ABSTRACT
PENDAHULUAN
Sumber yang sangat penting dalam setiap perusahaan adalah manusianya, bahkan
dalam era kemajuan teknologi yang sangat pesat ini. Pernyataan semacam ini muncul
dalam laporan tahunan dan laporan mengenai misi suatu organisasi. Mengambil bentuk
perusahaan yang bermacam-macam mulai dari perusahaan kecil, menengah dan besar.
Dapat milik swasta ataupun pemerintah serta berbentuk pelayanan kebutuhan yang lain.
Sumber daya manusia dan organisasi menyatukan kekuatan dan potensi mereka untuk
dapat memberi kesempatan baik untuk bertahan dan maju jika organisasi itu memiliki
orang-orang yang tepat.
1
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 1-22
2
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 1-22
3
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 1-22
Dan apakah ada pengaruh persepsi politik pada karyawan ketika masalah politik
organisasi tidak dapat dihindari di perusahaan BUMN khususnya pada PT.
PLN (Persero) Banda Aceh.
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Keterlibatan Kerja
Lodahl dan Kejner (dalam Cohen, 2003) mendefinisikan keterlibatan
kerjasebagai internalisasi nilai-nilai tentang kebaikan pekerjaan atau pentingnya
pekerjaan bagi keberhargaan seseorang. Keterlibatan kerja sebagai tingkat sampai
sejauh mana performansi kerja seseorang mempengaruhi harga dirinya dan tingkat
sampai sejauh mana seseorang secara psikologis mengidentifikasikan diri terhadap
pekerjaannya atau pentingnya pekerjaan dalam gambaran diri totalnya. Individu yang
memiliki keterlibatan yang tinggi lebih mengidentifikasikan dirinya pada pekerjaannya
dan menganggap pekerjaan sebagai hal yang sangat penting dalam kehidupannya.
Rabinowitz dan Hall (dalam Kanungo, 1982) mendefinisikan keterlibatan kerja ke
dalam dua kategori.Pertama, keterlibatan kerja dipandang sebagai suatu “performance
self-esteem contingency,” dimana menurut definisi ini, keterlibatan kerja adalah
tingkat sampai sejauh mana harga diri (self-esteem) individu dipengaruhi oleh tingkat
performansinya ketika bekerja.Sehingga, keterlibatan kerja yang lebih rendah atau
yang lebih tinggi menunjukkan harga diri yang lebih rendah atau yang lebih tinggi yang
diperoleh ketika bekerja.Kedua, keterlibatan kerja sebagai suatu identifikasi psikologis
dengan pekerjaan seseorang.Menurut Lawler dan Hall (dalam Kanungo, 1982),
keterlibatan kerja merujuk pada identifikasi psikologis dengan pekerjaan seseorang
atau tingkat dimana situasi kerja merupakan pusat dari identitasnya.
Komitmen Organisasional
Meyer dan Allen (1991) merumuskan suatu definisi mengenai komitmen dalam
berorganisasi sebagai suatu konstruk psikologis yang merupakan karakteristik
hubungan anggota organisasi dengan organisasinya dan memiliki implikasi terhadap
keputusan individu untuk melanjutkan keanggotaannya dalam berorganisasi.
4
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 1-22
Kecerdasan Emosional
Konsep ini muncul dari beberapa pengalaman, bahwa kecerdasan intelektual
yang tinggi saja tidak cukup untuk menghantarkan orang menuju sukses.Menurut
Goleman dalam Sukmadinata (2005) pengembangan kecerdasan emosional, orang-
orang sukses selain memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi tetapi juga memiliki
stabilitas emosi, motivasi kerja yang tinggi, mampu mengendalikan stress, tidak mudah
putus asa, dan lain-lain.Pengalamanpengalaman demikian memperkuat keyakinan
bahwa di samping kecerdasan intelektual juga ada kecerdasan emosional.Orang yang
memiliki kecerdasan emosional yang tinggi adalah mereka yang mampu
mengendalikan diri (mengendalikan gejolak emosi), memelihara dan memacu motivasi
untuk terus berupaya dan tidak mudah menyerah atau putus asa, mampu
mengendalikan dan mengatasi stress, mampu menerima kenyataan.
