Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Psikologi, Volume 14 Nomor 1, Juni 2018

Pengaruh Kepemimpinan Etis dan Iklim Etis terhadap


Komitmen Afektif

Anwar Munajah1,2, Debora E. Purba2

Komisi Pemberantasan Korupsi1


Fakultas Psikologi Universitas Indonesia2
email: alifwafii@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek mediasi iklim etis pada pengaruh kepem-
impinan etis dan komitmen afektif pada sebuah lembaga pemerintahan di Indonesia.
Data diperoleh dari karyawan tetap dan pegawai negeri sipil yang dikaryakan (N =
100), dan dianalisis menggunakan teknik regresi dari macro PROCESS Hayes pada
SPSS versi 21. Hasil penelitian menunjukkan persepsi karyawan pada kepemimpi-
nan etis berpengaruh positif dan signifikan pada komitmen afektif karyawan (total ef-
fect=0.8387, SE=0.0544, 95% CI[0.7307, 0.9468)). Selanjutnya iklim etis berperan
sebagai mediator pada hubungan antara kepemimpinan etis dan komitmen afektif
(indirect effect=0.1696, SE=0.0406, 95% CI[0.1031, 0.2626)). Hal ini menunjukkan
bahwa kepemimpinan etis berpengaruh secara tidak langsung pada komitmen afektif
lewat iklim etis.

Kata Kunci: kepemimpinan etis, iklim etis, komitmen afektif.

The effect of ethical leadership and ethical climate on


affective commitment

Abstract

This study aims to determine the influence of ethical leadership and ethical climate on
affective commitment. Data were taken from employees in a governmental organiza-
tion, and were analyzed using Hayes’ PROCESS macro on SPSS ver. 21. Results
showed that perceived ethical leadership positively influenced individual’s affective
commitnent (total effect = 0.8387, SE = 0.0544, 95% CI [0.7307, 0.9468)). Results also
showed that perceived ethical climate mediated the relationship between perceived
ethical leadership and affective commitment (indirect effect = 0.1696, SE = 0.0406,
95% CI [0.1031, 0.2626)). Theoretical and practical implications will be discussed.

Keyword: ethical leadership, ethical climate, and affective commitment.

Pendahuluan nan (komitmen afektif), kebutuhan (komit-


ment kontinuans), dan kewajiban (komitmen
Kompetensi merupakan faktor kunci normatif) karyawan untuk mempertahankan
penentu bagi seseorang dalam menghasilkan keanggotaannya pada sebuah organisasi.
kinerja yang sangat baik (Kadir, M.A, 2016), Karyawan dengan komitmen afektif yang kuat
namun SDM yang kompeten dan profesion- akan mengidentifikasikan diri dan terlibat aktif
al tidak cukup menjamin keberhasilan suatu dalam organisasi dan menikmati keanggotan-
organisasi mewujudkan misi, visi dan tujuan nya dalam organisasi. Komitmen kontinuans
organisasi. Komitmen yang kuat dari kar- atau rasional berkaitan dengan komitmen
yawan terhadap organisasi tempat ia bekerja yang didasarkan pada persepsi karyawan
juga dibutuhkan oleh organisasi agar mampu atas kerugian yang akan diperolehnya jika
memberikan kontribusi lebih banyak untuk ia tidak melanjutkan pekerjaannya dalam
menjaga eksistensi organisasi. Komitmen organisasi. Oleh karena itu, karyawan yang
organisasi menurut Allen dan Meyer (2013) memiliki komitmen rasional yang kuat akan
merupakan suatu pola pikir atau keadaan bertahan dalam organisasi karena mereka
psikologis yang dapat mencerminkan keingi- membutuhkan (need to). Sementara itu,

