Anda di halaman 1dari 15

DANGIANG ING RASPATI

GAYA PENYAJIAN TARI JAIPONGAN PUTRA


Oleh: Lalan Ramlan dan Jaja
Jurusan Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, ISBI Bandung
Jln. Buah Batu No. 212 Bandung 40265
e-mail: lalanramlanisbi@gmail.com, najawi2006@gmail.com

ABSTRAK
Jaipongan sebagai sebuah genre tari yang sudah berkiprah lebih dari
empatpuluh tahun mengisi dinamika perkembangan tari Sunda, nyaris
dapat dikatakan sebagai genre tari putri karena begitu sulitnya
menemukan sebuah repertoar tari putra. Di sisi lain secara lebih luas di
lingkungan kehidupan sosial budaya masyarakat, tarian putra dapat
dikatakan nyaris hilang dari aktivitas ‘panggungan’. Dengan demikian,
maka penelitian ini merupakan jawaban konkrit bagi upaya pelestarian
dan pengembangan salah satu jenis tarian putra dalam genre tari
Jaipongan’ sebagai aset yang berharga milik masyarakat Sunda. Terkait dengan hal tersebut, maka
permasalahan dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana mewujudkan bentuk karya tari dengan
fokus pada berbagai unsur estetika yang terintegrasi secara unity dalam sebuah repertoar tari
Jaipongan dengan judul “Dangiang Ing Raspati Gaya Penyajian Tari Jaipongan Putra”, dan
bagaimana mengimplementasikannya kepada masyarakat. Untuk menjawab perihal tersebut, maka
digunakan pendekatan teori estetika yang menjelaskan, bahwa “Semua benda atau peristiswa
kesenian mengandung tiga aspek yang mendasar, yaitu; wujud (bentuk; form) dan sususunan
(struktur; structure); Bobot terkait dengan suasana (mood), gagasan (idea), dan pesan (message);
Penampilan (Penyajian; Performent). Merujuk pada teori tersebut, dalam proses pembentukannya
digunakan metode deskriptif analisis dengan langkah-langkah meliputi tahap eksplorasi,
improvisasi (evaluasi), dan komposisi. Adapun hasil yang dicapai adalah sebuah karya tari putra
dalam garapan kelompok yang berpijak pada konstruksi Jaipongan dengan bentuk sajian baru yang
bernafaskan karya tari kekinian.

Kata Kunci: Dangiang Ing Raspari, Gaya Penyajian, Repertoar, dan Jaipongan.

ABSTRACT
Dangiang Ing Raspati Presentation Style Of a male Jaipongan Dance, December 2021. Jaipongan as
a dance genre that has been active for more than forty years has filled the dynamics of the development of
Sundanese dance, it can almost be called a female dance genre because it is so difficult to find a male dance
repertoire. On the other hand, more broadly in the socio-cultural environment of the community, the male
dance can be said to have almost disappeared from 'Panggungan' activities. Thus, this research is a concrete
answer for efforts to preserve and develop one type of male dance in the Jaipongan dance genre as a valuable
asset belonging to the Sundanese people. Related to this, the problem is formulated as follows: How to realize
the form of dance work with a focus on various aesthetic elements that are integrated in a unity in a Jaipongan
dance repertoire with the title "Dangiang Ing RaspatiGaya Penyajian Tari Putra", and how to implement it
to the community.To answer this question, an aesthetic theory approach is used which explains that “All art
objects or events contain three basic aspects, namely; form and structure; Weight is related to idea,mood, and

Naskah diterima pada 18 Oktober, revisi akhir 7 November 2021|41


message; Presentation (Performent). The resultachieved are a male dance work in the work of a group that is
based on the Jaipongan construction with a new form of presentation that breathes contemporary dance works.

Keywords: Dangiang Ing Raspari, Presentation Style, Repertoire, and Jaipongan.

PENDAHULUAN
Jaipongan sebagai sebuah genre tari yang pasi atau hiburan kaulan (kalangenan) sifatnya
sudah berkiprah lebih dari empatpuluh tahun sehingga materi yang disajikan tidak memiliki
mengisi dinamika perkembangan tari Sunda, struktur yang jelas karena disajikan secara
nyaris dapat dikatakan sebagai genre tari putri spontan.
karena begitu sulitnya menemukan sebuah Kekhawatiran atas kehilangan identitas
repertoar tari putra. Selama perjalanan ter- dan entitas tarian Jaipongan jenis putra ini
sebut, hanya ada satu repertoar tari Jaipongan telah sering dibicarakan orang dalam ber-
yang pernah diciptakan oleh Gugum Gum- bagai forum diskusi, tetapi realisasi terhadap
bira yaitu ‘Penjug Bojong’. Bahkan yang juga konsep-konsep solusi selalu terganjal oleh
mengagetkan, tidak ada satu pun karya keterbatasan-keterbatasan. Dengan demikian,
repertoar tari putra yang diciptakan oleh para maka penelitian ini merupakan jawaban
kreator muda Jaipongan pasca Gugum Gum- konkrit bagi upaya pelestarian dan pengem-
bira hingga saat ini, termasuk di lingkungan bangan salah satu jenis tarian putra dalam
Jurusan Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, genre tari Jaipongan’ sebagai aset yang ber-
ISBI Bandung. Padahal, Jaipongan sudah harga milik masyarakat Sunda. Sekaitan
masuk dalam kurikulumnya sejak tahun 2003. dengan hal itu Yasraf Amir Piliang (2007: 100-
Hal tersebut menjadi permasalahan ter- 111) mengatakan, bahwa “Pekerjaan meles-
sendiri bagi Jurusan Seni Tari, karena hingga tarikan seni tradisi pada zaman postmodern-
saat ini sudah lebih dari tujuh tahun (7 nisme bukan suatu yang sia-sia, karena
angkatan TA) belum dapat mengakomodir mengatakan kelahiran postmodernisme ber-
kebutuhan materi pendalaman bagi para arti kelahiran kembali tradisi (return of the
mahasiswa (putra) yang mengambil Minat tradition), dalam bentuk, posisi, dan konteks
Utama (Konsentrasi) Penyajian Tari Jaipo- yang baru”. Berdasarkan pembacaan ter-
ngan. Sementara itu hampir di setiap ang- hadap gejala seperti diuraikan tersebut, dan
katan selalu ada yang berkeinginan untuk terutama Sang Maestro Jaipongan Gugum
mengambil sumber garap Jaipongan, tetapi Gumbira sebagai sumber utama telah tiada
terpaksa diurungkan karena tidak tersedianya (wafat; 4 Januari 2020) yang baru lalu, maka
materi pendalaman yang akan menjadi penulis yang berada di lingkungan pendidi-
sumber garap Ujian Tugas Akhir Penyajian kan tinggi seni ISBI Bandung bertekad untuk
Tari Jaipongan. Di sisi lain secara lebih luas di ambil bagian dalam membenahinya melalui
lingkungan kehidupan sosial budaya masya- kegiatan penelitian.
rakat, tarian putra dapat dikatakan nyaris Permasalahan tersebut itulah yang memo-
hilang dari aktivitas ‘panggungan’. Kalaupun tivasi penulis untuk segera melakukan ke-
ada kaum laki-laki (putra) yang hadir dalam giatan penelitian karya seni ini, yaitu melalui
panggungan, hal itu hanyalah sekedar partisi- bentuk kegiatan kreativitas penciptaan reper-
toar tari. Dengan melakukan proses kreatif

