Anda di halaman 1dari 4

Penulis Gloria Setyvani Putri | Editor Gloria Setyvani Putri KOMPAS.

com - Kemunculan ular


kobra di tengah pemukiman masih berlanjut. Diberitakan sebelumnya, warga menemukan ular kobra di
masjid, rumah, dan indekos para mahasiswi yang ada di berbagai daerah. Mulai dari Jember, Jakarta Timur,
Depok, Surakarta, hingga Klaten. Laporan terbaru tentang kemunculan ular kobra adalah Sabtu
(14/12/2019) malam. Menurut penuturan saksi, ular tersebut muncul di kamar mandi toko sepatu yang ada
di Jalan Jawa, kecamatan Sumbersari, Jember, Jawa Timur. Baca juga: Ular Kobra Muncul di Pemukiman
Saat Musim Hujan, Ahli LIPI Jelaskan "Awalnya karyawan toko mau mandi saat magrib, terus kaget ada
ular dari saluran kamar mandi, langsung memanggil saya,” kata Adil, salah seorang warga yang juga
berjualan di kawasan Jalan Jawa. "Ularnya seperti ular kobra, tegak kepalanya dan berdesis," tutur Adil.
Kemunculan ular kobra yang serentak di berbagai daerah pun membuat penasaran masyarakat. Banyak
yang bertanya di grup percapakan, kenapa ular kobra muncul di musim penghujan dan bagaimana
mengatasinya? Untuk menjawab pertanyaan ini, Kompas.com telah mengumpulkan sejumlah fakta tentang
emunculan ular kobra di awal musim penghujan ini. Berikut ulasannya: 1. Sedang musim menetas "Si
kobra Jawa atau Naja sputatrix ini, memang di awal musim penghujan adalah musim dia menetas. Musim
kawinnya kemarin saat awal musim kemarau, lalu mereka (ular) sudah bertelur sekitar tiga atau empat
bulan lalu," kata Amir Hamidy, peneliti ular dan reptil LIPI dihubungi Kompas.com, Minggu (15/12/2019).
"Kemudian periode telur kobra menetas antara 70 sampai 90 hari," imbuh dia. Amir menjelaskan, induk
kobra langsung pergi setelah dia bertelur. Tidak ada parental care dalam perkembangbiakan ular kobra.
Sekali bertelur, induk kobra dapat menghasilkan 10-20 butir telur dan 80 persennya bisa menetas. Telur-
telur itu diletakkan di lubang tanah atau di bawah daun kering yang lembab. "Jadi induknya pergi, anaknya
dibiarkan. Setelah telur (ular kobra) menetas, anakan ular ini akan menyebar ke mana-mana, termasuk ke
pemukiman," jelas Amir. 2. Bisa bayi kobra membahayakan manusia Ular kobra melumpuhkan mangsanya
dengan menggigit dan menyuntikkan bisa pada hewan tangkapan melalui taringnya. Bisa tersebut dapat
melumpuhkan saraf dan otot mangsa hanya dalam beberapa menit saja. "Meskipun masih bayi, ular kobra
sudah memiliki kelenjar bisa yang mampu menghasilkan bisa dan berbahaya bagi manusia," terang Amir.
Pakar Toksonologi dan bisa ular Dr dr Tri Maharani, M.Si SP, mengatakan, bisa ular kobra dominan
mengandung mycrotoxin, cardiotoxin, neurotoxin, dan cytotoxin. "Paling banyak yang menyebabkan
kematian di Indonesia karena (kandungan) cardiotoxin dan neurotoxin," ujar Tri. Lamanya waktu hingga
menimbulkan kematian ini tergantung dari banyaknya venom yang masuk ke dalam tubuh. "Kalau banyak
cardiotoxin dan neurotoxin-nya bisa cepat (meninggalnya), bisa beberapa menit sampai jam," kata Tri. Jika
kerusakan sel tidak diberikan antivenom, maka semua jaringan bisa rusak dan mati, seperti otot pembuluh
darah syaraf dan sebagainya. Venom yang masuk ke tubuh ini akan menyebar lewat kelenjar getah bening.
3. Usir ular dengan garam hanya mitos Dijelaskan Ketua Taman Belajar Ular Indonesia, Erwandi Supriadi
