Anda di halaman 1dari 11

Gending Sriwijaya

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Untuk Gending Sriwijaya (film) lihat: Gending Sriwijaya.

Gending Sriwijaya merupakan lagu dan tarian tradisional masyarakat Kota Palembang,
Sumatera Selatan. Melodi lagu Gending Sriwijaya diperdengarkan untuk mengiringi Tari
Gending Sriwijaya. Baik lagu maupun tarian ini menggambarkan keluhuran budaya, kejayaan,
dan keagungan kemaharajaan Sriwijaya yang pernah berjaya mempersatukan wilayah Barat
Nusantara.

Lirik Lagu Gending Sriwijaya


Di kala ku merindukan keluhuran dahulu kala
Kutembangkan nyanyian lagu Gending Sriwijaya
Dalam seni kunikmati lagi zaman bahagia
Kuciptakan kembali dari kandungan Sang Maha Kala
Sriwijaya dengan Asrama Agung Sang Maha Guru
Tutur sabda Dharmapala sakya Khirti dharma khirti
Berkumandang dari puncaknya Siguntang Maha Meru
Menaburkan tuntunan suci Gautama Buddha sakti.

Borobudur candi pusaka zaman Sriwijaya


Saksi luhur berdiri teguh kokoh sepanjang masa
Memahsyurkan Indonesia di benua Asia
Melambangkan keagungan sejarah Nusa dan Bangsa
Taman Sari berjenjangkan emas perlak Sri Kesitra
Dengan kalam pualam bagai di Sorga Indralaya
Taman puji keturunan Maharaja Syailendra
Mendengarkan iramanya lagu Gending Sriwijaya.

Tari Gending Sriwijaya


Tarian ini digelar untuk menyambut para tamu istimewa yang bekunjung ke daerah tersebut,
seperti kepala negara Republik Indonesia, menteri kabinet, kepala negara / pemerintahan negara
sahabat, duta-duta besar atau yang dianggap setara dengan itu.

Untuk menyambut para tamu agung itu digelar suatu tarian tradisional yang salah satunya adalah
Gending Sriwijaya, tarian ini berasal dari masa kejayaan kemaharajaan Sriwijaya di Kota
Palembang yang mencerminkan sikap tuan rumah yang ramah, gembira dan bahagia, tulus dan
terbuka terhadap tamu yang istimewa itu.

Tarian Gending Sriwijaya digelarkan 9 penari muda dan cantik-cantik yang berbusana Adat
Aesan Gede, Selendang Mantri, paksangkong, Dodot dan Tanggai. Mereka merupakan penari
inti yang dikawal dua penari lainnya membawa payung dan tombak. Sedang di belakang sekali
adalah penyanyi Gending Sriwijaya. Namun saat ini peran penyanyi dan musik pengiring ini
sudah lebih banyak digantikan tape recorder. Dalam bentuk aslinya musik pengiring ini terdiri
dari gamelan dan gong. Sedang peran pengawal kadang-kadang ditiadakan, terutama apabila
tarian itu dipertunjukkan dalam gedung atau panggung tertutup. Penari paling depan membawa
tepak sebagai Sekapur Sirih untuk dipersembahkan kepada tamu istimewa yang datang, diiringi
dua penari yang membawa pridon terbuat dari kuningan. Persembahan Sekapur Sirih ini menurut
aslinya hanya dilakukan oleh putri raja, sultan, atau bangsawan. Pembawa pridon biasanya
adalah sahabat akrab atau inang pengasuh sang putri. Demikianlah pula penari-penari lainnya.

Asal Usul Tari Gending Sriwijaya


“Di kala ku merindukan keluhuran dulu kala. Kutembangkan nyanyi dari lagu Gending
Sriwijaya. Dalam seni kunikmatkan lagi zaman bahagia. Kuciptakan kembali dari kandungan
Mahakala. Sriwijaya dengan asrama agung Sang Mahaguru. Tutur sabda dharma phala khirti
dharma khirti. Berkumandang dari puncaknya Si Guntang Maha Meru. Menaburkan tuntunan
suci Gautama Budha Shanti“. Demikian, isi bait pertama syair lagu Gending Sriwijaya, yang
disusun oleh Nungcik AR pada tahun 1940-an.