Makalangan Vol. 8, No. 2, Edisi Desember 2021 | 42


tersebut, diharapan akan mendapatkan suatu berarti ‘di’ atawa ‘nu’, sedangkan kata ‘raspati’
materi pembelajaran tari Jaipongan putra yang artinya tjakĕp, tĕgĕp, geulis, kasép.
diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan Namun demikian, dalam Kamus Basa
materi pendalaman bagi para mahasiswa Sunda yang disusun oleh R.A. Danadibrata
(putra). Di sisi lain, hasil dari kegiatan proses (2017https://m.facebook.com/BaladNurdinCa
kreatif ini sekaligus akan menepis pema- hyadi/posts/681906628614861) menjelaskan,
haman atau anggapan masyarakat pemerhati bahwa “Arti ‘dangiang’ yaitu sebangsa makh-
Jaipongan, termasuk para mahasiswa bahwa luk halus yang besar pengaruhnya, sehingga
Jaipongan itu adalah sebuah genre tari putri terasa oleh manusia. Bagi urang Sunda arti
sehingga hanya diperuntukkan bagi para dangiang yaitu semacam daya tarik atau
mahasiswa (putri) saja. Sehubungan dengan sesuatu yang menarik hati, umpamanya
upaya melakukan proses kreatif itu, Alma M. manusia yang hatinya bersih dan mempunyai
Hawkins (2003: 3) mengemukakan, bahwa nilai (wibawa) suka disebut besar dangiang-
“Proses kreatif menyangkut pemiikiran ima- nya. Sejalan dengan itu Ajip Rosidi (2005:
jinatif, yaitu; merasakan, menghayati, meng- https://m.facebook.com/BaladNurdinCahyad
khayalkan, dan menemukan kebenaran”. i/posts/681906628614861) menjelaskan, bahwa
Sehubungan dengan permasalahan ter- “dangiang biasanya diterapkan ke sebuah
sebut yang begitu penting (krusial), maka tempat yang dianggap suci atau keramat,
walaupun hanya ada satu-satunya repertoar sedangkan bila diterapkan kepada manusia,
tari putra dalam genre tari Jaipongan yang dangiang itu artinya wibawa akibat pengaruh
langsung diciptakan oleh Gugum Gumbira kekuatan batin yang bersih”. Lain lagi pen-
yaitu ‘Penjug Bojong’, justru hal itu merupakan dapat Godi Suwarna (---:http://fikminsun-
sumber yang sangat berharga untuk dipo- da.com), seperti tercermin di dalam fikmi
sisikan sebagai sumber inspirasi dan sekali- mini bahasa Sunda yang berjudul Ringkang
gus sebagai bahan rujukan (sumber garap) Sang Dangiang, dangian lebih diartikan sebagai
dalam penelitian karya seni ini yang diberi ‘pulung’ atau sesuatu yang datang dari langit
judul “Dangiang Ing Raspati Gaya Penyajian yang memberi tanda kepada siapa kekuasaan
Tari Jaipongan putra”. akan datang kegenggamannya.
Dangiang Ing Raspati dalam perspektif Penjelasan Danadibrata, Ajip Rosidi, dan
etimologi pada setiap katanya memiliki arti Godi Suwarna bahwa dangiang itu artinya
sendiri-sendiri, sebagaimana yang telah di- wibawa (komara), sangat terasa dalam ke-
jelaskan oleh S. Prawiroatmodjo (1985: 169) seharian kehidupan sosial budaya masyarakat
menyebutkan, bahwa ‘dangiang (Dhangyang)’ Sunda, khususnya ketika berwacana me-
pengertiannya adalah panggilan para pen- ngenai wilayah kesenian tari, istilah atau
deta, pusaka hantu pelidung. Kata ‘ing’ sebutan ‘dangiang’ itu yang dimaksud adalah
memiliki arti di, pada, sedangkan kata cahaya (aura) wibawa. Seringkali kalimatnya
‘raspati’ tidak ada atau tidak termasuk dalam muncul seperti berikut: “ari ngigel teh kudu aya
kamus ini. Akan tetapi dalam Kamus Basa dangiangna atuh, atau ngigelna mah geus alus
Sunda yang disusun oleh R. Satjadibrata ngan can katembong dangiangna”. Kalimat ini
(1954: 78) penjelasannya, bahwa kata ‘da- menunjukkan, bahwa secara fisik (motorik)
ngiang’ memiliki arti bangsa dĕdĕmit nu nga- sudah bagus dari segi teknik, tetapi tidak
geugeuh hidji lĕmbur (imah), kata ’ing‘ yang memancarkan cahaya atau ‘gereget’ (aura

