1. Persiapan Pasien
Tidak memerlukan persiapan kusus, hanya melepas atau menyingkirkan benda yang dapat mengganggu
gambaran radiograf
2. .Teknik Pemeriksaan
Proyeksi AP
- FFD : 100 cm
- Kaset : 18x24 atau 24x30 dibagi dua
royeksi PA Oblique
Proyeksi Lateral
ProyeksiPemeriksaanPA
PP = Pasien duduk di meja pemeriksaan dengan antebrachi di fleksikan dan telapak tangan menempel pada
kaset.
PO = Lengan bawah dan tangan Prone, Wrist joint diatur true Lateral
CP = Pada pertengan Proc.Styloideus Radius dan Ulna tepi dorsal atau pada pertengahan oss Radius dan
Ulna
CR = Tegak lurus Vertikal
Ukuran kaset = 18x24 cm Vertikal atau 24x30 cm Horizontal untuk dua gambaran
FFD = 90 cm
PP = Pasien duduk di samping meja pemeriksaan dengan dan Tangan diposisikan untuk aspek Ulnaris
menempel pada permukaan kaset.
PO = Sendi siku Fleksi 90 derajat, lengan atas dan lengan lateral, Tepi Ulnaris menempel pada kaset.
CP = Pada Proc.Styloideus Radius dan Ulna
CR = Tegak Lurus Vertikal
Ukuran Kaset = 18x24 Vertikal atau 24x30 Horizontal untuk dua gambar
FFD = 90 cm
Kriteria Evaluasi = Tampak Metacarpal dan Carpal Superposisi dan Oss Radius dan Ulna Supeposisi juga
TEKNIK PEMERIKSAAN ANTEBRACHI
Proyeksi : AP
1. Kaset : ukuran 35 x 43 cm
2. kV : 60 ± 6 mAs : 6
3. FFD : 100 cm
4. Posisi Pasien
POSISI PASIEN
Pasien duduk menghadap meja pemeriksaan dengan tangan diletakkan di atas meja pemeriksaan, posisi
telapak tangan menghadap ke atas
Posisi Obyek :
Letakkan bahu pada meja pemeriksaan sehingga seluruh lengan terletak pada bidang horizontal yang sama
Letakkan antebrachi di pertengahan kaset sejajar dengan kaset
1. Kriteria Radiograf:
Tampak struktur radius dan ulna dengan sedikit gambaran proximal carpals dan distal humerus
Tidak rotasi ditandai dengan tampaknya humeral epicondyles dengan radial
head, neck, dan tuberosity sedikit superposisi dengan ulna
Tampak soft tissue dan trabecular
P
Proyeksi : Lateral
1. Kaset : ukuran 35 x 43 cm
2. kV : 64 ± 6 mAs : 6
3. FFD : 100 cm
4. Posisi Pasien :
POSISI PASIEN
Pasien duduk di samping meja pemeriksaan dengan lengan flexi 90°
Posisi Obyek :
Letakkan bahu pada meja pemeriksaan sehingga lengan atas terletak pada bidang horizontal yang sama
Letakkan antebrachi di pertengahan kaset sejajar dengan kaset; pastikan wirst dan elbow joint masuk
dalam kaset. Posisikan antebrachi true lateral pastikan distal radius dan ulna superposisi
Central Ray : tegak lurus kaset dengan CP pada pertengahan antebrachia
1. Kriteria Radiograf :
Tampak struktur radius dan ulna dengan sedikit gambaran proximal carpals dan distal humerus
True lateral ditandai dengan ulnar head superposisi di atas radius, humeral epicondylus harus
saling superposisi.
Tampak soft tissue dan trabecular
1. Kaset : ukuran 24 x 30 cm
2. kV : 60 ± 6 mAs : 6
3. FFD : 100 cm
Posisi Pasien : Pasien duduk menghadap meja pemeriksaan dengan elbow extensi penuh
Posisi Obyek : Elbow ekstensi, tangan supine, dan sejajarkan lengan atas dan lengan bawah dengan kaset.
Letakkan pertengahan elbow di pertengahan kaset. Pastikan posisi pasien true AP
Central Ray : tegak lurus kaset dengan CP pada pertengahan elbow
Kriteria Radiograf :
1. Tampak struktur proximal radius dan ulna carpals,distal humerus dan elbow joint space
2. Tidak rotasi ditandai dengan tampaknya humeral epicondyles dengan radial
head, neck, dan tuberosity sedikit superposisi dengan ulna
3. Tampak soft tissue dan trabecular
Proyeksi : Lateral
1. Kaset : ukuran18 x 24 cm
2. kV : 60 ± 6 mAs : 6
3. FFD : 100 cm
Posisi Pasien : Pasien duduk di samping meja pemeriksaan dengan lengan flexi 90°
Posisi Obyek : Letakkan lengan bawah sejajar dengan kaset.Pastikan pertengahan elbow berada di
pertengahan kaset. Letakkan bahu pada meja pemeriksaan sehingga lengan bawah dan humerus terletak
pada bidang horizontal yang sama. Posisikan wrist dan tangan dalam posisi lateral dengan ibu jari
menghadap ke ata
Kriteria Radiograf :
1. Tampak struktur proyeksi lateral dari distal humerus dan proximal antebrachia, proc. Olecranon, dan
soft tissue elbow.
2. True lateral ditandai dengan epicondyles humeri superposisi
Proyeksi : AP
1. Kaset : ukuran 35 x 43 cm
2. kV : 70 ± 6 mAs : 6
3. FFD : 100 cm
Posisi Pasien :
Posisi pasien erect atau supine. Pastikan shoulder dan elbow joints tidak terpotong.
