Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN TUGAS PROJEK PRAKTIKUM

PERALATAN INSTRUMENTASI ANALITIK


ALAT BANTU JALAN UNTUK TUNANETRA MENGGUNAKAN ADUINO NANO

OLEH : KELOMPOK 2

1. SASTRA MIDA T202101050


2. RISYA DIVA CAHYANI T202101025
3. ANNISA FUJIYANTI T202001009
4. WAODE NUR FITRAH T202001049
5. MUH. MARIFAT TASAUF T202101027
6. NANANG SUPRYADIN ASBIN T202101045
7. MUH. FIRMAN T202101021

DOSEN PEMBIMBING : MUHAMMAD SAINAL ABIDIN, S.Si., M.Si

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


PROGRAM STUDI D-III TEKNOLOGI ELEKTRO-MEDIS
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di Indonesia istilah tunanetra lebih dikenal dengan sebutan buta karena merujuk
pada arti kata blind (buta total). Blind atau buta total adalah seseorang yang memiliki
kondisi ketajaman pengelihatan 20/200 atau kurang dari pengelihatan orang yang memakai
kacamata atau jangkauan pengelihatan yang sangat sempit dengan diameter jangkauan
pengelihatan tidak lebih dari 20 derajat.
Istilah tunanetra dalam KBBI edisi kelima (2016) memiliki arti tidak dapat melihat
atau buta. Istilah tunanetra dalam UU RI Nomor 8 Tahun 2016 tentang penyandang
disabilitas termasuk ke dalam penyandang disabilitas sensorik. Penyandang disabilitas
sensorik adalah orang yang mengalami gangguan pada fungsi panca indera. Persatuan
Tunanetra Indonesia (Pertuni) mendefinisikan tunanetra adalah mereka yang tidak
memiliki penglihatan sama sekali (buta total) hingga mereka yang masih memiliki sisa
penglihatan tetapi tidak mampu menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan
biasa berukuran 12 point dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kaca
mata. Nakata (2003) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan tunanetra adalah
mereka yang mempunyai kombinasi ketajaman penglihatan hampir kurang dari 0.3
(60/200) atau mereka yang mempunyai tingkat kelainan fungsi penglihatan yang lainnya
lebih tinggi, yaitu mereka yang tidak mungkin atau berkesulitan secara signifikan untuk
membaca tulisan atau ilustrasi awas meskipun dengan mempergunakan alat bantu kaca
pembesar. Jadi, berdasarkan penjelasan sebelumnya tunanetra adalah ketidakmampuan
sesorang untuk melihat, baik secara total maupun sebagian dengan alat bantu pengelihatan.
Pada saat ini teknologi dan sistem informasi mengalami perkembangan yang sangat
pesat. Seiring dengan perkembangan teknologi, manusia semakin dituntut kreatif untuk
membuat peralatan yang memanfaatkan teknologi untuk meringankan kehidupannya.
Tongkat adalah alat bantu tunanetra yang praktis dan murah kegunaan tongkat penting sekali
yaitu agar tunanetra dapat berjalan mandiri, tanpa selalu minta tolong kepada orang lain
(Zabel, 1982). Umumnya tongkat tunanetra dibagi menjadi 2 macam, yaitu tongkat panjang
dan tongkat lipat. Tongkat panjang adalah sebuah tongkat yang dibuat sesuai standar
persyaratan. Tongkat lipat merupakan tongkat yang praktis, karena biasa di lipat apabila tidak
digunakan. Walaupun adanya alat bantu lainnya untuk tunanetra, tongkat masih saja menjadi
pilihan utama karena harganya yang relatif murah. Namun tongkat masih memiliki
kekurangan yaitu hanya dapat digunakan untuk meraba benda atau halangan dengan
jangkauan yang terbatas. Hal ini membuat penyandang tunanetra dituntut untuk selalu
waspada serta merasa was – was jika berjalan sendirian. Dengan mempunyai informasi yang
cukup terhadap jalur perjalanan yang akan dilewati, penyandang tuna netra dapat lebih
nyaman pada lingkungan yang belum dikenal. Oleh karena itu di rancanglah sebuah alat yang
dapat membantu dan memudahkan penyandang tunanetra untuk beraktivitas. Dari gambaran
masalah diatas ditemukan ide untuk membuat alat tongkat tunanetra pintar mengunakan
arduino pro mini. Alat ini dibangun menggunakan Arduino Uno ditambah dengan sensor
ultrasonic dan mengggunakan buzzer (alarm). Cara kerja alat ini adalah ketika penyandang
tunanetra berjalan mendekati tembok / benda yang ada di depan, akan memberi peringatan
suara oleh tongkat tunanetra pintar tersebut.
B. BATASAN MASALAH
Beberapa batasan masalah dari pembuatan projek alat ini yaitu:
1. Pada penelitian ini alat yang dirancang akan membantu penyandang tunanetra
dengan alat yang akan mengarahkan jalannya menggunakan buzer sebagai indikator
alaramnya.
2. Memberikan beberapa referensi alat yang dapat membantu penyandang tunanetra
C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana proses perangkaian alat bantu untuk tunanetra ini
2.