Makalangan Vol. 8, No. 2, Edisi Desember 2021 | 43


kewibawaan) sehingga kurang memiliki daya juga tidak digarap dalam bentuk tematik,
pesona. Bahkan dangiang juga sering muncul tetapi lebih merupakan bentuk garapan ki-
dalam kalimat lain seperti berikut: “ari ngigel nestetika tari yang dirancang menjadi sebuah
teh sing jurigan atuh”, kata ‘jurigan’ dalam bentuk garap kelompok dengan menam-
kalimat ini yang dimaksud adalah dangiang pilkan tiga orang penari putra.
(aura wibawa) yang memunculkan daya Terkait dengan bentuk penyajian kelom-
pesona. Terkait dengan istilah ‘ngigel’ Lalan pok putra, semata-mata mempertimbangkan
Ramlan (2016: 20-32) menjelaskan, bahwa kebutuhan pengolahan ruang, baik ruang
“ada lima teknik ngigelkeun lagu yang bisa internal (tubuh penari) dalam mengem-
digunakan oleh seorang penari dalam me- bangkan motif gerak, ruang gerak, ragam
nyajikan sebuah repertoar tari Jaipongan, gerak, dan dinamika irama gerak, maupun
yaitu; mungkus, maling, metot (ngabesot), ruang artistik (eksternal) dalam mengem-
ngantep, ngeusian”. Sejalan dengan pernyataan bangkan berbagai kemungkinan imajinatif
Ramlan, Alfred Gell (2005) seperti yang simbolik melalui olahan tempo, dinamika
dikutip oleh Lono Simatupang (2013: 58) irama, leveling, dan blocking (simetris–asi-
mengatakan, bahwa “teknik yang memesona metris, gruping, dan berpencar (brouken).
itu memiliki semacam aura atau efek yang Dengan kata lain, bahwa repertoar tari
menyerupai cincin bulan - disebutnya ”halo “Dangiang Ing Raspati Gaya Penyajian Tari
effect”. Aura ini memancar dari teknik dan Jaipongan Putra” ini pada dasarnya memiliki
menyelubungi tidak saja pada objek seni struktur tari tunggal, tetapi untuk kebutuhan
tersebut, tetapi juga pelakunya”. pertunjukan maka pola penyajiannya digarap
Merujuk pada penjelasan tersebut, baik dalam bentuk kelompok.
berdasarkan arti kamus maupun dalam Berdasarkan pada batasan ruang lingkup
bahasa tutur keseharian masyarakat Sunda penelitian yang telah diuraikan dengan
itulah maka Dangiang Ing Raspati sebagai singkat tersebut, maka permasalahan yang
judul karya tari ini dimaksudkan meng- diusung dalam penelitian karya seni tari
gambarkan sosok laki-laki (pria; putra) yang dengan judul “Dangiang Ing Raspati Gaya
gagah (jawara) dan sekaligus memancarkan Penyajian Tari Jaipongan Putra” ini dirumus-
cahaya (aura wibawa) yang mempesona. kan sebagai berikut: Bagaimana mewujudkan
Dengan kata lain, karya tari berjenis putra ini bentuk karya tari dengan fokus pada berbagai
merupakan sebuah tarian yang menggam- unsur estetika yang terintegrasi secara unity
barkan daya pesona kegagahan dan kewibaan dalam sebuah repertoar tari Jaipongan
seorang laki-laki (jawara). dengan judul “Dangiang Ing Raspati Gaya
Adapun yang akan dicapai adalah sebuah Penyajian Tari Jaipongan Putra”, dan ba-
model karya tari yang berpijak pada kon- gaimana mengimplementasikannya kepada
struksi Jaipongan, tetapi mendapatkan pena- masyarakat. Adapun yang menjadi tujuan
taan baru dengan varian susunan motif gerak, dari penelitian karya seni ini adalah ter-
ragam gerak, intensitas gerak, dan dinamika wujudkannya bentuk karya tari dengan fokus
irama tertentu yang dilengkapi dengan pada berbagai unsur estetika yang terintegrasi
pengolahan unsur estetika lainnya, sehingga secara unity dalam sebuah repertoar tari Jai-
menghasilkan sebuah bentuk sajian baru yang pongan dengan judul “Dangiang Ing Raspati
bernafaskan karya tari kekinian. Karya tari ini Gaya Penyajian Tari Jaipongan Putra”, dan

Makalangan Vol. 8, No. 2, Edisi Desember 2021 | 44


mengimplementasikannya kepada masyara- penggarapan unsur estetika yang mem-
kat. bentuknya maka digunakan paradigma es-
tetika instrumental yang disampaikan oleh
METODE A.A.M. Djelantik (1999: 17-18) yaitu, bahwa
Merujuk pada rumusan masalah yang “Semua benda atau peristiswa kesenian
dirumuskan dalam penelitian karya seni ini, mengandung tiga aspek yang mendasar,
diperlukan sebuah suatu teori yang di- yaitu; wujud (bentuk; form) dan sususunan
pandang tepat. Terkait dengan hal itu, ada (struktur; structure); Bobot terkait dengan
beberapa beberapa konsep pemikiran yang suasana (mood), gagasan (idea), dan pesan
bersifat teoritik, antara lain Dorris Humpray (message); Penampilan (Penyajian; Performent).
(1983: 51) yang menjelaskan, bahwa “Seni Selaras dengan paradigma Djelantik
menata tari merupakan kegiatan penyusunan tersebut, Rohidi (2011: 4-5) mengatakan,
berbagai sumber estetika tari (kinestetika tari) bahwa “Dengan mempertimbangkan kon-
yang bersumber tradisi dalam ruang lingkup teksnya yang lebih luas karena memiliki
empat unsur utama, yaitu; disain, dinamika, keunikan, kekhasan, potensi, dan ciri-ciri
irama, dan motivasi”. yang melekat dalam sifat-sifat dasar yang
Namun demikian, dari perspektif yang lain terkandung dalam seni sebagai suatu karya,
Tjetjep Rohendi Rohidi (2011: 53) menye- proses penciptaan, serta apresiasinya, maka
butkan, bahwa ”Dalam karya seni (termasuk penelitian seni digolongkan ke dalam pe-
tari) ada dua sisi yang tidak bisa dipisahkan nelitian kualitatif”.
dan saling melengkapi, yaitu faktor intrinsik Oleh karena itu, metode yang digunakan
ini sebagai faktor intraestetik yang dibangun dalam penelitian kualitatif ini adalah metode
oleh sebuah struktur yang tersistematis, kualitatif dengan teknik deskriptif analisis.
sehingga memiliki pola susunan, dalam seni Lexy J. Moleong, (2011: 5-6) yaitu “data-data
tari disebut koreografi. Sisi lainnya yaitu isi yang terkumpul berupa kata-kata, gambar,
tarian disebutnya sebagai faktor esktraestetik dan bukan angka-angka, kemudian dianalisis
yang terkandung dalam latar budaya dari secara teoritik dan disajikan dalam sebuah
kehidupan seniman penciptanya, namun su- narasi untuk menyampaikan hasil telaahan
dah merupakan kristalisasi nilai kehidupan baru”. Adapun langkah-langkah yang di-
sosio-budaya dalam bentuk nilai-nilai, pe- gunakan adalah merujuk pada pendapatnya
ngetahuan, kepercayaan, dan lingkungan”. Alma M. Hawkins seperti yang dikutip oleh
Rohidi (2011: 146) bahkan menegaskan, Y. Sumandyo Hadi (2003: 65) yang mengata-
bahwa yang dimaksud dengan teori yaitu kan, bahwa ”pengalaman-pengalaman tari
“teori sesungguhnya adalah pernyataan yang dapat diklasifikasikan menjadi tiga tahap
operasional karena harus dapat digunakan yaitu eksplorasi, improvisasi (evaluasi), dan
untuk menjelaskan atau memahami hakikat komposisi, memberi sumbangan yang besar
hubungan di antara gejala-gejala yang ter- bagi pengembangan kreatif”.
masuk dalam ruang lingkup penjelasannya”. Dengan demikian, perwujudan garap
Oleh sebab itu, karya tari “Dangiang Ing karya seni tari ini dilakukan melalui studi
Raspati” yang bermuatan dimensi bentuk, isi, eksperimen dengan memuat dua langkah
dan penampilan (penyajian) dengan en- kerja, yaitu; eksperimen kompilatif dan
titasnya yang khas dan dengan berbagai eksperimen repilatisasi.

