Anda di halaman 1dari 5

MEMANGSA ANAK SENDIRI : Analisis

Kasus Pedofilia

Oleh:

Jedilio Joaozino Monteiro

NPM: 19. 75. 6601

INSTITUT FILSAFAT DAN TEKNOLOGI KREATIF LEDALERO

2023
I. Latar belakang

Pada dasarnya, kasus pedofilia merupakan suatu tindakan kekerasan seksual terhadap
anak atau dengan kata kain, kasus pedofilia merupakan tindakan memaksa yang dilakukan
pelaku terhadap korban untuk memuaskan nafsu sang pelaku. Kasus pedofilia ini bukan lagi
sesuatu yang asing dalam konteks Indonesia. Jumlah kasus pedofilia pun semakin meningkat,
bahkan beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa kasus pedofilia di Indonesia masih
banyak yang tercecer dan belum terekam secara detail.
Ada banyak kasus pedofilia yang sempat dilaporkan untuk ditindaklanjuti. Sedangkan
lebih banyak lagi kasus serupa yang tidak dilaporkan, dengan berbagai alasan mengapa
korban tidak melaporkan kepada pihak yang berwenang. Sebab, sering kali korban kasus
pedofilia diancam oleh pelaku, dan bahkan ditindas dengan tujuan sang korban tidak
melaporkan pelakunya kepada pihak yang berwenang atau konsekuensinya, sesuatu yang
lebih buruk terjadi kepada sang korban. Berhubungan dengan kasus pedofilia ini, tentunya
berpengaruh terhadap meningkatnya kasus aborsi, bunuh diri, putus sekolah, masalah-
masalah kesehatan dan dampak buruk lainnya yang menimpa korban kasus pedofilia. Selain
itu, Fenomena kekerasan seksual terhadap anak di bawah umur termasuk permasalahan sosial
yang sangat serius untuk diresponi karena merupakan prilaku asusila yang sudah merusak
masa depan anak-anak kecil baik secara fisik maupun psikisnya, padahal mereka adalah calon
generasi penerus bangsa. Fenomena ini, sudah menjadi permasalahan sosial yang sangat
memprihatikan. Fenomena demikan, dengan sendirinya dapat dikategorikan sebagai
pelanggaran moral.
Realitas kasus pedofilia yang terus meningkat secara tidak langsung menunjukkan
betapa moral bangsa semakin menurun. Hal ini juga berhubungan dengan kebebasan dan
tanggung jawab seseorang terhadap diri sendiri dan orang lain. Pada dasarnya, kebebasan dan
tanggung jawab setiap pribadi manusia selalu dibatasi oleh kebebasan dan kewajiban sesama
sehingga kebebasan dan tanggung jawab pribadi dan sesama jika dilanggar, tentunya
bertentangan dengar konsep keadilan moral itu sendiri. Sehingga dalam paper ini, bertolak
dari realitas di mana moral bangsa semakin menurun seiring dengan meningkatnya kasus
pedofilia, saya akan menganalisis sebuah kasus pedofilia yang terjadi di Kefamenanu, Timor
Tengah Utara (TTU). Ada beberapa hal yang menjadi sasaran analisis saya yaitu
berhubungan dengan sebab-akibat terjadinya kasus tersebut, tujuan/maksud tindakan tersebut,
dan pemahaman lebih lanjut tentang relasi antara pelaku dan korban.
II. Analisis Kasus
Dalam kasus pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur yang terjadi di
Kefamenanu, Timor Tengah Utara (TTU), tindakan pelaku berinisial VT telah menyebabkan
ketakutan dan penderitaan dalam diri korban yang ia paksa untuk memuaskan nafsu
birahinya. Hal ini tentunya sangat berbahaya terhadap kesehatan korban yang ternyata masih
di bawah umur. Selain itu, akibat dari perbuatan pelaku (VT), korban berinisial BU hamil di
bawah umur. Hal ini jelas membawa dampak negatif bagi perkembangan psikologi, fisik, dan
aspek sosial sang korban.
Pertama, tindakan pemerkosaan yang dilakukan VT, menyebabkan BU mengandung
anaknya, selain itu, akibat dari ulah VT ini, dapat juga menyebabkan adanya tindakan nekat
dari korban untuk aborsi dan bahkan bunuh diri;
Kedua, dalam aspek psikologis, BU tentunya membutuhkan bimbingan khusus, demi
mengatasi ketakutan, keputusasaan, kemarahan dan perasaan lainnya yang disebabkan oleh
tidakan bejat sang ayah tirinya itu;
Ketiga, dalam aspek sosialnya, tentu kejadian tersebut melahirkan ketakutan akan
relasi dengan orang lain dan berakibat pada pengurungan diri, bersembunyi, dan bahkan
menjadi pemalu, semangat belajar menurun, dan sering melamun. Dengan demikian, hal ini
merupakan suatu gambaran penarikan diri dari masyarakat dan masuk dalam situasi yang
membuatnya terpisah dari yang lain.
Tindakan pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur, sering kali terjadi karena
pelaku ingin memuaskan nafsu birahinya. Hal ini nyata dalam kasus VT yang melakukan
tindakan pelecehan/pemerkosaan terhadap anak tirinya sendiri, dengan memaksa berulang
kali untuk memuaskan nafsunya sendiri, kejadian tersebut terjadi di rumah keduanya. Selain
itu, kasus pemerkosaan tersebut terjadi sebanyak dua kali, yang pertama terjadi pada Januari
2020 yang lalu, dan yang kedua terjadi sebulan kemudian atas paksaan si pelaku.
Hal ini jelas bertentangan dengan kebebasan moral, dan pada saat yang sama, pelaku
melanggar hak seksualitas sang korban. Melihat kasus ini, pelaku (VT) telah merebut dan
melanggar kebebasan sang korban (BU) dengan memaksa untuk melakukan hubungan seks.
Selain itu, VT juga melanggar kebebasan dan kewajibannya untuk menghormati kebebasan
orang lain (BU), dan pada waktu yang sama, VT yang adalah ayah tiri BU, juga melanggar
hak perkawinannya dengan istrinya (ibu BU).
Kasus ini, jika dipandang melalui relasi antara pelaku dan korban, maka ada
kemiripannya dengan beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, di mana pelaku adalah orang
yang dekat dengan korban. Begitu pun dengan masalah yang dialami oleh BU, di mana orang
yang melecehkannya adalah ayah tirinya sendiri. Maka, relasi antara pelaku dan korban juga
menjadi penyebab terjadinya kasus pelecehan/kasus pedofilia. Jika dilihat dari segi relasi,
maka korban berada dalam situasi yang tidak terduga. Dengan kata lain, pelaku selalu
bersikap baik terhadap korban, sambil menunggu kesempatan yang baik untuk melakukan
aksi buruknya, atau dalam konteks lain, adanya ketidakmampua untuk menguasai hawa
nafsu, dan pada saat yang sama, merendahkan nilai moral dengan sebuah tindakan tidak
terpuji terhadap anak sendiri. Sedangkan korban sendiri merasa segan dan menghormati
pelaku sebagai ayah tirinya. Hal ini juga menjadi sebab ketidakberdayaan korban, dalam
menghadapi aksi bejat sang pelaku.
Berhadapan dengan kasus ini, maka perlu adanya kerja sama yang baik, antar pihak
keluarga korban dan tim kesehatan agar dapat segera menangani/mengatasi masalah yang
mungkin akan dialami oleh korban. Selain itu, yang terpenting adalah bimbingan terhadapnya
agar tidak nekat melakukan hal-hal yang dapat membahayakan dirinya sendiri.

