Anda di halaman 1dari 2

1.

Awang Sukma dan Telaga Bidadari

Awang Sukma Dan Telaga Bidadari – Cerita Rakyat Kalimantan Selatan


Cerita Rakyat Kalimantan Selatan yang paling terkenal yang pertama adalah
cerita tentang Awang Sukma Dan Telaga Bidadari.

Ada seorang lelaki muda rupawan bernama Awang Sukma yang tinggal di hutan
bertelaga jernih, dan hidup seorang diri.

Selain berwajah tampan, dia juga mahir meniup suling. Lagu-lagunya dapat
menyentuh perasaan siapa saja yang mendengarnya.

 Hingga satu hari dia terbangun dari tidurnya, karena terkejut oleh suara hiruk
pikuk sayap-sayap yang mengepak.
Dia tidak percaya pada pemandangan yang ada di depan matanya. Ada tujuh
putri cantik yang turun dari angkasa, dan terbang menuju telaga. 

 Dari tempat persembunyiannya, Awang Sukma dapat menatap ketujuh putri


yang sedang berenang tersebut. Tidak ada satupun dari mereka yang
menyadari, jika salah satu dari pakaiannya hilang.

Awang Sukma mengambil dan menyembunyikan pakaian salah seorang putri.


Kemudian, dia menyembunyikannya ke dalam sebuah lumbung padi. Putri yang
kehilangan pakaiannya adalah putri bungsu yang paling cantik. 

Akibatnya, dia tidak dapat terbang kembali ke kahyangan. Saat dirinya sedang
ketakutan dan kesal, Awang Sukma keluar dari persembunyiannya.Dia mengajak
si putri bungsu untuk tinggal bersamanya.

 Karena merasa bahwa putri bungsu itu jodohnya dia pun meminangnya. Sang
putri menerima pinangan tersebut, dan menjadi istri dari Awang Sukma, hingga
memiliki seorang anak perempuan yang cantik bernama Kumalasari. 

Ketika satu hari Putri bungsu sedang memburu seekor Ayam, tidak sengaja
matanya tertuju pada sebuah lumbung padi. Betapa terkejut dirinya saat
menemukan pakaiannya kembali.

 Kemarahan mulai berkecamuk di dalam dirinya, bercampur dengan rasa cinta


kepada suaminya. Dengan berat hati, putri bungsu memutuskan untuk kembali
ke kahyangan.

 Setelah selesai mengenakan pakaiannya, dia menggendong Kumalasari, yang


belum genap berusia setahun. Sambil menangis, dia memeluk dan mencium
putrinya. Kumalasari pun ikut menangis. 

Tangis ibu dan anak itu, membuat Awang Sukma terjaga dari tidurnya. Dia
terpana ketika melihat sang istri telah mengenakan pakaiannya. Seketika itu pula
dia tersadar, bahwa saat perpisahan telah tiba.

 Sambil menangis, putri bungsu pun berpesan kepadanya, untuk mengambil


tujuh biji kemiri, dan memasukkannya ke dalam bakul, jika Kumalasari
merindukannya.

Awang Sukma harus menggoncangkan bakul tersebut, sambil melantunkan lagu


dengan sulingnya

Anda mungkin juga menyukai