Makalangan Vol. 8, No. 2, Edisi Desember 2021 | 45


Begitu pula di sisi lainnya, karya tari ini irama opat wilet embat dua wilet naék lagu Gendu
diharapkan menjadi media alternatif dalam embat dua wilet), variasi motif dan ragam
proses transformasi nilai; menghidupkan, gerak, maupun durasi waktunya relatif pen-
menggiatkan, atau memungsikan kembali dek karena tidak menuntaskan (mengisi)
bentuk, posisi, dan konteks yang baru secara seluruh lagu, jadi hanya dua per/tiga nya saja
impresif kepada masyarakat. Arthur S. Nalan dari lagu yang dipakai. Begitu pula dengan
(2008: 90) menjelaskan, bahwa “Transformasi penggunaan rias busana, terutama desain
nilai sebagai progress revitalization merupakan busana nyaris sederhana yang terdiri atas;
gerakan baru untuk memberi interpretasi iket, kamprét terbuka dilengkapi kaos dalam,
baru, makna baru, impresi baru, dari proses calana pangsi, dodot, dan beubeur kulit. Akan
menghidupkan kembali dengan aura baru tetapi, dari kesederhanaannya itu memuncul-
yang sejalan dengan zaman”. kan kesan tegep, gagah, maskulin (jawara).
b. Pembentukan Struktur Koreografi
HASIL DAN PEMBAHASAN Proses pembentukan konstruksi koreo-
1. Proses Garap grafi ini dilalui dengan jalan melakukan
Proses garap dilakukan dalam beberapa beberapa tahapan kegiatan, meliputi; tahap
tahap kegiatan, yaitu meliputi: Pendalaman eksplorasi, tahap evaluasi (improvisasi), dan
bahan kajian terhadap sumber yaitu repertoar tahap komposisi, baik medium gerak, kara-
tari Pencug Bojong; Pembentukan struktur witan iringan tari, maupun desain busana tari.
1) Tahap Eksplorasi
koreografi melalui kegiatan eksplorasi, eva-
a) Eksplorasi sektoral koreografi
luasi (improvisasi), dan komposisi; dan Pem-
Pada kegiatan eksplorasi sektoral koreo-
bentukan struktur tari, melalui eksplanasi
grafi ini dilakukan bersama pembantu penata
narasi analisis integralisasi seluruh komponen
tari dan ketiga penari putra, meliputi pen-
atau unsur estetika yang terkait di dalamnya. jelajahan; motif gerak, ragam gerak, pengo-
a. Pendalaman Bahan Kajian lahan ruang, tenaga, dan tempo untuk
Bahan sumber kajian yang dimaksud, yaitu kebutuhan sub-koreografi bagian Transisi,
repertoar tari Jaipongan Pencug Bojong karya Bawa Sekar, lagu gede embat opat wilet, dan lagu
Gugum Gumbira. Sumber repertoar tersebut, jalan embat dua wilet. Keseluruhan sub-
dalam bentuk dokumen video hasil penelitian koreografi diisi dengan mengolah berbagai
sebelumnya, secara berulang-ulang struktur bervariasi; level bawah (deku, dépok, émprak,
koreografinya diamati dengan teliti baik dan nguling), tengah dan atas (sontengangan,
terhadap berbagai motif gerak, ragam gerak luncatan, malik, dan muter). Keseluruhan
maupun warna atau ragam tepak kendang komponen gerak tari, dijelajahi berdasarkan
dan gending yang mengiringinya. konstruksi tari Jaipongan yang meliputi;
Dengan demikian, maka terpenuhilah se- bukaan, pencugan, nibakeun, dan mincid.
luruh vokabuler gerak yang menjadi sumber b) Eksplorasi sektoral karawitan iringan
rujukan untuk kegiatan pembentukan kon- tari
struksi tari Jaipongan yang meliputi; ragam Penata karawitan iringan tari bersama
gerak; bukaan, pencugan, nibakeun, dan mincid. kelompok pangrawit melakukan eksplorasi
Berdasarkan konstruksi tari ini, diketahui secara inten untuk kebutuhan setiap bagian
bahwa struktur koreografi Pencug Bojong (sub-koreografi) dari sub-koreografi, meli-
dibentuk dengan sangat simpel, baik dari puti; olahan vokal sinden, motif tepakan
penggunaan struktur lagu (Intro, lagu Tablo kendang, warna tepak kendang, dan berbagai

Makalangan Vol. 8, No. 2, Edisi Desember 2021 | 46


variasi teknik tabuhan dalam ensambel tarian. Hal yang juga penting dipertim-
gamelan. bangkan adalah dari sisi fungsinya, karena
c) Eksplorasi sektoral desain busana busana tari harus nyaman dipakai, sesuai
Begitu pula di bagian busana (kostum), dengan fostur tubuh dan pergerakan penari.
melakukan rancangan (re-desain) dalam ben- Dengan demikian, maka ketiga unsur
tuk sketsa. (dimensi) estetika tersebut menjadi satu
2) Tahap Evaluasi (Improvisasi) kesatuan yang terintegrasi dengan menghasil-
Setelah menjalani sesi proses eksplorasi kan suatu nilai estetika baru dan khas menjadi
secara sektoral, terutama koreografi dan identitas dari karya tari “Dangiang Ing Ras-
karawitan iringan tari selanjutkan dilakukan pati”.
evaluasi untuk memadukan antara draf ko-
reografi dengan draf iringan tari melalui 2. Perwujudan Hasil Garap
latihan gabungan. Pada proses latihan ga- Merujuk pada teori estetika instrumental,
bungan inilah, terjadinya dialogis tambah maka ada tiga dimensi nilai yang terintegrasi
kurang dan pengembangan koreografi yang dalam karya tari ini, yaitu meliputi: wujud
dilakukan secara improvisasi untuk men- (bentuk; appearance), Bobot (Isi; Content), dan
dapatkan berbagai alternatif bentukan baru Penampilan (Penyajian; Performent).
dari berbagai motif dan ragam gerak yang a. Wujud “Bentuk” (Appearance)
ada. 1) Struktur Koreografi
3) Tahap Komposisi (Unity) Sinopsis:
Setelah menemukan sinkronisasi yang “Aku pernah ada dan berjaya, kini nyaris
dipandang harmoni antara koreografi dan hilang sirna dari pandangan...
iringan tari, maka draf tersebut selanjutnya Hanya jiwa dan karsa-Ku, lekat tertanam
dimatangkan, disepakati, dan ditetapkan dalam gelora para Raspati...”
sebagai bahan karawitan iringan tari untuk “Aku” adalah Dia, Sang Maestro Jaipongan Gugum
melakukan proses perekaman audio di studio Gumbira yang keras, tegas, lugas, tetapi terbuka.
rekaman. “Aku” adalah tarian ‘jalu’ seperti karya-Mu,
b. Pembentukan Struktur Tari namun dalam perwujudannya yang baru.
Setelah melalui proses finishing koreografi, “Aku” adalah Aku, yang selalu menjunjung
selanjutnya dilakukan sinkronisasi seluruh tinggi kemuliaan-Mu...dan
komponen (dimensi) estetika pembentuk
“Raspati” adalah Kalian dan Kita semua, yang
karya tari ini yang meliputi; koreografi, ka-
selalu menggali, menemukan, melestarikan,
rawitan iringan tari, dan artistik tari (terutama
mengembangkan, dan bahkan melahirkan
rias busana tari) karena tidak menghadirkan
bentukan-bentukan baru yang mengidentitas
garap properti dan setting dekorasi pang-
gung. Adapun penataan panggung, difokus- pribadi sendiri-sendiri...
kan pada tata cahaya saja. Bagian Intro
Pada proses pembentukan struktur tari ini, Struktur tari Dangiang Ing Raspati, diawali
pencermatan terhadap bentukan busana men- dengan sajian instrumental dari musik iringan
dapatkan porsi yang lebih banyak menyedot tari yang dinamis (penuh warna tetabuhan)
perhatian. Hal ini terjadi, karena kehadiran dengan cukup keras yang lambat laun ira-
busana yang dipakai oleh para penari tidak manya menanjak (ada percepatan tempo)
boleh membatasi ruang geraknya. Di sisi lain, sampai pada titik kulminasi tertentu, lalu
secara desain juga dipertimbangkan harmo- iramanya menurun yang dilanjutkan dengan
nisasi komposisi warna dengan karakteristik olahan vokal (gumam). Sementara itu, para

