu diperhatikan
berkaitan dengan nilai pH larutan adalah efeknya terhadap difusi / penetrasi dan
afinitas.
pH rendah  akan meningkatkan afinitas tetapi menurunkan difusi
pH tinggi  akan meningkatkan difusi tetapi menurunkan afinitas.
Sebagai catatan difusi dan afinitas cat dasar juga sangat tergantung dari jenis
media kulitnya. Cat dasar yang sama akan mempunyai afintas berbeda bila
medianya berbeda, atau dapat dikatakan afinitas cat dasar tergantung dari jenis
kulitnya apakah kulit wet-blue yang positip (+++++), nabati yang negative (−−−
−−), crust (−−−), atau kombinasi krom nabati/nabati krom. Selain itu sifat dasar
cat sebagai garam yang mempunyai tetapan disosiasi (K diss) berbeda juga
mempengaruhi difusi dari cat dasar. Sebagai contoh hasil penelitian terkait
dengan difusi dan tetapan disosiasi garam pewarna dapat dilihat dibawah ini.
Tabel 1.2 Difusi dan tetapan disosiasi garam pewarna
Dye’s Difusi Kdiss
Orange GG 10 4,7.10-1
Amida Yellow E 5 2,9.10-2
Orange II 5 5,6.10-2
Brown RHE 4 3,9.10-3
Fast Brown GB 4 1,6.10-3
10= difusi sempurna
Semakin kecil nilai tetapan diisosiasi menunjukan difusi semakin kecil dan
sebaliknya. Garam dengan Kdiss yang besar akan terion lebih baik dan sempurna.
Untuk kulit yang memliki muatan yang sangat beroreintasi positif kondisi ini
akan meningkatkan reaktivitas terjadinya ikatan, tetapi apabila kulit memliki sifat
yang lebih negative reaktivitas akan berkurang dan justrunakan membantu
terjadinya penetrasi kedalam kulit. Disini dapat diartikan prilaku cat terutama
yang berhubungan dengan difusi akan selalu berubah tergantung pada sifat
kulitnya, seperti telah diuraikan diatas.

TIE (IP).
Titik Iso Elektrik atau Iso Elektric Point merupakan nilai pH dimana terjadi
keseimbangan muatan positif dan negatif dalam kulit. Permasalahan muncul
ketika TIE selalu berubah-ubah tergantung kepada zat penyamak yang digunakan
akibatnya kulit selalu berubah TIE nya tergantung zat penyamak yang digunakan.
Berikut ini gambaran perubahan TIE akibat penggunaan zat samak yang berbeda.
Tabel 1.3 Perubahan TIE Kulit.
PeltCollagen pH I.P Shift of IP Produced Volt Surface
Tanned by Mean of by Tanned pH Potential at pH =6,5
Untanned 5,2 - -0,031
Formaldehida 4,6 -0,6 -0,041
Cathechine 3,8 -1,4 -0,076
Mimosa 4,0 -1,2 -0,085
Syntan 3,2 -2,0 -0,119
Masked Chrome 3,8-4,8 (-0,2)-(-1,4) (-0,01)-(0,05)
Basic Crome Sulfat 6,7 +1,5 0,025

Apabila Volt Surface Potential bersifat positif seperti kulit yang disamak
dengan basic chrome sulfat maka difusi akan terganggu, penetrasi rendah, reaktif
terhadap acid atau acid dyes yang anionik, namun sebaliknya apabila Volt
Surface Potential negative difusi akan lebih baik penetrasi tinggi. Dalam contoh
diatas dyes yang paling cepat penetrasi apabila di implementasikan pada kulit
yang di retanning dengan synan. Semakin banyak jumlah syntan yang digunakan
maka sifat kulit akan semakin negative, sehingga reakttifitasnya terhadap
pewarna anionik akan semakin rendah, sulit terikat, bahkan dapat menyebabkan
tingkat ketahanan kelunturannya menurun.

Mekanisme Ikatan Dyes dengan Kulit.