atau yang akrab disapa Elang, mengatakan, menaburkan garam untuk mengusir ular mitos belaka. "Mitos.
Ular bersisik, bukan berlendir,” kata Elang, saat dihubungi Kompas.com pada Kamis (12/12/2019). Garam
hanya efektif untuk mengusir hewan berlendir seperti lintah dan pancet. Bahan dapur ini pun tak akan
mempan mengusir anakan ular. Namun, garam tak akan berpengaruh bagi ular yang merupakan hewan
bersisik. 4. Tutup akses dan bersihkan rumah Elang berpendapat, cara untuk mencegah ular masuk rumah
adalah menutup akses. Misalnya, menutup saluran air dengan kawat baja, bukan aluminium. Alasannya,
aluminium bisa dijebol oleh tikus. Selain itu, menutup ruang kosong antara ubin dengan pintu. "Tutupi
space itu supaya ular tidak masuk,” ujar dia. Selain menutup akses, Amir mengingatkan untuk rajin
mengepel rumah dan membersihkan kamar mandi dengan bau yang menyengat. "Gunakan pembersih
lantai dengan aroma yang menyegat karena ular tidak suka dengan bau yang tajam," terang Amir. Selain
itu, hindari meninggalkan sampah bekas makanan di rumah. "Sampah ini dapat mengundang tikus yang
merupakan salah satu mangsa ular," jelasnya. Amir juga mengingatkan untuk selalu membersihkan rumah
dari tumpukan barang-barang, termasuk perkarangan rumah dari tumpukan daun-daun kering atau material
yang menumpuk. "Tempat tempat itu bisa menjadi tempat persembunyian ular," imbuhnya. 5. Pedoman
penanganan gigitan ular berbisa dari WHO Tri Maharani yang ikut dalam tim pembuat pedoman
penanganan gigitan ular berbisa dari WHO, menjelaskan, pertolongan pertama yang dapat diberikan
adalah: Melakukan imobilisasi atau membuat bagian tubuh yang digigit ular tidak bergerak dan segera
membawanya ke rumah sakit. Lakukan pertolongan sesuai panduan WHO, seperti memberikan
anticholinesterase. Anggota tubuh yang terkena gigitan ular jangan sampai dihisap atau disedot. Jangan
menoreh atau mengeluarkan darah atau memijat bagian anggota tubuh yang terkena gigitan. Penanganan
korban harus tepat secara medis. Oleh karena itu, tidak disarankan menggunakan obat herbal. Jika gigitan
dan paparan bisa ular menyebabkan kecacatan pada korban, maka dapat diberikan pelatihan fisioterapi.
Baca juga: Demi Makan dan Pasangan, Ular Kobra Bisa Jadi Kanibal Tentang ular kobra Ular kobra atau
disebut juga ular sendok adalah jenis ular berbisa dari suku Elapidae. Disebut ular sendok karena ular ini
dapat menegakkan dan memipihkan lehernya, melengkung menyerupai sendok, apabila merasa terganggu
atau merasa terancam oleh musuhnya. Selain itu, ular yang berukuran rata rata 1,3 meter dan bisa
mencapai ukuran panjang 1,8 meter ini juga memiliki kemampuan meyemprotkan bisa atau yang disebut
venom. Di Indonesia ada dua jenis ular kobra, yakni kobra Sumatera atau Naja sumatrana dan kobra Jawa
alias Naja Sputatrix. Kobra Sumatera dapat ditemukan di Sumatera dan Kalimantan. Sedangkan kobra
Jawa, banyak dijumpai di Jawa, Bali, Lombok, Komodo, Rinca, Sumbawa, dan Flores. Sumber:
Kompas.com (Pythag Kurniati, Amalia Zhahrina, Mela Arnani, Nur Rohma Aida, Gloria Setyvani Putri)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "5 Fakta Teror Ular Kobra di Musim Hujan, Pemicu
hingga Mitos Garam", Klik untuk baca: https://sains.kompas.com/read/2019/12/15/170300423/5-fakta-
teror-ular-kobra-di-musim-hujan-pemicu-hingga-mitos-garam?page=all.
Penulis : Gloria Setyvani Putri
Editor : Gloria Setyvani Putri

