- perubahan tingkat konsumsi, ketika muncul kesadaran masyarakat untuk menabung, maka
tingkat pengeluaran untuk konsumsi pada masyarakat akan menurun dan berkurang
seberapa besarpun tingkat harga yang terbentuk di pasar. Begitupun dengan pemberlakuan
kenaikan pajak oleh pemerintah. Dengan kenaikan pajak, tingkat pendapatan masyarakat
akan menurun sehingga kemampuan dan daya beli akan menurun.
- perubahan tingkat investasi, kebijakan perpajakan dapat mempengaruhi minat investor
dalam mengalokasi dana investasi mereka berapapun tingkat suku bunga yang berlaku.
Selain pajak, perubahan penawaran uang juga bisa mempengaruhi tingkat investasi, karena
akan menstimulus investor untuk melakukan peminjaman uang untuk meningkatkan
aktivitas investasinya.
- perubahan pengeluaran pemerintah, perubahan anggaran belanja pemerintah merupakan
faktor langsung yang dapat mempengaruhi permintaan agregat, jika pemerintah
menetapkan kebijakan untuk pembangunan infrastruktur, maka akan membuat pergeseran
kurva permintaan agregat ke kanan, sebaliknya bila pemerintah mengurangi anggaran
belanja, maka kurva permintaan agregat akan bergeser ke kiri.
- perubahan ekspor neto, krisis ekonomi pada sebuah negara akan mempengaruhi tingkat
ekspor bagi negara lain. Implikasinya adalah terjadinya penurunan volume ekspor terhadap
negara tersebut. Dengan terjadinya penurunan ekspor tersebut menyebabkan terjadinya
penurunan permintaan agregat (pergeseran kurva ke kiri)
3) jika investasi meningkat sebesar 100 miliar rupiah, berapa perubahan output/ Pendapatan
nasional yang terjadi
Diketahui : MPC = 0.75;
MPS = 1-MPC
= 1-0.75
= 0.25
∆I = 100.000.000.000
Ditanya : ∆Y?
1
Jawab : ∆Y = x ∆I
MPS
1
= x 100.000.000.000
0.25
= 4 x 100.000.000.000
= 400.000.000.000
Jika MPC sebesar 0.75 dengan peningkatan investasi sebesar 100 miliar rupiah, maka
pendapatan Nasional yang terjadi adalah sebesar 400 miliar rupiah.
4) berikan pendapat tentang perbandingan MPC Indonesia dengan salah satu negara maju
(misalnya Singapura)
Perbandingan MPC antar negara biasanya disebabkan oleh faktor pendapatan dan tingkat
konsumsi suatu masyarakat dalam suatu negara tersebut. Di Indonesia yang notabene
termasuk negara berkembang, kegiatan ekonomi dan pendapatan masyarakatnya masih
rendah tetapi konsumsinya tinggi, sedangkan di negara maju sejumlah masyarakatnya
mempunyai tingkat pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan tingkat konsumsinya dan
mereka lebih suka menyimpan hasil pendapatannya dengan diinvestasikan atau di tabung.
Pebedaan antara masyarakat negara yang sudah maju dengan negara yang sedang
berkembang bukan hanya terletak dalam atau dicerminkan oleh perbandingan relatif besar
kecilnya angka MPC atau MPS, akan terjadi juga dalam pola konsumsi itu sendiri. Pola
konsumsi masyarakat yang sedang berkembang mayoritas masyarakatnya menghabiskan
pendapatan untuk konsumsi kebutuhan pokok atau kebutuhan primer, sedangkan pada
masyarakat yang sudah maju cenderung lebih banyak di kebutuhan sekunder atau tersier.