Makalangan Vol. 8, No. 2, Edisi Desember 2021 | 47


penari sebanyak tiga orang telah berada di Setelah posisi akhir, kedua penari (pose)
sudut kiri belakang panggung dengan posisi yang berada di sisi kanan dan kiri masing-
berbeda (pose), seorang penari yang berada masing bergerak ke arah yang berbeda, satu
dekat backdroop sikap deku, yang di tengah penari bergerak ke arah kanan dengan
berdiri tegak dengan wajah menunduk, dan rangkaian gerak level atas (léngkah muter besét,
satu penari lainnya berdiri rengkuh dengan luncat, rogok luhur, suay muter) berakhir
sedikit serong ke kiri. menghadap ke wing, sedangkan satu penari
Bagian Transisi lainnya bergerak ke arah depan sérong kiri
Pada bagian akhir dari olahan vokal dengan rangkaian gerak level tengah
gumam ini, sebagai penghantar secara auditif (léngkahan siku, besét, peupeuhan) berakhir
terhadap suasana yang dibangun untuk menghadap ke wing. Adapun satu penari
memberikan empati yang berkesan; sema- terakhir (di tengah) bergerak lurus diagonal
ngat, agung, berwibawa, dan kharismatik, ke arah tengah dengan rangkaian gerak
tiba-tiba seorang penari yang berada di triping émprak.
tengah dengan perlahan menengadah dan Setelah berada di posisi akhir, berikutnya
dilanjutkan dengan gerakan melompati dua mereka bertiga bergerak bersamaan (rampak)
penari yang berada di samping kanan dan menuju arah backdrop dengan gerakan
kirinya. Lalu, muncul alunan vokal sindén léngkahan takis katuhu-siku kénca, takis kauhu,
dalam fase Bawa Sekar. balungbang memutar ke kiri hingga
Bawa Sekar (Gambaran kegagahan seorang menghadap arah depan. Penari di sebelah
jawara) kanan dan kiri turun deku pasang handap
Pada bagian ini substansinya merupakan (pose), sedangkan penari yang di tengah
garap vokal sinden, tetapi dilengkapi dengan melakukan gerakan berguling ke depan (roll),
variasi tepakan kendang dan waditra lainnya lalu berdiri dan sesaat kemudian turun ke
yang khas dalam tabuhan Jaipongan yaitu; posisi duduk (dépok pasang).
kempul, kecrék, bonang, dan goong sesuai Adapun ke dua penari lainnya, setelah
kebutuhan susunan ragam gerak tari. Khusus penari yang di tengah pose, mereka
pada bagian ini, ragam gerak tari lebih meneruskan gerakannya dengan rangkaian
dominan memunculkan kekuatan dari ragam gerak; dépok muka katuhu-kénca, panggal muih,
gerak pencugan. gebrik muka, koma, téjéh. Setelah itu mereka
berdua memutar arah ke kiri, lalu duduk
(dépok pasang).
Pada posisi tersebut penari yang di tengah
bergerak (tunggal), dengan rangkaian gerak
pencugan; sonténgan, seser eluk paku, léngkahan
pasang, besét, tomplok, suay muter kénca, turun
deku pasang, bangkit berdiri pasang. Lalu
ketiga penari bergerak bersama dengan
Gambar 1. Salah Satu Posisi dalam Transisi rangkaian nibakeun; léngkahan ngalaga, koma,
(Dokumen: Tim Peneliti; 2 Oktober 2021) léngkahan, pasang muka (goong) lalu masuk ke
bagian lagu gedé Puspa Warna; embat sawilet.

Makalangan Vol. 8, No. 2, Edisi Desember 2021 | 48


léngkah siku muter kénca, hingga menghadap ke
arah depan. tajong katuhu, ngelok muter kénca,
léngkahan menuju posisi wing belakang kiri,
Nibakeun; setelah di posisi akhir dari
pencugan, ketiga penari melanjutkan Gerakan-
nya dalam frase nibakeun dengan rangkaian
gerak; luncat sonténg muka, ngadék mundur,
bandras, léngkah tomplok, siku katuhu, seser eluk
Gambar 2. Salah Satu Posisi dalam Bawa Sekar
(Dokumen: Tim Peneliti; 2 Oktober 2021) paku, jambret katuhu-kénca, koma, cindek pasang
(goong).
Lagu gedé Puspa Warna; embat sawilet (Gam- Goongan kadua:
baran kebijaksanaan jawara), terdiri atas tilu Mincid; setelah di posisi akhir dari nibakeun,
goongan ketiga penari melanjutkan gerakannya dalam
Pada bagian ini tersajikan rangkaian ragam frase mincid dengan rangkaian gerak; dua
gerak dalam tilu goongan, meliputi: micid, penari di posisi katuhu-kénca bergerak ayun
pecugan, nibakeun, dan bukaan. Keempat ragam mundur, sedangkan seorang penari di posisi
gerak tersebut, disajikan dengan berbagai tengah melakukan gerakan yang kontras
pengolahan tenaga, ruang, dan tempo, dengan intensitas tenaga yang kuat (luncat,
dengan variasi motif gerak sehingga terlihat tomplok, jambret, sikut, léngkah ngalaga, suay
enerjik, dinamis, dan maskulin. muter). Selanjutnya ketiganya bergerak ber-
Goongan kahiji: sama léngkahan maju takis kénca, rogok katuhu,
Bukaan; pada posisi akhir dari nibakeun, takis kénca, léngkah maju, pasang muka sikut
ketiga penari melanjutkan gerakannya dalam katuhu.
frase bukaan dengan rangkaian gerak; suay Pencugan; setelah di posisi akhir dari
muka buka suku silang, jérété mudur teundeut, mincid, ketiga penari melanjutkan gerakannya
suay muka muter katuhu, sonténgan rogok luhur dalam frase pencugan dengan rangkaian ge-
siku, koma, cindek, kembali ke posisi semula rak; Ileug, léngkah takis kénca, suay muka acreud
(diagonal). mundur, koma, pasang muka, candet, koma, usik-
Pencugan; setelah di posisi akhir dari malik, koma, suay muter kénca, luncat suay muka,
bukaan, ketiga penari melanjutkan gerakannya koma, léngkah pasang gunting. Berikutnya
dalam frase pencugan dengan rangkaian seorang penari paling ujung depan pose,
gerak; selup muter kénca, besét takis luncat kénca, sedangkan dua penari lainnya melanjutkan
suay muka, jérété mudur, léngkah dépok pasang gerakan (usik-malik, koma, suay muter katuhu,
muka (pose) sesaat. Berikutnya penari di posisi luncat suay muka, koma, léngkah pasang gunting).
tengah bangkit dengan rangkaian gerak; Kemudian ketiganya bergerak lagi secara
jurungkunung muter katuhu bandras, léngkahan bersamaan dengan rangkaian gerak; gunting
besét takis katuhu-kénca, ayun muka sonténg, riyeug katuhu, malik, gunting riyeug kénca, koma,
kuda-kuda pasang muka, léngkah besét kénca sirig takis kénca, koma, léngkah maju sonténgan
diikuti oleh penari di posisi sebelah kanan, eluk paku, pasang muka, tomplok, gésoh balung-
léngkahan pasang muka mundur juga diikuti bang, suay sonténg, muter, turun deku pasang,
oleh penari di posisi sebelah kiri. sehingga selup katuhu-kénca, lalu dua penari pose.
mereka bertiga kembali bergerak bersama