Kompascom+ baca berita tanpa iklan: https://kmp.im/plus6


Download aplikasi: https://kmp.im/app6KOMPAS.com - Kemunculan ular kobra di tengah pemukiman
masih berlanjut. Diberitakan sebelumnya, warga menemukan ular kobra di masjid, rumah, dan indekos
para mahasiswi yang ada di berbagai daerah. Mulai dari Jember, Jakarta Timur, Depok, Surakarta, hingga
Klaten. Laporan terbaru tentang kemunculan ular kobra adalah Sabtu (14/12/2019) malam. Menurut
penuturan saksi, ular tersebut muncul di kamar mandi toko sepatu yang ada di Jalan Jawa, kecamatan
Sumbersari, Jember, Jawa Timur. Baca juga: Ular Kobra Muncul di Pemukiman Saat Musim Hujan, Ahli
LIPI Jelaskan "Awalnya karyawan toko mau mandi saat magrib, terus kaget ada ular dari saluran kamar
mandi, langsung memanggil saya,” kata Adil, salah seorang warga yang juga berjualan di kawasan Jalan
Jawa. "Ularnya seperti ular kobra, tegak kepalanya dan berdesis," tutur Adil. Kemunculan ular kobra yang
serentak di berbagai daerah pun membuat penasaran masyarakat. Banyak yang bertanya di grup
percapakan, kenapa ular kobra muncul di musim penghujan dan bagaimana mengatasinya? Untuk
menjawab pertanyaan ini, Kompas.com telah mengumpulkan sejumlah fakta tentang emunculan ular kobra
di awal musim penghujan ini. Berikut ulasannya: 1. Sedang musim menetas "Si kobra Jawa atau Naja
sputatrix ini, memang di awal musim penghujan adalah musim dia menetas. Musim kawinnya kemarin saat
awal musim kemarau, lalu mereka (ular) sudah bertelur sekitar tiga atau empat bulan lalu," kata Amir
Hamidy, peneliti ular dan reptil LIPI dihubungi Kompas.com, Minggu (15/12/2019). "Kemudian periode
telur kobra menetas antara 70 sampai 90 hari," imbuh dia. Amir menjelaskan, induk kobra langsung pergi
setelah dia bertelur. Tidak ada parental care dalam perkembangbiakan ular kobra. Sekali bertelur, induk
kobra dapat menghasilkan 10-20 butir telur dan 80 persennya bisa menetas. Telur-telur itu diletakkan di
lubang tanah atau di bawah daun kering yang lembab. "Jadi induknya pergi, anaknya dibiarkan. Setelah
telur (ular kobra) menetas, anakan ular ini akan menyebar ke mana-mana, termasuk ke pemukiman," jelas
Amir. 2. Bisa bayi kobra membahayakan manusia Ular kobra melumpuhkan mangsanya dengan menggigit
dan menyuntikkan bisa pada hewan tangkapan melalui taringnya. Bisa tersebut dapat melumpuhkan saraf
dan otot mangsa hanya dalam beberapa menit saja. "Meskipun masih bayi, ular kobra sudah memiliki
kelenjar bisa yang mampu menghasilkan bisa dan berbahaya bagi manusia," terang Amir. Pakar
Toksonologi dan bisa ular Dr dr Tri Maharani, M.Si SP, mengatakan, bisa ular kobra dominan mengandung
mycrotoxin, cardiotoxin, neurotoxin, dan cytotoxin. "Paling banyak yang menyebabkan kematian di
Indonesia karena (kandungan) cardiotoxin dan neurotoxin," ujar Tri. Lamanya waktu hingga menimbulkan
kematian ini tergantung dari banyaknya venom yang masuk ke dalam tubuh. "Kalau banyak cardiotoxin
dan neurotoxin-nya bisa cepat (meninggalnya), bisa beberapa menit sampai jam," kata Tri. Jika kerusakan
sel tidak diberikan antivenom, maka semua jaringan bisa rusak dan mati, seperti otot pembuluh darah
syaraf dan sebagainya. Venom yang masuk ke tubuh ini akan menyebar lewat kelenjar getah bening. 3.
Usir ular dengan garam hanya mitos Dijelaskan Ketua Taman Belajar Ular Indonesia, Erwandi Supriadi
atau yang akrab disapa Elang, mengatakan, menaburkan garam untuk mengusir ular mitos belaka. "Mitos.