Pada dasarnya, pada saat kulit bersentuhan dengan pewarna akan segera
terjadi reaksi parsial antara gugus muatan berlawana antara pewarna yang ter-ion
dan bermuatan negative dengan bagian kulit yang bermuatan positif seperti
komponen amina. Kecepatan reaksi tergantung pada VSF. Semakin negative
reaksi semakin lambat ikatan ionik terjadi juga sangat lemah. Kulit wet-blue yang
telah mengalami netralisasi, penyamakan ualng dan peminyakan VSFnya sangat
tinggi sehingga sulit bagi pewarna untuk terikat kecuali dipercepat dengan
penambahan asam yang dapat mempercepat proses disosiasi garam pewarna dan
gugus amina pada kulit. Proses ini disebut fiksasi atau pengikatan.

Fiksasi.
Fiksasi juga disebut pengikatan, proses yang dilakukan setelah waktu
pewarnaan atau proses dyeing dianggap cukup. Fiksasi yang menggunakan
pewarna asam, direk atau metal-kompleks umumnya dengan asam dalam hal ini
asam formiat (HCOOH) atau asetat (CH3COOH). Mekanisme fiksasi terjadi
dalam tiga tahapan.
Tahap1: Merupakan tahap penetrasi/difusi pewarna dalam kulit. Kecepatan
penetrasi tergantung beberapa factor selain dari kulitnya juga sifat dyestufnya.
Waktu penetrasi biasanya antara 45-90 menit.
Tahap2: Setelah penetrasi tercapai mulai dilakukan fiksasi dengan
menambahkan asam secara bertahap dalam drum perwarnaan. Terjadi penurunan
pH cairan dan kulit. pH yang lebih rendah dari TIE kulit akan menyebabkan kulit
bermuatan positif dan reaktif terhadap muatan anionik.
Tahap3: Bersamaan dengan penurunan pH cairan, dye’s yang merupakan
garam akan terdisosiasi dengan sempurna dan membentuk ion negative yang
segera bereaksi dengan gugus amina kulit, seperti contoh dyes yang terion
dibawah ini.
Selain terjadi ikatan ionic yang merupakan representasi ikatan seluruhnya
terjadi pula ikatan karena polaritas dyestuff. Disini gugus polar pada pewarna
seperti (OH) atau NO2 potential untuk membentuk ikatan secondary valency
dengan kulit. Ikatan ini signifikan terhadap kekuatan ikatan pewarna dengan kulit
sehingga terbentuk mutual binding yang mempengaruhi tingkat kelunturan kulit
secara keseluruhan.
Dari ilustrasi diatas dapat disimpulkan semakin besar molekul dyestuff maka
potensial ikatan co-ordinat valency ( dipoles dan forming hydrogen bond )
semakin besar yang akan menyebabkan meningkatnya ketahan warna kulit
Fiksasi dilakukan dengan penambahan asam, namun tidak jarang
ditambahankan bahan pembantu fixing atau disebut sebagai fixing agent yang
merupakan resin kationik, garam aluminium, garam chrome, emulsi minyak
bermuatan kationik untuk meningkatkan derajat exhaustion cat dasar,
meningkatkan ketahanan gosok, kelunturan warna. Penggunaannya tidak lebih
dari 0,75 % karena bila terlalu banyak memberikan efek pegangan yang berbeda.

