Anda di halaman 1dari 9

Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam

P-ISSN: 2088-7981
Vol. 4, No. 2, 2021 E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20
MEMBENTUK MASYARAKAT WIRAUSAHA MANDIRI DAN
BERJIWA MODERASI BERAGAMA DI DESA SEI MERAH
KECAMATAN TANJUNG MORAWA

MUHAMMAD RIZKI FADILLAH1, SITY HASYANAH SITOMPUL2, SUKMA


AULIA MUNTHE3, RAISA NUR SALUM4, NURUL HASANAH5, ANNISA DWI
SYAHPUTRI6, MARYAM BATUBARA7
1,2,3,4,5,6,7
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan, Indonesia
*Correspodence email: rizkifadila170@gmail.com

ABSTRACK
Forming an independent society based on entrepreneurship learning to foster household
socioeconomic awareness is a very important thing during the current COVID-19 pandemic.
This activity is a Real Work Lecture for North Sumatra State Islamic University Students.
This activity is carried out to empower housewives to become independent entrepreneurs and
have a spirit of religious moderation in Sei Merah Village. In this case, housewives who take
part in the Knitting Art Training held by KKN-130 students are expected to be able to assist
household heads in meeting their primary, secondary, and tertiary needs. The products
resulting from the knitting art training are in the form of connectors (mask connectors), key
chains, and hijab brooches. Not only independent entrepreneurship, the residents of Sei
Merah Village also have a good spirit of religious tolerance, religious moderation is needed
so that our religious perspective is moderate, not exaggerating, not exceeding limits, and not
extrem.

Keyword: Entrepreneurs, Independent, Religious Moderation.

ABSTRAK
Membentuk Masyarakat mandiri dengan dasar pembelajaran kewirausahaan guna
menumbuhkan kesadaran social ekonomi rumah tangga ialah sebuah hal yang sangat penting
pada masa pendemi covid-19 saat ini. Kegiatan ini merupakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Kegiatan ini dilaksanakan untuk
memberdayakan ibu rumah tangga dalam berwirausaha mandiri dan berjiwa moderasi
beragama di Desa Sei Merah. Dalam hal ini ibu rumah tangga yang mengikuti Pelatihan Seni
Rajut yang diadakan oleh mahasiswa KKN-130 diharapkan dapat membantu para kepala
rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan
tersier. Produk yang dihasilkan dari pelatihan seni rajut berupa konektor (penghubung
masker), gantungan kunci, dan bross jilbab.Tidak hanya berwirausaha mandiri warga Desa
Sei Merah juga mempunyai jiwa toleransi agama yang baik, moderasi beragama dibutuhkan
supaya cara pandang sikap keagamaan kita bersifat moderat, tidak melebih-lebihkan, tidak
melampaui batas, dan tidak ekstrim.

Keyword: Entrepreneurs, Independent, Religius Moderat.