Davies (Casmini, 2007: 17) menjelaskan bahwa kecerdasan emosi adalah
kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi dirinya sendiri dan orang lain,
membedakan satu emosi dengan lainnya dan menggunakan informasi tersebut untuk
menuntun proses berpikir dan berperilaku seseorang.
5
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 1-22
diistilahkan dengan iklim politik, perjuangan kekuatan, taktik pengaruh dan keputusan
etis yang mengandung banyak arti (Vigoda-Gadot, 2006). Sebagai contoh, organisasi-
organisasi yang merasakan lebih banyak politik secara alami juga menganggap bahwa
keadilan yang rendah dan kurang etis (Ferris & Kacmar 1992; Kacmar & Ferris 1991;
dalam Vigoda-Gadot, 2006).
Kreitner & Kinicki (2001) menggambarkan politik organisasi sebagai tindakan
untuk mempengaruhi secara disengaja dengan tujuan untuk meningkatkan atau
melindungi diri keinginan individu atau kelompok. Pfeffer (dalam Chen & Fang 2008)
menggambarkan politik organisasi sebagai “studi kuasa didalam tindakan”. Definisi
ini, meliputi hampir bermacam-macam usaha untuk memperoleh atau menggunakan
pengaruh yang terjadi di dalam menentukan suatu pekerjaan.
6
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 1-22
7
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 1-22
8
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 1-22
9
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 1-22
Komitmen
Kecerdasan
Organisasional
Emosional (X1)
(Y2)
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilakukan pada karyawan PT. PLN (persero) Area Banda Aceh
yang berjumlah 205 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
probability sampling dengan metode Stratified random sampling. Sampel sebanyak 95
orang.
Pengukuran
Kecerdasan Emosional
Pengukuran pada variabel Kecerdasan Emosional dengan menggunakan skala
likert yaitu: 1 (sangat tidak setuju), 2 (tidak setuju), 3 (kurang setuju), 4 (setuju), dan 5
(sangat setuju) dengan pertanyaan sebagai berikut: 1.Saya memiliki pikiran yang baik
tentang perasaan saya di sebagian besar waktu, 2.Saya memiliki pemahaman yang baik
tentang emosi saya sendiri, 3.Saya benar-benar memahami apa yang saya rasakan,
4.Saya selalu tahu ketika saya merasa bahagia, 5.Saya selalu tahu emosi teman-teman
saya dengan melihat perilaku mereka, 6.Saya adalah pengamat yang baik emosi orang
lain, 7.Saya sensitif terhadap emosi dan perasaan orang lain, 8.Saya memiliki
pemahaman yang baik tentang emosi orang lain di sekitar saya, 9.Saya selalu
10
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 1-22
menetapkan tujuan untuk diri saya sendiri dan kemudian mencoba yang terbaik untuk
mencapainya, 10.Saya selalu berkata kepada diri saya bahwa saya adalah orang yang
kompeten, 11.Saya adalah orang yang selalu motivasi diri sendiri, 12.Saya akan selalu
mendorong diri saya untuk mencoba yang terbaik, 13.Saya mampu mengendalikan
amarah saya dan menangani kesulitan dengan rasional, 14.Saya cukup mampu
mengendalikan emosi saya sendiri, 15.Saya bisa merasa tenang dengan cepat ketika
saya sangat marah, 16.Saya memiliki kontrol yang baik terhadap emosi saya sendiri.
Nilai Cronbach’s alpha pada uji realibiltas untuk Kecerdasan Emosional sebesar 0,891.
11
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 1-22
ini tidak begitu di hargai karena ditentukan dengan politik. Nilai Cronbach’s alpha
pada uji realibiltas untuk Persepsi Politik Organisasi sebesar 0,892.