30
Pengaruh Kepemimpinan Etis dan Iklim Etis ......Anwar Munajah

komitmen normatif berkaitan dengan per- lalui tindakan pribadi dan hubungan interper-
asaan karyawan terhadap keharusan untuk sonal dan promosi perilaku tersebut kepada
tetap bertahan dalam organisasi. Oleh ka- bawahan melalui komunikasi dua arah, pen-
rena itu, karyawan yang memiliki komitmen guatan dan pengambilan keputusan (Brown,
normatif yang tinggi akan bertahan dalam or- M. E., Treviño, L. K., & Harrison, D. A. 2005).
ganisasi karena mereka merasa seharusnya Hasil penelitian sebelumnya menemukan
melakukan hal tersebut. bahwa perceived ethical leadership (kepem-
Dari ketiga komponen komitmen impinan etis) memiliki korelasi positif dengan
tersebut di atas, komitmen afektif adalah komitmen afektif (Demirtas & Akdogan, 2015;
komponen yang paling sering diteliti karena Den Hartog & De Hoogh, 2009; Kim et al.,
menunjukkan keterikatan karyawan pada 2011; Ruiz-Palomino et al., 2013). Dengan
organisasi yang didasarkan pada identifikasi- demikian, peneliti berargumentasi bahwa:
nya pada organisasi, sehingga berpengaruh Hipotesis 1: Persepsi karyawan pada kepem-
positif pada perilaku positif karyawan, seper- impinan etis berpengaruh positif pada komit-
tinya keingingan meraih tujuan organisasi, men afektif karyawan.
tingginya tingkat perilaku kewargaorganisa- Selanjutnya kepemimpinan etis men-
sian, menurunnya tingkat absensi dan turno- unjukkan hubungan signifikan dengan iklim
ver karyawan serta mempengaruhi resistensi etis (Demirtas & Akdogan, 2015; Lu, Chin-
karyawan (Rhoades, Eisenberger, & Ameli, Shan & Lin, Chi-Chang, 2014; Shin, 2011;).
2001; Kim & Mauborgne, 1993; Oreg, 2006; Iklim etika organisasi menurut Cullen, Vic-
Peccei, Giangreco, & Sebastiano, 2011). tor & Stephens (1989) adalah persepsi kar-
Faktor penyebab dari komitmen afektif yawan mengenai praktik dan prosedur organ-
dapat dibagi ke dalam tiga kategori: (1) Karak- isasi yang khas yang memiliki konten etika.
teristik Organisasi, meliputi sistem desentral- Iklim etis menggambarkan secara garis be-
isasi, adanya kebijakan organisasi yang adil, sar bagaimana perusahaan secara keselu-
dan cara menyampaikan kebijakan organ- ruhan menghadapi masalah etika, yang erat
isasi kepada individu, dukungan organisasi hubungannya dengan kegiatan pengambilan
(McCormick & Donohue, 2016), konsistensi keputusan. Pada sebuah masyarakat kolek-
dan kekuatan iklim (Sanders & de Reuver, tif seperti Indonesia (Hofstede, 1991), pem-
2008), (2) Karakteristik individu, yaitu gender, impin dianggap sebagai seorang ayah yang
usia, lama kerja, status pernikahan dan ting- merupakan contoh bagi bawahannya. Dalam
kat pendidikan, dan kepribadian, extraversion hal ini, persepsi karyawan pada pemimpin
dan stabilitas emosi (Steers, 1977; Marsh & mereka akan sangat mempengaruhi sikap
Mannari, 1977; Purba, Oostrom, Van der Mo- dan perilaku mereka di organisasi (Purba et
len, & Born, 2015) (3) Pengalaman Kerja yaitu al., 2015). Dengan demikian, pada sebuah
meliputi desain pekerjaan, hubungan bawa- masyarakat kolektif, karyawan akan men-
han dengan atasan dan persepsi karyawan ganggap organisasinya memiliki iklim etis jika
pada kepemimpinan etis (Demirtas & Akdog- melihat pemimpinnya bertindak etis. Dengan
an, 2015; Hackman & Oldham, 1975 Neubert, demikian, peneliti berargumentasi bahwa:
Carlson, Kacmar & Chonko, 2009). Hipotesis 2: Persepsi karyawan pada kepem-
Penelitian ini akan berfokus pada impinan etis berpengaruh positif pada iklim
persepsi karyawan pada kepemimpinan etis etis organisasi.
sebagai faktor penyebab komitmen afektif, Penelitian terdahulu menunjukkan
karena pemimpin yang etis merupakan salah bahwa kepemimpinan etis berpengaruh pada
satu faktor penting yang mempengaruhi sikap komitmen afektif melalui variabel lain, yaitu
dan karyawan pada lembaga yang sedang iklim etis (Demirtas & Akdogan, 2015; Neu-
diteliti. Persepsi karyawan pada kepemimpi- bert et al., 2009). Kedua penelitian di atas
nan etis (selanjutnya akan disingkat sebagai dilakukan di Turki dan USA yang merupakan
kepemimpinan etis) didefinisikan sebagai masyarakat dengan budaya individualistik
penampilan perilaku normatif yang tepat me- (Hofstede, 1991). Penelitian ini merupakan