Hingga hari ini kita di Sumatra Selatan masih banyak yang salah dalam memaknai dan
memahami seputar`tari Gending Sriwijaya. Seperti, dikatakan bahwa tari Gending Sriwijaya itu
berasal dari masa kerajaan Sriwijaya, atau tari Gending Sriwijaya itu adalah tarian sakral bagi
Sumatra Selatan, jadi tidak boleh dipergelarkan di ruang atau alam terbuka…uiii…uiii…uiii...!

Tahun 1990/1991, Kantor Wilayah Depdikbud Provinsi Sumatra Selatan menerbitkan deskripsi
Tari Gending Sriwijaya, yang penyuntingnya diketuai oleh Izi Asmawi (alm). Berdasarkan
deskripsi itu, dikatakan bahwa tari Gending Sriwijaya adalah satu dari sekian tari sambut atau
tari persembahan yang ada di Sumatra Selatan.

Proses penciptaan tari Gending Sriwijaya sudah dimulai sejak 1943, yaitu untuk memenuhi
permintaan dari pemerintah (era pendudukan Jepang), kepada Jawatan Penerangan (Hodohan)
untuk menciptakan sebuah tarian dan lagu guna menyambut tamu yang datang berkunjung ke
Keresidenan Palembang (sekarang Provinsi Sumatra Selatan).
Penata tarinya adalah Tina Haji Gong dan Sukainah A. Rozak, berbagai konsep telah dicari dan
dikumpulkan dengan mengambil unsur-unsur tari adat Palembang yang sudah ada, dalam upaya
menata tari Gending Sriwijaya ini.

Pakaian dan properti yang digunakan dalam tari Gending Sriwijaya, disesuaikan dengan pakaian
adat daerah dengan peralatan yang biasa digunakan pada upacara penerimaan tamu secara adat,
yaitu dengan penyuguhan Tepak Sirih selengkapnya.

Jumlah penari sebanyak sembilan orang sebagai simbolisasi dari Batang Hari Sembilan atau
sembilan sungai yang ada di Sumatra Selatan. Maksudnya, dengan tari Gending Sriwijaya
penyambutan tamu dimaksud, dilakukan atas nama seluruh daerah yang ada di wilayah Sumatra
Selatan.

Selain dari kesembilan orang penari, ada juga pengiring yaitu: seorang penyanyi yang
menyanyikan lagu Gending Sriwijaya, seorang pembawa payung kebesaran, dan seorang atau
dua orang lainnya adalah pembawa tombak.

Musik atau lagu pengiring tari Gending Sriwijaya, dinamai (berjudul) juga lagu Gending
Sriwijaya. Penciptanya adalah A. Dahlan Muhibat, seorang komposer juga violis pada group
Bangsawan Bintang Berlian, di Palembang.

Lagu Gending Sriwijaya, diciptakan dan digarap oleh A. Dahlan Muhibat pada tahun 1943
tepatnya dari bulan Oktober sampai dengan bulan Desamber. Ketika proses penciptaannya,
pemerintah menyodorkan usul pada A. Dahlan Muhibat untuk memasukkan sebuah konsep lagu
Jepang.

Karena, konsep lagu Jepang hanya berupa usulan maka oleh A. Dahlan Muhibat dipadukanlah
sebuah lagu ciptaannya pada tahun 1936, yang berjudul “Sriwijaya Jaya” dengan konsep lagu
Jepang itu, sehingga menjadi lagu Gending Sriwijaya seperti yang ada sekarang.

Sementara, untuk syair lagu Gending Sriwijaya, dibuat oleh Nungcik AR. Dan, dengan
selesainya penataan tari dan penyusunan lagu Gending Sriwijaya tersebut, maka tuntaslah proses
penggarapan tari dan lagu Gending Sriwijaya, pada tahun 1944.

Seperti yang disebutkan di dalam deskipsi Tari Gending Sriwijaya, tari Gending Sriwijaya
pertama kali dipentaskan di muka umum, adalah pada tanggal 2 Agustus 1945, di halaman
Mesjid Agung Palembang, yaitu ketika pelaksanaan upacara penyambutan kedatangan pejabat
zaman Jepang, di Palembang, yakni M. Syafei dan Djamaluddin Adinegoro.