276
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 4, No. 2, 2021 E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20
A. PENDAHULUAN
Pengetahuan terkait kewirausahaan sangat diperlukan pada saat ini. Terutama
masyarakat khususnya ibu rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan tambahan,
tetapi mempunyai peluang yang besar di dalam mendukung kehidupan ekonomi keluarga,
di sisi lain masih banyak ibu rumah tangga yang belum memiliki kesadaran dan kemauan
untuk berwirausaha. Pelatihan Seni Rajut ini salah satu solusi yang dapat ditawarkan untuk
mewujudkan hal tersebut.
Kewirausahaan merupakan sebuah sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan
suatu hal yang baru danakan bernilai dan berguna bagi diri sendiri, keluarga maupun orang
lain. Kewirausahaan adalah sebuahs ikap mental danjiwa yang selalu aktif atau kreatif,
berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha dalam rangka meningkatkan
pendapatan dalam kegiatan usahanya.1
Berhubungan dengan tuntutan ekonomi, ibu rumah tangga memiliki motivasi yang
kuat untuk bisa menolong ekonomi keluarga.2 Ibu rumah tangga mengalami kendala
dalam meningkatkan pendapatan keluarga misalnya keterbatasan permodalan, kemampuan
teknologi, kelemahan pengetahuan dalam manajemen usaha.
Konsep dasar kewirausahaan merupakan dasar dalam menjalankan suatu bisnis dan
dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan bisnis yang telah dijalankan. Selain itu,
dengan berwirausaha seseorang akan berusaha untuk mandiri, kreatif, dan inovatif
sehingga bisnisnya dapat diterima di kalangan masyarakat.
Kewirausahan berbicara mengenai proses di mana wirausaha, baik yang mandiri
maupun perusahaan, memulai dan mengembangkan usaha baru baik melalaui jaringan
maupun aliansi.3 Oleh kerana itu para mahasiswa KKN-130 UINSU mengajak masyarakat
di Desa Sei Merah supaya berpartisipasi dalam Pelatihan Seni Rajut, pelatihan seni rajut
ini akan memberikan dampak atau manfaat kepada Ibu rumah tangga antara lain: (a) dapat
memanfaatkan waktu kosong atau waktu luang para ibu rumah tangga disamping tugas
utamanya sebagai pengurus rumah tangga, (b) dengan adanya pelatihan seni rajut
diharapkan para ibu di Desa Sei Merah dapat meningkatkan kreativitas, dan Inovasi-
inovasi baru di dalam berwirausaha, (c) produk atau barang jadi yang telah di produksi
oleh para ibu di Desa Sei Merah diharapkan memiliki nilai jual, guna mendukung ekonomi
keluarga, (c) dapat menjadikan para ibu rumah tangga mandiri dalam berwirausaha.
Dalam menjalankan wirausaha mandiri penting untuk kita berjiwa moderasi
beragama, karena sikap kita terhadap orang lain dapat terjalin dengan baik, tidak melebih-
lebihkan dan tidak ekstrim. Lukman Hakim Saifuddin mengemukakan bahwa moderasi
beragama ialah sebuah proses memahami sekaligus mengamalkan ajaran agama secara
adil dan seimbang, agar terhindar dari perilaku ekstrim atau berlebih-lebihan saat
megimplementasikannya. 4 Sedangkan menurut Nasaruddin Umar moderasi beragama
ialah suatu bentuk sikap yang mengarah pada pola hidup berdampingan dalam
keberagaman beragama dan bernegara.5

1
Rusydi Ananda & Tien Rafida, Pengantar Kewirausahaan Rekayasa Akademik Melahirkan
Entrepreneurship, (Medan: Perdana Publishing, 2016), 13.
2
Astri Handari, et.al. Meningkatkan Perekonomian Ibu Rumah Tangga Dengan Menumbuhkan Minat
Berwirausaha di Masa Pandemi Covid-19, Jurnal ABDIMAS GALUH 3, no. 1 (2021):
https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/abdimasgaluh/article/view/4789.
3
Jamil Latief, Kewirausahaan Kiat Sukses Menjadi Wirausaha (Jakarta: Dinas Pendidikan Nasonal
Jakarta, 2017), 17.
4
Lukman Hakim Saifuddin, Moderasi Beragama (Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia,
2019), 19.
5
Nasaruddin Umar, Islam Nusantara Jalan Panjang Moderasi Beragama di Indonesia (Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo, 2019), 19.

277
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 4, No. 2, 2021 E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20
Sikap moderat seringkali dijadikan sebagai alternatif yang bagus dalam berbagai
persoalan. Seperti, terjadi kesalahpahaman dalam berwirausaha mandiri, maka tidak
termasuk sikap moderat jika keputusannya adalah melanjutkan kesalahpahaman tersebut.
Sikap moderat ialah jika antar masyarakat memutuskan untuk menghentikan kesalah
pahaman tersebut dan dilerai dengan cara bermusyawarah agar tidak ada yang merasa
dirugikan oleh kesalah pahaman tersebut. Oleh sebab itu, sikap moderat itu lebih
mengarah kepada saling memahami satu dengan yang lainnya atau memiliki sikap yang
pengertian dan juga menerapkan sikap toleran di dalamnya. Oleh karena itu, dalam
melakukan wirausaha mandiri, maka kita harus memiliki jiwa moderasi beragama.