D. TUJUAN PENELITIAN
Dalam perancangan alat ini bertujuan untuk memberikan bantuan kepada
penyandang tunanetra agar dapat berjalan dengan cukup bebas dengab minimnya
kecelakaan dan cedera kecil sekaligus membantu kegiatan sehari-hari penyandang
tunnetra.
E. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat pada alat ini akan memberikan kemudahan dan bantuan hidup pada
penyandang tunanetra agar mereka tetap aktif beraktifitas di lingkungannya dan
memberikan motifasi kepada setiap peneliti untuk mengembangkan alat-alat yang dapat
membantu penyandang disabilitas lainnya juga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN TONGKAT
Tongkat adalah alat bantu tunanetra yang praktis dan murah kegunaan tongkat penting
sekali yaitu agar tunanetra dapat berjalan mandiri, tanpa selalu minta tolong kepada orang
lain (Zabel, 1982). Umumnya tongkat tunanetra dibagi menjadi 2 macam, yaitu tongkat
panjang dan tongkat lipat. Tongkat panjang adalah sebuah tongkat yang dibuat sesuai standar
persyaratan. Tongkat lipat merupakan tongkat yang praktis, karena biasa di lipat apabila tidak
digunakan. Namun tongkat masih memiliki kekurangan yaitu hanya dapat digunakan untuk
meraba benda atau halangan dengan jangkauan yang terbatas. Hal ini membuat penyandang
tunanetra dituntut untuk selalu waspada serta merasa was – was jika berjalan sendirian.
Dengan mempunyai informasi yang cukup terhadap jalur perjalanan yang akan dilewati,
penyandang tuna netra dapat lebih nyaman pada lingkungan yang belum dikenal. Oleh karena
itu di rancanglah sebuah alat yang dapat membantu dan memudahkan penyandang tunanetra
untuk beraktivitas yaitu Tongkat Tunanetra Pintar yang menggunakan arduino pro mini,
sensor ultrasonic dan buzzer sebagai output suara dari alat ini.

B. MODUL ARDUINO PRO MINI


Arduino Pro Mini adalah papan mikrokontroler berbasis ATmega328P. Arduino pro
mini ini memiliki 14 pin input / output digital (6 di antaranya dapat digunakan sebagai
output PWM), 6 input analog, resonator on-board, tombol reset, dan lubang untuk
memasang header pin. Header enam pin dapat dihubungkan ke kabel FTDI atau papan
breakout Sparkfun untuk menyediakan daya USB dan komunikasi ke papan. Arduino Pro
Mini dimaksudkan untuk pemasangan semi permanen pada objek atau pameran. Papan
dilengkapi tanpa header yang dipasang sebelumnya, memungkinkan penggunaan berbagai
jenis konektor atau penyolderan kabel langsung. Tata letak pin kompatibel dengan Arduino
Mini. Ada dua versi Pro Mini. Satu berjalan pada 3.3V dan 8 MHz, yang lain pada 5V dan
16 MHz.
Gambar 1. Arduino Pro Mini

C. SENSOR ULTRASONIK
Sensor ultrasonik adalah sebuah sensor yang memiliki fungsi untuk mengubah
besaran fisis alias bunyi menjadi besaran listrik, begitupun sebaliknya. Prinsip kerja sensor
ultrasonik ini cukup simpel, yakni berdasarkan pantulan suatu gelombang suara sehingga
dapat digunakan untuk mendefiniskan eksistensi atau jarak suatu benda dengan frekuensi
tertentu.