31
Jurnal Psikologi, Volume 14 Nomor 1, Juni 2018

replikasi dari kedua penelitian di atas deng- Adapun jenis desain penelitian yang
an alasan bahwa penelitian serupa belum digunakan peneliti dalam penelitian ini ber-
pernah diteliti di Indonesia yang memiliki bu- dasarkan jumlah kontak pada populasi pe-
daya kolektif (Hofstede, 1991), dan menganut nelitian adalah cross-sectional yang berguna
budaya patriarkal. Peneliti menduga, model untuk mempelajari suatu fenomena dengan
penelitian dimana persepsi karyawan pada pengambilan data yang dilakukan dalam
iklim organisasi yang etis merupakan media- sekali waktu dan diambil kesimpulan ber-
tor pada hubungan antara kepemimpinan etis dasarkan hasil data. Apabila dilihat dari jenis
dan komitmen afektif dapat digeneralisasi- periode referensi, penelitian ini mengguna-
kan di Indonesia, khususnya pada organisasi kan desain retrospective yaitu mempelajari
pemerintah yang menekankan etika sebagai fenomena, situasi, permasalahan, atau isu
nilai organisasi. Dengan demikian, peneliti yang sudah terjadi di masa sebelumnya (Ku-
berargumentasi bahwa: mar, 2005). Pada penelitian ini, peneliti ingin
mengetahui tingkat persepsi kepemimpinan
Hipotesis 3: Iklim etis berpengaruh positif etis oleh karyawan selama bekerja sehingga
pada komitmen afektif karyawan. dapat diketahui hubungannya terhadap iklim
Hipotesis 4: Iklim etis berperan se- etis dan komitmen afektif. Sedangkan ber-
bagai mediator pada hubungan antara kepem- dasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini
impinan etis dan komitmen afektif karyawan. tergolong non-experimental yaitu penelitian
yang dilakukan secara tidak langsung, dan
Metode lebih mengarah kepada pengumpulan data
dan dalam hal ini peneliti tidak melakukan
Subjek kontrol atau manipulasi apapun terhadap vari-
Sampel penelitian ini adalah 100 kar- abel bebas (Kumar, 2005).
yawan yang terdiri dari pegawai tetap mau- Variabel-variabel yang diteliti ada-
pun pegawai negeri yang di pekerjakan di lah kepemimpinan etis, iklim etis dan komit-
salah satu kedeputian di Lembaga X yang men afektif yang akan dijelaskan lebih detail
merupakan salah satu lembaga penegak hu- sebagai berikut: kepemimpinan etis adalah
kum yang dibentuk pada masa reformasi dan penampilan perilaku normatif yang tepat mel-
diharapkan menjadi lembaga yang independ- alui tindakan pribadi dan hubungan interper-
en, berintegritas, efektif dan efisien dalam sonal dan promosi perilaku tersebut ke pengi-
melaksanakan tugas-tugasnya. Lembaga X kut melalui komunikasi dua arah, penguatan
diharapkan menjadi organisasi role model dan pengambilan keputusan (Brown et al.,
dalam melaksanakan reformasi birokrasi. 2005). Iklim etis organisasi adalah persepsi
Status kepegawaian di Lembaga X terdiri dari dan penerimaan individu-individu terhadap
Pegawai Tetap (PT), dan Pegawai Negeri praktik dan prosedur yang ada dalam organ-
Yang Dipekerjakan (PNYD). isasi karena etika yang muncul di dalam or-
Tipe penelitian yang digunakan oleh ganisasi akan sangat berpengaruh terhadap
peneliti menurut penggolongan dari Kumar perilaku dan pengetahuan individu untuk
(2005) adalah applied research, korelasional, mencapai kinerja yang baik (Victor & Cullen
dan kuantitatif. Tipe applied research ser- ,1987).
ing digunakan untuk ilmu sosial, yang berarti
teknik, prosedur, dan metode penelitiannya Pengukuran
diterapkan pada beragam aspek dari situasi, Data penelitian didapatkan dari kue-
isu, permasalahan, atau fenomena sehingga sioner yang disebarkan kepada responden
informasi atau hasil penelitian yang diperoleh dengan menggunakan alat ukur untuk masing
dapat diaplikasikan untuk hal-hal seperti con- masing variabel yaitu kuesioner kepemimpi-
tohnya menyusun kebijakan dan meningkat- nan etis diadaptasi dari Ethical Leadership
kan pemahaman akan suatu fenomena. Questionnaire (ELQ) yang dikembangkan
Yukl (2010), kuesioner ini terdiri dari 15 item

32
Pengaruh Kepemimpinan Etis dan Iklim Etis ......Anwar Munajah

yang dirancang secara komprehensif dengan Analisis data


memperhatikan unsur-unsur kepemimpinan Pada penelitian ini, peneliti menggu-
etis yang paling penting, meliputi integritas, nakan penghitungan statistik dengan meng-
kejujuran, keadilan, komunikasi nilai etika, gunakan program SPSS (Statistical Package
konsistensi perilaku dengan nilai-nilai yang di- for the Social Science) versi 2.3. pada tahap
anut, panduan etis, dan altruisme. Kuesioner awal dilakukan uji reliabilitas dan validitas
iklim etis diadaptasi dari Ethical Climate Que- terhadap alat ukur yang digunakan untuk
sionaire (ECQ) yang dikembangkan Victor & mengetahui apakah alat ukur tersebut tetap
Cullen(1986), kuesioner ini dirancang dengan atau tidak. Untuk mengukur reliabilitas inst-
mempertimbangkan 5 dimensi iklim etis yaitu rumen pada penelitian ini, digunakan teknik
kepedulian, kemandirian, instrumental, hu- Alpha Cronbach untuk mengetahui indikator-
kum dan kode etik serta aturan yang berlaku. indikator apa yang harus dihapus atau dihi-
Kuesioner komitmen afektif mengambil Af- langkan guna mendapatkan nilai reliabilitas
fective Commmitment Scale Item yang terdiri yang baik. Sementara uji validitas dilakukan
dari 8 item dan diadaptasi dari A Three-Com- untuk mengetahui apakah semua pernyataan
ponent Organizational Commitment Quesion- (instrumen) penelitian yang diajukan untuk
naire yang dikembangkan oleh Allen & Meyer mengukur variabel penelitian adalah valid.
(1997). Adapun hasil uji instrumen sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas


Variabel Cronbach’s Alpha Range Validity N of Items

Komitmen Afektif 0,828 0.276 – 0.717 8


Kepemimpinan Etis 0,918 0.330 – 0.746 15
Iklim Etis 0,897 0.426 – 0.720 11

Berdasarkan tabel di atas bisa dilihat komitmen afektif pada hubungan antara
bahwa nilai cronbach alpha seluruh variabel POS dan intensi turnover. Menurut Hayes
berkisar antara 0 sampai 1, dengan demikian (2012), proses ini menyediakan beragam
keseluruhan item dalam instrumen penguku- tipe untuk mengukur besaran pengaruh
ruan dapat di nyatakan reliabel. Dan dari (effect size) dari pengaruh tidak lang-
range validity dapat kita lihat bahwa seluruh sung (indirect effect) dan juga dapat me-
item pada ketiga variabel berada di antara 0 nyimpulkannya melalui interval bootstrap
sampai 1, dengan demikian keseluruhan item confidence. Preacher dan Hayes (2004)
dalam instrumen pengukuran dapat dinyata- mengatakan bahwa teknik bootstrap mer-
kan valid. upakan pendekatan nonparametrik untuk
memperkirakan ukuran suatu efek atau
Teknik analisis data selanjutnya adalah: pengaruh dan pengujian hipotesis yang
1) Statistik deskriptif, untuk mendapatkan mengabaikan asumsi tentang ukuran
frekuensi, persentase, mean, skor maksi- distribusi variabel atau sampling statis-
mum, skor minimum, median, dan standard tik. Macro PROCESS ini memiliki keung-
deviation. Tujuannya adalah untuk melihat gulan karena teknik bootstrapping yang
gambaran data demografis responden ada dapat memperkirakan standard error
dan gambaran responden secara umum dengan 95% dan 99% confidence interval
terhadap variabel-variabel yang diukur. di suatu populasi dan dapat melakukan
2) Analisis korelasi Pearson (Pearson’s cor- sampling with replacement dari sejumlah
relation), yang digunakan untuk melihat besar sampel dan menghitung pengaruh
hubungan antar variabel. tidak langsung antar variabel (Preacher &
Macro PROCESS pada SPSS dari Hayes, Hayes, 2004).
yang digunakan untuk uji efek mediasi dari

33
Jurnal Psikologi, Volume 14 Nomor 1, Juni 2018

Hasil 3. Status kepegawaian, sebagian besar re-


sponden dalah berstatus Pegawai Tetap
Dari 100 responden didapatkan hasil (PT) sebesar (79%), sementara sisanya
penelitian dengan data demografis sebagai adalah Pegawai Negeri Yang Dipekerja-
berikut: kan (PNYD) sebesar (21%).
1. Jenis kelamin responden dapat diketahui 4. Jabatan responden sebagian besar fung-
bahwa responden laki-laki lebih banyak sional sebesar (73%) dan sisanya adalah
(82%) dibandingkan dengan jumlah re- staf sebesar (27%).
sponden perempuan (18%). 5. Lama bekerja responden dapat diketahui
2. Usia responden sebagian besar berada bahwa sebagian besar responden sudah
dalam rentang usia 31 – 40 tahun (66%), bekerja di atas 5 tahun (65%), dan pada
sementara urutan kedua berada diusia lama bekerja antara 3 – 5 tahun sebesar
lebih dari 41 tahun yaitu sebesar (18 %), (16%), antara 1- 3 tahun sebesar (16%)
dan diusia antara 21 – 30 tahun sebesar dan sisanya bekerja kurang dari 1 tahun
(16%). sebesar (13%).