M. Syafei, adalah Ketua Sumatora Tyuo Sangi In (Dewan Perwakilan Rakyat Sumatra), yang
berkedudukan di Bukittinggi – Sumatra Barat. Sebelum masa pendudukan Jepang, M. Syafei
adalah direktur perguruan INS (Indonesche School), di Kayutanam – Sumbar. Sedangkan,
Jamaluddin Adinegoro adalah Ketua Dewan Harian Sumatra, seorang wartawan sekaligus
sastrawan yang terkenal pada waktu itu.
Pada saat tari Gending Sriwijaya pertama kali dipergelarkan di halaman Mesjid Agung kala itu,
kesembilan orang penarinya adalah: Siti Nuraini, Rogayah H, Delima A. Rozak, Tuhfah,
Halimah, Busron, Darni, Emma, dan Tuti Zahara.

Dalam sejarah Festival Sriwijaya, Festival Sriwijaya 2010 yang baru lalu, tari Gending Sriwijaya
tidak ditampilkan pada upacara pembukaan festival saat menyambut tamu-undangan dan peserta
Festival Sriwijaya, karena salah kaprah. Dikatakan tari Gending Sriwijaya adalah tari sakral,
maka tidak boleh sembarangan dipergelarkan, termasuk di alam terbuka…wueleh…khan tari
Gending Sriwijaya pernah digelar di pelataran Candi Borobudur…BOSS…!

http://www.dapunta.com/asal-usul-tari-gending-sriwijaya.html

http://alanweejanarko.student.umm.ac.id/2010/10/01/asal-usul-tari-gending-sriwijaya/

Tari Gending Sriwijaya


Tarian ini digelar untuk menyambut para tamu istimewa yang bekunjung kedaerahtersebut, seperti kepala Negara
Republik Indonesia, menteri kabinet, kepala negara / pemerintahan negara sahabat, duta-duta besar atau yang
dianggap setara dengan itu.Untuk menyambut para tamu agung itu digelar suatu tarian tradisional yang salah
satunyaadalah Gending Sriwijaya, tarian ini berasal dari masa kejayaan kemaharajaanSriwijayadi
KotaPalembang yang mencerminkan sikap tuan rumah yang ramah, gembira dan bahagia, tulus danterbuka
terhadap tamu yang istimewa itu.Tarian Gending Sriwijaya digelarkan 9 penari muda dan cantik-cantik yang
berbusanaAdat
Aesan Gede
,
Selendang Mantri
,
paksangkong
,
Dodot
dan
Tanggai
. Mereka merupakanpenari inti yang dikawal dua penari lainnya membawa payung dan tombak. Sedang di
belakangsekali adalah penyanyi Gending Sriwijaya. Namun saat ini peran penyanyi dan musik pengiringini sudah
lebih banyak digantikan
tape recorder
. Dalam bentuk aslinya musik pengiring initerdiri dari gamelan dan gong Sedang peran pengawal kadang-kadang
ditiadakan, terutamaapabila tarian itu dipertunjukkan dalam gedung atau panggung tertutup. Penari paling
depanmembawa
tepak
sebagai
Sekapur Sirih
untuk dipersembahkan kepada tamu istimewa yangdatang, diiringi dua penari yang membawa
pridon
terbuat dari kuningan.Persembahan
Sekapur Sirih
ini menurut aslinya hanya dilakukan oleh putri raja, sultan, atau bangsawan. Pembawapridon biasanya adalah
sahabat akrab atau inang pengasuh sang putri. Demikianlah pula penari-penari lainnya.

Sumber http://www.scribd.com/doc/89361366/Tari-Gending-Sriwijaya
← Keraton Kuto Gawang.
Pasar Lemabang Dibangun Tiga Lantai. →

Mempertimbangkan Tari Gending Sriwijaya


18 October 2010 by Iwan Lemabang Leave a comment

Rate This

Oleh: TAUFIK WIJAYA*)

SUDAH lama tari persembahan Gending Sriwijaya tidak dibicarakan. Beberapa tahun lalu di
masa Orde Baru, tarian ini sempat dibicarakan hangat, sebab salah satu kreatornya dituduh
merupakan aktifis komunis. Beberapa hari terakhir ini, tarian ini kembali dibicarakan sebab tidak
ditampilkan dalam pembukaan Festival Sriwijaya ke-19.