Gambar 2. Sensor Ultrasonic

D. BUZZER
Buzzer Elektronika adalah sebuah komponen elektronika yang dapat menghasilkan
getaran suara berupa gelombang bunyi. Buzzer elektronika akan menghasilkan getaran suara
ketika diberikan sejumlah tegangan listrik dengan taraf tertentu sesuai dengan spesifikasi
bentuk dan ukuran buzzer elektronika itu sendiri. Pada umumnya, buzzer elektronika ini
sering digunakan sebagai alarm karena penggunaannya yang cukup mudah yaitu dengan
memberikan tegangan input maka buzzer elektronika akan menghasilkan getaran suara
berupa gelombang bunyi yang dapat didengar manusia. Pada dasarnya, setiap buzzer
elektronika memerlukan input berupa tegangan listrik yang kemudian diubah menjadi getaran
suara atau gelombang bunyi yang memiliki frekuensi berkisar antara 1 - 5 KHz. Jenis buzzer
elektronika yang sering digunakan dan ditemukan dalam rangkaian adalah buzzer yang
berjenis Piezoelectric (Piezoelectric Buzzer). Hal itu karena Piezoelectric Buzzer memiliki
berbagai kelebihan diantaranya yaitu lebih murah, relatif lebih ringan dan lebih mudah
penggunaannya ketika diaplikasikan dalam rangkaian elektronika.

Gambar 3. Buzzer Elektronika

E. SAKLAR/SWITCH
Saklar atau switch adalah sebuah alat yang berfungsi sebagai penghubung dan
pemutus arus listrik. Dalam rangkaian elektronika dan rangkaian listrik saklar berfungsi
untuk menghubungkan dan memutuskan arus listrik yang mengalir dari sumber tegangan
menuju beban (output) atau dari sebuah sistem ke sistem lainnya.

Gambar 4. Saklar/Switch
F. Baterai
Baterai adalah perangkat yang terdiri dari satu atau lebih sel elektrokimia dengan
koneksi eksternal yang disediakan untuk memberi daya pada perangkat listrik
seperti senter, ponsel, dan mobil listrik. Ketika baterai memasok daya listrik, terminal
positifnya adalah katode dan terminal negatifnya adalah anoda. Terminal bertanda negatif
adalah sumber elektron yang akan mengalir melalui rangkaian listrik eksternal ke terminal
positif. Ketika baterai dihubungkan ke beban listrik eksternal, reaksi redoks mengubah
reaktan berenergi tinggi ke produk berenergi lebih rendah, dan perbedaan energi-
bebas dikirim ke sirkuit eksternal sebagai energi listrik.
Gambar 5. Baterai 9V

G. Gambaran Kinerja Alat


Dengan menggunakan alat ini, maka penyandang tunanetra akan bebas melakukan
kegiatan sehari-hari, dengan menggunakan alat ini penghalang jalan yang akan dilewati akan
di deteksi secara digital. Penghalang pada setiap perjalanan akan dideteksi menggunakan
sensor ultrasonik dan diolah secara digital menggunakan mikrokontroler berasis arduino nano
kemudian untuk sistem alaramnya menggunakan buzzer yang akan berbunyi ketika sensor
ultrasonik sudah mendeteksi penghalang jalan dari penyandang tunanetra dengan jarak yang
sudah ditentukan. Dengan demikian dapat membantu mobilitas keseharian bagi penyandang
tunanetra.
BAB III
METODE PENEITIAN

A. TAHAP PELAKSANAAN
1. Pra Kegiatan
Pada tahap ini, merupakan tahap yang dilakukan sebelum pembuatan alat
dilakukan. Adapun tahap-tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Studi Literatur
Pada tahap studi literatur ini dilakukan pencarian informasi terkait progam
pembuatan alat sederhana yang dapat membantu penyandang disabilitas
contohnya seperti penyandang tunanetra ini dengan mencari referensi dari
youtube, jurnal, dan artikel-artikel dari internet.
b. Menyiapkan Alat dan Bahan
Tahap ini merupakan kegiatan pembelian alat dan bahan yang dibutuhkan
dalam pembuatan alat termasuk juga menyiapkan software yang digunakan
dalam melakukan perancangan dan pemrograman.
2. Pelaksanaan Kegiatan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP

https://www.usd.ac.id/pusat/psibk/2018/08/03/tunanetra-atau-buta/,

Anda mungkin juga menyukai