Posisi Obyek :
Putar tubuh ke lengan yang sakit sehingga lengan menempel ke kaset. Sejajarkan humerus dengan kaset,
kecuali jika kaset harus di putar diagonal untuk memastikan shoulder dan elbow tidak terpotong. Lengan
sedikit abduksi dan tangan supine supaya epicondylus berjarak sama.\
Kriteria Radiograf:
1. Tampak keseluruhan humerus termasuk shoulder dan elbow joints dalam proyeksi AP.
2. Humerus sejajar dengan kaset, True AP ditandai dengan greater tubercle tampak di posisi lateral,
humeral head tampak sebagian di medial dengan superposisi minimal dari glenoid cavity
1. Kaset : ukuran 35 x 43 cm
2. kV : 70 ± 6 mAs : 6
3. FFD : 100 cm
4. Posisi Pasien :
Pasien erect atau supine baik pada proyeksi lateromedial atau mediolateral
Posisi Obyek :
Lateromedial : posisi pasien erect membelakangi kaset dan elbow sedikit flexi, tubuh sedikit di rotasikan ke
arah lengan yang sakit supaya humerus dan shoulder menempel kaset. Rotasikan bahu ke dalam.
Mediolateral : pasien menghadap kaset kemudian oblique 20°-30° supaya humerus menempel kaset, elbow
flexi 90°
Kriteria Radiograf :
1. Kaset : ukuran 24 x 30 cm
2. kV : 70 ± 5 mAs : 6
3. FFD : 100 cm
Posisi Pasien : Posisi pasien erect atau supine. (Posisi erect biasanya mengurangi sakit pada pasien)
Posisi Obyek : Putar tubuh ke shoulder yang sakit sehingga menempel ke kaset. Posisikan scapulohumeral
joint di pertengahan kaset. Putar lengan kearah luar/ eksternal sampai epycondyles of distal humerus tegak
sejajar kaset
Central Ray : tegak lurus kaset dengan CP 2.5 cm dibawah prosesus coracoideus
Kriteria Radiograf
Tampak struktur proksimal humerus pada sisi AP dan tampak upper skapula
Rotasi eksternal maksimal ditandai dengan tampak keseluruhan greater tubercle pada aspek lateral
dari proksimal humerus. Lesser tubercle suporposisi dengan caput humeri
Proyeksi : AP ( Internal Rotation)
1. Kaset : ukuran 24 x 30 cm
2. kV : 70 ± 5 mAs : 6
3. FFD : 100 cm
Posisi Pasien : Posisi pasien erect atau supine. (Posisi erect biasanya mengurangi sakit pada pasien)
Posisi Obyek : Putar tubuh ke shoulder yang sakit sehingga menempel ke kaset. Posisikan scapulohumeral
joint di pertengahan kaset Putar lengan kearah dalam/ internal sampai epycondyles of distal humerus tegak
lurus kaset
Central Ray : tegak lurus kaset dengan CP 2.5 cm dibawah prosesus coracoideus
Kriteria Radiograf :
1. Tampak struktur proksimal humerus pada sisi lateral dan upper skapula
2. Rotasi penuh ditandai dengan tampaknya lesser tubercle pada aspek medial dari caput humeri.
1. Kaset : ukuran 24 x 30 cm
2. kV : 70 ± 5 mAs : 6
3. FFD : 100 cm
Posisi Pasien : Posisi pasien erect atau supine, bahu rileks disamping tubuh, dagu mendongak, kepala
lurus menghadap depan. Posterior shoulder menempel kaset, badan tidak berotasi
Central Ray :
Kriteria Radiograf:
Proyeksi: AP Axial
Posisi pasien: Supine/ erect Tidak ada rotasi dari kedua shoulder
Posisi objek: Atur MSP kepala pasien pada pertengahan kaset Dagu pasien sedikit mendongak
Kriteria Radiograf:
1. FFD= 100cm
Posisi objek: Atur MSP kepala pasien pada pertengahan kaset Dagu pasien sedikit mendongak Mulut
pasien dibuka maksimal, tidak ada rotasi kepala
Proyeksi: Lateral
Posisi pasien: Supine di meja pemeriksaan, kaset diletakkan di sebelah cervical yang sakit Berdiri
menyamping, cervical yang sakit berada di dekat kaset Batas atas kaset 3cm di atas MAE
Posisi objek: Atur MCP kepala setinggi mastoid pada pertengahan kaset, Kedua tangan ditarik ke bawah
maksimal
Kriteria Radiograf:
6. Central ray:
7. Kriteria Radiograf:
Atur posisi badan dan kepala pasien dengan membentuk sudut 45 derajat terhadap kaset dan
pertengahan cervical pada pertengahan kaset
Kedua tangan ditarik ke bawah maksimal
Dagu pasien agak ditengadahkan untuk men gurangi superposisi
6. Central ray:
7. Kriteria Radiograf:
KLINIS :
- fracture
- kelainan patologis
- dislokasi
PERSIAPAN PEMERIKSAAN :
1. persiapan pasien
daerah yang diperiksa bebas dari benda logam
2. persiapan alat/bahan
pesawat sinar-x
kaset dan film 24 x 30 cm
load pembagi
marker
PROTEKSI RADIASI
- gonad shiel
- apron
- batasi lapangan penyinaran
ANATOMI OS PEDIS
terdiri atas 26 tulang,yaitu :14phalanges, 5 os metatarsal dan 7 os tarsi. os tarsi terdiri atas os calcaneus,os
talus, os navicular,3 os cuneiform, dan os cuboid. berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi 3 yaitu : forefoot
(metatarsal dan toes), midfoot (cuneiform, navicular, dan cuboid), hindfoot (talus/astragalus, dan calcaneus(os
calcis). tulang kaki dibentuk dan bersatu untuk membentuk kesatuan longitudinal dan arcus transversal.