B. KAJIAN TEORI
1. Teori Wirausaha
a. Pengertian Wirausaha
Kata wirausaha saat ini sudah sangat sering dijuluki dengankataentrepreneurship,
ialah kata pada hakikatnya diambil dari bahasa Perancis “entreprendre” yang memiliki arti
“memulai” atau “melaksanakan”. Adapun wirausaha maupun wiraswasta itu adalah
potongan dari kata Wira, Swasta dan Usaha.
“Wira” mempunyai makna, sifat yang gagah nan berani, dan luhur, “Swa” ialah
sendiri, “Sta” memiliki makna sebagai berdiri, sedangkan usaha memiliki arti yang
berhubungan dengan kegiatan yang produktif”.6 Berdasarkan asal dari kata tersebut,
wiraswasta pada awalnya merupakan julukan terhadap individu maupun sekelompokorang
yang mampu berdiri sendiri. Sedangkan di Indonesia kata wiraswasta sering dimaknai
untuk orang-orang yang bekerja secara mandiri atau yang tidak bekerja untuk
pemerintahan, misalnya para pengusaha, pemborong, pedagang maupun orang-orang yang
bekerja di berbagai perusahaan swasta. Veny Mayasari, et.al., “wirausaha merupakan
individu atau sekelompok orang yang melaksanakan usaha sendiri dengan tujuan
memenuhi kebutuhannya”.7
“Kewirausahaan merupakan akronim dari: kreatif, enerjik, wawasan luas, inovatif,
rencana bisnis, agresif, ulet, supel, antusias, hemat, asa, dan negosiatif. Dari akronim
tersebut terlihat bahwa kewirausahaan mengajarkan cara-cara berfikir kreatif, inovatif,
positif, dan mampu menggerakkan hati nurani untuk lebih proaktif, perubahan, mendorong
keingintahuan, ulet, gigih, berani mengambil resiko untuk melaksanakan hal-hal yang
belum pernah dilaksanakan akan tetapi akan membawa nilai tembah serta keuntungan
yang lebih besar”.8
Berdasarkan pengertian wirausaha menurut beberapa ahli diatas dapat diambil
kesimpulan bahwasanya arti kewirausahaan itu ialah suatu usaha yang dapat melahirkan
atau menciptakan nilai plus dengan cara mengkombinasikan sumber-sumer melalui cara-
cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai plus tersebut dapat
dilahirkan dengan jalan mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru,
menemukan cara baru untuk dapat menghasilkan barang atau jasa yang lebih efektif dan
efisien, dapat memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan mampu menemukan cara
baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.

b. Manfaat Wirausaha

6
Mayasari, Veny, et.al., Buku Ajar Pengantar Kewirausahaan (Dengan Pendekatan Hasil Penelitian),
(n.d.: CV. Penerbit Qiara Media, 2019), 91.
7
Mayasari, Veny, et.al., Buku Ajar., 2.
8
Rusydi Ananda & Tien Rafida, Pengantar Kewirausahaan, 3-4.

278
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 4, No. 2, 2021 E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20
Adapun manfaat yang didapat dari berwirausaha menurut Jamil Latief, sebagai
berikut:
1) Meningkatkan daya tampung tenaga kerja sehingga mengurangi pengangguran.
2) Sebagai penggerak pembangunan lingkungan, pribadi, distsribusi, pemeliharaan
lingkungan dan kesejahteraan.
3) Memberikan contoh bagaimana harus bekerja keras, tekun dan memiliki pribadi yang
unggul yang patut untuk diteladani.
4) Berusaha mendidik karyawannya menjadi orang yang mandiri, disiplin, tekun dan
jujur dalam menghadapi pekerjaan.
5) Berusaha mendidik masyarakat agar hidup secara efisien, tidak foya-foya dan tidak
boros.9

