Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA

Alat Penunjuk Arah (Direction Belt) untuk Membantu


Penyandang Disabilitas (Tunanetra)

DIUSULKAN OLEH :

Alvina Nur Khaira_122430112


Stevani Nadya Lombu_122430100
Vara Joy Carolin Br Tobing_122430075

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA


LAMPUNG SELATAN
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 2
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 3
1. 1. Latar Belakang .................................................................................... 3
1. 2. Rumusan Masalah ............................................................................... 4
1. 3. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
1. 4. Manfaat Penelitian............................................................................... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 5
2.1. Sensor suara ......................................................................................... 5
2.2. Global Positioning System (GPS) ......................................................... 5
2.3. Output Suara (Speaker) ....................................................................... 6
2.4. Bluetooth .............................................................................................. 7
2.5. Baterai Rechargeable ........................................................................... 7
BAB III. TAHAP PELAKSANA ......................................................................... 8
3. 1. Identifikasi Masalah ............................................................................ 8
3. 2. Studi Literatur ..................................................................................... 8
3. 3. Perancangan Alat ................................................................................. 8
3. 4. Identifikasi Sistem ............................................................................... 9
3. 5. Pembuatan Prototype .......................................................................... 9
3. 6. Uji Kelayakan Alat............................................................................. 10
3. 7. Analisis Hasil Pengujian .................................................................... 10
3. 8. Kesimpulan dan Laporan Akhir ....................................................... 10
BAB IV. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ................................................... 10
4.1. Anggaran Biaya ................................................................................. 10
4.2. Jadwal Kegiatan ................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 12
LAMPIRAN ...................................................................................................... 13
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota.................................................... 13
BAB I. PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Indera penglihatan adalah salah satu sumber informasi yang vital bagi
manusia. Jumlah informasi yang diterima manusia dari lingkungan adalah 1% dari
rasa, 1,5% dari kulit, 3,5% dari bau, 11% dari pendengaran, dan 83% dari
penglihatan (Shruti, 2011). Hal inilah yang menyebabkan indera penglihatan
dianggap sebagai salah satu indera paling penting bagi manusia. Tidak berlebihan
apabila seseorang mengemukakan bahwa sebagian besar informasi yang diperoleh
oleh manusia berasal dari indera penglihatan, sedangkan selebihnya berasal dari
panca indera yang lain.
Mata merupakan indera penglihatan yang berfungsi sebagai perekam
keadaan/kondisi disekitar yang kemudian sinyal hasil rekaman ini diteruskan dan
diolah oleh otak, sehingga manusia bisa mengerti tentang apa yang dilihatnya.
Sebagai konsekuensinya, bila seseorang mengalami gangguan pada indera
penglihatan, maka kemampuam aktifitas akan sangat terbatas, karena informasi
yang diperoleh akan jauh berkurang dibandingkan mereka yang berpenglihatan
normal. Data gangguan penglihatan di seluruh dunia diperoleh dari hasil estimasi
yang dilakukan oleh WHO. Klasifikasi gangguan penglihatan yang digunakan
adalah berdasarkan tajam tidaknya penglihatan. Low vision jika tajam penglihatan
berkisar < 6/18 - ≥ 3/60 dan buta jika tajam penglihatan kurang dari 3/60 dalam
satuan ukuran tingkat kebutaan mata (Global Data on Visual Impairment 2010,
WHO 2012).

Estimasi jumlah orang dengan gangguan penglihatan di seluruh dunia pada


tahun 2010 adalah 285 juta orang atau 4,24% populasi, sebesar 0,58% atau 39 juta
orang menderita kebutaan dan 3,65% atau 246 juta orang mengalami low vision
(Global Data on Visual Impairment 2010, WHO 2012). Data penyandang disabilitas
di Indonesia hingga tahun 2017 mengalami banyak peningkatan setiap tahunnya.