Hal ini jelas mengejutkan, sebab selama ini tari Gending Sriwijaya selalu ditampilkan dalam
peristiwa kebudayaan tahunan tersebut.

Awalnya, seperti yang lainnya saya juga terkejut. Namun, guna memperlebarkan wacana
tersebut, setelah dipertimbangkan secara rasional, tidak ditampilkannya tarian tersebut menurut
saya dapat diterima, sebab jika ditelisik secara mendalam ternyata tari Gending Sriwijaya itu
masih perlu dipertanyakan nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalamnnya, terkait dengan
kebudayaan Sriwijaya.

Pertanyaan pentingnya, benarkah tari Gending Sriwijaya itu merupakan karya seni berdasarkan
tradisi dan diwariskan oleh kebudayaan Sriwijaya?
Secara sepintas, ketika menikmati tari Gending Sriwijaya, saya merasakan kuatnya pengaruh
kebudayaan Palembang. Tepatnya, tari Gending Sriwijaya lebih menonjolkan karakter Melayu-
Jawa. Hal itu terasa dari simbol yang terlihat dari unsur gerak, bunyi, dan rupa.

Sementara dalam pengetahuan saya yang terbatas, kebudayaan Sriwijaya jelas berbeda dengan
kebudayaan Palembang. Kerajaan Sriwijaya berkembang dan tumbuh jauh sebelum kebudayaan
Palembang dilahirkan para priyayi Jawa-Melayu.

Saya justru menerima jika sebuah karya seni yang mengambil semangat kebudayaan Sriwijaya
dengan mengadopsi tradisi Dataran Tinggi Bukitbarisan Pasemah dan Komering. Sebab kedua
kebudayaan itu lahir dan tumbuh jauh sebelum kerajaan Sriwijaya berdiri, yang diasumsikan
turut memengaruhi kebudayaan Sriwijaya.

Juga, dasar gerak atau tari Sriwijaya juga sulit ditemukan dari bukti-bukti keberadaan kerajaan
Sriwijaya. Ini berbeda dengan sejumlah tari yang lahir di Jawa, Bali, dan Melayu, yang memiliki
dasar tradisi gerak yang diwariskan pada masanya.

Mengutip pemikiran sejarawan R. Soekmono, misalnya, sejumlah tari yang lahir dalam
kebudayaan Jawa dan Bali, terbaca pada relief-relief candi yang ada hingga saat ini, seperti pada
candi Prambanan, Borobudur dan Rorojongrang. Misalnya gerak yang tercermin pada relief di
candi Prambanan mengingatkan pada seni tari Reog.

Maka, dengan tidak mengecilkan rasa hormat terhadap para kreator tari persembahan Gending
Sriwijaya, tampaknya studi pembuatan tarian tersebut belum optimal dalam penggalian
kebudayaan Sriwijaya.

Mungkin, pemberian nama judul “Gending Sriwijaya” hanya semacam penanda terhadap spirit
kebudayaan Sriwijaya. Ini sama halnya dengan penamaan PT Pupuk Sriwidjaja, Sriwijaya FC,
Sriwijaya Post, ataupun Sriwijaya Air.

Jika asumsi saya di atas memiliki kebenaran, tampaknya perlu dilakukan urun-rembug terhadap
keberadaan tari persembahan yang benar-benar beranjak dari kebudayaan Sriwijaya. Semangat
ini misalnya selintas ditawarkan Vebri Al-Lintani dalam sebuah artikelnya di sebuah harian di
Palembang beberapa hari lalu, menanggapi tidak ditampilkannya tari Gending Sriwijaya dalam
pembukaan Festival Sriwijaya beberapa waktu lalu.

Urun-rembug ini jelas melibatkan banyak pihak, bukan hanya pekerja seni, juga para pekerja
budaya, akademisi, dan peneliti kebudayaan.

Bukan tidak mungkin, tari Gending Sriwijaya yang sudah “terindentik” dengan kebudayaan
Sriwijaya mengalami berbagai perbaikan atau inovasi, terkait dengan gerak, musik, dan rupa,
yang tentunya lebih memperkuat atau memperjelas dasar filosofisnya yang terkait dengan
kebudayaan Sriwijaya.
Bila hal ini terasa berat dilakukan, sebab tari Gending Sriwijaya merupakan karya seni yang
sudah mengakar dan diketahui pakemnya oleh masyarakat Nusantara dan mancanegara, bukan
tidak mungkin dilahirkan sebuah tari baru yang benar-benar beranjak dari tradisi yang
diwariskan oleh kebudayaan Sriwijaya.