c. Kelemahan dan Kelebihan Menjadi Entrepreneur


Pilihan profesi hanya untuk menggambarkan kelebihan saja tanpa diikuti dengan
tampilan-tampilan kelemahan, demikian juga dengan pilihan menjadi seorang
entrepreneur. Terdapat potensi kelebihan yang dapat dicapai dan terdapat kelemahan yang
mungkin tidak dapat dihindari. Zimmerer, et.al., dalam Ananda & Rafida, menjelaskan ada
enam peluang kelebihan dengan menjadi seorang entrepreneur sebagai berikut:
1) Peluang menentukan nasib sendiri. Dengan menjalankan usaha sendiri, seseorang dapat
menentukan nasibnya sendiri dan tidak bergantung pada keberadaan orang lain selaku
pemilik usaha. Seorang Entrepreneur dapat mengembangkan diri sesuai dengan minat
dan kemampuan, sehingga membuat dirinya lebih berarti bagi masyarakat bahkan bagi
negara dengan cara membuka lapangan pekerjaan.
2) Peluang melakukan perubahan. Entrepreneur dapat melaksanakan perubahan dengan
usaha yang dijalankan. Perubahan yang lebih baik bagi masyarakat dan negara.
Merupakan suatu hal yang sulit untuk dilaksanakan jika seseorang tersebut masih
bekerja sebagai pekerja atau karyawan biasa.
3) Peluang untuk mencapai potensi sepenuhnya.
4) Peluang untuk memperoleh keuntungan yang menakjubkan.
5) Peluang untuk berperan besar dalam masyarakat dan memperoleh pengakuan.
6) Peluang untuk melakukan sesuatu yang digemari dan bersenang-senang dalam
menjalankannya.10
Adapun kelemahan menjadi seorang entrepreneur menurut Mayasari, et.al., ialah:
1) Penghasilan yang tidak pasti.
2) Bekerja keras dengan waktu yang tak terbatas.
3) Kualitas kehidupannya rendah sebelum mereka berhasil.
4) Tanggung jawabnya sukup besar, seperti keharusan mengambil keputusan walau
mungkin belum menguasai permasalahan.11
Seorang Entrepreneur menjalankan apa yang ia suka sehingga apa yang dijalankan
tidak dirasakan sebagai kerja, tetapi sebagai aktivitas yang bermakna. 12

2. Teori Kemandirian
a. Pengertian Kemandirian
Kemandirian merupakan suatu sikap atau perilaku seseorang yang mencerminkan
perbuatan yang cenderung dilakukan secara individual atau sendiri tanpa bantuan dan

9
Jamil Latief, Kewirausahaan Kiat Sukses., 7.
10
Rusydi Ananda & Tien Rafida, Pengantar Kewirausahaan, 12-13.
11
Mayasari, Veny, et.al., Buku Ajar, 7.
12
Rusydi Ananda & Tien Rafida, Pengantar Kewirausahaan, 14.

279
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 4, No. 2, 2021 E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20
pertolongan orang lain. Kemandirian tidak termasuk bagian dari perasaan egois yang tidak
memerlukan bantuan ataupun pertolongan orang lain, kemandirian merupakancara
seseorang untuk membenarkan bahwa mereka dapat menjalankan sesuatu berdasarkan
kemampuan mereka dan tanpa campur tangan orang lain. Maksudnya, jika generasi muda
Indonesia sudah bisa mandiri maka kemandirian nasional pun akan tercipta dengan
sendirinya dan secara langsung dapat membangun kejayaan bangsa. 13
Steinberg dalam Rahayu Ginintasi dalam Endah Andayani, et.al., menyusun
kemandirian dalam tiga aspek, yaitu:
1) Kemandirian Emosi (Emotional Autono-my), merupakan kemandirian yang mengarah
pada pengertian yang dikembangkan anak mengenai individuasi dan melepaskan diri
atas ketergantungan mereka dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar dari orang
tua mereka.
2) Kemandirian perilaku (Behavior Autono-my), merupakan kemandirian dalam perilaku
bebas untuk berbuat atau bertindak sendiri tanpa tergantung pada bimbingan orang lain.
3) Kemandirian nilai (Value Autono-my), merupakan kemandirian yang mengarah pada
suatu pengertian mengenai kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan-
keputusan dan menetapkan pilihan yang lebih berpegang pada prinip-prinsip individual
yang dimilikinya dari pada mengambil prinsip orang lain.14

3. Teori Moderasi Beragama


a. Pengertian Moderasi Beragama
Indonesia termasuk sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk muslim paling
banyak di dunia dan menjadi sorotan penting dalam hal moderasi Islam. Oleh sebab itu
pengetahuan mengenai moderasi beragama harus dipahami secara kontekstual bukan
dengan cara tekstual, maksudnya bahwa moderasi dalam beragama di Indonesi bukanlah
Indonesia yang dimoderatkan, akan tetapi cara pemahaman dalam beragama yang harus
moderat karena Indonesia memiliki banyak kultur, budaya dan adat-istiadat.15 Moderasi
Islam ini dapat menjawab berbagai permasalahan dalam keagamaan dan peradaban dunia.
Moderasi merupakan sebuah kata yang berasal dari kata moderat. Moderat ialah
kata sifat, yang berasal dari kata moderation, yang memiliki arti tidak melebih-lebihkan,
sedang atau pertengahan. Dalam bahasa Indonesia, kata ini kemudian diserap menjadi
moderasi, yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai
pengurangan kekerasan, atau penghindaran keekstriman. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia telah ditegaskantentang kata moderasi yang berasal dari bahasa Latin moderatio,
yang berarti kesedangan (tidak kelebihan dan tidak kekurangan). Maka, ketika kata
moderasi disandingkan dengan kata beragama, menjadi moderasi beragama, istilah
tersebut berarti merujuk pada sikap mengurangi kekerasan, atau menghindari keekstreman
dalam praktik beragama.16
Almu’tasim dalam Fahri & Zainuri menjelaskan moderasi biasa diistilahkan
dengan “wasath” atau “wasathiyyah”, atau “wasith”. Kata “wasith” sendiri sudah diserap
ke dalam bahasa Indonesia yang memiliki tiga makna, ialah (1) penengah, pengantara