III. Kesimpulan
Kekerasan seksual terhadap anak di bawah umur merupakan tindakan tidak terpuji
yang kian marak terjadi di Indonesia. hal ini mematikan atau memandekkan perkembangan
generasi muda yang dapat membangun bangsa menjadi yang lebih baik. Kasus-kasus
pedofilia yang sering terjadi ini, membuat para korban seperti mati atau pasif. Kasus yang
terjadi dapat juga menyebabkan banyak gangguan terhadap kesehatan korban. Bahkan dapat
menimbulkan tindakan-tindakan buruk seperti aborsi, bunuh diri, dll.
Menghadapi masalah yang marak terjadi di Indonesia ini, terutama kasus
pemerkosaan yang dilakukan oleh VT, yang adalah juga ayah tiri sang korban, dapat
disimpulkan bahwa kesadaran moral dari orang tua sangatlah minim, di mana orang tua yang
mestinya menjaga anak-anaknya dengan baik, malah melecehkan anaknya. Hal ini, secara
tidak langsung telah merendahkan nilai moral yang mestinya di jaga sebagai sebuah
kebajikan dalam hidup. Pada saat yang sama, kebebasan dan hak seksualitas seseorang perlu
dijaga dan dihargai demi meningkatkan nilai moral bangsa Indonesia, yang kian menurun.
Kasus pedofilia bukan kasus biasa yang harus diabaikan, oleh sebab itu, perlu adanya
upaya meredam terjadinya kasus pedofilia tersebut, di mana perlu meningkatkan perhatian
orang tua terhadap anak-anaknya, dalam hal ini mengontrol relasi mereka dengan sesama,
dan perkembangan mereka dalam hal belajar dan juga perkembangan fisik. Selain itu, perlu
meningkatkan kesadaran orang tua akan tanggung jawabnya dalam perkembangan anaknya,
perlu juga dirberi pemahaman yang memadai tentang kasus-kasus pedofilia yang terjadi, agar
orang tua lebih waspada dalam menjaga anak-anaknya.
DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K. perspektif Etika Baru. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2009.

Chang, William. Moral Spesial. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2015.

Kali, Ampy. Diskursus Seksualitas Michel Foucault. Maumere: Penerbit Ledalero,


2013.

Lina. Paskalis: moral pribadi: pribadi manusia dan seksualitas. Maumere: Penerbit
Ledalero, 2017.

Peschke, Karl-Heinz. Etika Kristiani Jilid I Pendasaran Teologi Moral. Penerj.


Christliche Ethik. Maumere: Penerbit Ledalero, 1997.

Anda mungkin juga menyukai