KESADAHAN AIR
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air,
umumnya ionkalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garamkarbonat.
Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi,
sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion
kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam
lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Metode paling sederhana untuk
menentukan kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan
menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan
busa atau menghasilkan sedikit sekali busa. Cara yang lebih kompleks adalah
melalui titrasi. Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppmberat per volume
(w/v) dari CaCO3.
Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat
menyebabkan beberapa masalah. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan
mineral, yang menyumbat saluran pipa dan keran. Air sadah juga menyebabkan
pemborosan sabun di rumah tangga, dan air sadah yang bercampur sabun dapat
membentuk gumpalan scum yang sukar dihilangkan. Dalam industri, kesadahan
air yang digunakan diawasi dengan ketat untuk mencegah kerugian. Untuk
menghilangkan kesadahan biasanya digunakan berbagai zat kimia, ataupun
dengan menggunakan resin penukar ion.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kesadahan_air)
Air untuk penyamakan kulit harus jernih, tidak berbau, tidak berwarna dan
tidak mengandung zat-zat yang dapat menurunkan mutu kualitas kulit yang
diproses, seperti garam-garam besi, natrium Klorida yang terlalu banyak, garam-
garam Ca dan Mg (kesadahan) dan sebaiknya bereaksi netral. Air yang
kesadahannya tinggi biasanya terdapat pada air tanah di daerah yang bersifat
kapur dan juga mengakibatkan konsumsi, karena adanya hubungan kimiawi
antara ion kesadahan dengan molekul sabun menyebabkan sifat deterjen sabun
hilang. Beberapa pengaruh kualitas air untuk penyamakan kulit yang tidak
memenuhi standar mutu air untuk proses penyamakan kulit adalah sebagai
berikut :
Kesadahan dapat mengganggu pada proses penyamakan antara lain :
1. Liming
Ca(HCO3)2 + Ca(OH)2 → 2CaCO3↓ + 2H2O
Flek
2. Pikel
CaCl2 + H2SO4 → CaSO4↓ + 2HCl
3. Penyamakan nabati
Ca2+ +Tannin → Ca Tannat (warna lebih tua)
4. Pengecatan
Cat anionik akan mengurangi jumlah cat yang dipakai, sebab bereaksi
dengan kalsium (Ca2+) dengan kulit dapat mengurangi efektifitas kerja cat.
5. Pada proses soaking dapat menyebabkan sulitnya penetrasi kemikalia
kedalam kulit.
6. Bilangan permanganat
Pada bilangan permanganate banyak terdapat reduktor didalam air, zat
organic dan mikroorganisme sehingga dikawatirkan dapat terjadi
pembusukan.
7. Klorida (Cl)
Dalam kondisi tertentu air dapat bereaksi dengan udara bebas membentuk
H2CO3↔H2O+CO2 + H2O, yang berfungsi menghilangkan kemungkinan
endapan putih dari karbonat
8. Besi (Fe)
FeCl3 + KCNS → FeCl2CNS + KCl
Kadar besi yang berlebihan dapat menagkibatkan :
a. Pada proses soaking bereaksi dengan kulit sehingga warna kulit menjadi
kecoklatan.
b. Pada proses tanning dapat membentuk Feritannat sehingga warna menjadi
lebih tua.
c. Besi juga bersifat kationik sehingga pada prose pengecatan akan bereaksi
dengan zat anionic sehingga mengurangi efisiensi kerja pengecatan.

Ketahanan Cat Dasar Tehadap Air Sadah


Kestabilan cat dasar kulit terhadap air sadah adalah kemampuan cat dasar
untuk tidak mengendap bila direaksikan dengan air sadah, dimana air sadah
tersebut mengandung garam-garam karbonat.
Cat dasar yang bersifat anionic ( bermuatan negative ) jika berikatan dengan
garam-garam karbonat yang bermuatan positif maka akan menimbulkan endapan
( contoh : cat direct ). Disebabkan cat dasar tidak bisa terpenetrasi sampai
kedalam kulit, karena sudah berikatan dengan garam-garam karbonat, sehingga
cat dasar hanya terdispersi di permukaan kulit saja, selain itu cat juga tidak rata.
Na
SO3 +Ca++ SO3-Ca+ + Na
( Cat asam )

Ketahanan Cat Dasar Terhadap Asam


Menurut teori terjadinya perubahan warna pada molekul cat dasar
disebabkan karena perubahan panjang gelombang molekulnya. Asam akan
mensuplai H+ yang akan mempengaruhi pasangan electron menyendiri/electron
mobile pada cat dasar. Semakin tinggi suplai semakin tinggi pengaruhnya.
HCOOH H+ + HCOO-α < 1 ( derajat disosiasi rendah )

H2SO4 2H+ + SO42- α = 1 ( derajat disosiasi tinggi )

Dilihat dari jumlah H+ yang disuplai H2SO4 akan mempunyai pengaruh yang
lebih besar daripada HCOOH.
Apabila electron mobile dari cat dasar tersebut terpengaruh oleh asam
( berikatan dengan H+ ) maka terjadi perubahan probabilitas susunan electron,
energinyapun berbeda. Hal ini menyebabkan perubahan serapan panjang
gelombang dari molekul cat dasar sehingga warna berubah.
Perubahan warna bisa menjadi lebih tua dan bisa menjadi lebih muda,
tergantung dari panjang gelombangya. Semakin tinggi panjang gelombangnya
akan mengarah ke daerah warna Red tetapi semakin pendek panjang
gelombangnya akan mengarah ke warna violet.