Tabel 1. Data Penyandang Disabilitas di Indonesia


(Sumber :Survei Dinas Sosial dari tahun 2012 -2017)
Bertambahnya angka penyandang disabilitas khususnya tunanetra tentu
membuat sebagian besar orang tergerak untuk membuat inovasi yang dapat
membantu mereka para penyandang tunanetra dalam menjalankan kehidupan sehari
– hari mereka. Dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, ini
mengakibatkan teknologi dibidang medis dan kesehatan semakin berkembang.
Sebelumnya, beberapa penelitian sudah pernah menemukan inovasi alat yang dapat
membantu para penyandang tunanetra. Pada jurnal online Teknik Elektro,
Universitas Syiah Kuala, Fadli dkk Merancang sebuah Prototype Penentu Arah
dengan Rambu Pada Koridor Untuk Penyandang Tunanetra dengan Output Suara
Berbasis Raspberry Pi. Sebuah prototype berupa tongkat yang dapat
memberitahukan kepada tunanetra kearah mana dia harus berjalan agar sampai ke
tempat yang ingin dituju, serta memberikan informasi jika tunanetra berjalan terlalu
dekat dengan dinding menggunakan sensor ultrasonik untuk mengantisipasi
kecelakaan. Prototype tersebut mampu membedakan warna dan bentuk pada suatu
objek yang telah ditentukan, serta mampu mengeluarkan output berupa suara ke
earphone. Berdasarkan hasil dari deteksi bentuk dan warna, prototype ini juga
mampu mengetahui adanya halangan. Sehingga penyandang tuna netra dapat
mencapai suatu tempat tujuan dengan selamat. Maka dari itu proposal ini dibuat
untuk memberikan inovasi terbaru dari alat yang sudah dihasilkan pada penelitian
sebelumnya.
Desain alat yang hendak diajukan dalam proposal PKM KC ialah Alat
Penunjuk Arah atau bisa juga disebut “Direction Belt” untuk Membantu
Penyandang Disabilitas, khususnya Tunanetra. Direction Belt ini didesain dalam
bentuk sabuk tangan yang dilengkapi dengan sebuah device. Komponen dari device
tersebut yaitu GPS, Sensor Suara, dan Output Suara atau “speaker”. Kemudian alat
dipasang pada lengan tangan agar dapat memudahkan pengguna dalam
pemakaiannya. Untuk menambahkan efisiensi dalam penggunaanya, Direction Belt
ini juga dilengkapi dengan baterai rechargeable dan juga teknologi komunikasi
wireless berupa bluetooth yang kemudian bisa di-connect kan dengan headset tanpa
kabel.

1. 2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
perumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana mengatasi keterbatasan alat penunjuk arah yang membantu
penyandang disabilitas tunanetra ?
2. Bagaimana merancang alat penunjuk arah yang mudah dibawa dan
digunakan oleh penyandang disabilitas tunanetra ?
3. Bagaimana menciptakan alat penunjuk arah yang lebih inovatif dengan
sistem digital ?
1. 3. Tujuan Penelitian
1. Merancang alat penunjuk arah yang dapat digunakan penyandang disabilitas
tuna netra ketika hendak berpergian ke suatu tempat.
2. Merancang alat penunjuk arah yang efisien dan mudah digunakan oleh
penyandang disabilitas tunanetra.
3. Menghaslkan alat bantu untuk penyandang disabilitas tunanetra yang lebih
inovatif menggunakan hasil terjemahan informasi alamat oleh GPS.
1. 4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai alat yang dapat membantu penyandang tunanetra dalam berpergian
ke suatu tempat.
2. Sebagai alat penunjuk arah yang dapat dibawa kemana saja.
3. Sebagai inovasi alat yang lebih mudah dan efisien digunakan oleh
penyandang disabilitas tunanetra.
4. Sebagai peluang usaha dalam bidang kesehatan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Sensor suara
Sensor suara adalah sebuah alat yang mampu mengubah gelombang
Sinusioda suara menjadi gelombang sinus energi listrik (Alternating Sinusioda
Electric Current). Sensor suara bekerja berdasarkan besar kecilnya kekuatan
gelombang suara yang mengenai membran sensor yang menyebabkan bergeraknya
membran sensor. Dibaliknya terdapat kumparan kecil yang bisa bergerak naik
turun. Kecepatan gerak kumparan tersebut menentukan kuat lemahnya gelombang
listrik yang dihasilkannya. Komponen yang terdapat di dalam sensor ini adalah
electric condenser microphone atau mic kondenser.. Mic adalah komponen
elektronika dimana cara kerjanya yaitu membran yang digetarkan oleh gelombang
suara akan menghasilkan sinyal listrik.
Microphone dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis dasar termasuk
dinamis, elektrostatik dan piezoelektrik menurut sistem konversi mereka.
Microphone dinamis masih memiliki tuntutan besar terutama di dunia musik,
sementara microphone piezoelektrik secara luas digunakan terutama untuk
microphone untuk tingkat frekuensi suara rendah. Untuk pengukuran, tipe
microphone elektrostatik (kondensor) yang paling populer karena mereka dapat
dirampingkan, memiliki respon frekuensi yang rata selama rentang frekuensi yang
luas, dan menyediakan stabilitas nyata yang tinggi dibandingkan dengan jenis
mikrofon lain.