13
P. Julius F Nagel, Pengembangan Jiwa dan Kecerdasan Wirausaha untuk Kemandirian Bangsa.
Publikasi Ilmiah UMS, Prosiding INEACO 2016. https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/handle/11617/7132.
14
Endah Andayani, et.al., Pembentukan Kemandirian Melalui Pembelajaran Kewirausahaan Sosial
untuk Meningkatkan Kesadaran Sosial dan Kesadaran Ekonomi. Jurnal Riset Pendidikan Ekonomi (JRPE), 6(1),
2021. https://ejournal.unikama.ac.id/index.php/jrpe/article/view/5143.
15
Mohammad Fahri & Ahmad Zainuri. Moderasi Beragama di Indonesia. Jurnal Intizar, 25(2), 2019.
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intizar/article/view/5640.
16
Muhammad Abror, Moderasi Beragama dalam Bingkai Toleransi (Kajian Islam dan Keberagaman).
Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, 1(2), 2020. https://doi.org/10.35961/rsd.v1i2.174.

280
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 4, No. 2, 2021 E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20
(dalam perdagangan, bisnis, dan sebagainya), (2) pelerai (pemisah, pendamai) antara yang
berselisih) (3) pemimpin di pertandingan. Yang paling jelas, menurut ahli bahasa Arab,
kata tersebut ialah “segala yang baik sesuai objeknya”. 17
Menurut Quraish Shihab melihat bahwa dalam moderasi (Wasathiyyah) terdapat
pilar-pilar penting ialah (Mohammad Fahri dan Ahmad Zainuri, 2019) sebagai berikut:
1) Pilar keadilan. Pilar ini sangat utama, beberapa makna keadilan yang dipaparkan ialah
adil dalam arti “sama” ialah persamaan dalam hak.
2) Pilar keseimbangan. Menurut Quraish Shihab, keseimbangan dijumpai pada suatu
kelompok yang di dalamnya terdapat beragam bagian yang menuju satu tujuan tertentu,
selama syarat dan kadar tertentu terpenuhi oleh setiap bagian.
3) Pilar toleransi. Quraish Shihab memaparkan bahwa toleransi ialah batas ukur untuk
penambahan atau pengurangan yang masih bisa diterima.18

C. METODE
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan kualitatif.
Analisis data dalam penelitian kualitatif ini menggunakan analisis deskriptif, diawali
dengan pengelompokkan data yang sama, selanjutnya dilakukan interpretasi untuk
memberi makna setiap subaspek dan hubungan antara satu dengan yang lainnya.
Kemudian dilakukan analisis atau interpretasi keseluruhan aspek untuk memahami makna
hubungan antara aspek yang satu dengan yang lainnya yang menjadi fokus penelitian.
Metode ini digunakan untuk menggambarkan keadaan serta objek penelitian berdasarkan
fakta yang ada dilapangan secara apa adanya sesuai dengan hasil pengamatan sipeneliti,
peneliti menggunakan metode ini agar peneliti bisa mengetahui informasi secara dalam
dan dapat mendeskripsikan dan menganalisis data dengan baik dan benar. Penelitian ini
dilaksanakan di Desa Sei Merah Kecamatan Tanjung morawa Kabupaten Deli Serdang
Provinsi Sumatera Utara.
Teknik Pengumpulan data pada penelitian iniialah observasi, wawancara dan
dokumentasi. Teknik wawancara dilakukan kepada Kepala Desa Sei Merah, Sekretaris
Desa Sei merah, Ketua Ibu PKK, dan pemateri pelatihan seni rajut.
Wawancara ini dilaksanakan secara terstruktur, teknik observasi dilaksanakan
secara langsung selama proses pelatihan seni rajut berlangsung yang dilakukan oleh
beberapa mahasiswi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, teknik dokumentasi
digunakan untuk mengumpulkan dokumentasi selama proses pelatihan seni rajut
berlangsung.