Violet Red

Invisible λ = 400 nm λ = 800 nm


Invisible

Efek penambahan asam adalah :


a. Membantu kulit bermuatan positif
b. Membantu cat terionisasi negative
Sehingga keduanya saling berikatan
Pengaruh asam terhadap larutan cat ada hubungannya terhadap proses
fiksasi. Proses fiksasi pada dyeing adalah proses disosiasi garam pewarna dan
gugus amina pada kulit. Fiksasi disebut juga pengikatan, proses yang dilakukan
proses yang dilakukan setelah pewarnaan dianggap cukup. Fiksasi yang
menggunakan pewarna asam, direct atau metal komplexs umumnya
menggunakan asam, dalam hal ini asam formiat ( HCOOH) atau asam asetat
( CH3COOH ). Mekanisme fiksasi terjadi dalam 3 tahapan:
1. Merupakan tahap penetrasi / difusi dyes dalam kulit. Kecepatan penetrasi
tergantung beberapa factor selain dari kulitnya juga sifat dyestuffnya.
2. Setelah penetrasi tercapaqi mulai dilakukan fiksasidengan menambahkan
asam secara bertahapdalam drum pewarnaan. Terjadi penurunan pH cairan
dalam kulit. pH yang lebih rendah dari TIE kulit akan menyebabkan kulit
bermuatan positif dan reaktif terhadap muatan anionic.
3. Bersamaan dengan penurunan pH cairan, dyes yang merupakan garam akan
terdisosiasi dengan sempurna dan membentuk ion negative yang segera
bereaksi dengan gugus amina kulit.

Ketahanan Cat Terhadap Basa


Adapun pengaruh basa terhadap larutan cat ada hubungannya terhadap
proses netralisasi. Proses netralisasi atau disebut juga deacidifikasi adalah proses
untuk menghilangkan sebagian sisa asam bebas yang terdapat pada wet blue baik
yang berasal dari proses pengasaman atau yang terbentuk selama reaksi olasi dan
oksilasi selama masa penyimpanan. Asam asam yang dinetralisir tersebut adalah
asam yang terdapat diantara serat – serat kulit atau asam bebas lain yang belum
hilang pada waktu pencucian.
Apabila asam ini tidak dihilangkan maka akan berpengaruh pada proses
pengecatan dasar maupun peminyakan. Khusus pada pengecatan dasar apabila
asam yang ada dalam kulit tidak dinetralisir maka dikhawatirkan akan
menyebabkan tidak meratanya cat yang terikat pada permukaan kulit. Basa yang
digunakan untuk netralisasi harus mempunyai kemampuan untuk tidak merubah
sifat dari pewarna yang digunakan dan tidak merubah struktur dari kulit itu
sendiri sehingga dampak – dampak negative pada kulit dapat dihindarkan.
Penggunaan Natrium Karbonat (Na2CO3) dapat menyebabkan kulit menjadi
kasar, hal ini karena timbulnya reaksi antara asam kuat dan basa kuat yang
menyebabkan kontraksi pada serat serat kulit sehingga timbul efek kerutan pada
permukaan kulit. Keadaan ini tidak akan timbul apabila menggunakan Natrium
Bikarbonat ( Na2HCO3 ), tetapi Natrium bikarbonat mempunyai harga yang lebih
mahal. Untuk dapat menghasilkan kulit seperti yang diharapkan dan dengan biaya
yang tidak terlalu mahal biasanya penggunaannya dicampurkan antara Natrium
Bikarbonat dan Natrium Karbonat.

BAB II
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Pengujian pH Cat Dasar Kulit


