Anda di halaman 1dari 10

TARI LENGGER WONOSOBO

Dilansir dari disparbud.wonosobokab.go.id, Tari Lengger tepatnya berasal dari Dusun Giyanti,
Kecamatan Selomerto, Wonosobo yang dikembangkan sejak tahun 1910 oleh Bapak Gondowinangun,
lalu mulai dikembangkan lagi pada tahun 1970-an oleh Ki Hadi Soewarno. Istilah Lengger memiliki
pengertian tledhek laki-laki yang berasal dari kata “eling ngger”, “eling” artinya ingat dan “ngger” artinya
sebutan untuk seorang anak. Sehingga fungsi dari tarian lengger adalah mengingatkan seorang anak
pada kebesaran Tuhan-Nya. Maksud dari tarian ini bertujuan untuk memberikan pesan dan nasihat agar
setiap orang dapat mengajak dalam menyingkirkan keburukan dan membela kebenaran.

new

Dikisahkan pada tahun 1500-an, di suatu sore ada keramaian warga menonton pertunjukkan tari, Sunan
Kalijaga mengajak salah satu murid perempuannya menari berpasangan dengan mengenakan topeng.
Muda-mudi dan remaja pun tertarik menonton tarian dua orang bertopeng itu. Penonton pun menari
bersama mengikuti irama gending dan tembang hingga menjelang Magrib, lalu tarian dihentikan dan
topeng dibuka. Penonton tidak tahu salah satu penarinya Sunan Kalijaga, mereka terkejut dan menyimak
pesan yang dituturkannya.

Salah satunya ialah “Elingo Ngger, yen kowe bakale mati” (Ingatlah Nak, suatu saat kamu akan mati).
Frasa ‘Elingo Ngger’ itu banyak diyakini awal dari penamaan tari Lengger. Sementara sumber lain
disebutkan ‘Le dan Geger’yaitu laki-laki yang membuat geger. Karena para penari itu awalnya dikira
perempuan. Di literatur lain, juga dikaitkan dengan simbol Lingga dan Yoni sebagai lambang kesuburan
dan umumnya dipentaskan di pesta panen.

Syair dan ajaran Sunan Kalijaga diyakini mempengaruhi tembang Tari Topeng Lengger, yang hingga kini
masih banyak dilestarikan di Wonosobo. Salah satunya ada di tembang Sontoloyo (Penggembala Bebek),
mengisahkan lunturnya ajaran Hindu-Buda ketika datangnya islam.“Sontoloyo, angon bebek ilang loro.
Sing kuning ra patiya, sing abang pirang-pirang. Ala bapak Sontoloyo, Grayang-grayang tangane loro”.
Maknanya:Raja Brawijaya 5 (penggembala keyakinan rakyatnya) meninggalkan dua agama besar (Hindu
dan Buda) berganti Islam. Meski berusaha sekuat tenaga tapi apa daya, manusia hanya punya dua
tangan.

Kisah itu dituturkan turun-temurun di keluarga seniman Wonosobo yang kini masih melestarikan tari
Topeng Lengger lengkap dengan puluhan jenis topeng, gending dan tembangnya. Bahkan di dusun
Giyanti, desa Kadipaten, kecamatan Selomerto, seluruh warganya sangat dekat dengan Topeng Lengger.
Di sana ada sanggar, penari, niyaga, hingga pembuat topengnya. Giyanti, dusun pertanian subur yang
tiap tahun menggelar pesta panen ‘Nyadran Tenong’ dan puncaknya menampilkan tari Punjen Topeng
Lengger yang menjadi ikon Wonosobo sejak tahun 80-an.
Salah satu seniman pelestari Topeng Lengger ialah Dwi Pranyoto (39 tahun), pengasuh Sanggar Rukun
Putri Budaya generasi ke-3 yang meneruskan kiprah Kakeknya, Almarhum Hadi Suwarno (1939-1995).
Dwi juga dipercaya membimbing para penari di event ‘Wisuda Lengger’ hingga melatih beberapa
kesenian di desa-desa lain dan terlibat di pementasan besar di tingkat kabupaten hingga ke TMII.