Tabel 2. Hasil Analisis Kepemimpinan Etis, Iklim Etis, Komitmen Afektif dan
Data Demografis

Variabel Mean
SD 1 2 3 4 5 6 7 8

1. Jenis Kelamin 1 .39 1


2. Usia 2.02 .59 -.24* 1
3. Lama Bekerja 3.43 .87 -.29** .70** 1
4. Jabatan 1.73 .45 -.18 .48** .69** 1
5. Status Kepegawaian 1.21 .41 -.24* .07 .08 .31** 1
6. Kepemimpinan etis 3.57 .79 .27** -.07 .00 -.01 -.11 1
7. Iklim etis 3.53 .78 .27** -.03 .02 .00 -.11 .62** 1
8. Komitmen afektif 3.50 .78 .27** -.06 -.03 -.03 -.03 .85** .71** 1

*. p < 0.05 (2-tailed). **. p < 0.01 (2-tailed). Note jenkel 1=laki 2 =perempuan

Catatan. Jenis kelamin di-dummycode (1 = laki-laki, 2 = perempuan). Usia di-dummycode (1


= 20-30 tahun, 2 = 30-40 tahun, 3 = di atas 40 tahun). Lama kerja di-dummycode (1 = kurang
dari 1 tahun, 2 = 1-3 tahun, 3 = 3-5 tahun, 4 = di atas 5 tahun). Jabatan di-dummycode (1 =
fungsional, 2 = staff). Status kepegawaian di-dummycode (1 = pegawai tetap, 2 = pegawai
negeri yang dipekerjakan).
Berdasarkan data diatas, diper- hubungan positif dengan iklim etis (r=0.62,
oleh hasil bahwa kepemiminan etis memiliki p < 0.01). Ini membuktikan bahwa H2 yang
hubungan positif dengan komitmen afektif menyatakan bahwa terdapat hubungan anta-
(r=0.85, p<0.01), ini membuktikan bahwa H1 ra kepemimpinan etis dan iklim etis pada lem-
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan baga X terbukti dengan hubungan yang ber-
antara kepemimpinan etis dan komitmen afek- sifat positif, dengan kata lain semakin tinggi
tif di lembaga X terbukti dengan hubungan tingkat kepemimpinan etis di lembaga X maka
yag bersifat positif, dengan kata lain bahwa akan semakin meningkatkan iklim etis dilem-
semakin tinggi tingkat kepemimpinan etis di baga tersebut.
lembaga X maka akan semakin meningkat- Selain itu juga didapatkan hasil bahwa
kan komitmen afektif di lembaga tersebut. iklim etis berhubungan dengan komitemen
Sementara data diatas menunjuk- afektif (r = 0.72, p < 0.01). Hal ini pun mem-
kan hasil bahwa kepemimpinan etis memiliki buktikan H3 yang menyatakan bahwa terda-

34
Pengaruh Kepemimpinan Etis dan Iklim Etis ......Anwar Munajah

pat hubungan antara iklim etis dan komitmen menyatakan bahwa iklim etis sebagai media-
afektif pada lembaga X dengan hubungan tor antara kepemimpinan etis dengan komit-
yang bersifat positif. Ini menunjukkan bahwa men afektif adalah benar, walaupun tetap ada
semakin tinggi tingkat iklim etis maka akan hubungan positif antara kepemimpinan etis
juga meningkatkan tingkat komitmen afektif dengan komitmen afektif secara langsung.
dilembaga tersebut. Berdasarkan data demografis, diketa-
Dan dari hasil data tersebut bahwa hui bahwa hanya variabel jenis kelamin yang
hubungan antara kepemimpinan etis dengan terbukti memiliki hubungan yang signifikan
komitmen afektif baik dengan maupun tanpa dengan komitmen afektif (r = 0.27, p < 0.05),
iklim etis sebagai mediator, tetap memiliki dapat dilihat laki-laki cenderung lebih punya
hubungan positif. Dengan kata lain H4 yang komitmen afektif yang tinggi.

Tabel 3. Hasil Analisis Pengaruh Kepemimpinan Etisi, Iklim Etis Komitmen Afektif.

Effect SE T P LLCI
ULCI

Total Effect .8387 .0544 15.4147 .0000 .7307 .9468


Direct Effect .6691 .0600 11.1471 .0000 .5499 .7883
Indirect Effect .1696 .0406 .1031 .2626