1. Tujuan praktikum
a. Untuk mengetahui berbagai larutan cat dasar sehingga prilaku dalam
proses pewarnaan dapat ditentukan.
b. Metode ini digunakan untuk semua cat dasar kulit yang larut dalam air
seperti cat asam,direct,sulfur,reaktif dan lain-lain
2. Alat dan bahan
a. Bahan yang digunakan
1. Metal complek ( luganil black NT )
2. Direct red
3. Asam ( Coriacide Red NR )
4. Reactive ( Reactive Yellow )
5. Nabati ( yellow nabati )
6. aquadest
b. Alat yang digunakan
1. Gelas arloji
2. Gelas beaker 10 ml,100 ml
3. Pipet volume 10 ml
4. Tabung Reaksi
5. Pipet tetes
6. Timbangan digital
7. Sudip
8. Seker
9. pH meter
10.kertas whatman
11.propipet
3. Cara kerja
1. Dibuat larutan cat dasar Yellow Nabati dengan konsentrasi 1%,2%,3%
dan 4%
2. Ditimbang cat dasar dalam timbangan digital
3. Dilarutkan cat dasar kedalam beaker gelas sebanyak 1%,2%,3%,4%,
setiap konsentrasi dibuat sebanyak 10 ml
4. Dilakukan pengadukan dengan seker selama 5 menit
5. Dilakukan tes pH aquades dengan perulangan 3 kali
6. Dilakukan tes pH dyestuff dengan perulangan 3 kali
7. Dilakukan drop test pada kertas whatman

B. Pengujian ketahanan Cat Dasar Kulit Terhadap Asam


1. Tujuan praktikum
a. untuk mengetahui ketahanan larutan cat dasar terhadap asam
b. Metode ini dipakai untuk semua cat dasar yang larut dalam air
2. Alat dan bahan yang digunakan
a. Bahan yang digunakan
1. Metal complek ( luganil black NT )
2. Direct red
3. Asam ( Coriacide RED NR )
4. Reactive ( Reactive Yellow )
5. Nabati ( yellow nabati )
6. Aquadest
7. Asam sulfat ( H2SO4 10% )
8. Asam formiat ( HCOOH 10%)
9. Asam oksalat 10%
10.Asam asetat ( CH3COOH 10%)
11.Kertas whatman
b. Alat yang digunakan
1. Erlenmeyer 250 ml
2. Tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Pipet volume 10 ml
5. Pipet volume 1 ml
6. Thermometer
7. Gelas arloji
8. Vortek mixer
9. Sudip
10. Kompor listrik
11. Grey scale
c. Cara kerja
1. Dilakukan test pH pada basa yang digunakan
2. Ditimbang 0,5 gram cat yellow nabati,ditambahkan 100 ml aquades,
diaduk sampai rata
3. Didihkan larutan cat dasar tersebut,setelah mendidih biarkan selama 2
menit
4. Dinginkan hingga temperature kurang lebih 600 C
5. Diambil larutan cat dasar tersebut sebanyak 10 ml dan masukkan
kedalam tabung reaksi (buat 5 kali)
6. Tabung reaksi yang berisi larutan cat dasar tersebut dimasukkan
sebanyak 0,5 ml aquades, 0,5 ml H2SO4 10% ,0,5 ml HCOOH 10%,
0,5 ml asam oksalat 10%, 0,5 ml asam asetat ( CH3COOH 10% )
7. Dihomogenkan selama 5 menit menggunakan vortex pada masing –
masing tabung
8. Setelah proses homogenitas selesai, diamati larutan tersebut pada
menit ke 10 dan 60
9. Dilakukan drop test dan dilakukan grey scale

C. Pengujian ketahanan Cat Dasar Terhadap Basa


1. Tujuan Praktikum
a. Untuk mengetahui ketahanan larutan cat dasar terhadap basa
b. Metode ini dipakai untuk semua cat dasar yang larut dalam air
2. Alat dan Bahan
a. Bahan yang digunakan
1. Metal complek ( luganil black NT )
2. Direct yellow
3. Asam ( Coriacide RED NR )
4. Reactive ( Reactive Yellow )
5. Nabati ( yellow nabati )
6. Aquades
7. Na2CO3 10%
8. NaHCO3 10%
9. NaCOOH 10%
10. NaCH3COO 10%
11. Kertas whatman
b. Alat yang digunakan
1. Propipet
2. Pipet volume 1ml,10 ml
3. Vortex mixer
4. thermometer
5. gelas arloji
6. gelas beaker 100 ml
7. Erlenmeyer 250 ml
8. Pengaduk
9. Pipet tetes
10. Tabung reaksi
11. Kompor listrik
12. pH meter
13. grey scale
c. cara kerja
1. Dilakukan test pH pada basa yang digunakan
2. Ditimbang 0,5 gram cat yellow nabati ,ditambahkan 100 ml
aquades,diaduk sampai rata
3. Didihkan larutan cat dasar tersebut,setelah mendidih biarkan selama 2
menit
4. Dinginkan hingga temperature kurang lebih 600 C
5. Diambil larutan cat dasar tersebut sebanyak 10 ml dan masukkan
kedalam tabung reaksi (buat 5 kali )
6. Tabung reaksi yang berisi larutan cat dasar tersebut dimasukkan
sebanyak 0,5 ml aquades, 0,5 ml Na2CO3 10% ,0,5 ml NaHCO3 10%,
0,5 ml NaCOOH 10%, 0,5 ml NaCH3COO 10%
7. Dihomogenkan selama 5 menit menggunakan vortex pada masing –
masing tabung
8. Setelah proses homogenitas selesai, diamati larutan tersebut pada
menit ke 10 dan 60
9. Dilakukan drop test dan dilakukan grey scale