Tari Topeng Lengger tak lepas dari era Lengger Lanang di tahun 1960-1979. Dituturkan mantan penari
Lengger Lanang, Ngadidjo (68 Tahun), tren pentas lengger lanang mulai menghilang pada 1979 yang
diteruskan dengan lahirnya Lengger Putri. Para penari puteri generasi awal merupakan asuhan Hadi
Suwarno. Mereka adalah Sukarsih, Sri Ningsih (Adik Ngadidjo), Sulasih, dan Narsih yang terkenal pada
1979-1989. Mereka kemudian banyak disebut dengan monomim ‘Lengger’sebagai sebutan yang
disandang penari professional.

Generasi ke-2 penari Topeng Lengger Puteri dimulai di taun 1988 ketika Sri Winarti (Wiwin) mulai belajar
Lengger di usia 8 tahun diasuh oleh Hadi Suwarno. Hingga kini Wiwin masih aktif melatih Lengger serta
menjadi sinden pengiring Topeng Lengger. Wiwin bersama Dwi mengawali pentas professional mereka
ketika masih sangat belia. Bahkan di 1990, mereka pentas Topeng Lengger berpasangan mewakili
Wonosobo tampil di Taman Mini Indonesia Indah.

Dituturkan Wiwin, citra Lengger di 1980-1990 dipandang sebagai profesi yang kurang diminati penari
muda. Wiwin merasa beruntung dibimbing para lengger puteri generasi pertama dan belajar Lengger
Punjen dari Sukarsih. Ayah Wiwin seorang seniman penabuh gamelan dan kendang terkenal juga sangat
mendukung proses belajarnya. Hingga akhirnya Wiwin menjadi ikon Topeng Lengger Wonosobo di
tahun1998-2010.

Dijelaskan Dwi, ciri khas Lengger Wonosobo dari gerakan cenderung halus, sopan, dan bermuatan
spiritual. Hal itu didukung busana yang tertutup (rompi) serta topeng untuk membatasi kedekatan
antara dua penari maupun penonton. Pasangan penari lengger (Pe-ngibing)juga harus dari grup-nya,
bukan penonton.

Senada, menurut penulis buku, Tari Topeng Lenggeran Wonosobo, Agus Wuryanto, Topeng yang
dikenakan penari sebenarnya ada sekitar 65 jenis yang sesuai dengan tari serta tembang pengiringnya.
Di era awal lenger lanang, musik pengiringnya masih cukup sederhana, bahkan didominasi alat musik
bambu (Bundengan, angklung, maupun Bindeng). Sehingga disimpulkan Agus, Topeng Lengger
Wonosobo berbeda kesejarahannya dengan Lengger Banyumasan.

Terkait pesan ajaran Islam di tembang Topeng Lengger, Dwi menyebut banyak syair yang secara tersirat
menyebut muatan keagamaan. Contohnya pada tembang Gondang Keli: ‘Sandangane diganti putih
mergane wis ora mulih’ (Bajunya diganti putih (kafan) karena sudah tidak pulang). Ada juga lirik ‘Kereta
Jawa roda papat rupa menungsa (keranda), dan di Menyan Putih: ‘Eling-eling sira menungsa temenana
nggonmu ngaji mumpung durung katekanan malaekat juru pati’.

“Di Lengger lawas, banyak syair seperti ‘Miring ngetan Salo Nabi Semelah’ (Shallu ala Nabi - Bismillah).
Mulut orang Jawa di kala itu mungkin belum fasih berbahasa Arab, kemudian menyederhanakan
pengucapan seperti ‘La elo, elo ya elo La’ kemungkinan besar ialah kalimat syahadat La Illa ha Illa-llah,”
kata Dwi berdasarkan penuturan Kakeknya.