Keterlibatan Kerja
Pengukuran pada variabel Keterlibatan Kerja dengan menggunakan skala likert
yaitu: 1 (sangat tidak setuju), 2 (tidak setuju), 3 (kurang setuju), 4 (setuju), dan 5 (sangat
setuju) dengan pertanyaan sebagai berikut: 1.Saya sangat terlibat secara pribadi dengan
pekerjaan saya, 2.Saya merasa kepuasan besar dalam hidup saya berasal dari pekerjaan
saya, 3.Saya merasa hal paling penting yang terjadi pada saya melibatkan pekerjaan
saya, 4.Saya hidup, makan, dan bernapas untuk pekerjaan saya, 5.Bagi saya pekerjaan
saya adalah hanya sebagian kecil dari siapa saya, 6.Saya akan lembur untuk
menyelesaikan pekerjaan saya, bahkan jika saya tidak dibayar untuk itu, 7.Terkadang
saya terjaga di malam hari hanya untuk berpikir apa yang akan terjadi besok, 8.Banyak
hal dalam hidup yang lebih penting dari pekerjaan. Nilai Cronbach’s alpha pada uji
realibiltas untuk Keterlibatan Kerja sebesar 0,817.
Komitmen Organisasional
Pengukuran pada variabel Keterlibatan Kerja dengan menggunakan skala likert
yaitu: 1 (sangat tidak setuju), 2 (tidak setuju), 3 (kurang setuju), 4 (setuju), dan 5 (sangat
setuju) dengan pertanyaan sebagai berikut: 1.Saya akan sangat bahagia menghabiskan
sisa karir saya di perusahaan ini, 2.Saya benarbenar merasakan seakan-akan
permasalahan perusahaan adalah permasalahan saya, 3.Saya merasa menjadi bagian
dari keluarga pada perusahaan ini, 4.Saya merasa terikat secara emosional dengan
perusahaan ini, 5. Perusahaan ini memiliki arti yang sangat besar bagi saya, 6.Saya
mempunyai rasa memiliki yang kuat terhadap perusahaan, 7.Akan sangat berat bagi
saya untuk meninggalkan perusahaan ini sekarang, sekalipun sayamenginginkannya,
8.Banyak hal dalam kehidupan saya akan terganggu jika saya memutuskan ingin
meninggalkan perusahaan ini sekarang, 9.Saat ini tetap bekerja di perusahaan ini
merupakan kebutuhan sekaligus juga keinginan saya, 10.Saya merasa bahwa saya
memiliki sedikit pilihan ingin meninggalkan perusahaan ini, 11.Salah satu akibat serius
12
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 1-22
meninggalkan perusahaan ini adalah langkanya peluang alternatif yang ada, 12.Salah
satu alasan utama saya melanjutkan bekerja untuk perusahaan ini adalah bahwa
meninggalkan perusahaan akan membutuhkan pengorbanan pribadi yang besar,
perusahaan lain mungkin tidak akan sesuai dengan keseluruhan manfaat yang saya
dapat disini, 13.Saya pikir sekarang orang terlalu sering berpindah dari perusahaan satu
ke perusahaan lain, 14.Berpindah dari perusahaan satu ke perusahaan lain tampaknya
tidak etis bagi saya, 15.Salah satu alasan utama untuk melanjutkan bekerja pada
perusahaan ini adalah bahwa saya percaya loyalitas adalah penting dan oleh karena itu
saya merasa tetap bekerja di perusahaan merupakan kewajiban moral, 16.Jika saya
memperoleh tawaran pekerjaan yang lebih baik di perusahaan lain, saya tidak akan
merasa bahwa tawaran tersebut merupakan alasan yang tepat untuk meninggalkan
perusahaan saya, 17.Saya dididik untuk percaya terhadap nilai tetap setia pada satu
perusahaan, 18.Yang lebih baik saat ini adalah ketika orang tetap bekerja di satu
perusahaan sepanjang karir mereka. Nilai Cronbach’s alpha pada uji realibiltas untuk
Komitmen Organisasional sebesar 0,918.
