Anda di halaman 1dari 11

I.

Kejadian

Kejadian adalah suatu himpunan bagian dari ruang contoh. Himpunan bagian ini mencakup semua
anggota ruang contoh yang menyusun kejadian itu. Dalam suatu percobaan kita mungkin
berkepentingan dengan terjadinya suatu kejadian tertentu. Misalnya, kita menaruh perhatian pada
kejadian A yang munculnya bilangan yang habis dibagi tiga bila sekeping mata uang dilemparkan. Ini
akan terjadi bila hasil yang muncul merupakan anggota himpunan A = {3,6} yang merupakan
himpunan bagian ruang contoh. Untuk setiap kejadian, kita membentuk sebuah kumpulan titik
contoh yang merupakan himpunan bagian ruang contoh. Himpunan bagian ini mencakup semua
anggota ruang contoh yang menyusun kejadian itu.

Kejadian sederhana terjadi apabila suatu kejadian dapat dinyatakan sebagai sebuah himpunan yang
hanya terdiri dari satu titik contoh. Adapun kejadian majemuk adalah kejadian yang dapat
dinyatakan sebagai gabungan beberapa kejadian sederhana.

Sebagai contohnya :

-Kejadian tunggal/sederhana = Munculnya salah satu kartu berikut dari 1 set kartu bridge :
A♠,K♠,Q♠,J♠,10♠,9♠,8♠,7♠,6♠,5♠,4♠,3♠,2♠,
A♥,K♥,Q♥,J♥,10♥,9♥,8♥,7♥,6♥,5♥,4♥,3♥,2♥
A♣,K♣,Q♣,J♣,10♣,9♣,8♣,7♣,6♣,5♣,4♣,3♣,2♣,
A♦,K♦,Q♦,J♦,10♦,9♦,8♦,7♦,6♦,5♦,4♦,3♦,2♦

-Kejadian Majemuk = Terambilnya kartu ♣dari 1 set kartu bridge

{A♣,K♣,Q♣,J♣,10♣,9♣,8♣,7♣,6♣,5♣,4♣,3♣,2♣} atau munculnya kartu As = {A♣. A♥, A♦, A♠}

Kejadian dan Ruang Contoh:


S
A

B c

Hubungan Antara kejadian dengan ruang contohnya dapat digambarkan dengan diagram Venn. Dalam
diagram Venn,ruang contohnya digambarkan sebagai empat persegi panjang,sedangkan kerjadian
digambarkan sebagai lingkaran-lingkaran didalam persegi panjang tersebut. Dalam gambar tersebut
kejadian A,B,C merupakan himpunan bagian dari ruang
II. Pengolahan terhadap Kejadian

1)Irisan

Irisan Dua Kejadian A dan B dilambangkan A ∩ B , adalah kejadian yang mengandung semua
unsur persekutuan kejadian A dan B. Unsur-unsur dalam himpunan A ∩ B mewakili
terjadinya secara sekaligus kejadian A dan B. Unsur-unsur itu dapat dirinci ataupun
didefinisikan menurut kaidah A A ∩ B = {x|x ∈ A dan x ∈ B}, sedangkan lambang ∈ berarti
“adalah anggota” atau “termasuk dalam” . Dalam diagram Venn dibawah ini,daerah yang
diwarnai menyatakan kejadian A ∩ B.

Misalkan A = {1.2.3.4.5} dan B= {2,4,6,8} maka A ∩ B = {2,4}

2) Kejadian Saling Terpisah

Dua kejadian A dan B dikatakan saling terpisah bila A ∩ B= ∅ ; artinya A dan B tidak
memiliki unsur persekutuan
Dua kejadian saling terpisah A dan B diilustrasikan dengan diagram Venn dibawah.

Misalkan kejadian A = {2,4,6} dan B= {1,3,5} tidak memiliki titik persekutuan , karena
bilangan ganjil dan genap tidak mungkin muncul bersamaan pada satu kali pelemparan
dadu. Jadi A ∩ B= ∅,yang berarti kejadian A dan B saling terpisah.
3) Paduan dua Kejadian

Paduan dua kejadian A dan B , dilambangkan dengan A ∪ B , adalah kejadian yang


mencakup semua unsur atau anggota A atau Anggota B atau Keduanya. Unsur A ∪ B
dapat didaftarkan atau didefinisikan menurut kaidah A ∪ B={ x|x ∈ A atau x ∈ B}