Makalangan Vol. 8, No. 2, Edisi Desember 2021 | 49


Nibakeun; setelah di posisi akhir dari
pencugan, ketiga penari melanjutkan Gerakan-
nya dalam frase nibakeun dengan rangkaian
gerak; Pergerakan berikutnya dua penari
pose, sedangkan seorang penari paling ujung
depan melanjutkan gerakan level bawah
dengan rangkaian gerak; selup deku, jambret,
léngkahan dépok besét katuhu-kénca, ayun siku
Gambar 3. Salah Satu Posisi dalam Puspa Warna
handap dalam posisi dépok. Kemudian ketiga (Dokumen: Tim Peneliti; 2 Oktober 2021)
penari melanjutkan gerakan secara rampak
dengan rangkaian gerak; koma, berguling gunting handap, galéong gunting katuhu, ayun
(roll), bangkit berdiri, suay muka, koma, turun kénca, léngkah mundur kadék katuhu, pasang
émprak pasang muka (pose) sesaat (goong). muka, rogok usik-malik, pling, ayun selup katuhu,
Goongan katilu; golong katuhu-kénca, koma sonténg, suay muka
Mincid; setelah di posisi akhir dari nibakeun, sirig, koma peupeuh, cindek pasang katuhu
ketiga penari melanjutkan gerakannya dalam (goong).
frase mincid dengan rangkaian gerak; nang- Naék lagu jalan Béléndéran; embat dua wilet
tung luncat, suay muter katuhu, suay muka kénca, (Gambaran kewaspadaan jawara), terdiri atas
suay muka katuhu, léngkah muter katuhu, koma, genep goongan.
cindek pasang muka, lalu masuk ke frase Begitu pula pada bagian ini tersajikan
pencugan. rangkaian ragam gerak dalam genep goongan,
Pencugan; setelah di posisi akhir dari meliputi: pecugan, mincid, nibakeun, dan bu-
mincid, ketiga penari melanjutkan gerakannya kaan. Keempat ragam gerak tersebut, disajikan
dalam frase pencugan dengan rangkaian ge- dengan berbagai pengolahan tenaga, ruang,
rak; léngkah siku katuhu, pling muka, sonténgan dan tempo, dengan variasi motif gerak
nungkup, suay muter kénca, besét, koma, pasang sehingga terlihat enerjik, dinamis, dan mas-
nutup. Selanjutnya kedua penari di posisi kulin.
kanan-kiri pose sesaat, sedangkan seorang Goongan kahiji;
penari lainnya melanjutkan ke rangkaian Bukaan; setelah di posisi akhir dari ni-
gerak; tajong, gebrig-pose sesaat, dan selanjut- bakeun, ketiga penari melanjutkan Gerakan-
nya gerakan tersebut dilakukan oleh kedua nya dalam frase bukaan dengan rangkaian
penari lainnya, gerakan berikutnya dilakukan gerak; léngkah luncat muter sépak katuhu, rogok
rampak dalam rangkaian gerak; koma siku katuhu, léngkah jambret, koma, pasang nutup.
handap katuhu, jalak péngkor suay muter katuhu, Mincid; setelah di posisi akhir dari bukaan,
koma, tajong katuhu-kénca, koma, cindek. ketiga penari melanjutkan gerakannya dalam
Nibakeun; setelah di posisi akhir dari frase mincid dengan rangkaian gerak; boyokan,
pencugan, ketiga penari melanjutkan Gerakan- luncat muter kénca, suay eluk paku, boyokan.
nya dalam frase nibakeun dengan rangkaian Nibakeun; setelah di posisi akhir dari min-
gerak; besét katuhu-kénca, ayun muka, galieur, cid, ketiga penari melanjutkan gerakannya
dalam frase nibakeun dengan rangkaian gerak;
suay muka, ayun nutup, jambret katuhu-kénca,
pling, sonténg nutup (goong).

Makalangan Vol. 8, No. 2, Edisi Desember 2021 | 50


Goongan kadua; Mincid; setelah di posisi akhir dari bukaan,
Pencugan; setelah di posisi akhir dari ketiga penari melanjutkan gerakannya dalam
nibakeun, ketiga penari melanjutkan Gerakan- frase mincid dengan rangkaian gerak; adu
nya dalam frase pencugan dengan rangkaian manis, tajong, tejéh, malik, adu manis, tajong,
gerak; léngkah yuyu kangkang kénca, suay muka téjéh.
kénca, gibas katuhu, léngkah sonténg eluk paku Nibakeun; setelah di posisi akhir dari
kénca, léngkah yuyu kangkang katuhu, suay muka nibakeun, ketiga penari melanjutkan Gerakan-
katuhu, gibas kénca, léngkah sonténg eluk paku nya dalam frase pencugan dengan rangkaian
katuhu. gerak; malik, léngkahan, muter pasang, koma,
Nibakeun; setelah di posisi akhir dari ni- kuda-kuda pasang nutup (goong).
bakeun, ketiga penari melanjutkan gerakannya Goongan kalima;
dalam frase pencugan dengan rangkaian Bukaan; setelah di posisi akhir dari niba-
gerak; léngkah galéong muter kénca, koma besét, keun, ketiga penari melanjutkan gerakannya
léngkah galéong muter katuhu, koma besét, koma, dalam frase bukaan dengan rangkaian gerak;
gunting tengah, léngkah besét katuhu-kénca, kuda- léngkah maju rogok kanan, léngkah mundur,
kuda pasang nutup (goong). sonténgan siku kénca, muter kénca, koma, kuda-
Goongan katilu; kuda pasang gunting, suay pasang nutup.
Bukaan; setelah di posisi akhir dari niba- Pencugan; setelah di posisi akhir dari
keun, ketiga penari melanjutkan gerakannya bukaan, ketiga penari melanjutkan gerakannya
dalam frase bukaan dengan rangkaian gerak; dalam frase pencugan dengan rangkaian
ayun eluk paku, léngkah jambret, siku kénca, pling. gerak; seser siku katuhu-kénca, pling katuhu,
Pencugan; setelah di posisi akhir dari léngkah suay katuhu, pasang muka, sonténg
bukaan, ketiga penari melanjutkan gerakannya jambret katuhu, sonténg ayun katuhu kénca, léng-
dalam frase pencugan dengan rangkaian kah siku kénca-katuhu, pling kénca, malik muka.
gerak; ayun eluk paku, léngkah jambret, siku Nibakeun; setelah di posisi akhir dari
katuhu, pling, léngkah besét, koma, malik, léngkah pencugan, ketiga penari melanjutkan Gerakan-
besét katuhu, siku katuhu, rogok kénca, koma. nya dalam frase nibakeun dengan rangkaian
Nibakeun; setelah di posisi akhir dari gerak; malik, léngkahan, muter pasang, koma,
nibakeun, ketiga penari melanjutkan gerakan- kuda-kuda pasang nutup, léngkah siku katuhu,
nya dalam frase pencugan dengan rangkaian léngkah eluk paku katuhu, jambret katuhu-kénca,
gerak; léngkahan, muter besét kénca, koma, kuda- léngkah besét kénca, koma (goong).
kuda pasang nutup (goong).
Goongan kaopat;
Bukaan; setelah di posisi akhir dari ni-
bakeun, ketiga penari melanjutkan gerakannya
dalam frase bukaan dengan rangkaian gerak;
boyokan kénca, malik, boyokan katuhu, léngkah
muter kénca, boyokan kuda-kuda pasang muka,
malik, boyokan kuda-kuda pasang suay mébér.
Gambar 4. Salah Satu Posisi dalam Béléndéran
(Dokumen: Tim Peneliti; 2 Oktober 2021)