bagian permukaan anterior (superior) kaki disebut dengan dorsum atau permukaan dorsal, dan
inferior(posterior) aspek dari kaki disebut permukaan plantar. karena ketebalan yang beragam pada anatomi kaki,
maka harus kita perhatikan pemberian faktor eksposi untuk dapat menunjukkan densitas keseluruhan bagian tulang
kaki
PROYEKSI AP/AP AXIAL
posisi pasien : pasien supine. kaki difleksikan dan telapak kaki menghadap meja pemeriksaan.
posisi obyek : telapak kaki menempel pada kaset. kaset horizontal diatas meja pemeriksaan.
ffd : 90 – 100 cm
kriteria gambar : tampak gambaran ap dari ossa metatarsal, ossa phalanx, ossa tarsal
AP OBLIQUE
LATERAL ROTATION
§ posisi pasien : pasien supine. kaki difleksikan, telapak kaki menghadap meja pemeriksaan.
§ posisi obyek : kaki diendorotasikan membentuk sudut 30º terhadap kaset pada sisi lateral.
§ ffd : 90 – 100 cm
§ cr : vertikal / tegak lurus kaset
§ cp : metatarsal ke-3
§ kriteria gambar : tampak gambaran ap oblique pada daerah ossa phalanx, ossa metatarsal. tampak persendian os
cuneiform medial dan intermedial.
PROYEKSI AP AXIAL
METODE WEIGHT-BEARING
§ posisi pasien : pasien diposisikan standing-upright/berdiri tegak/erect.
§ posisi obyek : letakkan kaset diatas lantai. pasien berdiri diatas kaset. letakkan marker sesuai dengan posisi kaki.
letakkan penggaris pengukur (skala) untuk mempermudah memposisikan kaki agar simetris.
§ ffd : 90 – 100 cm
§ cr : 10º / 15º kearah tumit
§ cp : pada the level of the base of metatarsal III
§ kriteria gambar : tampak gambaran ap axial os pedis kanan dan kiri
PEDIS ► AP AXIAL
WEIGHT BEARING COMPOSITE METHOD “posterior angulation 15° kearah tumit.
§ posisi pasien : pasien standing-upright/erect.
§ posisi obyek : salah satu pedis pasien diletakkan diatas kaset horisontal.
§ cr : 15° kearah tumit.
§ cp : the base of metatarsal III
§ kriteria gambar : tampak gambaran pedis ap axial.
PEDIS ► AP AXIAL
WEIGHT BEARING COMPOSITE METHOD “anterior angulation 25° kearah phalanx.
§ posisi pasien : pasien standing-upright /erect.
§ posisi obyek : salah satu pedis pasien diletakkan diatas kaset horisontal.
§ cr : 25° kearah phalanx.
§ cp : permukaan posterior ankle.
§ kriteria gambar: tampak gambaran pedis ap axial pada bagian posterior.
Untuk Klinis biasanya terjadi fraktur atau dislokasi pada sendi Ankle.
Proyeksi pemeriksaan AP
PP (Posisi Pasien) = Pasien duduk atau Tiduran (Supine) di atas meja pemeriksaan, kedua tungkai lurus.
PO (Posisi Objek) = Telapak kaki yang difoto Vertikal, Tumit menempel ke kaset. Untuk fiksasi diletakkan
penyangga di depan telapak kaki. Ankle joint diatur true AP dengan maleolus lateralis dan medialis
berjarak sama terhadap kaset. Dibawah Ankle joint diletakkan spon kecil untuk mencegah terjadinya
gerakan.
Ukuran kaset = 18x24 cm Vertikal atau Horizontal untuk 2 gambaran
CR = Tegak lurus Vertikal
CP = Pada Mid (Pertengahan Maleolus Lateral dan Medial.
FFD = 100cm
Luas lapangan Kolimasi = dari 1/3 Distal Cruris sampai Talus.
Marker = R/L Orientasi AP
Kriteria Gambaran : Ossa Distal Tibia Fibula, Tibiofibular Joint(Ankle) Terlihat, Maleolus Lateral dan
medial dan Talus
Kriteria evaluasi :
Kriteria Gambaran : Oss Distal Tibia dan Fibula, Tibiofibular joint (Ankle), Maleolus Lateral dan medial, Talus, dan
Calcaneus.
Kriteria evaluasi :
1. AP
2. Lateral
3.Dan Skyline.
Tetapi saya hanya akan menjelaskan proyeksi pemeriksaan Genu AP dan Lateral
Proyeksi AP
PP = Posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan dengan kepala diganjal dengan bantal dan tangan
berada di samping tubuh.
PO = Lutut yang diperiksa diletakkan di atas kaset, tepat di tengah-tengah kaset dan marker ditempelkan di
ujung kaset.
CP = Tegak lurus Vertikal
CR = 2cm di bawah Oss Patella (Pada celah sendi antara Femur dan Tibia.
Kaset = 18x24cm
FFD = 90-100 cm
Luas lapangan kolimasi : Batas atas 1/3 Distal Femur dan batas bawah 1/3 Proksimal Cruris.