Misalkan,A = { 2,3,5,8} dan B= {3,6,8} maka A ∪ B = {2,3,5,6,8}

4)Komplemen suatu kejadian

Komplemen suatu kejadian A relative terhadap S adalah himpunan semua anggota S


yang bukan Anggota A. komplemen A dilambangkan dengan A’. Anggota A dapat
didefinisikan menurut kaidah A’= {x|x ∈ S dan x ∉ A}

Misalkan, S= {buku,rokok,peta,uang logam,pensil} jika A= {buku,peta,pensil} maka A’ =


{uang logam,rokok}
Contoh Soal Kejadian :

Dalam sebuah kelas terdapat 30 orang siswa, 18 orang siswa menyukai Matematika, 14 orang siswa
menyukai Fisika, dan 1 orang tidak menyukai keduanya

Berapa siswa yang menyukai keduanya? Gambarkan diagram venn nya

Jumlah siswa yang menyukai salah satu mata pelajaran atau kedua mata pelajaran adalah

30 - 1 = 29 siswa (jumlah semua siswa dikurangi jumlah siswa yang tidak menyukai salah satu
matapelajaran). Dengan demikian, jumlah siswa yang menyukai Fisika dan Matematika adalah (18 + 14) -
29 = 3 siswa

S MTK Fisika

15 3 11

III. Asas Perhitungan Probabilitas

Dalam perhitungan probabilitas ada beberapa asas peristiwa yang sering terjadi, yaitu:

1. Asas peristiwa mutually exclusive.


2. Asas peristiwa non exclusive (tidak saling asing).
3. Asas peristiwa independen (bebas) yang mencakup tiga bagian: marginal, gabungan, dan
peluang bersyarat.
4. Dependen , yang terbagi dalam tiga bagian: marginal, gabungan, dan peluang bersyarat.
Asas perhitungan probabilitas dengan berbagai kondisi yang harus diperhatikan:

1. Hukum Pertambahan

terdapat 2 kondisi yang harus diperhatikan yaitu:

 Mutually Exclusive (saling meniadakan)

Rumus: P (A U B) = P (A atau B)= P (A) + P (B)

Contoh:

Probabilitas untuk keluar mata 2 atau mata 5 pada pelemparan satu kali sebuah dadu adalah:

P(2 U 5) = P (2) + P (5) = 1/6 + 1/6 = 2/6

 Non Mutually Exclusive (dapat terjadi bersama)

Peristiwa Non Mutually Exclusive (Joint) dua peristiwa atau lebih dapat terjadi bersama-sama (tetapi
tidak selalu bersama. Contoh penarikan kartu as dan berlian

P (A U B) =P(A) + P (B) – P(A ∩B)

Peristiwa terjadinya A dan B merupakan gabungan antara peristiwa A dan peristiwa B. Akan tetapi
karena ada elemen yang sama dalam peristiwa A dan B, gabungan peristiwa A dan B perlu dikurangi
peristiwa di mana A dan B memiliki elemen yang sama.

Dengan demikian, probabilitas pada keadaan di mana terdapat elemen yang sama antara peristiwa A
dan B maka probabilitas A atau B adalah probabilitas A ditambah probabilitas B dan dikurangi
probabilitas elemen yang sama dalam peristiwa A dan B.
2. HUKUM PERKALIAN

Terdapat dua kondisi yang harus diperhatikan apakah kedua peristiwa tersebut saling bebas atau
bersyarat.

 Peristiwa Bebas (Independent)

Apakah kejadian atau ketidakjadian suatu peristiwa tidak mempengaruhi peristiwa lain. Contoh: Sebuah
coin dilambungkan 2 kali maka peluang keluarnya H pada lemparan pertama dan pada lemparan kedua
saling bebas.

P(A ∩B) = P (A dan B) = P(A) x P(B)

Contoh soal 1:

Sebuah dadu dilambungkan dua kali, peluang keluarnya mata 5 untuk kedua kalinya adalah:

P (5 ∩ 5) = 1/6 x 1/6 = 1/36

Contoh soal 2:

Sebuah dadu dan koin dilambungkan bersama-sama, peluang keluarnya hasil lambungan berupa sisi H
pada koin dan sisi 3 pada dadu adalah:

P (H) = ½, P (3) = 1/6

P (H ∩ 3) = ½ x 1/6 = 1/12

 Peristiwa tidak bebas (Hk. Perkalian)

Peristiwa tidak bebas > peristiwa bersyarat (Conditional Probability).

Dua peristiwa dikatakan bersyarat apabila kejadian atau ketidakjadian suatu peristiwa akan berpengaruh
terhadap peristiwa lainnya.