2.2. Global Positioning System (GPS)


Global Positioning System (GPS) adalah sistem satelit navigasi dan
penentuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini
didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga-dimensi serta informasi
mengenai waktu, secara terus-menerus di seluruh dunia tanpa bergantung waktu
dan cuaca, bagi banyak orang secara simultan.
Nama formalnya biasa disebut NAVSTAR GPS, kepanjanganya adalah
Navigation Satellite Timing and Ranging Global Positioning System. Pada awalnya
GPS digunakan untuk aplikasi militer, namun pada 1980-an, pemerintah membuat
sistem yang tersedia untuk penggunaan sipil. Elemen satelit terdiri dari 24 satelit di
luar angkasa (21 aktif, 3 cadangan) yang beredar di ketinggian 19,300 km di atas
permukaan Bumi. Jaringan satelit ini disebut konstelasi GPS. Ketinggian tersebut
dibutuhkan agar satelit dapat mencakup areal yang cukup luas. Posisi satelit
tersebut di luar angkasa diatur sedemikian rupa sehingga pengguna di Bumi dapat
menangkap paling tidak 4 sinyal satelit setiap waktu.

Gambaran sistem kerja atau cara kerja Satelit GPS yaitu melingkari Bumi
dua kali sehari dalam orbit yang sangat tepat dan mengirimkan sinyal informasi ke
Bumi. Orbit satelit berinklinasi 55 derajat terhadap bidang ekuator dengan
ketinggian rata-rata dari permukaan Bumi sekitar 20.200 km. Satelit GPS bergerak
dalam orbitnya dengan kecepatan kira-kira 3,87 km/ detik dan mempunyai periode
11 jam 58 menit (sekitar 12 jam). Sehingga 4 sampai 10 satelit GPS akan selalu
dapat diamati pada setiap waktu dari manapun di permukaan Bumi. Penerima GPS
menerima informasi ini dan triangulasi yang digunakan untuk menghitung lokasi
pasti pengguna.
Cara kerja GPS secara logik ada 5 langkah:

1. Memakai perhitungan “triangulation” dari satelit.


2. Untuk perhitungan “triangulation”, GPS mengukur jarak menggunakan
travel time sinyal radio.
3. Untuk mengukur travel time, GPS memerlukan akurasi waktu yang tinggi.
4. Untuk perhitungan jarak, kita harus tahu dengan pasti posisi satelit dan
ketingian pada orbitnya.
5. Terakhir harus mengoreksi delay sinyal waktu perjalanan di atmosfer
sampai diterima receiver.