13
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 1-22
Moderasi 1 -0,289
R 0,581 0,639 0,658
R² 0,338 0,409 0,433
∆R² 0,331 0,396 0,415
Signifikan pada tingkat p<0,05
14
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 1-22
Hal ini sesuai dengan penjelasan dari Carmeli (2003) yaitu menunjukkan bahwa
karyawan terlibat dalam pekerjaan tidak hanya karena motif rasional mereka. Emosi
mereka juga memainkan peran penting sehingga diri mereka dapat terlibat ke dalam
pekerjaan mereka. Tidak mengherankan kecerdasan emosional terbuktiberhubungan
positif dengan keterlibatan kerja. Karena dengan baiknya kecerdasan emosional yang
dirasakan oleh karyawan, maka karyawan akan semakin terlibat ke dalam pekerjaannya
dan memandang pekerjaan itu seakanakan bagian penting dari hidupnya sehingga
pekerjaan mereka pun akan konsisten kedepannya.
15
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 1-22
Hal ini sesuai dengan penjelasan dari Cropanzano et. al (1997) yang mengatakan
bahwa hubungan ini bisa menjadi kesimpulan kontra-intuitif. Jika pekerjaan
mengharuskan karyawan bekerja dengan dan diantara rekan-rekan, hubungan dengan
rekan kerja akan terganggu oleh politik yang terjadi di organisasi dan menurunkan
keinginan seseorang untuk terlibat ke dalam pekerjaannya.
Hal ini sesuai dengan penjelasan Maslyn & Fedor (1998) yang mengukur
komitmen organisasi dengan menggunakan skala komitmen afektif, menemukan
bahwa komitmen organisasi secara signifikan berhubungan negatif dengan persepsi
16
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 1-22
politik organisasi. Komitmen organisasi merupakan bentuk yang sangat relevan terkena
dampak kekecewaan terhadap organisasi. Komitmen afektif sangat berkaitan dengan
kesesuaian antara nilai dan tujuan setiap individu dengan organisasi, sehingga
karyawan akan membentuk ikatan dengan organisasi non politik. Dengan demikian,
tingginya politik organisasi dalam perusahaan yang dirasakan oleh para karyawan,
maka akan berdampak pada komitmen karyawan terhadap organisasi.
17
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 1-22
Hal ini sesuai dengan penjelasan Hendra dan T. Elisabeth (2012) jika karyawan
merasakan tingginya politik dalam organisasi maka hal ini akan berdampak terhadap
komitmen organisasi mereka. Politik dalam organisasi yang diterapkan oleh
perusahaan bertujuan membantu kelompok tertentu dalam mencapai tujuan yang
diharapkan.Selain itu politik organisasi juga berpengaruh terhadap komitmen
organisasi, karena perusahaan menggunakan peraturan, kebijakan dan kekuasaannya
sebagai politik kepada karyawan.Dalam keadaan seperti ini karyawan yang baik
emosional sekalipun pasti merasa tertekan dan tidak puas terhadap perusahaan
sehingga karyawan tidak memiliki komitmen organisasi yang baik atau karyawan
memiliki komitmen yang rendah terhadap perusahaan.
PENUTUP
Kecerdasan Emosional merupakan prediktor Keterlibatan Kerja pada karyawan
PT. PLN Area Banda Aceh yang artinya karyawan PT. PLN memiliki Kecerdasan
Emosional yang baik dan diindikasikan dengan adanya penilaian emosi diri (Self
Emotional Appraisal), penggunaan emosi (Use of Emotion), regulasi emosi (Regulation
of Emotion) yang baik. Tetapi tidak dalam penilaian emosi orang lain (Others
Emotional Appraisal). Jika kecerdasan emosional yang dirasakan seorang karyawan
cenderung baik, maka karyawan akan merasa pekerjaannya penting untuk
menggambarkan total keseluruhan dirinya sebagai individu. Akan lebih terlibat dengan
pekerjaannya dan memandang pekerjaan tersebut sebagai pembuktian harga dirinya.