Makalangan Vol. 8, No. 2, Edisi Desember 2021 | 51


Goongan kagenep;
Mincid; setelah di posisi akhir dari bukaan,
ketiga penari melanjutkan gerakannya dalam
frase mincid dengan rangkaian gerak; adu
manis, malik, boyok pasang katuhu, adu manis,
malik, boyok pasang kénca, léngkahan siku kénca,
léngkahan rogok katuhu, malik siku kénca, pling,
léngkahan suay muka, malik, léngkahan siku
kénca, suay muka, léngkah muka mundur katuhu,
koma, léngkah muka mundur kénca.
Nibakeun; setelah di posisi akhir dari
mincid, ketiga penari masig-masing secara
individual melanjutkan gerakannya dalam
Gambar 5. Re-desain Rias-Busana Tari
frase nibakeun dengan rangkaian gerak yang (Desainer: Joni Permana; 20 Septembr 2021)
berbeda; léngkahan, luncatan, putaran dengan
dilengkapi varian gerak tangan, hingga berakhir di untuk kebutuhan penari putra, meliputi; iket,
tengah (central) dalam posisi dengan leveling bross, baskap modifikasi, rompi batik, sabuk
yang berbeda pula (pose). (beubeur), dodot nyatria, dan pangsi lamban
2) Struktur Karawitan Iringan Tari mébér.
b. Bobot (Isi; Content)
Pada dasarnya struktur iringan tari
1) Gagasan (Idea)
menyesuaikan terhadap kebutuhan koreo-
Dangiang Ing Raspati sebagai sebuah
grafi, sehingga penataannya merujuk pada
karya tari, merupakan perwujudan kegelisa-
struktur koreografi, yaitu terbagi ke dalam
han penulis terhadap hasil pengamatan
lima bagian pokok, meliputi; intro, transisi,
selama ini yang menunjukkan bahwa begitu
bawa sekar, lagu Puspa Warna embat opat wilet, jarangnya (terbatasnya) gaya penyajian tarian
dan lagu Béléndéran embat dua wilet gancang. tunggal putra, sekalipun yang diciptakan oleh
Namun demikian di sisi lain, pada iringan tari Gugum Gumbira karena sepanjang hidupnya
nya memiliki kekhasan tersendiri yaitu wa- hanya satu repertoar saja yang sempat
laupun menggunakan seperangkat gamelan diciptakannya yaitu Pencug Bojong.
tetapi terdapat penonjolan dari beberapa alat Oleh sebab itu, disusunlah karya tari ini
musik (waditra) baik dalam teknik tabuhnya dengan struktur tari yang terbagi ke dalam
maupun warna suara yang dihasilkan seperti; tiga fase karakteristik, yaitu; fase gambaran
kendang, bonang, kempul, kecrék dan goong. kegagahan seorang jawara, fase gambaran
3) Re-desain Busana tari kebijaksanaan seorang jawara, dan fase
Re-desain rias dan busana yang dimaksud gambaran kewaspadaan seorang jawara yang
adalah melakukan upaya mencari desain baru tersusun dalam suatu struktur penyajian
dari bahan yang ada, sebagai upaya men- meliputi; Intro, Transisi, Lagu gede Puspa
dapatkan suatu perwujudan tata rias dan Warna embat opat wilet, dan lagu jalan Belen-
busana yang proporsional dengan tarian deran embat dua wilet.
sehingga menjadi identitas yang melekat Dengan demikian, diharapkan karya re-
terhadap karya tarinya. Re-desain dilakukan pertoar tari dengan gaya penyajian Jaipongan
putra ini dapat menjadi media transformasi
nilai; menghidupkan, menggiatkan, atau me-