2.3. Output Suara (Speaker)


Speaker adalah transduser yang mengubah sinyal elektrik ke frekuensi audio
(suara) dengan cara menggetarkan komponennya yang berbentuk selaput.
Transduser adalah sebuah alat yang mengubah satu bentuk daya menjadi bentuk
daya lainnya untuk berbagai tujuan termasuk pengubahan ukuran atau informasi
(misalnya, sensor tekanan). Transduser bisa berupa peralatan listrik, elektronik,
elektromekanik, elektromagnetik, fotonik, atau fotovoltanik. Dalam pengertian
yang lebih luas, transduser kadang-kadang juga didefinisikan sebagai suatu
peralatan yang mengubah suatu bentuk sinyal menjadi bentuk sinyal lainnya.
Saat ini speaker merupakan piranti tambahan yang hampir tidak dapat
dipisahkan dengan komputer. Dalam setiap sistem penghasil suara, penentuan
kualitas suara terbaik tergantung dari speaker. Rekaman yang terbaik, dikodekan ke
dalam alat penyimpanan yang berkualitas tinggi, dan dimainkan dengan deck dan
pengeras suara kelas atas, tetap saja hasilnya suaranya akan jelek bila dikaitkan
dengan speaker yang kualitasnya rendah. Komponen pada speaker sekarang
didesain lebih sederhana agar dapat langsung ditambahkan pada sebuah device.
Biasanya ia hanya dalam bentuk piringan magnet kecil dengan sistem didalamnya
yang sangat kompleks.
2.4. Bluetooth
Bluetooth adalah sebuah teknologi komunikasi wireless (tanpa kabel) yang
beroperasi dalam pita frekuensi 2,4 GHz. Unlicensed ISM (Industrial, Scientific and
Medical) dengan menggunakan sebuah frequency hopping transceiver yang mampu
menyediakan layanan komunikasi data dan suara secara real-time antara host-host
bluetooth dengan jarak jangkauan layanan yang terbatas. Bluetooth sendiri dapat
berupa card yang bentuk dan fungsinya hampir sama dengan card yang digunakan
untuk wireless local area network (WLAN) dimana menggunakan frekuensi radio
standar IEEE 802.11, hanya saja pada bluetooth mempunyai jangkauan jarak
layanan yang lebih pendek dan kemampuan transfer data yang lebih rendah.
Protokol bluetooth menggunakan sebuah kombinasi antara circuit switching
dan packet switching. Bluetooth dapat mendukung sebuah kanal data asinkron, tiga
kanal suara sinkron simultan atau sebuah kanal dimana secara bersamaan
mendukung layanan data asinkron dan suara sinkron. Setiap kanal suara
mendukung sebuah kanal suara sinkron 64 kb/s. Kanal asinkron dapat mendukung
kecepatan maksimal 723,2 kb/s asimetris, dimana untuk arah sebaliknya dapat
mendukung sampai dengan kecepatan 57,6 kb/s. Sedangkan untuk mode simetris
dapat mendukung sampai dengan kecepatan 433,9 kb/s. Sebuah perangkat yang
memiliki teknologi wireless bluetooth akan mempunyai kemampuan untuk
melakukan pertukaran informasi dengan jarak jangkauan sampai dengan 10 meter
(~30 feet), bahkan untuk daya kelas 1 bisa sampai pada jarak 100 meter. Sistem
bluetooth menyediakan layanan komunikasi point to point maupun komunikasi
point to multipoint.

2.5. Baterai Rechargeable


Baterai rechargeable sering disebut sebagai baterai sekunder. Baterai ini
merupakan baterai yang dapat digunakan berkali – kali karena energi didalamnya
dapat diisi ulang. Pada prinsipnya, cara baterai sekunder dalam menghasilkan arus
listrik adalah sama dengan Baterai Primer (baterai sekali pakai). Hanya saja, Reaksi
Kimia pada Baterai Sekunder ini juga dapat berbalik (Reversible). Pada saat baterai
ini digunakan dengan menghubungkan beban pada terminal baterai (discharge),
elektron ini kemudian akan mengalir dari negatif ke positif. Sementara pada saat
sumber energi luar (charger) ini kemudian dihubungkan ke baterai sekunder,
elektron ini akan mengalir dari positif ke negatif, sehingga terjadi pengisian muatan
pada baterai.
BAB III. TAHAP PELAKSANA

Gambar 1. Diagram Kerja

3. 1. Identifikasi Masalah
Hal pertama yang dilakukan sebelum memulai tahap – tahap perancangan
alat yaitu identifikasi masalah. Identifikasi masalah dilakukan dengan menemukan
masalah – masalah yang umum terjadi dikalangan masyarakat. Tentunya masalah
tersebut harus berkaitan dengan teknologi kesehatan atau medis. Pada proposal ini,
masalah yang menjadi alasan kami dalam merancang alat ini yaitu banyak nya para
penyandang disabilitas tunanetra yang kesulitan dalam menjalankan aktivitas
sehari – hari. Terutama ketika mereka hendak berpergian ke suatu tempat.
3. 2. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan cara melakukan tinjauan pustaka terkait
dengan perancangan alat yang hendak direalisasikan. Studi literatur yang dapat
dilakukan yaitu perancangan device dengan komponen – komponennya,
identifikasi suara yang dapat dideteksi Arduino (sensor suara) pemprosesan input
suara pada Arduino, pemasangan komponen speaker, serta yang terakhir yaitu
penambahan sistem GPS dan bluetooth pada device.