Kriteria Gambaran :
Proyeksi Lateral
PP = Pasien tidur di atas meja pemeriksaan dalam posisi supine. Kepala miring ke kanan dan ke
kiridiganjal dengan bantal dan kedua tangan berimpit di depan dada.
PO = Lutut yang diperiksa diletakkan di atas kaset dalam posisi mediolateral. Lutut yang lain disilangkan
ke depan atau ke belakang lutut yang akan diperiksa.
CP = Pada articular Genu.
CR = Tegak lurus Vertikal.
Kaset = 18x24cm
FFD = 90-100cm
Luas lapangan kolimasi batas atas 1/3 distal femur dan 1/3 Proksimal Cruris
Kriteria gambaran :
Persiapan Pasien Tidak memerlukan persiapan kusus, hanya melepas atau menyingkirkan benda yang
dapat mengganggu gambaran radiograf. Teknik Pemeriksaan Proyeksi AP Posisi Pasien : Pasien
diposisikan supine Posisi Objek : - kaki ekstensi - aturfemur pada posisi true AP (Pedis
menghadap ke atas) - atur femur pada pertengahan kaset - pastikan nantinya tidak
ada gambambaran yang terpotong Central point (CP) : pertengahan femur Central Ray (CR) : vertikal tegak
lurus kaset FFD : 100 cm Kaset : 30x40cm dibagi dua
Kriteria Radiograf : - lesser trochanter tampak bebas di bagian medial femur - tidak
ada rotasi pada femur - neck femur tampak bebas - tampak knee dan
pelvis
Proyeksi lateral (mediolateral) Posisi Pasien : Pasien diposisikan supine Posisi Objek : - kaki fleksi
45 derajat - atur femur pada posisi true lateral - atur femur pada pertengahan kaset
- pastikan nantinya tidak ada gambambaran yang terpotong Central point (CP) : pertengahan femur Central
Ray (CR) : vertikal tegak lurus kaset FFD : 100 cm Kaset : 30x40cm dibagi dua
catatan: Apabila kaset yang digunakan tidak mencukupi objek (femur) yang di rontgen, maka satu
foto di fokuskan di bagian distal atau proksimal dari femur. misal : foto dengan proyeksi AP di bagian distal
sedangkan foto dengan proyeksi Lateral di bagian proksimal
Persiapan Pasien Tidak memerlukan persiapan kusus, hanya melepas atau menyingkirkan benda yang
dapat mengganggu gambaran radiograf.
Proyeksi: AP Axial
5. Posisi objek:
6. Central ray:
7. Kriteria Radiograf:
Proyeksi: Lateral
5. Posisi objek:
Kedua lutut pasien ditekuk dan kedua tangan pasien berada di daerah kepala
Atur MCP pasien pada pertengahan kaset
Untuk meminimalisir adanya rotasi, kedua lutut pada posisi saling bertindihan
6. Central ray:
Sacrum: Tegak lurus terhadap kaset menuju titik 9cm posterior SIAS
Coccyx: Tegak lurus terhadap kaset menuju titik 9cm posterior SIAS dan 5cm inferior
7. Kriteria Radiograf:
5. Posisi objek:
6. Central ray:
7. Kriteria Radiograf:
Proyeksi: Lateral
5. Posisi objek:
Kedua lutut pasien ditekuk dan kedua tangan pasien berada di daerah kepala
Atur MCP pasien pada pertengahan kaset
Untuk meminimalisir adanya rotasi, kedua lutut p ada posisi saling bertindihan
Pertengahan kaset pada batas L4
6. Central ray:
7. Kriteria Radiograf:
Proyeksi: RPO/LPO
Atur posisi pasien oblique 45 derajat, bagian yang sakit dekat dengan kaset
Pertengahan vertebrae lumbal pada pertengahan kaset
Pertengahan kaset 3cm superior SIAS
6. Central ray:
7. Kriteria Radiograf:
Supine/ erect
Tidak ada rotasi dari kedua shoulder
Kedua tangan di samping
Untuk pasien erect, posisi berdiri tegak semaksimal mungkin
Untuk pasien supine, kepala diberi bantalan
5. Posisi objek:
Tegak lurus menuju kaset pada pertengahan antara jugular notch dan prosesus xiphoideus
7. Kriteria Radiograf:
Terlihat T1-T12
Prosesus spinosus pada pertengahan thoracal
Columna vertebra thoracal pada pertengahan kaset
Proyeksi: Lateral
5. Posisi objek:
Untuk posisi tiduran, kedua lutut pasien ditekuk dan kedua tangan pasien berada di daerah kepala
Untuk posisi berdiri, kedua tangan pasien ditarik ke depan maksimal
Batas atas kaset 5cm di atas shoulder
6. Central ray:
7. Kriteria Radiograf:
POSISI RECUMBENT
}Pasien berbaring miring, letakkan pengganjal/bantal di bawah kepala sehingga MSP tubuh benar-benar ho
risontal
}Kedua tungkai dan kaki bertumpuk dan ditekuk sehingga pasien nyaman.
}Mid axillary line tubuh pada pertengahan meja/kaset.
}Lutut diganjal sehingga sejajar dengan hip, kedua lutut benar-benar superimposisi sehingga pelvis tidak ro
tasi.