D. Pengujian cat dasar terhadap air sadah


1. Tujuan praktikum
a. Untuk mengetahui kestabilan larutan cat dasar terhadap air sadah
b. Metode ini dipakai untuk semua cat dasar yang larut dalam air
2. Alat dan bahan
a. Bahan yang digunakan
1. Metal complek ( luganil black NT )
2. Direct red
3. Asam ( Coriacide Red NR )
4. Reactive ( Reactive Yellow )
5. Nabati ( yellow nabati)
6. Aquadest
7. Air sadah 200 mg CaO/ lt
8. Air sadah 400 mg CaO/ lt
b. Alat yang digunakan
1. Propipet
2. Pipet volume 1ml,10 ml
3. thermometer
4. gelas arloji
5. gelas beaker 100 ml
6. Erlenmeyer 250 ml
7. Pengaduk
8. Pipet tetes
9. Tabung reaksi
10. pH meter
11. grey scale
12. kompor listrik
c. Cara kerja
1. Ditimbang 0,1 gram cat yellow nabati dilarutkan dengan 50 ml
aquades pada gelas beaker
2. Dipanaskan sampai mendidih, biarkan selama 2 menit
3. Dinginkan hingga temperature ± 20 menit
4. Diambil larutan cat dasar sebanyak 1 ml dan masukkan kedalam
tabung reaksi
5. Dari ketiga tabung reaksi ,tambahkan masing-masing tabung dengan
10 ml aquades, 10 ml air sadah 200 mg CaO/ lt,10 ml air sadah 400
mg CaO/lt
6. Dihomogenkan selama 5 menit dengan menggunakan vortex
7. Diamkan larutan tersebut,diamati pada menit ke 10,dan 60
8. Dilakukan drop test dan diamati juga pergeseran warnanya dengan
menggunakan grey scale

Parameter Grey Scale


: Nilai Ketentuan
5 (baik sekali) Tidak ada perubahan terhadap warna asli
4 (baik) Sedikit terjadi perubahan warna terhadap warna asli
3 (cukup) Terjadi perubahan warna terhadap warna asli
2 (sedang) Terjadi perubahan warna yang menyolok terhadap warna asli
1 (kurang) Terjadi perubahan warna yang sangat menyolok terhadapwarna asli

Homogenitas test
1.Setelah pengambilan larutan cat dasar untuk drop test, larutan didiamkan.
2.Diamati pada 10 menit dan 60 menit
3.ditabulasikan data
Parameter homogenitas

Nilai Ketentuan

5(baik sekali) Tidak terjadi perubahan

4(baik) Terjadi agregat atau flokulan tapi sedikit

3(cukup) Terjadi agregat atau flokulan agak banyak

2(sedang) Terjadi agregat atau flokulan merata

1(kurang) Terjadi endapan

BAB III

PENGAMATAN
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/6571779/
LAPORAN_PRAKTIKUM_PRAKTEK_TEKNIK_PEWARNAAN

Purnomo, Eddy. 2010. Teknologi Pasca Tanning, Yogyakarta. Akademi Teknologi


Kulit.
PENGUJIAN pH CAT DASAR KULIT DAN PENGUJIAN KETAHANAN
CAT DASAR TERHADAP ASAM, BASA DAN AIR SADAH

TEKNIK PEWARNAAN

Disusun oleh :

Nama : Jafar Nashiruddin

Nim : 130201035

DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

AKADEMI TEKNOLOGI KULIT

YOGYAKARTA

2014

Anda mungkin juga menyukai