Effectiveness of iron supplementation for children
with iron deficiency anemia: Study in Purbalingga, Central Java Oleh: I Wayan Fajar Suastana
Pembimbing: dr. Meiliza Madona, Sp. A Anemia masih menjadi masalah kesehatan utama pada negara berkembang.
Indonesian Demographic and Health
Introduction Survey pada 2012 prevalensi dari anemia defisiensi Fe pada anak usia dibawah 5 tahun 48,1% dan pada anak usia sekolah 47,3%. defisiensi besi ini dapat mempengaruhi status mental dan perkembangan anak. Penelitian ini bertujuan untuk
Tujuan mengetahui prevalensi anemia dan
efektivitas suplementasi zat besi pada anak di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah METHODS • Penelitian ini menggunakan desain (quasi- experimental) bertempat di RSUD Purbalingga.
• Sampel dalam penelitian ini adalah 64 anak
dengan anemia di bawah 5 tahun
Design and Subject • Semua peserta termasuk dalam inklusi kriteria
anemia berdasarkan kriteria WHO dengan kadar hemoglobin <11,5 g/dL.
• Suplementasi besi elemental 4-6 mg/kgBB selama
1 bulan. Kemudian dievaluasi kadar haemoglobin post-suplementasi. Analisis statistik
Data diolah dan dianalisis secara
Analisis sampel darah statistic untuk membandingkan perbedaan rata-rata antara pra dan Pengamatan pasca perawatan hemoglobin laboratorium dalam konsentrasi. penelitian ini meliputi: Perbedaan rata-rata SI dan TIBC darah lengkap (Hb), SI antara kelompok ID, IDA, dan non-ID dan TIBC. adalah dibandingkan dengan menggunakan student T-test. Perbedaan mean dan prevalensi di antara kelompok dipertimbangkan signifikan secara statistik jika p<0,05. Results Discussion IDA masih menjadi masalah yang cukup besar di Indonesia
Prevalensi anemia di Malinau,
Kalimantan Timur adalah 53,9%. Pada kelompok usia 6-59 bulan (26,5%), 5-11,9 tahun (13,6%) dan 12-18 tahun (13,2%) IDA lebih sering terjadi pada usia 6 - <12 bulan (37,5%). Hal ini didukung oleh beberapa penelitian Tidak ada perbedaan yang signifikan sebelumnya dengan bayi usia 6-11 dari TIBC antara kedua kelompok bulan 37,3%, 6-12 bulan 64,8%, 0-6 bulan (61,3%), < 5 tahun (48,1%) Peningkatan kadar hemoglobin yang signifikan dari sebelum dan setelah pengobatan suplementasi besi
Apabila didapatkan peningkatan kadar hemoglobin
1-2 g/dL dalam satu bulan setelah terapi zat besi yang adekuat dapat dijadikan salah satu alat diagnostik di daerah dengan fasilitas yang terbatas untuk mengukur status zat besi Fase 1 (Iron Depletion) cadangan besi berkurang
Fase 2 (Iron Limited Erythropoiesis) suplai
besi yang tidak cukup untuk untuk menunjang eritropoiesis
Fase 3 (Iron Deficiency Anaemia)
menyebabkan penurunan kadar Hb 50% partisipan pada penelitian ini termasuk keluarga dengan penghasilan rendah
Keluarga dengan penghasilan rendah menjadi faktor
yang penting terjadinya anemia defisiensi Fe
Ketidakmampuan untuk Sanitasi yang buruk yang
mendapatkan makanan kaya zat besi menyebabkan infeksi
Minimnya informasi terhadap
pentingnya suplementasi zat besi Anak - anak lebih rentan terkena anemia defisiensi Fe karena dalam masa pertumbuhannya dimana pada masa pertumbuhan ini membutuhkan kandungan besi yang tinggi
Pisang dan tepung beras diketahui
Anak - anak usia 6 bulan sudah memiliki kalori yang tinggi namun mendapat MPASI di Indonesia biasanya kandungan besinya rendah. Pisang : 0,3 mg besi diberikan pisang dan tepung beras 28 g tepung beras : 0,1 mg besi
Anak usia 6 - 12 bulan memiliki
kebutuhan besi sebesar 11 mg per hari Conclusion
Dengan pemberian 4-6 mg zat
besi secara oral per kilogram berat badan per hari selama sebulan bisa membuat kadar hemoglobin meningkat. References
Febriani T B., Choironi E A., Hanum L. 2020. Effectiveness of iron
supplementation for children with iron deficiency anemia: Study in Purbalingga, Central Java. JKKI 11 (1). THANK YOU