3. 3. Perancangan Alat
Setelah studi literatur dilakukan, perancangan dari alat dilakukan. Direction
Belt ini didesain menyerupai sabuk yang dapat dipasang pada lengan tangan. Ia
dirancang agar bisa dibawa kemana saja oleh si pengguna karena fungsi dari alat
ini sendiri alah sebagai penunjuk arah. Maka dari itu, device pada alat ini didesain
dapat di rechargeable (menggunakan baterai sekunder) agar mudah dibawa kemana
saja. Ukuran dari alat ini juga disesuaikan dengan lengan tangan manusia. Di desain
agar tidak terlalu besar sehingga tidak menyulitkan si pengguna dalam
pemakaiannya. Berikut desain gambar untuk Direction Belt tersebut.
Gambar 2. Tampak depan dan belakang alat

Gambar 3. Tampilan pada lengan tangan setelah pemakaian

3. 4. Identifikasi Sistem
Pada identifikasi sistem ini, dijelaskan cara kerja dari alat yang telah
dirancang. Pertama pengguna menghidupkan Direction belt dengan cara menekan
tombol on/off yang terdapat pada alat tersebut. Kemudian alat dipasangkan pada
lengan tangan si pengguna. Kedua, pengguna menyebutkan alamat dari lokasi yang
ingin ia tuju. Sensor akan memproses suara tersebut kedalam bentuk data informasi
dari sebuah alamat. Kemudian alat memprosesnya pada GPS. Ketiga, setelah detail
lokasi ditemukan pada GPS, alat akan menterjemahkan rute menuju lokasi tersebut
kedalam bentuk perintah suara. Terakhir, alat akan menunjukkan arah menuju
menuju lokasi dalam bentuk perintah suara. Suara perintah keluar dari speaker yang
ada pada alat tersebut.

3. 5. Pembuatan Prototype
Pembuatan prototype merupakan bentuk realisasi dari desain dan model
sistem yang telah direncanakan sebelumnya. Karena Direction Belt ini nantinya
dipasang pada lengan si pengguna, maka dari itu alat ini terdiri dari sebuah device
dan sabuk tangan yang terbuat dari karet. Proses perangkaian atau pembuatan dari
alat ini kemungkinan akan memakan waktu sekitar 1 -2 bulan.
3. 6. Uji Kelayakan Alat
Pengujian dilakukan dengan dengan tiga percobaan yaitu yang pertama
menguji akurasi dari alamat yang disebutkan dengan lokasi yang ada di GPS pada
device. Percobaan kedua dilakukan dengan ketepatan kesesuaian perintah petunjuk
arah yang keluar dari device tersebut. Percobaan yang terakhir yaitu uji keselamatan
terhadap si pengguna ketika menggunakan Direction Belt ini. Untuk menambah
nilai kelayakan alat ini, uji kelayakan juga dapat dilakukan pada fitur wireless
bluetooth yang terdapat pada alat. Apakah ia dapat di-connect dengan mudah pada
headset tanpa kabel atau tidak.
3. 7. Analisis Hasil Pengujian
Analisis dari hasil pengujian disesuaikan dengan percobaan yang telah
dilakukan. Apakah alat ini layak untuk dipasarkan (diperjual – belikan), apakah
keamanan penggunaan alat ini sesuai dengan standar keamanan yang telah
ditetapkan. Evaluasi akhir juga dapat dilakukan pada alat ini untuk
menyempurnakannya.
3. 8. Kesimpulan dan Laporan Akhir
Kesimpulan dan pembuatan laporan dilakukan pada tahap akhir setelah
seluruh tahapan yang direncanakan telah terlaksana dengan baik sehingga hasil
yang disampaikan dapat dijelaskan secara rinci dan dapat menjelaskan keseluruhan
proses yang dilaksanakan dari hasil dan data yang didapatkan.

BAB IV. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN


4.1. Anggaran Biaya
Adapun rancangan biaya sebagai berikut :
No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)

1 Peralatan Penunjang Rp. 2.000.000;


2 Bahan habis pakai Rp. 800.000;
3 Akomodasi survey dan uji coba Rp. 1.000.000;
4. Sewa dan jasa Rp. 500.000;
5. Lain-lain Rp. 400.000;
Jumlah Rp. 3.700.000;
Tabel 2. Anggaran Biaya
4.2. Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan
I II III IV V