Perbedaan mendasar Tari Topeng Lenggerdengan Lengger daerah lain di antaranya ialah sisi kesejarahan
yang mengisahkan syiar Islam di masa Sunan Kalijaga. Pemakaian Topeng sebagai pembentuk karakter
tarian (cth: Kebogiro dengan topeng bertanduk, gigi runcing, dan gerak penari yang ganas). Ada empat
karakter dasar Topeng Lengger yaitu Alusan, Kasaran, Gagahan, dan Gecul (lucu).

Kostum penari puteri ciri khasnya memakai rompi, sampur, dan mahkota bulu. Gending pengiring dan
tembangnya sudah baku tidak bisa diganti gending lain apalagi musik modern. Sedangkan karakter
gerakan penarinya cenderung menyembunyikan ketiak dan lebih halus. Dari sisi pentas, Topeng Lengger
tidak mengenal budaya ‘saweran’ namun honor sesuai kesepakatan.

Salah satu inovasi monumental Hadi Suwarno yakni tari Lengger Punjen dipentaskan pertama kali oleh
Sri Ningsih pada 1980, diteruskan oleh Wiwin dan generasi lengger saat ini. Para Lengger baru kini wajib
mengikuti prosesi Wisuda untuk menyiapkan mereka menjadi penari professional, dihelat tahunan tiap 1
Sura di Giyanti. Prosesnya meliputi pembekalan materi, praktik gambyong, penyamaan gerakan,
jamasan, hingga pengucapan sumpah, didampingi oleh Wiwin.

Saat ini, Topeng Lengger semakin dikenal dengan digelarnya pentas kolosal 2.000 Lengger di alun-alun
Wonosobo pada peringatan hari jadi 2018 dan 2019. Melibatkan siswa sekolah, desa, sanggar, hingga
para guru seni se-Wonosobo. Kini Tari Topeng Lengger makin diminati dan diajarkan di sekolah hingga
sanggar. Didukung media sosial yang menyiarkan berbagai pentas tiap akhir pekan bahkan hampir tiap
hari bisa ditemui di desa-desa dengan jadwal yang bisa dipantau di media sosial (Instagram dan grup
Whatsapp). Penari Topeng Lengger kini memiliki popularitas melebihi seniman panggung dan menjadi
selebriti Instagram (Selebgram) dengan basis penggemar berjumlah puluhan hingga ratusan ribu orang.

Tari Lengger

gambar tari lengger

Tari Lengger adalah kesenian tari dari Jawa Tengah. Jenis tari ini sudah dikenal sejak lama dan hingga
saat ini pun masih sering dipentaskan dalam berbagai acara seperti ferstival tahunan. Tari Lengger
tepatnya berasal dari Dusun Giyanti, Kecamatan Selomerto, Wonosobo yang dikembangkan sejak tahun
1910.

Lebih jauh tentang tarian tradisional ini, Kami akan mengulasnya secara detail beserta asal usul, gerakan
tarikan, gerakan, properti dan lainnya. Yuk baca disini info selengkapnya tentang Tari Lengger.

Asal Usul & Sejarah Tari Lengger

Menceritakan Asmara Panji dan Galuh Candra Kirana

Tari Lengger Dalam Penyebaran Agama Islam

Fungsi dan Makna Filosofis

Penyajian Tari Lengger

a. Gerakan

b. Babak

c. Pola Lantai

Pertunjukkan Tari

a. Properti

b. Riasan

c. Kostum

d. Panggung

e. Iringan/ Musik

Keunikan

Perkembangan Tari Lengger

Asal Usul & Sejarah Tari Lengger

sejarah tari lengger

inibaru.id
Tari Lengger pertama kali dikembangkan pada tahun 1910 oleh Bapak Gondowinangun, lalu mulai
dikembangkan lagi pada tahun 1970-an oleh Ki Hadi Soewarno. Istilah Lengger memiliki pengertian
tledhek laki-laki yang berasal dari kata “eling ngger”. Maksud dari tarian ini bertujuan untuk
memberikan pesan dan nasihat agar setiap orang dapat mengajak dalam menyingkirkan keburukan dan
membela kebenaran.