}Kedua lengan lurus di depan tubuh, sehingga bayangan costae tidak menutupi gambaran foramen intervert
ebralis, dengan mengatur kedua lengan tegak lurus sumbu panjang tubuh diharapkan akan tampak jelas ga
mbaran vertebrae sebelah distal sampai dengan setinggi glenohumeral joint. Pengaturan lengan yang tidak t
egak lurus sumbu panjang tubuh akan menarik scapula ke posterior sehingga bayangannya akan menghalan
gi gambaran vertebra thoracal bagian atas.
}Letakkan pengganjal radiolucent pada regio thoracal terbawah, letak pengganjal diatur sehingga sumbu pa
njang vertebrae benar-benar horisontal.
}Bila regio thoracal terbawah tidak diganjal arah sinar disudutkan sehingga tegak lurus dengan sumbu panj
ang vertebrae. Besar penyudutan antara 100-150 ke arah kepala (cephalad/cranial/superior).
}Bila diperlukan dapat dipakai band penekan (compression
bandage) pada bagian pelvis setinggi area trochanter.
}Eksposi dilakukan pada saat ekspirasi dan tahan nafas.
POSISI TEGAK
}Pasien berdiri tegak dan santai, pertengahan film/kaset/grid vertikal diatur setinggi Thoracal ke-6.
Mid axillary line tubuh diatur pada pertengahan kaset (sumbu vertikal).
}Bahu yang dekat film menempel pada film/kaset/grid vertikal sebagai penopang/penyangga.
}Berat badan didistribusikan seimbang pada kedua kaki, bila salah satu kaki lebih pendek dari yang
lain à diberi pengganjal yang sesuai.
}MSP tubuh parallel dengan bidang film.
}Kedua lengan lurus di depan tubuh (berpegangan pada standar infus), supaya bayangan costae tidak mengganggu gamba
ran vertebrae.
}Eksposi dilakukan pada saat ekspirasi dan tahan nafas atau pada saat bernafas biasa.
}CP/CR
}Sinar diarahkan pada mid axillary line tubuh setinggi Th 6-Th 7, ± 3 inci (8 cm) di bawah sternal angle
(angulus sternalis).
}Bila collumna vertebrae tidak sejajar dengan bidang film
(regio thoracal terbawah tidak diganjal), arah sinar diatur menyudut 100-150 cephalad/cranial.
}Bila collumna vertebrae benar-benar sejajar dengan bidang film
(regio thoracal terbawah diganjal), arah sinar diatur vertikal/horisontal tegak lurus film.
}Supaya kualitas radiograf yang dihasilkan lebih baik, pada bagian posterior pasien dipasang lempengan timbal (lea
d absorber) sehingga radiasi hambur (dari objek) yang dihasilkan tidak sampai ke film.
}Proteksi radiasi dilakukan dengan memeasang apron di bagian pelvis untuk mengurangi dosis radiasi yang diterima
gonad.
Kriteria
}Tampak profil lateral dari vertebra thoracal.
}Kedua bahu/shoulder overlap sehingga ketiga vertebra bagian atas tidak tampak jelas.
}Vertebra tampak jelas terproyeksi melalui bayangan costae dan paru-paru.
}Ke-12
vertebra thoracal tampak, thoracal bagian atas tidak tampak jelas, sehingga film dapat diatur lebih rendah supaya L1
dan L2 tampak.
}Costae bagian posterior saling superimposisi à menunjukkan bahwa tubuh pasien tidak rotasi.
}Kolimasi dibatasi secukupnya sehingga radiasi hambur yang diterima film menurun.
3. PROYEKSI OBLIK
Oblik 700
Tujuan : untuk melihat zygapophyseal joint/apophyseal joint/pars articularis thoracalis.
Dibuat 2 sisi kanan/kiri
Ada 2, yaitu :
}Oblik AP (rotasi posterior)
Direkomendasikan oleh FUCHS à untuk melihat pars articularis thoracalis yang jauh dari film
}Oblik PA (rotasi anterior)
Direkomendasikan oleh OPPENHEIMER à untuk menampakkan pars articularis thoracalis yang dekat dari film
POSISI TEGAK
}Dari posisi true lateral, tubuh pasien dirotasikan ke anterior (oblik PA) atau ke posterior (oblik AP)
}Rotasi tubuh diatur sehingga mid coronal plane membentuk sudut 700 terhadap bidang film
(MSP membentuk sudut 200 terhadap bidang film)
}Mid film setinggi vertebra Thoracal ke-6.
}Collumna vertebra diatur pada pertengahan film, bahu yang dekat film menempel kaset sebagai penyangga.
}Pada posisi oblik PA
(rotasi anterior), lengan yang dekat film ditekuk, punggung tangan menempel hip, lengan yang jauh dari film berpeg
angan pada ujung kaset.
}Pada posisi oblik PA (rotasi posterior), lengan yang jauh dari film menempel pada hip.
}Kedua bahu diatur simetris dan kepala tidak lateral.
POSISI RECUMBENT
}Pasien tidur miring, dari posisi true lateral tubuh pasien dirotasikan ke anterior/posterior sehingga coronal
0
plane membentuk sudut 70 terhadap film.
}Bila pasien rotasi anterior, lengan yang dekat film lurus di belakang tubuh, lengan yang jauh dari film ditekuk di depan t
ubuh, tangan di bawah kepala atau di samping kepala.
}Bila pasien rotasi anterior, lengan yang dekat film lurus di belakang tubuh, lengan yang jauh dari film ditekuk di depan t
ubuh, tangan di bawah kepala atau di samping kepala.
CP/CR
}Horisontal/vertikal, tegak lurus film menuju mid film.
Kriteria
}Tampak profil oblik dari vertebra thoracal.