1 Identifikasi
Masalah
2 Studi
Literatur
3 Perancangan
Alat
4 Identifikasi
Sistem
5 Pembuatan
Prototype

6 Uji Kelayakan
Alat
7 Analisis Hasil
Pengujian
8 Kesimpulan dan
Laporan Akhir
Tabel 3. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Program
DAFTAR PUSTAKA
Aktanto, Mujtahid. 2016. Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 “Multi Ultrasonic
Electronic Travel Aids (MU-ETA) Sebagai Alat Bantu Penunjuk Jalan Bagi
Tuna Netra”. Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya.
Diartono, Dwi Agus. 2009. Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK Volume XIV,
No.1, Januari 2009 : 70-78 “Teknologi Bluetooth untuk Layananan Internet
pada Wireless Local Area Network”. Fakultas Teknologi Informasi,
Universitas Stikubank, Semarang.
Fadli, dkk. 2017. Jurnal Online Teknik Elektro “Rancang Bangun Penentu Arah
dengan Rambu Pada Koridor Untuk Penyandang Tunanetra dengan Output
Suara Berbasis Raspberry Pi”. Jurusan Teknik Elektro Dan Komputer,
Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Kurniawan, Robi Wahyu. 2021. Tugas akhir “Penerapan data Global Positioning
System (GPS) pada Sistem Presensi Berbasis Mobile”. Program Studi
Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Widyatama, Bandung.
Prastyo, Elga Aris. 2022. “Pengertian dan Penjelasan tentang Sensor Suara”.
https://www.arduinoindonesia.id/2022/09/pengertian-dan-penjelasan-tenta
ng_20.html. Diakses pada 14 Mei 2023.
Sofyan. 2021. “Pengertian Baterai: Prinsip, Fungsi, dan Jenis-Jenisnya”.
Gramedia Blog, https://www.gramedia.com/literasi/pengertianbaterai/#2_
Baterai_Sekunder _Baterai_Isi_UlangRechargeable. Diakses pada 14 Mei
2023.
Sutrisno. 2017. “Pengertian dan Sejarah Speaker”. https://blog.unnes.ac.id/sutrisn
o/2017/02/28/pengertian-dan-sejarah-speaker/. Diakses pada 14 Mei 2023.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota
Biodata Ketua
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Alvina Nur Khaira
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Teknik Biomedis
4 NIM 122430112
5 Tempat dan Tanggal Lahir Bukittinggi, 3 Maret 2004
6 Alamat E-mail alvina.122430112@student.itera.ac.id
7 Nomor HP/WA 082268051903

B. Kegiatan Kemahasiswaan Yang Sedang/Pernah Diikuti


Waktu dan
No Jenis Kegiatan Status dalam Kegiatan
Tempat
1
2
3

C. Penghargaan Yang Pernah Diterima


Pihak Pemberi
No Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1
2
3
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratandalam pengajuan PKM-KC.
Lampung selatan,14 Mei 2023
Ketua

(Alvina Nur Khaira)


Biodata Anggota 1
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Stevani Nadya Lombu
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Teknik Biomedis
4 NIM 122430100
5 Tempat dan Tanggal Lahir Nias, 12 Juli 2004
6 Alamat E-mail stevani.122430100@student.itera.ac.id
7 Nomor HP/WA 081273967122

B. Kegiatan Kemahasiswaan Yang Sedang/Pernah Diikuti


Waktu dan
No Jenis Kegiatan Status dalam Kegiatan
Tempat
1
2
3

C. Penghargaan Yang Pernah Diterima


Pihak Pemberi
No Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1
2
3
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratandalam pengajuan PKM-KC.

Lampung Selatan, 14 Mei 2023


Anggota 1

(Stevani Nadya Lombu)


Biodata Anggota 2
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Vara Joy Carolin Br Tobing
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Teknik Biomedis
4 NIM 122430075
5 Tempat dan Tanggal Lahir Medan 22 Oktober 2004
6 Alamat E-mail vara.122430075@student.itera.ac.id
7 Nomor HP/WA 087736610489

B. Kegiatan Kemahasiswaan Yang Sedang/Pernah Diikuti


Waktu dan
No Jenis Kegiatan Status dalam Kegiatan
Tempat
1
2
3

C. Penghargaan Yang Pernah Diterima


Pihak Pemberi
No Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1
2
3
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratandalam pengajuan PKM-KC.

Lampung Selatan, 14 Mei 2023


Anggota 2

(Vara Joy Carolin Br Tobing)

Anda mungkin juga menyukai