Contoh: Dua buah kartu ditarik dari set kartu bridge dan tarikan kedua tanpa memasukkan kembali
kartu pertama, maka probabilitas kartu kedua sudah tergantung pada kartu pertama yang ditarik.

Simbol untuk peristiwa bersyarat adalah P (B│A) -> probabilitas B pada kondisi A

P(A ∩B) = P (A) x P (B│A)


Contoh :

Dua kartu ditarik dari satu set kartu bridge, peluang untuk yang tertarik keduanya kartu as adalah
sebagai berikut: Peluang as I adalah 4/52 -> P (as I) = 4/52

Peluang as II dengan syarat as I sudah tertarik adalah 3/51

P (as II │as I) = 3/51

P (as I ∩ as II) = P (as I) x P (as II│ as I) = 4/52 x 3/51 = 12/2652 =1/221

Prinsip Menghitung

 Faktorial Bilangan Asli

Definisi : Hasil perkalian semua bilangan bulat positif secara berurutan dari 1 sampai dengan n disebut n
faktorial. Dari definisi faktorial tersebut, maka dapat dituliskan prinsip menghitung faktorial sebagai
berikut :

n ! = n x (n-1) x (n-2) x (n-3) x … 3 x 2 x 1


n ! dibaca n faktorial

Telah diambil kesepakatan bahwa : 0 ! = 1

Contoh:

6! = 6 x 5 x 4 x 3 x 2 x 1 = 720

 Kombinasi

Kombinasi adalah campuran atau gabungan atau susunan dari semua atau sebagian elemen dari suatu
himpunan yang tidak mementingkan urutan elemen.

Kombinasi dapat dirumuskan sebagai berikut :

n = n! /r ! ( n – r )!

Contoh :

Untuk pemilihan 4 mahasiswa menjadi pengurus himpunan mahasiswa jurusan matematika FMIPA UNM
terdapat 8 mahasiswa prodi pendidikan matematika dan 6 mahasiswa prodi matematika yang
memenuhi syarat untuk dipilih. Berapa banyak cara memilih pengurus bila semua anggota pengurus dari
prodi yang sama?
Jawaban :

Dari prodi pendidikan matematika 8 orang, harus dipilih 4 orang. Berarti kita hitung dengan
menggunakan C (8,4) = 70 cara

Sedangkan dari prodi matematika, kita dapat memilih dengan C (6,4) = 6!/2!4! = 36x5x4!/2×4! = 15 cara.

Sehingga jika yang terpilih adalah mahasiswa dari prodi yang sama, kemungkinan banyak cara memilih
adalah C (8,4) + C (6,4) = 70 + 15 = 85 cara.

 Permutasi

Permutasi adalah menggabungkan beberapa objek dari suatu grup dengan memperhatikan urutan. Di
dalam permutasi, urutan diperhatikan.

{1,2,3} tidak sama dengan {2,3,1} dan {3,1,2}

Contoh:

Ada sebuah kotak berisi 3 bola masing-masing berwarna merah, hijau dan biru. Jika seorang anak
ditugaskan untuk mengambil 2 bola secara acak dan urutan pengambilan diperhatikan, ada berapa
permutasi yang terjadi?

Jawaban:

Ada 6 permutasi yaitu; M-H, M-B, H-M, H-B, B-M, B-H.

Permutasi Tanpa Pengulangan

Jika urutan diperhatikan dan setiap objek yang tersedia hanya bisa dipilih atau dipakai sekali maka
jumlah permutasi yang ada adalah:

di mana n adalah jumlah objek yang dapat kamu pilih, r adalah jumlah yang harus dipilih dan ! adalah
simbol faktorial.

Contoh:

ada sebuah pemungutan suara dalam suatu organisasi. Kandidat yang bisa dipilih ada lima orang. Yang
mendapat suara terbanyak akan diangkat menjadi ketua organisasi tersebut. Yang mendapat suara
kedua terbanyak akan diangkat menjadi wakil ketua. Dan yang mendapat suara ketiga terbanyak akan
menjadi sekretaris. Ada berapa banyak hasil pemungutan suara yang mungkin terjadi? Dengan
menggunakan rumus di atas maka ada 5!/(5-3)! = 60 permutasi.
Umpamakan jika n = r (yang menandakan bahwa jumlah objek yang bisa dipilih sama dengan jumlah
yang harus dipilih) maka rumusnya menjadi:

karena 0! = 1! = 1

Contoh:

ada lima kotak kosong yang tersedia. Kelima kotak kosong itu harus diisi (tidak boleh ada yang kosong).
Kelima kotak kosong itu hanya boleh diisi dengan angka 1,2,3,4,5. Ada berapa banyak cara untuk
mengisi kotak kosong? Dengan menggunakan rumus n! maka ada 5! = 120 permutasi.