Menceritakan Asmara Panji Dan Galuh Candra Kirana

Menurut sejarahnya, Tari Lengger menceritakan kisah asmara Panji Asmoro Bangun dan Galuh Candra
Kirana. Galuh Candra Kirana sendiri adalah seorang putri dari Prabu Lembu Ami Joyo, pemimpin
Kerajaan Jenggolo Manik, sementara Panji Asmoro adalah putra Prabu Ami Luhur pemimpin Kerajaan
Cenggolo Puro.

Kedua pimpinan kerajaan tersebut sepakat untuk menikahkah anak mereka demi mempererat
hubungan kerajaan. Sayangnya, usaha tersebut justru digagalkan oleh Galuh Ajeng, anak dari Prabu
Lembu Ami Joyo dari selirnya. Masalah tersebut membuat Galuh Candra Kirana harus keluar dari
kerajaan dan menjadi seorang penari Lengger.

Suatu ketika, Panji Asmoro Bangun mengundang kelompok penari Lengger untuk pentas di Kerajaan
Cenggolo Puro. Galuh Candra Kirana memutuskan untuk membuka penyamarannya dan tampil di depan
tunangannya tersebut. Panji Asmoro Bangun jatuh cinta melihat paras penari Lengger tersebut dan
akhirnya mereka menikah.

Tari Lengger Dalam Penyebaran Agama Islam

Dalam riwayatnya, tarian ini tidak hanya menceritakan kisah asmara saja, tapi juga berkaitan dengan
penyebaran agama Islam di Jawa Tengah. Konon, awalnya tari ini dikembangkan oleh Sunan Kali Jaga
sebagai sarana untuk mengenalkan agama Islam. Dalam setiap pentas tarian ini selalu diselipkan atau
nilai-nilai ajaran Islam.

Mealui cara tersebut ternyata mampu menarik perhatian masyarakat hingga akhirnya Sunan Kalijaga
memutuskan untuk membangun tempat sebagai sarana beribadah yang disebut “langgar”. Fyi,
meskipun tarian ini berkembang di Wonosobo, tapi sinopsis lainnya menyebutkan tari lengger juga
dikenal sebagai tarian khas Banyumas atau Banyumasan.

Fungsi Dan Makna Filosofis

makna tari lengger

staticflickr.com

Melalui cerita sejarah seperti yang sudah Kami bahas di atas, istilah lengger juga dikatakan berasal dari
kata “eleng/eling” yang artinya ingat dan kata “ngger” yang oleh masyarakat Jawa Tengah digunakan
untuk menyebut seorang anak. Sehingga fungsi dari tarian lengger adalah mengingatkan seorang anak
pada kebesaran Tuhan-Nya. Nilai filosofi Tari Lengger juga bisa dilihat dari sejarahnya, dimana dulunya
tarian ini digunakan sebagai alat penyebaran agama Islam.

Hal itu menunjukakn bahwa tarian ini mempunyai fungsi religius. Selain itu, tarian lengger mempunyai
makna lainnya yaitu untuk menunjukkan keindahan dari penari wanita. Riasan yang cantik
memperlihatkan kodrat wanita Jawa yang anggun dalam balutan busana tradisional Jawa Tengah.
Karena tarian ini berkembang di Wonosobo, sehingga sering juga disebut Tarian Wanasaban khas Jawa
Tengah.

Penyajian Tari Lengger

penyajian tari lengger wonosobo

alif.id

Pentas tari lengger biasanya tidak ditarikan secara tunggal, melainkan oleh dua orang yakni perempuan
dan laki-laki. Meskipun tarian ini dianggap sebagai kesenian tari yang sakral, tapi dalam pementasan tari
lengger tidak memiliki waktu khusus. Tari Lengger bisa dipentaskan kapan dan di mana pun dengan
melengkapi terlebih dahulu sesajen sebelum pertunjukan dimulai.