*) Signifikan pada LOS 95.00, p < 0.05

Berdasarkan tabel di atas, pengaruh dan dengan adanya pengaruh signifikan dari
langsung kepemimpinan etis terhadap komit- kepemimimpinan etis terhadap komitmen
men afektif sangat signifikan tertera pada (to- afektif, maka rancangan intervensi yang akan
tal effect = .8387, SE = .0544, 95% CI [.7307, disusun lebih ditujukan untuk meningkatkan
.9468]), signifikasi ini nampak pada LLCI dan kepemimpinan etis pada semua lini man-
ULCI yang tidak ada nilai negatif (tidak me- ager agar terbentuk peningkatan iklim etis di
lewati 0). Direct effect adalah menunjukkan kalangan pegawai sehingga akan mempen-
hubungan pengaruh antara kepemimpinan garuhi komitmen afektif karyawan yang akan
etis dan komitmen afektif setelah masuknya meningkat.
variabel iklim etis ke dalam model sebagai
mediator, dan dari tabel menunjukkan penu- Pembahasan
runan angka menjadi (direct effect = .6691,
SE = .0600, 95% CI [.5499, .7883]), yang Berdasarkan hasil analisis data kore-
artinya iklim etis memiliki pengaruh dalam lasi dan pengaruh diatas dapat dilihat bahwa
hubungan kepemimpinan etis dan komitmen variabel kepemimpinan etis berhubungan
afektif, maka iklim etis dipertimbangkan se- positif dan berpengaruh signifikan terhadap
bagai variable mediator. Dan pengaruh tidak komitmen afektif, ini menunjukkan hipotesis
langsung iklim etis sebagai mediator tertulis pertama terbukti. Untuk hipotesis kedua yaitu
(indirect effect) adalah (indirect effect = .1696, variabel kepemimpinan etis dengan iklim etis
SE = .0406, 95% CI [.1031, .2626]). Hal ini juga menunjukkan adanya hubungan positif
menunjukan bahwa H4 yang menyatakan dan pengaruh yang signifikan. Hipotesis
bahwa terdapat peran iklim etis sebagai me- ketiga terbukti dengan adanya hasil iklim etis
diator pada hubungan antara kepemimpinan menunjukkan hubungan positif dan pengaruh
etis dan komitmen afektf di lembaga X terbuk- yang signifikan terhadap komitmen afek-
ti dalam penelitian ini. tif. Dan dalam hubungan pengaruh antara
Dengan kecilnya pengaruh tidak lang- kepemimpinan etis dengan komitmen afek-
sung yang tertera di indirect effect iklim etis tif dapat diketahui bahwa iklim etis berperan
juga bisa disebut sebagai partial mediator, menjadi variabel mediator. Hasil penelitian ini

35
Jurnal Psikologi, Volume 14 Nomor 1, Juni 2018

sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dan iklim etis di organisasi ini sudah dirasa-
menemukan bahwa perceived ethical lead- kan oleh karyawan namun belum dikomuni-
ership (kepemimpinan etis) memiliki korelasi kasikan secara baik oleh pemimpin kepada
positif dengan komitmen afektif (Demirtas dan karyawan sehingga kepemimpinan etis dan
Akdogan, 2015; Ruiz-Palomino et al., 2013; iklim etis yang baik tidak membuat komit-
Kim et al., 2011; Den Hartog and De Hoogh, men karyawan menjadi meningkat. Selain itu
2009). Selanjutnya kepemimpinan etis men- dalam tahap seleksi dan rekrutmen karyawa
unjukkan hubungan signifikan dengan iklim di Lembaga X yang telah dinyatakan lulus,
etis (Shin, Y., 2012; Demirtas & Akdogan, sebelumnya telah dilakukan serangkaian se-
2015; Lu, Chin-Shan & Lin, Chi-Chang, 2014). leksi ketat dengan ujian tertulis, asesmen dan
Sementara iklim etis menunjukkan hubungan melakukan penelusuran profil calon karyawan
yang signifikan terhadap komitmen afektif serta selanjutnya dilakukan wawancara untuk
dan peran iklim etis sebagai mediator antara mengetahui standar integritasnya, bahkan
kepemimpinan etis dengan komitmen afektif untuk manajer puncak dilakukan fit and prop-
(Demirtas & Akdogan, 2015; Cemberci et al., er oleh lembaga negara lain. Ini artinya pada
2016). Artinya perilaku etis yang ditampilkan setiap manajer telah memiliki standar etika
oleh seorang pemimpin akan memberikan tertentu namun masih ditemukan adanya bias
pengaruh pada pengembangan moral kar- persepsi etis saat menerapkannya di Lemba-
yawan dan diharapkan akan menciptakan ga X yang telah memiliki iklim etis yang telah
suatu ikatan emosional yang kuat antara ada dan berlaku selama ini.
karyawan dengan organsasi tempatnya bek- Sesuai dengan yang disampaikan
erja. Hubungan antara kepemimpinan etis oleh Shanock dan Eisenberger (2006), bahwa
menunjukkan pengaruh positif dan signifikan atasan yang bertindak sebagai perwakilan or-
terhadap komitmen afektif, dan melalui me- ganisasi yang bertanggung jawab untuk men-
diator iklim etis juga terdapat pengaruh positif garahkan, mengevaluasi dan membina bawa-
dan signifikan antara kepemimpinan etis dan han, memainkan peran kunci dalam melihat
komitmen afektif. bahwa tujuan dan sasaran dari manajemen
Dari hasil penelitian ini serta penelitian telah diterapkan secara efektif. Seorang
sebelumnya menunjukkan bahwa kepem- atasan telah terbukti dapat membangun or-
impinan etis merupakan prediktor dari komit- ganisasi melalui persepsi dukungan organisa-
men afektif sebagai prediktor, Kepemimpinan si mereka sendiri dengan melakukan peker-
etis menjadi faktor yang penting dalam bidang jaan mereka dengan lebih efektif, termasuk
perilaku organisasi. Dengan meningkatkan dengan lebih mendukung bawahannya. Maka
persepsi kepemimpinan etis dari karyawan bawahan yang merasa didukung oleh atasan
akan mampu membantu organisasi untuk akan memperlihatkan peningkatan komit-
mengatur dan membangun sebuah kerangka men organisasi dan terlibat dengan perilaku
iklim etis dalam lingkungan kerja mereka se- sukarela dalam membantu organisasi. Oleh
makin kuat yang pada akhirnya akan akan karena itu, membina para atasan dengan
mempengaruhi komitmen afektif karyawan. baik akan meningkatkan iklim organisasi, dan
Peneliti berpendapat perlu adanya rancangan yang terpenting adalah bahwa hal ini dapat
intervensi yang tepat untuk permasalahan berpengaruh kepada komitmen organisasi
organisasi ditujukan untuk meningkatkan bawahan. Studi yang dilakukan oleh Kim, Hyo-
kepemimpinan etis dan iklim etis bagi semua Sook (2007) menunjukkan bahwa konteks
lini manajer melalui peningkatan komunikasi organisasi seperti internal komunikasi dapat
dan teamwork sehingga diharapkan akan ber- mempengaruhi persepsi karyawan terhadap
dampak pada peningkatan komitmen organ- komitmen organisasi. Komunikasi internal
isasi lembaga X. Berdasarkan hasil analisis membentuk konteks organisasi yang sering
data sehubungan dengan persepsi kepem- mempengaruhi penilaian keadilan, komitmen,
impinan etis dan iklim organisasi ini dida- kepercayaan, kontrol mutualitas, kepuasan
patkan informasi bahwa kepemimpinan etis kerja, dan komunikasi dalam hubungan kar-