}Ke-12 vertebra thoracal tampak.
}Pada oblik PA (rotasi anterior) yang tampak adalah pars artikularis yang dekat film.
}Pada oblik AP (rotasi posterior) yang tampak adalah pars artikularis yang jauh film.
Oblik 450
Tujuan : untuk melihat persendian antara thoracal dengan costae.
Posisi Pasien
}Dari posisi true AP (baik erect maupun supine) tubuh pasien dirotasikan sejauh 450 ke arah anterior.
}Bila pasien supine, punggung diganjal dengan pengganjal non-opaque.
}Lengan dapat diatur di samping atau di atas kepala.
CP/CR
}Sinar diarahkan vertikal (bila pasien supine) atau horisontal (bila erect) tgeak lurus film pada 1 inci di bawah sternal ang
le setinggi mid clavicula yang jauh dari film.
Kriteria
}Artikulasi/persendian vertebra thoracal dengan cosate/ribs yang dekat film tampak.
}Apophyseal joint yang jauh dari film tampak.
}Tampak profil oblik AP dari vertebra thoracal.
Thorax
Thorax PA (Postero-Anterior)
PO : Tempatkan MSP Tubuh ditengah kaset, dagu diletakkan pada tepi atas kaset (posisi mendongak).Letakkan
kedua Punggung tangan diatas crista illiaka dan rotasikan elbow ke anterior hingga shoulder menyentuh kaset dan
scapula tertarik ke arah lateral.(agar scapula tidak superposisi dgn Paru). Upayakan agar Objek simetris terhadap
kaset,Upayakan agar Pasien full inspirasi (agar gambaran Paru bisa lebih kontras).
Kriteria :
Thorax AP
Tahap pemotretan thorax AP sama dengan PA kecuali pada Posisi Pasien (PP : Supine/erect AP/semi erect AP).
Thorax Lateral
3.Ukuran kaset :
-35x43 cm (14x17 inci)
-35x35 cm (14x14 inci)
-24x30 cm (10x12 inci) u/anak-anak
PP : Pasien Erect True Lateral, bagian yang akan diperiksa menepel kaset (biasanya Lat.Kiri). Batas atas 3-5 cm diatas
bahu.
PO : Tempatkan MSP pasien sejajar dengan garis tengah kaset. Upayakan pasien bernapas dan ekspirasi penuh untuk
memaksimalkan area paru-paru.
CP : 5 cm kearah anterior menuju mid axillary line pada Vertebra Thoracal VII.
Kriteria :
Apex Paru harus terlihat
Bag.superior costae saling superposisi
Sternum dalam posisi True Lat.
Angulus costoprenicus tidak boleh terpotong.
Teknik Pemeriksaan
— PP : Pasien tidur miring diatas meja pemeriksaan, dengan bantal keras di area thorax sebagai pengganjal.
— PO : sisi yang diduga terdapat cairan dekat dengan kaset. LLD untuk sisi kiri dan RLD utk sisi kanan. Posisi
kaset Crosstable
— CP : Pada pertengahan thorax. Upayakan sisi yang diganjal gambarnya tidak terpotong.
— FFD : 100-120 cm
Lordotic
-— PP : Pasien Erect AP. Berikan jarak antara pasien dengan stand kaset kira2 30 cm. Instruksikan agar Pasien
bersandar dengan bahu menempel pada kaset.
—-PO : atur jarak 2 inchi dari batas atas kaset ke bahu saat posisi lordotik.
—-Clavicula tampak horizontal dengan bagian akhir medialnya overlap dengan costa ke 1 atau ke 2
—-Costa mengalami distorsi dengan bagian anterior dan posteriorny a saling superposisi.
1. AP
2. Setengah duduk
3. LLD
Proyeksi pemeriksaan AP
Persiapan pasien = Pasien dianjurkan untuk membuka baju hanya di sekitar perut saja
PP (Posisi pasien) = Pasien dalam posisi Supine atau tidur terlentang
PO (Posisi Objek) = Pusatkan MSP (Mid Sagital Plane) pada meja pemeriksaan dan pelvis usahakan tidak
terjadi rotasi (Terlihat dari kedua SIAS berjarak sama dikedua sisinya)
Ukuran kaset = 30x40 cm Vertikal
CR = Tegak lurus Vertikal
CP = Pada umbilikus (Pusar) sekitar 3jari di atas Crista iliaca
Luas lapangan kolimasi = Batas atas T11 dan T12 harus tampak dan batas bawah sympisis pubis harus
tampak
FFD = 100cm
Marker = R/L Orientasi AP
Memakai Lysolm/Grid
Intruksi ekposi = Tarik napas,,,,,keluarkan nafas,,,,Tahan napas.
Kriteria gambaran : T11,T12 tampak, Columna Vertebrae, Sympisis pubis, Crista iliaca, Ischium,Ileum,
Vertebrae Lumbal, dan Fisika urinaria.
Kriteria Evaluasi :
Tampak kontur liver (Hati), ginjal, dan keadaan dalam abdomen, tampak sedikit costae dan processus
spinosus, columna vertebrae pada satu garis lurus.
Kedua SIAS terlihat simetris, os iliaca simetris.
PP (Posisi pasien) = Pasien duduk di meja pemeriksaan dengan MSP (Mid Sagital Plane) tubuh sejajar
dengan kaset, kedua tangan lurus disamping tubuh.
PO (Posisi Objek) = Kaset berada di belakang tubuh pasien, aturlah batas atas procxypoid dan batas bawah
sympisis pubis, pelvis dan shoulder tidak mengalami rotasi.
