tradisional yang berasal dari daerah Palembang, Sumatera Selatan. Awal mula penciptaannya pada tahun 1943 hingga 1944. Menurut penamaannya, tari ini memiliki arti "Irama Sriwijaya". awal mula terciptanya tari ini adalah dari pemerintah Jepang atas permintaan Hodohan (Jawatan Penerangan Jepang) untuk menyambut tamu yang berkunjung ke Sumatera Selatan dalam acara resmi. Tina Haji Gong dan Sukainan A. Rozak adalah penata tari Gending Sriwijaya. Mereka mencari dan mengumpulkan berbagai konsep untuk tarian tersebut dengan mengambil unsur-unsur dari tari adat Palembang yang sudah ada. Musik pengiring Gending Sriwijaya sendiri diciptakan oleh A. Dahlan Muhibat, seorang komposer dan violis pada grup Bangsawan Bintang Berlian di Palembang. Lagu tersebut diciptakan tahun 1943, tepatnya dari bulan Oktober sampai dengan Desember. Lagu ini merupakan perpaduan dari lagu Sriwijaya Jaya yang diciptakannt dengan konsep lagu Jepang. Sementara untuk lirik lagu Gending Sriwijaya diciptakan oleh Nungcik AR. Tari ini dibawakan oleh 13 orang penari, yang terdiri dari sembilan penari perempuan dan empat penari laki-laki. Sembilan penari perempuan mengenakan pakaian adat Palembang dan membawa tepak sirih, jumlah 9 ini melambangkan Batanghari 9, sungai-sungai di Sumatra Selatan yang punya peran besar dalam perdagangan pada zaman dulu. Empat penari laki-laki mengenakan pakaian adat Palembang dan membawa payung, tombak, dan peridon. Penari perempuan masuk ke panggung dengan berbaris lurus. Setelah itu, mereka membentuk formasi huruf V dengan penari utama di tengah. Penari utama memegang tepak sirih dan menjadi titik fokus dari tarian. Dua orang penari laki- laki membawa peridon di belakang penari utama. Tiga orang penari laki-laki lainnya membawa payung. Dua orang penari laki- laki lainnya membawa tombak.Penari- penari Tari Gending Sriwijaya menari dengan gerakan yang lembut dan gemulai. Mereka membawa tepak sirih dan bunga, sambil sesekali melempar senyum dan melentikan jari-jari kuku. Gerakan membungkuk dan berlutut dalam tarian ini merupakan simbol penghormatan kepada tamu. Senyum dan jari-jari kuku yang melengkung merupakan simbol keramahan. Tepak sirih dan bunga yang dibawa oleh penari merupakan simbol persembahan kepada tamu. Untuk pola lantainya, tari Gending Sriwijaya menggunakan pola lantai lurus vertikal yang selanjutnya dikombinasikan dengan pola lantai diagonal yang berjalan dengan alur garis “V”. Tari Gending Sriwijaya adalah tarian yang indah dan penuh makna. Tarian ini menggambarkan kegembiraan dan keramahan masyarakat Palembang dalam menyambut tamu. Hingga saat ini, tari ini masih terus lestari di Sumatra Selatan dan kerap ditampilkan ketika acara-acara tertentu, khususnya untuk penyambutan Makna tari Gending Sriwijaya Secara harfiah, Gending Sriwijaya memiliki arti ‘irama Kerajaan Sriwijaya’. Setiap gerakan dalam tarian ini bahkan memiliki makna tersendiri Namun secara keseluruhan, makna dari tarian Gending Sriwijaya adalah penggambaran orang-orang Palembang yang rendah hati, peduli, gotong royong, mandiri, serta tawakal. Adapun makna setiap gerakan tari Gending Sriwijaya adalah sebagai berikut. 1.Jentikan jari Perlu diketahui bahwa tarian Gending Sriwijaya terdiri dari beberapa gerakan, termasuk jentikan jari tengah dan ibu jari. Makna dari gerakan ini adalah kerja keras dan kedisiplinan yang tertanam dalam diri orang- orang Palembang. 2.Sembah berdiri Selain menjentikkan jari, penari Gending Sriwijaya juga akan melakukan sembah berdiri. Gerakan ini ditandai dengan menangkupkan kedua telapak tangan seperti orang yang sedang berdoa. Tujuannya adalah untuk menunjukkan rasa hormat kepada sesama manusia. Selain itu, makna dari gerakan ini adalah untuk menunjukkan ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 3.Daun sirih Selain gerakan, daun sirih yang digunakan sebagai properti tarian juga memiliki makna tersendiri. Adapun maknanya adalah kerendahan hati, budi pekerti yang luhur, dan kesetiaan.