Universitas Airlangga
deanovi62@gmail.com
ABSTRAK: Indonesia merupakan negeri yang kaya mulai dari sumber daya alam,
keanekaragaman masyarakat, dan juga kebudayaannya. Kebudayaan Indonesia yang
sangat banyak dan unik menyebabkan Indonesia dikenal dimata dunia.. Salah satunya
yakni Tari Gandrung yang telah ditetapkan oleh UNESCO menjadi Warisan Budaya Tak
Benda (WBTB) pada tahun 2013. Tari Gandrung merupakan tarian dari suku Osing yakni
suku asli Banyuwangi. Tarian ini menggambarkan tentang terpesonanya masyarakat
Blambangan terhadap Dewi Sri atau Dewi Kesuburan. Tarian ini menampilkan gerakan-
gerakan yang erotisme sehingga terkesan negatif. Akan tetapi, tarian ini tetaplah
mengandung unsur yang sakral bagi masyarakat suku Osing. Peneliti berupaya menggali
fakta tentang tari Gandrung dengan metode kepustakaan. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui makna gerakan, musik, elemen-elemen pendukung dalam tari
Gandrung dan kesakralan Tari Gandrung bagi masyarakat suku Osing serta mengajak
pembaca untuk turut melestarikan kebudayaan Indonesia. Hasil penelitian ini adalah
mengenai sejarah tari Gandrung,
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negeri yang kaya raya. Negeri ini memiliki sumber
daya alam yang melimpah ruah, multikulturalnya masyarakat, serta ratusan lebih
kebudayaan. Tidak mengherankan jika Indonesia terkenal diseluruh belahan dunia
karena keunikanya. Salah satu kebudayaan Indonesia yang mendunia dan telah
ditetapkan oleh UNESCO (United Nations of Educational, Scientific, and
Cultural Organization) menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) pada tahun
2013 yaitu tari Gandrung.
Seni tari adalah hasil karya cipta manusia yang diungkapkan lewat media
gerak yang memiliki keindahan.2 Sudut pandang kita mengenai tarian daerah ini
adalah sebagai sebuah bentuk kesenian dan keindahan yang bisa dinikmati. Tarian
ini juga merepresentasikan dari kecantikan Dewi Sri yang dianggap sebagai dewi
kesuburan. Akan tetapi, dalam tarian ini menampilkan gerakan-gerakan yang
erotis sehingga menimbulkan pandangan negatif terhadap sebagian masyarakat.
1
Koentjaraningrat. 2015. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama. hal 11
2
Dewi, Resi Septiana. 2012. Keanekaragaman Seni Tari Nusantara. Jakarta Timur: Balai Putaka
(Persero). hal 1
Namun, lain halnya dengan masyarakat suku Osing. Tarian ini menjadi
tarian sakral yang biasanya ditampilkan disetiap masa panen. Meskipun banyak
menuai dukungan dan pertentangan, tarian ini tetap dijaga dan dilestarikan
sebagai sebuah warisan budaya yang biasanya ditampilkan pada acara
pemerintahan, pernikahan, pariwisata, dan momen-momen tertentu lainnya.
Dari sini peneliti mengajak pembaca untuk memahami tentang tarian sakral
masyarakat suku Osing. Melalui artikel ini diharapkan pembaca memahami
makna-makna dalam tarian Gandrung dan ikut sera dalam melestarikan
kebudayaan-kebudayaan Indonesia. Jangan sampai generasi muda zaman
sekarang tiak mengetahui kebudayaanya sendiri.
PEMBAHASAN
3
Soelarto dan Ilmi. 1957. Kesenian Rakyat Gandrung Dari Banyuwangi. Jakarta: Proyek
Pengembangan Media Kebudayaan, Depdikbud. hal 24.
1. Sejarah Tari Gandrung
4
Sejati, Irfanda Rizki Harmono. 2012. “Biola dalam Seni Pertunjukan Gandrung Banyuwangi”
dalam HARMONIA, Vol. 12, No. 2, Desember. Semarang: Universitas Negeri Semarang. hal 96
5
Munawaroh, Siti. 2007. “Gandrung Seni Pertunjukan Di Banyuwangi” dalam JantraIi, Vol. II No.
4, Desember. Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta. hal 256
menyanyikan lagu padha nonton dan pudhak sempal. Gerakan lincah pun
kembali di pertunjukan dengan menyanyikan lagu jaran dhawuk. Gerak jejer
pun selesai.
“Bismillah hirrahmanirahim.
Asmarawulan ben aku Nabi Yusuf.
Suwaraku Nabi Dawud
Wong sing rungu podho mangu
Wong sing ndeleng padhalengleng
Wong sobo wono podho teko
Welas, teka asih
Jabang bayine wong sak jagad
Asio marang isun Temuk atau Mudaiyah
Ya Allah 7×
6
Fawaid, Moh. 2015. Eksistensi Seni Tari Gandrung Di Desa Kemiren Kecamatan Glagah
Kabupaten Banyuwangi. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Program Stusi Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik. Universitas Jember. hal 66
7
Negara, Dewi Atma. 2011. Makna Tata Busana Tari Gandrung Banyuwangi. Skripsi. Tidak
Diterbitkan. Jurusan Seni dan Desain. Fakultas Seni. Universitas Negeri Malang. hal 4
Tari Gandrung yang awalnya hanya ditampilkan pada acara sakral suku
Osing yakni pada saat musim panen (bentuk rasa syukur) mulai berkembang dan
dipertunjukkan pada acara pariwisata, even-even kota Banyuwangi, dan lain-lain.
Daftar Pustaka
Dewi, Resi Septiana. 2012. Keanekaragaman Seni Tari Nusantara. Jakarta Timur:
Balai Putaka (Persero).
Fawaid, Moh. 2015. Eksistensi Seni Tari Gandrung Di Desa Kemiren Kecamatan
Glagah Kabupaten Banyuwangi. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Program Stusi
Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Jember.
Negara, Dewi Atma. 2011. Makna Tata Busana Tari Gandrung Banyuwangi.
Skripsi. Tidak Diterbitkan. Jurusan Seni dan Desain. Fakultas Seni. Universitas
Negeri Malang.
Sejati, Irfanda Rizki Harmono. 2012. “Biola dalam Seni Pertunjukan Gandrung
Banyuwangi” dalam HARMONIA, Vol. 12, No. 2, Desember. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Soelarto dan Ilmi. 1957. Kesenian Rakyat Gandrung Dari Banyuwangi. Jakarta:
Proyek Pengembangan Media Kebudayaan, Depdikbud.