Ukuran kaset = 30x40 cm Vertikal
CR = Tegak lurus Horizontal
CP = pada umbilikus (Pusar) atau 3jari di atas crista iliaca
FFD = 100 cm
Luas lapangan kolimasi = Batas atas T11,T12 dan Batas bawah Sympisis pubis.
Marker = R/L Orientasi AP
Memakai Lysolm/grid
Intruksi ekposi = Tarik nafas,,,,Keluarkan nafas,,,,Tahan nafas.
Kriteria gambaran : Tampak columa vertebrae, T11 dan T12, Sympisis pubis, Crista iliaca, Vertebrae Lumbal dan
Fisika Urinaria
Kriteria Evaluasi :
Persiapan pasien = Pasien tetap posisi miring (LLD) selama 10 atau 20 menit sebelum dilakukan eksposi
untuk memberikan kesempatan udara bebas agar naik hingga daerah permukaan atas rongga peritoneum.
PP (Posisi Pasien) = Pasien berbaring miring dengan sisi kiri tubuh menempel pada meja pemeriksaan.
kedua lengan ditekuk dengan lutut diletakkan agak ke depan bidang anterior abdomen.
PO (Posisi objek) = Kaset dan grid dengan ukuran sesuai kebutuhan dipasang dibelakang punggung secara
vertikal dan diganjal agar posisinya terfiksasi. Pertengahan kaset berada pada garis yang menghubungkan
kedua Crista iliaca. Bidang median sagital (MSP) berada sejajar dengan meja pemeriksaan dan tegak lurus
kaset. Kaset harus mencakup diafragma
Ukuran kaset = 30x40 cm Horizontal
CR = Tegak lurus Horizontal
CP = Pada Umbilikus (Pusar) atau 3jari di atas Krista iliaca
FFD = 100cm
Marker = L Orientasi AP
Kriteria gambaran : Vertebrae Lumbal, Diafragma, Krista iliaca, T11 dan T12
Kriteria Evaluasi =
Proyeksi AP : Memperlihatkan ada/tidaknya penebalan/distensi pada kolon yang disebabkan karena massa atau gas
pada colon itu.
Proyeksi AP Setengah duduk :Untuk menampakkan udara bebas di bawah diafragma.
Proyeksi LLD (Left lateral Decubitus) : Untuk memperlihatkan air fluid level atau udara bebas yang mungkin terjadi
akibat perforasi colon.
Supaya terpisah dengan udara di lambung, pada pasien yang mengalami kebocoran dinding usus, udara akan berada
pada permukaan teratas. Jika dibuat foto RLD, udara bebas itu akan tampak menyatu/bercampur dengan udara di
usus sehingga patologis sulit dinilai.
Tujuan pada saat eksposi pasien disuruh menahan nafas setelah ekspirasi penuh ?
Pada saat menahan nafas pergerakan usus berhenti, diafragma akan naik dan gambaran abdomen akan jelas.
Teknik Radiografi Skull
Posisi pasien :
o Duduk tegak atau prone
o Atur MSP pada pertengahan lysolm
o Fleksikan lengan , atur agar posisi tangan senyaman mungkin.
Posisi obyek :
o Atur kepala dan hidung agar menepel kaset dan MSP tegak lurus kaset
o Atur OML agar tegak luruskaset, tahan nafas saat eksposi
CR :
o PA = tegak lurus kaset
o Cadwell = 15 derajat ke caudad
CP : Glabella
o Untuk menampakkan superior orbital fissur, arahkan berkas sinar pada pertengahan kedua orbita
sebesar 25 derajat ke caudad 6-
o Untuk menunjukkan foramnen rotundum, arahkan berkas sinar pada nasion dengan penyudutan
sebesar 25-30 derajat ke caudad. Metode water’s juga dapat dipergunakan untuk menampakkan
foramen rotundum.
Struktur yg ditampakkan :
o PA : orbita terisi oleh bayangan piramid petrosum , posterior etmoidal air cell, crista galli, frontal
bone, frontal sinus. Dorsum sellae tampak seperti kurva yang berada diantara 2 orbita tepat
dibawah etmoid air cell.
o PA Cadwell : hampir sama dengan PA, anterior etmoidal air cell Schuller yang pertama kali
menemukan proyeksi ini, dengan penyudutan 24 deratajat ke caudad.
Kriteria Evaluasi :
o Jarak antara sisi lateral skull ke sisi lateral orbita sama pada kedua sisi.
o Petrous ridge symetris
o Tulang petrosum berada 1/3 bagian posterior foramen orbital apabila dilakukan penyudutan 15
derajat ke caudad.
2. AP dan AP Axial Projection
Klinis
o Fracture
o Neoplastic process
o Paget's disease
o Infeksi
o Tumor
o Degenerasi tulang
Persiapan pasien
o Lepaskan semua bahan logam, plastik dan benda-benda lain yang dapat mengganggu gambaran
pada daerah kepala
Persiapan alat
o Kaset dan film ukuran 24 x 30 cm
o Alat fiksasi
o Grid/lysolm
Posisi pasien
o Prone atau duduk tegak, recumbent, semiprone (Sim's) Position
Posisi objek
o Atur kepala true lateralm dengan bagian yang akan diperiksa deka degan IR, tangan yang sejajar
dengan bagian yang diperiksa berada di depan kepala dan bagian yang lain lurus di belakang
tubuh.
o Atur MSP paralel terhadap IR, pastikan tidak ada rotasi maupun tilting
o Atur interpupilary line tegak lurus IR, pastikan tidak ada tilting pada kepala
o Atur agar IOML // dengan IR
CR : tegak lurus terhadap IR
CP : 2 inch ke superior MAE
SID : min 100 cm
Tahan nafas pada saat eksposi
Catatan : pada pasien dengan posisi recumbent pemberian fiksasi di bawah dagu akan embantu agar posisi
dapat true lateral
Struktur yang ditampakkan : bagian yang menempel dengan film ditampakkan dengan jelas. Sella tursika
mencakup anterior dan posterior clinoid dan dorsum sellae ditampakkan dengan jelas.