A. Gerakan

Gerakan dalam tarian lengger didominasi gerakan pinggul, sehingga penampilannya erlihat cukup lincah
dan dinamis. Dilansir dari Jurnal Seni Tari (2017), gerakan Tari Lengger menggunakan kesatuan
vokabuler yang membentuk sikap gerak satu ke lainnya. Tarian Lengger mempunyai gerakan-gerakan
yang mengandung makna kehidupan manusia.
Beberapa gerakan dalam tarian ini diantaranya maju beksan, beksa dan mundur beksan, berikut ini
masing-masing penjelasannya:

Maju Beksan: gerak yang mengawali rangkaian tarian yang meliputi gerakan nyaut sampur, laku mbobot
samput, nyaut sampur sindir, nyaut sampur, sindir kiri, sindir kanan, lampah nyabet, ngelerek, megot,
lampah nyliguk dan

Beksan: gerakan panjang yang mempunyai makna tertentu, mencakup gerakan trap kuku, sembah joget,
laku papat, mencit, laku papat kiri, laku papat kanan, nepak pundhak kiri, nepak pundhak kanan, nepak
pundhak ngelengkeh, iker-iker, trenjelan dan tempak ngiluk.

Mundur Beksan: rangkaian gerakan penutup Tari Lengger yang mencakup sembah purna dan slender.

B. Babak

Dalam sekali pertunjukkan, tarian Lengger dimainkan 10 menit untuk setiap babaknya, baik penari
perempuan maupun laki-laki. Sayangnya tidak ada penjelasan secara detail mengenai babak-babak
dalam tarian lengger.

C. Pola Lantai

Pola lantai yang dimaksud disini adalah garis lintas yang dilalui oleh para penari saat pertunjukkan di
atas panggung, biasanya membentuk formasi tertentu. Pola lantai yang digunakan dalam tari lengger
meliputi garis lurus dan garis lengkung, tapi dalam pementasannya terlihat variatif dan tidak monoton.
Sebenarnya, pola lantai bisa dimodifikasi agar dapat menyesuaikan dengan jumlah penari dan pengiring
tarian.

Pertunjukkan Tari

Sama seperti tarian lain seperti Tari Seudati dan Tari Baksa Kembang, dalam pertunjukkan Tari Lengger
juga mempunyai karakteristik sendiri dalam hal properti, tata riasan, busana, kostum, panggung dan
juga iringan musik. Fyi, sebelum pertunjukkan Tari Lengger biasanya diawali dengan Tari Sontoloyo
sebagai tarian dasar lengger. Untuk lebih jelasnya, berikut ini masing-masing keterangan lengkap
persiapan pertunjukkan tari lengger.
A. Properti

Properti yang digunakan oleh penari wanita berupa sampur, sementara untuk penari laki-laki
mengenakan topeng layaknya pada Tari topeng Betawi. Dalam tarian ini memang tidak memerlukan
properti yang kompleks layaknya jenis tarian tradisional lainnya.

B. Riasan

riasan dalam tari lengger

ytimg.com

Penari lengger perempuan biasanya didandani dengan tema bak putri keraton jaman dulu, dengan
riasan yang terlihat mencolok. Riasan dalam tarian ini dibuat untuk menunjukkan penampilan penari
layaknya usia remaja, meskipun penari juga ada yang usianya sudah dewasa. Ciri khas dalam riasan tari
Lengger yaitu wajah cantik serta terdapat athi-athi ngundhup, tapi tidak mengenakan sogokan.

Rambut penari digelung atau diberi konde lengkap dengan bunga kantil atau melati yang menghiasi
rambut. Selain itu juga ditambahkan aksesoris berwarna emas atau perak yang akan ikut bergoyang saat
penari menari. Dalam tarian lengger, unsur tata rias sangat mempengaruhi karakteristik dan
pembawaan penari agar dapat menonjolkan kesan ceria.

