Oleh
Tiara Nurwita (23/527727/PSP/08182)
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2024
ARTICLE REVIEW
Pada penelitian Zun, et al. (2023) dijelaskan teori COR adalah teori motivasi yang
menjelaskan sebagian besar perilaku manusia berdasarkan kebutuhan evolusioner untuk
memperoleh dan melestarikan sumber daya untuk bertahan hidup, yang merupakan inti dari
genetika perilaku manusia (Hobfoll et al., 2018). Energi relasional adalah energi yang berasal
dari orang lain, yang mewakili perasaan vitalitas, semangat, atau antusiasme yang dialami
(Owens et al., 2016).
Berdasarkan teori COR, penelitian ini mengungkapkan bahwa umpan balik yang
menyenangkan dari atasan menimbulkan suara karyawan dengan meningkatkan energi
relasional karyawan, sedangkan umpan balik yang tidak menyenangkan dari atasan
menghambat suara karyawan dengan menurunkan energi relasional. Efek pemberian energi
dari umpan balik supervisor yang baik hanya signifikan jika kualitas LMX rendah, dan efek
penghilangan energi dari umpan balik supervisor yang tidak disukai menjadi signifikan hanya
jika kualitas LMX tinggi.
Analisis
Teori COR mencakup dua prinsip dasar dalam perlindungan resources (Hobfoll, 1989).
Prinsip pertama yaitu primacy of resource loss yang menyatakan bahwa kehilangan resources
lebih berbahaya bagi individu dibandingkan ketika memperoleh resources. Prinsip kedua,
individu akan cenderung untuk menginvestasikan resources untuk melindungi dari kehilangan
resources. Individu akan melakukan investasi resources untuk mencegah terjadinya kehilangan
resources di masa depan (Hobfoll, 1989).
Pada prinsip human relation di atas terlihat bahwa aspek faktor dalam pekerjaan akan
memnyebabkan kepuasan kebutuhan tingkat tinggi karyawan dan brdampak pada kepuasan
pekerjaan sehingga mempengaruhi produktivitas dan berdampak bagi organisasai. Menurut
Muchinsky (dalam Miller, 2015) bukti juga menunjukkan bahwa kepuasan kerja akan menjadi
langkah selanjutnya dalam kemajuan. Namun, penelitian bertahun-tahun yang berasal dari
gerakan hubungan manusia gagal memberikan dukungan kuat terhadap hubungan ini (lihat,
misalnya, Brief, 1998; Cote, 1999). Mengapa karyawan yang puas tidak juga menjadi
karyawan yang lebih produktif? Mungkin motivasi lain untuk kerja keras, seperti imbalan
finansial atau ancaman hukuman, lebih diutamakan daripada kepuasan. Selain itu, penelitian
terbaru menunjukkan bahwa hubungan antara kepuasan dan kinerja mungkin bergantung pada
faktor lain, seperti apakah organisasi lebih menghargai hasil individu dibandingkan hasil
kolektif (Ng, Sorensen & Yim, 2009). Apa pun alasannya, jelas bahwa “manusia adalah
individu yang rumit dan suka membuat pilihan, yang keputusannya mengenai jumlah upaya
yang harus mereka keluarkan untuk aktivitas tertentu didasarkan pada berbagai pertimbangan
pribadi” (Conrad, 1985, hal. 118).
Berdasarkan apa yang telah diungkapkan oleh Miller mengenai Human Relation,
artinya umpan balik yang positif dari supervisor bukanlah menjadi satu-satunya motivasi
karyawan untuk bahagia sehingga menciptakan energi relasional yang tinggi. Disebutkan
bahwa kemungkinan adanya motif lain seperti ekonomi, reward, atau menghindari hukuman.
Zhun, dkk belum mengeksplor bagaimana motif dari kinerja baik karyawan dan menciptakan
kesan positif bagi supervisor sehingga memperoleh umpan balik yang baik. Penelitian hanya
berfokus pada bagaimana umpan balik mempengaruhi energi rasional karyawan. Jika
penelitian dapat mengolaborasikan teori COR dengan model Human Relation tentu saja
pembahasannya dapat lebih mendalam.
Kesimpulan
Penelitian Zhu, et al. menarik karena tidak hanya fokus terhadap kepempinan
melainkan lebih mengeksplor proses hubungan komunikasi atasan dan bawahan. Penelitian ini
juga menitikberatkan perspektif mengenai pentingnya energi relasional dalam kelangsungan
organisasi. Ternyata energi relasional yang muncul karena dampak dari umpan balik supervisor
dapat mempengaruhi kemajuan organisasi. Keberadaan energi inilah yang seringkali diabaikan
oleh organisasi sehingga suara karyawan tenggelam dan tidak terdengar. Hasil dari penelitian
Zhu, dkk juga tidak dapat digeneralisasi pada semua organisasi karena keterbatasan obyek yang
diteliti dan kondisi yang berbeda. Dengan demikian, adanya perbedaan budaya dan lingkungan
organisasi yang berbeda tentu akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda pula. Penelitian
dapat dijadikan referensi untuk memperkaya pengetahuan bagi penelitian lain ingin melakukan
analisis yang fokus pada relasi interaksi top-down dalam organisasi.
Referensi
Zhu, C., Zhang, F., Ling, D., & Xu, Y. Supervisor feedback, relational energy, and employee
voice: the moderating role of leader–member exchange quality. The International
Journal of Human Resource Management, 34:17, 3308-3335.
https://doi.org/10.1080/09585192.2022.2119093
Miller, K. (2015). Organizational communication: approaches and processes. Cengage
Learning