Mandin Tangkaramin
Disikahkan dulu Di sebuah desa bernama Malinau, hiduplah dua orang pemuda
bernama Bujang Alai dan Bujang Kuratauan.
Kedua pemuda itu selalu hidup bermusuhan, karena sifat mereka yang sangat
bertentangan.
Bujang Alai merupakan putra seorang kaya dan berwajah tampan. Namun
sayang kelebihannya itu membuatnya tumbuh menjadi pemuda yang angkuh.
Sedangkan Bujang Kuratauan memiliki wajah yang biasa biasa saja, dan berasal
dari keluarga sederhana.
Namun tidak ada seorangpun yang berani melawannya karena mereka takut
kepada ayah Bujang Alai.
Bujang Kuratauan juga selalu membawa senjata berupa parang bungkul jika
bepergian. Hal itu semata mata hanya untuk membela diri.
Pada satu hari terjadilah pertikaian antara dua pemuda tersebut, yang berakhir
dengan pertempuran sengit, dan harus berlanjut hingga keesokan harinya.
Bujang Alai akhirnya tewas dalam pertempuran besar tersebut. Keluarga Bujang
Alai tidak dapat menerima kematiannya.
Setelah tahu rencana balas dendam tersebut, Bujang Kuratauan dan ayahnya
segera mengatur siasat.
Tubuh seluruh anggota keluarga Bujang Alai dan para pengikutnya jatuh
terhempas menghantam bebatuan tajam di dasar sungai.
Cucuran darah yang mengalir, membuat semua batu di air terjun berwarna
merah.
Hingga saat ini masyarakat sekitar percaya, bahwa bongkahan batu besar
berwarna merah tersebut,merupakan batu yang terkena darah keluarga Bujang
Alai.