Ular bersisik, bukan berlendir,” kata Elang, saat dihubungi Kompas.com pada Kamis (12/12/2019). Garam
hanya efektif untuk mengusir hewan berlendir seperti lintah dan pancet. Bahan dapur ini pun tak akan
mempan mengusir anakan ular. Namun, garam tak akan berpengaruh bagi ular yang merupakan hewan
bersisik. 4. Tutup akses dan bersihkan rumah Elang berpendapat, cara untuk mencegah ular masuk rumah
adalah menutup akses. Misalnya, menutup saluran air dengan kawat baja, bukan aluminium. Alasannya,
aluminium bisa dijebol oleh tikus. Selain itu, menutup ruang kosong antara ubin dengan pintu. "Tutupi
space itu supaya ular tidak masuk,” ujar dia. Selain menutup akses, Amir mengingatkan untuk rajin
mengepel rumah dan membersihkan kamar mandi dengan bau yang menyengat. "Gunakan pembersih
lantai dengan aroma yang menyegat karena ular tidak suka dengan bau yang tajam," terang Amir. Selain
itu, hindari meninggalkan sampah bekas makanan di rumah. "Sampah ini dapat mengundang tikus yang
merupakan salah satu mangsa ular," jelasnya. Amir juga mengingatkan untuk selalu membersihkan rumah
dari tumpukan barang-barang, termasuk perkarangan rumah dari tumpukan daun-daun kering atau material
yang menumpuk. "Tempat tempat itu bisa menjadi tempat persembunyian ular," imbuhnya. 5. Pedoman
penanganan gigitan ular berbisa dari WHO Tri Maharani yang ikut dalam tim pembuat pedoman
penanganan gigitan ular berbisa dari WHO, menjelaskan, pertolongan pertama yang dapat diberikan
adalah: Melakukan imobilisasi atau membuat bagian tubuh yang digigit ular tidak bergerak dan segera
membawanya ke rumah sakit. Lakukan pertolongan sesuai panduan WHO, seperti memberikan
anticholinesterase. Anggota tubuh yang terkena gigitan ular jangan sampai dihisap atau disedot. Jangan
menoreh atau mengeluarkan darah atau memijat bagian anggota tubuh yang terkena gigitan. Penanganan
korban harus tepat secara medis. Oleh karena itu, tidak disarankan menggunakan obat herbal. Jika gigitan
dan paparan bisa ular menyebabkan kecacatan pada korban, maka dapat diberikan pelatihan fisioterapi.
Baca juga: Demi Makan dan Pasangan, Ular Kobra Bisa Jadi Kanibal Tentang ular kobra Ular kobra atau
disebut juga ular sendok adalah jenis ular berbisa dari suku Elapidae. Disebut ular sendok karena ular ini
dapat menegakkan dan memipihkan lehernya, melengkung menyerupai sendok, apabila merasa terganggu
atau merasa terancam oleh musuhnya. Selain itu, ular yang berukuran rata rata 1,3 meter dan bisa
mencapai ukuran panjang 1,8 meter ini juga memiliki kemampuan meyemprotkan bisa atau yang disebut
venom. Di Indonesia ada dua jenis ular kobra, yakni kobra Sumatera atau Naja sumatrana dan kobra Jawa
alias Naja Sputatrix. Kobra Sumatera dapat ditemukan di Sumatera dan Kalimantan. Sedangkan kobra
Jawa, banyak dijumpai di Jawa, Bali, Lombok, Komodo, Rinca, Sumbawa, dan Flores. Sumber:
Kompas.com (Pythag Kurniati, Amalia Zhahrina, Mela Arnani, Nur Rohma Aida, Gloria Setyvani Putri)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "5 Fakta Teror Ular Kobra di Musim Hujan, Pemicu
hingga Mitos Garam", Klik untuk baca: https://sains.kompas.com/read/2019/12/15/170300423/5-fakta-
teror-ular-kobra-di-musim-hujan-pemicu-hingga-mitos-garam?page=all.
Penulis : Gloria Setyvani Putri
Editor : Gloria Setyvani Putri

Kompascom+ baca berita tanpa iklan: https://kmp.im/plus6


Download aplikasi: https://kmp.im/app6

Anda mungkin juga menyukai