36
Pengaruh Kepemimpinan Etis dan Iklim Etis ......Anwar Munajah

yawan tersebut dapat menjadikan hasil yang Brown, M. E., Treviño, L. K., & Harrison, D.
terkait erat dengan keadilan organisasi A. (2005). Ethical leadership: A social
learning perspective for construct
Kesimpulan development and testing.
Organizational Behavior and Human
Berdasarkan hasil penelitian dan pem- Decision Processes, 97: 117-34
bahasan yang telah dilakukan, dapat diambil Cambersi, M., Civelek, M.E., & Gunel, D.,
kesimpulan bahwa kepemimpinan etis terbuk- (2016) The mediator effect of ethical
ti berpengaruh positif dan signifikan terhadap climate on the relation between ethical
komitmen afektif; kepemimpinan etis terbukti leadership and organizational
berpengaruh positif dan signifikan terhadap commitment. Siyaset, Ekonomi
iklim etis; iklim etis berpengaruh positif dan ve Yönetim Araştırmaları Dergisi,
signifikan terhadap komitmen afektif; iklim 2016, Yıl:4, Cilt:4, Sayı:1
etis terbukti sebagai variabel mediator antara Cullen, J.B., Victor, B., Stephens, C., (1989).
kepemimpinan etis dan komitmen afektif. An ethical weather
Beberapa saran yang dapat diberikan report: Assesing the organization’s ethical
terkait dengan penelitian ini yaitu persepsi climate. Organizational Dynamics, 18:
karyawan atas kepemimpinan etis menjadi 50 – 63.
hal yang cukup penting untuk membentuk Demirtas, O., & Akdogan, A.A., (2015). The
iklim etis dalam organisasi yang pada akhirn- effect of ethical leadership behavior
ya diharapkan meningkatkan komitmen afektif on ethical climate, turnover intention,
karyawan terhadap organisasinya, sehingga and affective commitment. Journal of
sikap dan perilaku pimpinan yang mendasar- Business Ethics. 130, 59–67.
kan pada norma etis dalam setiap pengam- Den Hartog, D. N., & De Hoogh, A. H. B.
bilan keputusan perlu mendapatkan perha- (2009). Empowerment and leader
tian dalam interaksi dan komunikasi dengan fairness and integrity: Studying
karyawan. Komitmen organisasi merupakan ethical leader behavior from a levels-
investasi yang berharga pada organisasi se- of-analysis perspective. European
hingga penelitian ini juga bisa dikembangkan Journal of Work and Organizational
pada komitmen yang lain yaitu komitmen Psychology, 18(2), 199–230.
kontinuans dan komitmen normatif. Penelitian Franke, R. H., Hofstede, G., & Bond, M. H.
diharapkan bisa dilaksanakan secara berkala (1991). Cultural roots of economic
dengan jumlah sampel lebih banyak dengan performance: A research notea.
komposisi yang seimbang antara Pegawai Strategic management journal, 12
Tetap dengan Pegawai Negeri Yang Dipeker- (S1), 165-173.
jakan, serta dilakukan dengan menghilang- Hackman, J.R., and Oldham. G.R., (1975).
kan bias penelitian akibat pengaruh atasan Development of the job diagnostic
serta kondisi tertentu dalam organisasi. survey. Journal of Applied Psychology,
60.
Daftar Pustaka Kadir, Muh Akob, (2016), SDM dan Daya
Saing dalam Bingkai Kearifan Lokal,
Allen and Meyer. (2013). The measurement Alauddin University Press.
and antecedents of affective, Kim, Hyo-Sook. (2004). “Organizational
contintinuance and normative Structure and Internal Communication
commitment to organitazion. PT Elex as Antecedents of Employee-
Media Komputindo, Jakarta. Organization Relationships: A
Allen, N. J. & J. P. Meyer. (1997). Multilevel Analysis”.Journal of
Commitment in The Workplace International Communication
Theory Research and Application. Association. Sheraton New York, New
California: Sage Publications York City, NY. 2009-05-25.