C. Kostum

busana tari lengger

kompasiana.com

Busana penari wanita umumnya mengenakan pakaian tradisional seperti kebaya model kemben lengkap
dengan selendang untuk menari. Penari mengenakan kemben yang dibuat dari kain batik/ jarit dan
stagen di bagian pinggang. Sementara penari laki-laki juga menggunakan pakaian adat Jawa Tengah, tapi
memakai atribut topeng untuk tampil.

Busana yang dikenakan memupunyai ciri khas tertentu dan hanya dibuat dari sanggar tari lengger.
Beberapa aksesoris yang dikenakan oleh penari wanita diantaranya: kalung brodong mutiara warna
emas dan suweng matan. Selain itu, busana penari memiliki motif garis lurus, lung pakis ayam alas,
model bordiran gambar dan mote warna warni.
Uniknya, para penonton tarian lengger dilarang menggunakan pakaian yang berwarna merah saat
pertunjukan tari ini berlangsung. Karena diyakini warna tersebut akan membuat penari kerasukan dan
mengejar penonton yang mengenakan pakaian warna merah.

D. Panggung

tata panggung tari lengger

akamaized.net/

Tidak ada desain khusus mengenai panggung pertunjukkan tari lengger, tapi umumnya akan disiapkan
panggung khusus untuk menari. Spot di panggung di bagi menjadi dua, yaitu area untuk menari dan area
untuk meletakkan alat musik pengiring.

E. Iringan/ Musik

iringan dalam tari lengger

ytimg.com

Tari Lengger dalam pertunjukkannya diiringi musik khas daerah Jawa Tengah seperti saron, calung,
gambang, kendang, gong dan lainnya. Seperangkat gamelan Jawa, Laras Slendro, mengiringi setiap
gerakan dalam tari Lengger. Selain itu, dalam pertunjukkan tari ini juga dilengkapi dengan gendhing-
gendhing pengiring seperti lancaran Solasih Winangun, Gobyog, Ladrang Solasih, Kothek Solasih dan
Laras Slendro pathet 6.

Keunikan

keunikan tari lengger adalah

seringjalan.com

Ada salah satu keunikan Tari Lengger, dimana dulunya tarian ini dimainkan oleh penari pria tapi
berdandan seperti wanita. Masyarakat menyebutnya sebagai tari lengger lanang. Namun seiring
berjalannya waktu, tarian ini mulai dimainkan pria dan wanita tanpa harus menunjukkan sisi
transgender. Sebagai gantinya, penari laki-laki mengenakan topeng untuk aksesoris tariannya.

Keunikan lainnya, pertunjukkan dalam tarian lengger masih disangkutpautkan dengan hal-hal yang
berbau mitos. Misalnya seperti pantangan penonton tidak boleh mengenakan pakaian yang berwarna
tertentu karena bisa menyebabkan penari kerasukan.
Perkembangan Tari Lengger

perkembangan tari lengger saat ini

wikimedia.org

Hingga saat ini Tari Lengger masih menjadi warisan budaya yang dilestarikan di Indonesia, khususnya
masyarakat Jawa Tengah. Di beberapa tempat seperti Dieng, Wonosobo dan Banyumas, tarian ini masih
sering dipertunjukkan. Acara-acara yang sering menampilkan tarian lengger diantaranya festival, event
hari besar serta untuk penyambutan tamu terhormat di Jawa Tengah.

Meskipun dulunya gerakan tarian ini dianggap negatif, tapi seiring berjalannya waktu, gerakan dalam
tarian ini mulai sedikit diubah agar tidak dipandang sebelah mata. Busana tarian yang digunakan pun
juga sudah mendapatkan modifikasi dimana penari tidak lagi mengenak kemben, melainkan baju kebaya
biasa.

Anda mungkin juga menyukai