Kecerdasan Emosional merupakan prediktor Komitmen Organisasional pada
karyawan PT. PLN Area Banda Aceh artinya karyawan PT. PLN memiliki ikatan
emosional yang baik, dan karyawan PT. PLN merasa ikut bertanggung jawab atas
pencapaian tujuan perusahaan. Dapat dilihat dari indikasi Komitmen Afektif yang
berkaitan dengan kesesuaian antara nilai dan tujuan setiap individu dengan organisasi,
sehingga karyawan akan membentuk ikatan dengan organisasi. Baik bertahan pada
keyakinan dalam nilainilai perusahaan, alasan-alasan moral atau etis, bahkan nilai
ekonomi yang ditinggalkan jika harus keluar dari perusahaan tersebut.
18
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 1-22
REFERENSI
Aghdasi, S., Kiamanesh, A. R., & Ebrahim, A. N (2011) Emotional Intelligence and
Organizational Commitment: Testing The Mediatory Role of Occupational
19
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 1-22
Stress and Job Satisfaction. Procedia Social and Behavioral Sciences, Vol.29,
1965–1975.
Chen YY, Fang W (2008) The moderating effect of impression: management on the
organizational politics-performance relationship. J. Bus. Ethic, Vol.79, 263-
277.
Cropanzano, R., Howes, J. C., Grandey, A. A., & Toth, P. (1997). The Relationship of
Organizational Politics and Support to Work Behaviors, Attitudes, and Stress.
Journal of Organizational Behavior, Vol. 18, 159-180
Dessler, Gary (2004) Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi 9 Jilid 1. Kelompok
Gramedia: Jakarta
Goleman, D (1998) Working with Emotional Intelligence. Bantam Books: New York
Law, K. S., Wong, C. S., & Song L. J (2004) The Construct and Criterion Validity of
Emotional Intelligence and Its Potential Utility for Management Studies.
Journal of Applied Psychology, Vol. 89 (3), 483–496.
20
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 1-22
Lodahl, T., & Kejner, M (1965) The Definition and Measurement of Job Involvement.
Journal of Applied Psychology, Vol. 49 (1), 24–33.
Luthans, Fred (2006) Perilaku Organisasi, (Alih Bahasa V.A Yuwono, dkk) Edisi
Bahasa Indonesia. Yogyakarta: ANDI
Petrides, K. V., & Furnham, A (2006) The Role of Trait Emotional Intelligence in a
Gender-Specific Model of Organizational Variables. Journal of Applied Social
Psychology, Vol. 36 (2), 552–569.
Porter, L. W., & Steers, R. M (1973) Organizational, Work and Personal Factors in
Employee Turnover and Absenteeism. Psychological Bulletin, Vol. 80, 151-176
Rhoades, L., Eisenberger, R., & Armeli, S. (2001). Affective Commitment To The
Organization: The Contribution of Perceived Organizational Support. Journal of
Applied Psychology, Vol. 5, 825 – 836.
Robbins, S. P., & Judge, T (2007). Organizational behavior (12th ed.). Upper Saddle
River, NJ: Prentice Hall.
Salovey, P., & Mayer, J. D (1990) Emotional intelligence. Imagination, Cognition and
Personality, Vol. 9 (3), 185–211.
21
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, Agustus 2016: 1-22
Saleh, S. D., & Hosek, J (1976) Job involvement: Concepts and measurements.
Academy of Management Journal, Vol. 19 (2), 213–224.
Vigoda-Gadot, E., & Drory, A. (2010). Organizational Politics and Human Resource
Management: A Typology And The Israeli Experience. Human Resource
Management Review, Vol. 20 (3), 194–202.
Wong, C. S., & Law, K (2002) The Effects Of Leader and Follower Emotional
Intelligence On Performance and Attitude: An Exploratory Study. Leadership
Quarterly, Vol. 13 (3), 233– 274.
22