37
Jurnal Psikologi, Volume 14 Nomor 1, Juni 2018

Kim, W.C. and Mauborgne, R. (1993). Peccei, R., Giangreco, A., & Sebastiano, A.
Procedural justice, attitudes and (2011). The role of organisational
subsidiary top management commitment in the analysis of
compliance with multinationals’ resistance to change: Co-predictor
corporate strategic decisions. and moderator effects. Personnel
Academy of Management Journal, Review, 40(2), 185-204
36 (3). 502-526 Preacher, K.J., & Hayes, A.F. (2004). SPSS
Kim, W.G. dan Brymer, R.A. (2011), “The and SAS procedures for estimating
effects of ethical leadership on indirect effects in simple mediation
manager job satisfaction, models. Behavior Research Methods,
commitment, behavioral outcomes, Instruments, and Computers Vol 36,
and firm performance”, International 717-731. doi: 10.3758/BF03206553
Journal of Hospitality Management, Purba, D. E., Oostrom, J. K., Van der Molen,
Vol. 30, pp. 1020– 1026 H. T. & Born, M. Ph., (2015).
Kumar, Ranjit. 2005. Research Methodology: Personality and organizational
a step by step guide for beginners. citizenship behavior in Indonesia: The
Londong: sage mediating effect of affective
Lu, C-S. dan Lin, C-C. (2014), “The Effects commitment. Asian Business &
of Ethical Leadership and Ethical Management, 14, 2.
Climate on Employee Ethical Behavior Rhoades, L. Eisenberger, R. & Ameli, S.
in the International Port Context”, (2001). Affective Commitment to the
Journal of Business Ethics, Vol. 124, Organization: The contribution of
pp. 209-223. Perceived Organizational Support.
Marsh, R. M., & Mannari, H. (1977). Journal of Applied Psychology, 86 (5).
Organizational commitment and Ruiz-Palomino, P., Martinez-Canas, R. dan
turnover: A prediction study. Fontrodona, J. (2013), “Ethical
Administrative Science Quarterly, 57- Culture and Employee Outcomes:
75. The Mediating Role of Person-
McCormick, L., & Donohue, R., (2016), Organization Fit”, Journal of Business
Antecedents of affective and Ethics, Vol. 116, pp. 173–188.
normative commitment of Sanders, K., Dorenbosch, L., de Reuver, R.,
organisational volunteers. The (2008) “The impact of individual and
International Journal of Human shared employee perceptions of HRM
Recources Mangement. on affective commitment: Considering
Meyer, J. P., & Allen, N. J. (1997). climate strength”, Personnel Review,
Commitment in the workplace: Vol. 37 Issue: 4, pp.412-425.
Theory, research, and application. Shanock, L.R. dan Eisenberger, R. (2006).
Thousand Oaks, CA: Sage When Supervisors Feel Supportet:
Publications. Relationships With Subordinates ‘
Neubert, M. J., Carlson, D. S., Kacmar, K. M., perceived Supervisor Support,
Roberts, J. A., dan Chonko, L. B. Perceived Organizational Support,
(2009). The virtuous influence of and Performance. Journal of Applied
ethical leadership behavior: Evidence Psychology, 93 (3): 689-695
from the field. Journal of Business Shin, Yuhyung., (2011). CEO Ethical
Ethics, 90, 157–170. Leadership, Ethical Climate, Climate
Oreg, S. (2006). Personality, context, and Strength, and Collective
resistance to organizational change. Organizational Citizenship Behavior.
European Journal of Work and Springer Science+Business Media
Organizational Psychology, 15 (1) B.V.

38
Pengaruh Kepemimpinan Etis dan Iklim Etis ......Anwar Munajah

Steers, R. M. (1977). Antecedents and Research in Corporate Social


outcomes of organizational Performance, JAI Press, Greenwich,
commitment. Administrative science CT, Pp. 51- 71
quarterly, 46-56. Yukl, Gary, (2010), Kepemimpinan dalam
Victor, B. & J. B. Cullen. (1987). A Theory And Organisasi, Edisi Kelima. Jakarta:
Measure Of Ethical Climate In PT. Indeks.
Organizations In W. C. Frederick.

39

Anda mungkin juga menyukai