D. HASIL & PEMBAHASAN


Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Sei Merah Kecamatan Tanjung morawa
Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara berdasarkan dengan wawancara yang
dilakukan kepada Kepala Desa Sei Merah, Sekretaris Desa Sei merah, Ketua Ibu PKK,
dan Pemateri dari pelatihan seni rajut mengenai moderasi beragama dan kegiatan seni rajut
yang di hadiri oleh Sebagian ibu-ibu dari desa tersebut dalam rangka meningkatkan
keterampilan di bidang kewirausahaan.
Berdasarkan yang dikemukakan oleh Sekretaris Desa Sei Merah yaitu Bapak
Sugita Putra, S.M di desa Sei Merah tentang Moderasi Beragama terdapat jumlah
penduduk sebanyak 1.169 jiwa yang di dominasi oleh masyarakat beragama Islam dan
hanya 23 masyarakat beragama Kristen. Di Desa Sei Merah hanyaterdapattempat ibadah
berupa Masjid yang berjumlah empat bangunan yang terletak di Dusun 1, dusun 3, Dusun
17
Mohammad Fahri & Ahmad Zainuri. Moderasi Beragama..., 19.
18
Mohammad Fahri & Ahmad Zainuri. Moderasi Beragama....

281
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 4, No. 2, 2021 E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20
4 dan Dusun 5. Masyarakat di desa Sei Merah yang hanya dinaungi oleh agama Islam dan
Kristen hidup rukun dan tentram, bahkan di desa tersebut hanya ada tempat jualan
sayurmayur yang penjualnya beragama Kristen tidak dikucilkan bahkan mereka berbelanja
tanpa memandang agama yang di anut. Masyarakat desa di desa sei merah sering
mengadakan kegiatan tentang agama seperti perayaan Maulid Nabi, akan tetapi kegiatan
itu terhenti sejak adanya Pandemi Covid-19 yang menghambat seluruh kegiatan bersifat
keagamaan. Tidak sampai disitu, kegiatan perayaan diganti menjadi kegiatan mengaji
untuk anak-anak sebagai tambahan waktu luang mereka di era Covid-19.
Sedangkan dari analisis deskriptif hasil penelitian yaitu dari kegiatan seni rajut
bahwa banyak harapan yang disampaikan oleh peserta seni rajut seperti yang dikemukakan
oleh ibu Sri Hartati selaku ketua tim penggerak ibu PKK Desa Sei Merah, beliau
menyampaikan bahwa senang dapat ikut serta dalam kegiatan seni rajut dan berharap hasil
dari seni rajut dapat menjadi pemasukan ekonomi bagi keluarga mereka, bahkan mereka
ingin kegiatan seni rajutdapat dilakukan selama sebulan untuk mendapatkan pengalaman
dan hasil yang maksimal.
Kegiatan seni rajut yang dilakukan oleh ibu-ibu di desa Sei Merah selama tiga hari
sebagai peluang wirausaha yang menghasilkan produk untuk dijadikan pemasukan
tambahan sudah membuahkan hasil seperti konektor masker, bros jilbab, dan lain
sebagainya seperti yang didokumentasikan di bawah ini.

Gambar. 1. Hasil Rajutan Konektor Masker (Penghubung Masker)

282
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 4, No. 2, 2021 E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20

Gambar. 2. Hasil Rajutan Bross Jilbab

Berdasarkan uraian di atas, kegiatan seni rajut dapat dijadikan peluang


kewirausahaan sebagai pemasukan tambahan serta dapat dijadikan kegiatan moderasi
beragama. Di mana jika kegiatan tersebut dikembangkan menjadi kegiatan sosial di desa
tersebut dan dihadiri oleh seluruh lapisan masyarakat dari berbagai agama, maka kegiatan
tersebut selain dapat menghasilkan dan memajukan perekonomian masyarakat, juga bisa
menyatukan perbedaan agama dalam hal moderasi beragama.