Klnis : skull fracture (medial dan lateral displacement), neoplastic process dan paget's dissease
Posisi pasien : prone atau erect position
Posisi Obyek :
o atur hidung dan os frontal menempel pada meja/permukaan bucky.
o fleksikan leher agar OML tegak lurus IR, atur MSP tegak lurus pertengahan grid atau
meja/permukaan bucky untuk menghindari rotasi atau tilting pada kepala.
CR : 15 derajat caudad menuju nasion
CP : os occipital menuju ke nasion
FFD : 100 cm (40 inchi)
Tahan nafas saat eksposi
Catatan :
o alternatif penyudutan sinar 25- 30 derajat ke caudad untuk dapat menunjukkan supra orbital
fissure (tanda panah hitam) dan bagian inferior orbital.
o semakin kecil penyudutan arah berkas sinar ke caudad dan atau semakin besar sudut saat leher
flexi maka pyramida petrous akan tampak pada bagian superior orbita.
o alternatif AP AXIAL PROJECTION : untuk pasien yang tidak dapat diposisikan PA (pada pasien
trauma), proyeksi AP Axial dengan penyudutan 15 derajat ke cephalad dapat dilakuka dengan
OML tegak lurus IR
STRUKTUR YANG DITAMPAKKAN :
o greater and lesser sphenoid wings, frontal bone, superior orbital fissure, frontal dan anterioor
ethmoid sinuses, superior orbital margin, dan crista galli.
o PA dengan 25- 30 derajat caudad : tampak foramen rotundum pada masing-masing inferior orbital
rim dan superior orbital fissure tampak dalam orbital.
o PA dengan 15 derajat caudad : pyramida petrouse tampak dikuadran 3 orbital, superior orbital
margin tampak tidak superposisi.
Klinis : occipital bone, petrous pyramid, dan foramen magnum dengan dorsum sellae serta posterior clinoid
tampak jelas.
Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan alternatif apabila pasien tidak dapat memflexikan leher mereka pada
proyeksi TOWNE. Pemeriksaan ini menghasilkan gambaran occipital dengan magnifikasi yang lebih besar
tetapi memberikan dosis radiasi yang lebih rendah pada daerah facial serta kelenjar thyroid. hal ini tidak
diajurkan saat tulang occipital menjadi obyek utama karena magnifikasi yang lebih besar.
Posisi pasien : prone atau erect
Posisi obyek :
o atur hidung dan os frontal menempel pada permukaan meja/bucky.
o fleksikan leher. Atur OML tegak lurus terhadap IR
o atur MSP kepala sejajar dengan pertengahan grid. - pastikan tidak ada rotasi/tilting (MSP tegak
lurus terhadap IR)
CR : 25 derajat cephalad
CP : sinar menuju MSP melewati MAE
FFD : 100 cm
Tahan nafas saat eksposi
Struktur Yang ditampakkan : occipital bone, petrous pyramid, dan foramen magnum, dengan dorsum sellae
dan posterior clinoid tampak berada pada foramen magnum
8. Submentovertex (SMV)
Penting : harus diketahui adanya indikasi fracture pada tulang-tulang cervical atau subluxsasi pada pasien
dengan kasus trauma sebelum pemeriksaan ini dilakukan.
Klinis : kelainan patologi tulang pada daerah basal (inner temporal bone structure), basal skull fracture
Posisi pasien : erect atau supine, posisi duduk biasanya lebih nyaman untuk pasien, dimana bucky stand
vertical.
Posisi obyek :
o hyperekstensikan leher hingga IOML // IR/permukaan bucky
o vertex menempel pada kaset
o atur MSP tegak lurus meja/permukaan bucky, pastikan tidak ada rotasi ataupun tilting.
o Note :
SUPINE : ekstensikan leher pasien dengan kepala berada ditepi meja, ganjal kaset dan
grid. Apabila hal ini tidak mungkin dilakukan, maka ganjal tubuh pasien dengan
menggunakan bantal sehingga pasien dapat mengekstensikan leher dan vertex menyentuh
permukaan meja.
ERECT : apabila pasien tidak dapat mengekstensikan leher secara maksimal, maka atur
kepala agar IOML tegak lurus terhadap IR. Atur kemiringan IR sesuai dengan
kemampuan ekstensi leher pasien.
Posisi ini sangat tidak nyaman, sehingga usahakan agar pemeriksaan dilkakukan dengan
waktu sesingkat mungkin
CR : Tegak lurus IOML
CP : 4 cm inferior sympisis mentale setinggi MAE (pada pertengahan kedua angulus mandibula).
FFD : 100 cm
Tahan nafas saat eksposi
Struktur yang ditampakkan : arc zygomaticum.
CONCLUSION :
BASIC AND SPECIAL PROJECTION SKULL SERIES :
BASIC :
SPESIAL :
1. Submentovertex (SMV)
2. PA Axial (Haas Methode)