Tari baru yang bernapaskan kebudayaan Sriwijaya ini mungkin dapat dijadikan tari persembahan
buat berbagai kegiatan yang terkait dengan spirit kerajaan Sriwijaya. Sementara tari Gending
Sriwijaya biarkanlah menyebar sebagai sebuah karya seni, yang tetap utuh seperti saat dilahirkan
dulu.

Demikianlah pemikiran sederhana ini, semoga bermanfaat bagi kita guna melanjutkan kerja-
kerja kebudayaan yang terkait dengan spirit kebudayaan Sriwijaya, yang telah membangun
Nusantara dengan semangat demburan ombak lautan dan arus ribuan sungai.

*) Penulis jurnalis dan pekerja seni

Sumber: Berita Musi, 29.06.2010 19:30:37 WIB

Diunduh dari http://lemabang.wordpress.com/2010/10/18/mempertimbangkan-tari-gending-


sriwijaya/
Sumber : http://news.indonesianvoices.com/index.php/budaya-indonesia/745-tari-gending-sriwijaya-
dari-sumatra-selatan

Tari Gending Sriwijaya dan Tari Tanggai


Assalamu'alaikum sobat,,,

Semoga hari ini kita termasuk orang-orang yang beruntung,,,

hari ini saya mau perkenalkan tari-tarian yang ada di Sumatera Selatan nih!.

salah satu nya yaitu tari Gending Sriwijaya. Dimana tarian Gending Sriwijaya ini adalah tarian
kebesaran bagi rakyat wong kito ( Sumatera Selata ). Tarian ini biasanya di gelar untuk
menyambut tamu agung, duta-duta besar, dan tamu-tamu agung lainnya.
Tarian ini berasal dari masa kejayaan kerajaan Sriwijaya di Kota Palembang yang
mencerminkan sikap tuan rumah yang ramah, gembira dan bahagia, tulus dan terbuka terhadap
tamu yang istimewa itu.

Kalau sobat datang ke Palembang dan kebetulan disana lagi ada sebuah acara dan ada
acara penyambutan dengan tari-tarian, tentu sobat akan bingung ini tari tanggai atau tari
gending sriwijaya???

Perbedaannya antara Tari Gending Sriwijaya dengan Tari Tanggai adalah pada
penggunaan tari, jumlah penari, dan perlengkapan busana yang digunakan.

Busana Adat yang dipakai yaitu Aesan Gede, Selendang Mantri, paksangkong, Dodot
dan Tanggai. Penari Gending Sriwijaya seluruhnya berjumlah 13 orang terdiri dari :

 Satu orang penari utama pembawa tepak (tepak,kapur, sirih)

 Dua orang penari pembawa peridon (perlengkapan tepak)

 Enam orang penari pendamping (tiga dikanan dan tiga kiri)

 Satu orang pembawa payung kebesaran (dibawa oleh pria)

 Satu orang penyanyi Gending Sriwijaya

 Dua orang pembawa tombak (pria)

Tari Tanggai itu yang gini

Nah ini baru Tari Gending Sriwijaya..


Jadi, tari tanggai itu pada umunya dibawah kan oleh 5 orang, dan digelar saat acara-acara
resmi dan pernikahan. dengan memakai pakaian khas daerah seperti kain songket, dodot,
pending, kalung, sanggul malang, kembang urat atau rampai, tajuk cempako, kembang goyang
dan tanggai yang berbentuk kuku terbuat dari lempengan tembaga.

Ok deh, sekian untuk hari ini, kalau penasaran dengan tarian ini ayo main-main ke Palembang,
dan jangan lupa cicipin juga makanan khas nya ya sobat,,,,

Sumber : http://damsir-khalik.blogspot.com/2012/01/assalamualaikum-sobat-semoga-hari-ini.html

Sumber lain ;

https://docs.google.com/document/d/1tWF5LqXETAdu5KiIwcrgqPLhuJntsVhdhnnlBIEGoxE/edit?pli=1

Anda mungkin juga menyukai