E. KESIMPULAN
Berdasarkan pengertian wirausaha menurut beberapa ahli di atas dapat di ambil
kesimpulan bahwasanya arti kewirausahaan itu ialah suatu usaha yang dapat melahirkan
atau menciptakan nilai plus dengan cara mengkombinasikan sumber melalui cara-cara
baru dan berbeda untuk menenangkan persaingan. Nilai plus tersebut dapat di lahirkan
dengan jalan mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru,
menemukan cara baru untuk dapat menghasilkan barang atau jasa yang lebih efektif dan
efesien dapat memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, ada mampu menemukan cara
baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen. Kewirausahaan merupakan akronim
dari: kreatif, energi, wawasan luas, inovatif, rencana bisnis, agresif, ulet, supel, antusias,
hemat, asa, dan negosiatif.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam wirausaha mandiri
diperlukan jiwa moderasi beragama, agar wirausaha kita dapat brjalan dengan sebaik-
baiknya. Dalam pembahasan di atas masyarakat Desa Sei Merah mengharapkan pelatihan
seni rajut dapat dilakukan selama sebulan untuk mendapatkan pengalaman dan hasil yang
maksimal, serta dapat membantu perekonomian keluarga. Di Desa Sei Merah hanya ada
beberapa penduduk yang non-Muslim, tetapi penduduk muslim menghargai akan adanya
perbedaan tersebut, mereka hidup tentram, rukun dan damai.

283
Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam
P-ISSN: 2088-7981
Vol. 4, No. 2, 2021 E-ISSN: 2685-1148
doi.org/10.36670/alamin.v2i02.20
DAFTAR PUSTAKA

Abror, Muhammad. 2020. Moderasi Beragama dalam Bingkai Toleransi (Kajian Islam dan
Keberagaman). Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, 1(2).
https://doi.org/10.35961/rsd.v1i2.174.
Ananda, Rusydi & Tien Rafida. 2016. Pengantar Kewirausahaan Rekayasa Akademik
Melahirkan Entrepreneurship. Medan: Perdana Publishing.
Andayani, Endah, et.al. (2021). Pembentukan Kemandirian Melalui Pembelajaran
Kewirausahaan Sosial untuk Meningkatkan Kesadaran Sosial dan Kesadaran Ekonomi.
Jurnal Riset Pendidikan Ekonomi (JRPE), 6(1).
https://ejournal.unikama.ac.id/index.php/jrpe/article/view/5143.
Fahri, Mohammad & Ahmad Zainuri. 2019. Moderasi Beragama di Indonesia. Jurnal Intizar,
25(2). http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intizar/article/view/5640.
Garaika. 2020. Pendampingan Wirausaha Mandiri Bagi Ibu Rumah Tangga di Desa
Pujorahayu Kecamatan Belitang. Jurnal PkM Pemberdayaan Masyarakat, 1(2).
http://www.jurnalpkmpemberdayaan.com/index.php/PkMLP3K/article/view/7.
Handari, Astri, et.al. 2021. Meningkatkan Perekonomian Ibu Rumah Tangga Dengan
Menumbuhkan Minat Berwirausaha Di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal ABDIMAS
GALUH, 3(1). https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/abdimasgaluh/article/view/4789.
Latief, Jamil. 2017. Kewirausahaan Kiat Sukses Menjadi Wirausaha. Jakarta: Dinas
Pendidikan Nasonal Jakarta.
Mayasari, Veny, et.al. 2019. Buku Ajar Pengantar Kewirausahaan (Dengan Pendekatan
Hasil Penelitian). CV. Penerbit Qiara Media.
Nagel, P. Julius F. 2016. Pengembangan Jiwa dan Kecerdasan Wirausaha untuk Kemandirian
Bangsa. Publikasi Ilmiah UMS, Prosiding INEACO 2016.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/handle/11617/7132.
Nisa, Siti Maemanatun & Muhammad Alif. 2020. Pengembangan Ekonomi Syariah Melalui
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Desa Tanjung Anom Kecamatan Mauk.
Banten: Media Karya Serang.
Saifuddin, Lukman Hakim. 2019. Moderasi Beragama. Jakarta: Kementerian Agama
Republik Indonesia.
Sumiati & Ratu Dea Mada. 2018. Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga Melalui Pembinaan
Wirausaha Mandiri Pembuatan Sabun Milan dan Kerupuk Ampas Tahu. Jurnal
Pengabdian Masyarakat, 2(1). http://e-
jurnal.lppmunsera.org/index.php/parahita/article/view/385.
Umar, Nasaruddin. 2019. Islam Nusantara Jalan Panjang Moderasi Beragama di Indonesia.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

284

Anda mungkin juga menyukai