Permutasi Pengulangan (dari unsur-unsur yang sama)

Dari huruf-huruf pada kata MATEMATIKA, berapa banyaknya pasangan huruf yang dapat dibentuk? Jika
mengingat kembali tentang permutasi, seharusnya banyaknya pasangan yang dapat dibentuk adalah
sebanyak 10! pasangan.

Namun, apakah M1A1TEM2A2TIKA3 sama dengan M1A3TEM2A2TIKA1?

Ambil P sebagai jumlah permutasi berbeda untuk kesepuluh huruf. Jumlah permutasi dari kedua huruf
M adalah 2! dan jumlah permutasi dari ketiga huruf A adalah 3! Sehingga jumlah total permutasi adalah
2! x 3! x P.

Dengan demikian, diperoleh : 2!3!P = 10! Sehingga :

Contoh tersebut mengantarkan kita kepada definisi permutasi yang mengandung unsur yang sama:
Misalnya suatu himpunan yang terdiri atas n elemen memiliki r1 elemen jenis pertama yang sama, r2
elemen jenis kedua yang sama, ., dan rk elemen jenis ke k yang sama, dengan :

r1 + r2 + . rk < n

maka banyak permutasi berbeda dari n elemen diberikan oleh :

Contoh :

1. Jika huruf-huruf pada kata “BOROBUDUR” dipertukarkan, berapa banyak susunan huruf
berbeda yang dapat diperoleh?
Jawaban :

Pada kata BOROBUDUR terdapat 9 huruf dengan huruf B diulang 2 kali, huruf O diulang 2 kali, huruf R
diulang 2 kali, dan huruf U diulang 2 kali. Banyaknya susunan huruf berbeda yang diperoleh diberikan
oleh rumus berikut:

Permutasi Siklis

Permutasi siklis menganggap elemen disusun secara melingkar.

h a
g b
f c
e d

Dengan menganggap panjang untai (atau banyaknya elemen) adalah n, dan karena elemen awal tidak
boleh diubah-ubah posisinya, maka banyaknya elemen yang dapat berubah-ubah posisinya adalah n-1.
Dengan demikian kita cukup mempermutasikan elemen yang dapat berubah-ubah posisi saja, yaitu
sebanyak .

Contoh :

Sebuah keluarga terdiri atas 5 orang. Mereka akan duduk mengelilingi sebuah meja bundar untuk makan
bersama. Berapa banyaknya cara agar mereka dapat duduk mengelilingi meja makan tersebut dengan
urutan yang berbeda?

Jawaban :

Banyaknya cara agar 5 orang dapat duduk mengelilingi meja makan sama dengan banyak permutasi
siklis 5 elemen, yaitu :

(5 -1)! = 4! = 4 x 3 x 2 x 1 = 24

Dengan menganggap panjang untai (atau banyaknya elemen) adalah n, dan karena elemen awal tidak
boleh diubah-ubah posisinya, maka banyaknya elemen yang dapat berubah-ubah posisinya adalah n-1.
Dengan demikian kita cukup mempermutasikan elemen yang dapat berubah-ubah posisi saja, yaitu
sebanyak .
IV. Teorema Bayes

Dalam teori probabilitas dan statistika, teorema Bayes adalah sebuah teorema dengan dua penafsiran
berbeda. Dalam penafsiran Bayes, teorema ini menyatakan seberapa jauh derajat kepercayaan subjektif
harus berubah secara rasional ketika ada petunjuk baru.

Dalam penafsiran frekuentis teorema ini menjelaskan representasi invers probabilitas dua kejadian.
Teorema ini merupakan dasar dari statistika Bayes dan memiliki penerapan dalam sains, rekayasa, ilmu
ekonomi (terutama ilmu ekonomi mikro), teori permainan, kedokteran dan hukum. Penerapan teorema
Bayes untuk memperbarui kepercayaan dinamakan inferens Bayes.

Rumus Teori Bayes :

Jadi, bisa dinyatakan P(A|B) berarti peluang kejadian A bila B terjadi dan P(B|A) berarti peluang kejadian
B bila A terjadi.

Anda mungkin juga menyukai