Anda di halaman 1dari 3

KEPUTUSAN NEGARA INDONESIA DI ERA POLEMIK GANJA

ROSSITA NUR RAHMADHANI


K100230165

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2023
A. PENDAHULUAN

Rumor mengenai legalisasi ganja di indonesia sepertinya sudah tidak asing


lagi, bermula dengan adanya kebijakan di beberapa negara yang
mengizinkan ganja digunakan untuk keperluan medis, ataupun ganja untuk
rekreasional dalam pembatasan yang diatur ketat oleh perundang-undangan
di negara tersebut. rumor legalisasi ganja di Indonesia sudah berlangsung
sejak tahun 2010 yang bermula dari tuntutan sekelompok orang untuk
mencabut larangan terhadap tanaman ganja yang dikelompokkan sebagai
narkotika golongan I dalam aturan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009
(Firmansyah, 2015).

B. PEMBAHASAN

Di negara kita ini semua bagian dari tanaman ganja mulai dari biji, buah,
sampai jerami dan juga hasil olahan tanaman ganja atau bagian tanaman
ganja dilarang untuk digunakan untuk terapi dalam pelayanan kesehatan.
Seperti yang tertera pada lampiran Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009,
ganja masuk ke dalam narkotika golongan I dikarenakan memiliki potensi
ketergantungan yang tinggi. Pengaturan narkotika golongan I terdapat
dalam Pasal 8 UU tersebut yaitu dilarang digunakan untuk kepentingan
pelayanan kesehatan dan dalam jumlah yang terbatas dapat digunakan untuk
kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan serta teknologi (Asmoro,
2021).

Sekitar akhir tahun 2020, keputusan The Commission on Narcotic Drugs


(CND), akan mengikuti rekomendasi World Health Organization (WHO)
menghapus Cannabis dan Cannabis Resin dari Schedule IV Konvensi 1961
agar keduanya tetap berada pada Schedule I Konvensi 1961, menyentuh
kontroversi di kalangan masyarakat dunia, khususnya Indonesia. Hasil
keputusan CND, yaitu salah satu komisi di bawah Perserikatan Bangsa-
bangsa untuk masalah narkotika, saat pertemuan Reconvened sesi ke-63 ini
dirumuskan oleh sebagian kalangan di Indonesia bahwa dunia mendukung
upaya legalisasi ganja (Humas BNN, 2021). Fakta akan ganja dan resin
ganja tetap ada di Schedule I Konvensi Tunggal 1961, menguatkan bahwa
ternyata pengawasan ganja dan resin ganja tetap diawasi secara ketat untuk
kebutuhan medis dan penelitian. Sehingga PBB sama sekali tidak
melegalkan atau memperkenankan penggunaaan ganja. Hanya dihapuskan
dari Schedule IV dan tetap ada di Schedule I.

C. KESIMPULAN DAN SARAN

Walaupun beberapa negara melegalkan pemanfaatan ganja untuk keperluan


medis guna menunjang kualitas kesehatan seseorang, tetapi The
Commission on Narcotic Drugs (CND) memberikan otoritas kepada
masing-masing negara untuk mengatur kegunaan atau manfaat ganja untuk
negaranya. Badan Narkotika Nasional melalui Humas serta Deputi Hukum
dan Kerjasama, memaprkan bahwa pemerintah Indonesia masih keras
menolak ganja dipergunakan baik demi keperluan medis
ataupunrekreasional. Peraturan keras yang diambil oleh BNN untuk leading
sector penanganan permasalahan Narkoba di Indonesia memaparkan bahwa
dengan adanyakondisi pernyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika
terfokus pada ganja yang kian menjulang tinggi di Indonesia, maka hal yang
dapat dilakukan tindakan melegalisasi ganja adalah perbuatan bertentangan
hukum yang dapat diberikan sanksi sesuai UU Narkotika Nomor 35 Tahun
2009 (Humas BNN, 2021).

Dalam perundingan Pers, pemerintah melalui BNN menghimbau kepada


masyarakat Indonesia yang menyimak proses pembahasan ini agar dapat
memperhatikan persoalan ganja medis tersebut dengan bijak seksama
karena di Indonesia masihlah negara yang berdaulat yang mempunyai
peraturan perundang-undangannya sendiri untuk mengatur pemanfaatan
ganja (Humas BNN, 2020).

D. DAFTAR PUSTAKA

Pertiwi, Adhika. (27 April 2022). Kebijakan Pemerintah Indonesia


Menghadapi Polemik Ganja. https://yogyakarta.bnn.go.id/kebijakan-
pemerintah-indonesia-menghadapi-polemik-ganja/

Anda mungkin juga menyukai