Makalangan Vol. 8, No. 2, Edisi Desember 2021 | 52


ngembalikan fungsi bentuk, posisi, dan Maestro Jaipongan dalam gerak lagkah ke-
konteks yang baru secara impresi kepada sehariannya yang pernah penulis kenal.
masyarakat. Oleh sebab itu, penulis melalui karya tari
2) Suasana (mood) Dangiang Ing Raspati ini bermaksud me-
Karya tari ini tidak merujuk pada sebuah ngingatkan dan sekaligus mengajak khusus-
peristiwa atau cerita tertentu, tetapi dicipta- nya kepada para kreator muda Jaipongan
kan semata-mata berpijak pada kekuatan untuk segera menyadari kekosongan reper-
estetika tari (keindahan gerak) atau bisa toar tari tunggal putra (jalu) yang ada selama
disebut juga berorientasi pada kekuatan gerak ini dalam berbagai karya tari yang pernah
murni (bentuk garap kelompok non-tematik). mereka ciptakan, serta sekaligus melakukan
Mengingat penggalian estetikanya bersumber pembenahan untuk karya-karya berikutnya.
dari Jaipongan, maka suasana yang dibangun Dengan demikian, maka melalui sajian
dalam tarian ini sama dengan sumbernya, karya tari ini dapat membangun sebuah
yaitu; enerjik, dinamis, dan maskulin. pemahaman yang mendalam terhadap sisi
Enerjisitas yang terbangun sebagai akibat ‘isi’ dari Jaipongan yang sudah ditanamkan
dari substansi olahan ketubuhan tari Jaipongan oleh Sang Maestro Jaipongan Gugum Gumbira
adalah pada bagian kaki, tidak hanya kuat, tersebut. Hal ini menjadi sangat penting dapat
kokoh (panceg) tetapi juga nyaris selalu dalam diwujudkan, agar niat yang tulus dari para
posisi labil (paéh hiji hirup hiji) sehingga me- kreator muda (para simpatisan) Jaipongan
mungkinkan melakukan pergerakan ke ber- untuk melestarikan dan mengembangkan
bagai arah yang mampu membangun per- genre tari generasi ketiga dalam perkem-
gerakan yang lincah dengan tetap menjaga bangan tari Sunda ini menjadi lebih selaras.
pengendalian (intensitas) tenaga. Bahkan mampu melakukan koreksi terhadap
Dinamika irama yang terbangun adalah berbagai kekosongan, kekurangan, dan ke-
sebagai akibat dari intensitas tenaga yang hilapan selama ini dalam proses kreatif pen-
terjaga dalam pengolahan ruang gerak dan ciptaan Jaipongan, yang hingga saat ini
olahan tempo, terutama ditunjang dengan perkembangannya secara horizontal begitu
olahan gerak kaki dan tangan yang bervariasi masif sehingga ke depan dapat lebih selaras
sehingga menghasilkan irama tari yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang menjadi
dinamis. identitas Jaipongan itu sendiri dalam ben-
Maskulinitas yang terekspresikan dalam tukannya yang kekinian.
setiap pergerakannya, adalah sebagai akibat Terlebih secara khusus melalui karya tari
dari sumber geraknya yang diambil dari ber- ini mampu memberi pencerahan, bahwa
bagai jurus maenpo (penca) yang pada dasar- dalan genre tari Jaipongan itu ada tarian putra
nya selalu dalam keaadaan waspada, siap sehingga dapat mereduksi pemahaman bah-
menyerang, menghindar maupun bertahan. wa Jaipongan itu tarian untuk putri saja.
Hal ini menimbulkan karakteristik seorang c. Penampilan (Penyajian; Performent)
jawara, yang siap tempur di medan laga. Karya tari Dangiang Ing Raspati ini di-
3) Pesan (Message) sajikan dalam bentuk garap kelompok dengan
Karya tari ini substansinya merupakan jumlah penari tiga orang penari putra, ber-
gambaran realitas kehidupan seorang jawara karakter gagah dan kharismatik. Kekuatan
yang gagah, bijak, dan selalu waspada, Ia penari putra dapat dilihat dalam beberapa
berwatak kuat, tegas, dan lugas. Karakteristik hal, seperti; rampak, kaya akan variasi motif
tersebut, tercermin dari sosok (figur) Sang gerak, dinamika irama tarinya kuat, sehingga
menjadi pengendali ritme irama dinamika

Makalangan Vol. 8, No. 2, Edisi Desember 2021 | 53


tarian. Kondisi seperti itu, jelas menggam- liputi; gagasan (idea), suasana (mood), dan
barkan keberadaannya sosok (figur) seorang pesan (message); Penyajian (Presentation),
jawara yang selalu waspada serta penuh meliputi; bakat (tallent), keterampilan (skill),
kesiapsiagaan untuk menghadapi berbagai dan sarana (facilities) menjadi satu kesatuan
rintangan dan ancaman. yang utuh secara integral dalam sebuah
Dengan demikian, kehadiran penari putra struktur tari, sehingga melahirkan dimensi
yang gagah dan kharismatik itu mampu kinestetika tari baru yang menjadi entitas tari
menghadirkan kembali sosok penari putra Jaipongan ‘Dangiang Ing Raspati’. Hasil ana-
yang pernah dikagumi dan digandrungi oleh lisis tersebut, sesuai dengan pernyataan
publik pemerhati Jaipongan, terutama kaum Adams (1996) seorang analis formal abad
perempuan di zamannya. Oleh karena itu, pertengahan (dalam Rohidi: 2011: 150) yang
kehadiran penari putra yang kuat telah memjelaskan, bahwa “Setiap unsur menyum-
mampu menciptakan harmonisasi dalam bangkan secara fungsional pada keseluruhan
membangun irama dinamika tarian menjadi kesan yang ditimbulkan oleh karya seni
satu kesatuan yang kuat baik secara individu tersebut”.
maupun dalam kelompok.
KESIMPULAN
3. Analisis Struktur Tari Simpulan dari hasil penelitiann karya seni
Dangiang Ing Raspati sebagai sebuah ini adalah sebuah karya tari Jaipongan dengan
karya tari yang diposisikan menjadi satu judul “Dangiang Ing Raspati Gaya Penyajian
bentuk garap dari penelitian terhadap estetika Tari Putra”, visualisasinya secara estetik dan
tari Jaipongan, khususya gaya penyajian tari artistik konseisten menggunakan konstruksi
putra, telah memberikan pengenalan dan tari Jaipongan; bukaan, pencugan, nibakeun, dan
pemahaman mengenai pondasi (konstruksi mincid. Konstruksi tari tersebut, disajikan
tari) dan struktur tari yang diwujudkannya. dalam sebuah struktur koreografi tari yang
Terkait dengan hal tersebut, ada tiga kom- dinamis, meliputi; Intro, Transisi, Bawa Sekar,
ponen atau unsur utama yaitu; bentuk, isi, dan Lagu Puspa Warna embat opat wilet naék
dan penyajiannya yang langsung berada Lagu Béléndéran embat dua wilet gancang.
dalam korelasi hubungan saling mengisi dan Di sisi lainnya, karakteristik geraknya yang
melengkapi. Sejalan dengan pernyataan ter- enerjik dan maskulin dibentuk dari berbagai
sebut Nöel Carroll sebagaimana dikutip oleh motif gerak, ragam gerak, intensitas tenaga,
F.X. Widaryanto [18] (2, 29) mengungkapkan, pola irama, dan olah ruang (internal dan
sebagai berikut: eksternal) yang bervariasi.
‘Analisis’ yang kemudian dilakukan merujuk Dengan demikian, perwujudan keseluruh-
pada penjelasan cara kerja dari elemen-elemen
an kinestetika tari dalam Dangiang Ing
karya itu yang berfungsi untuk merealisasikan
maksud dan permasalahannya dalam karya, Raspati ini diharapkan mampu diapresiasi
atau bagaimana keterkaitannya sebagai satu dengan baik. Terlebih, dapat diposisikan
kesatuan secara menyeluruh, atau cara pe- sebagai sesuatu yang memberi pencerahan
ngelolaan elemen-elemen tersebut untuk me- dalam upaya melestarikan dan mengem-
wujudkannya menjadi karya.
bangkan Jaipongan saat ini. Terutama sebagai
suatu bentuk proses transformasi nilai; meng-
Ketiga unsur estetika tari tersebut; Wujud
hidupkan, menggiatkan, atau memfungsikan
(Appearance), meliputi; bentuk (form) dan
kembali bentuk, posisi, dan konteks yang
struktur (structure); Bobot (Isi; Content), me-
baru secara impresi kepada masyarakat.

Makalangan Vol. 8, No. 2, Edisi Desember 2021 | 54


DAFTAR PUSTAKA
Piliang, Yasraf Amir. 2007. Seni Pertunjukan
Djelantik, A.A.M. 1999. Estetika: Sebuah Pe-
Tradisi dalam Peta Seni Pos-modernisme.
ngantar. Bandung: MSPI.
dalam Jurnal Panggung STSI Bandung Vol
17 No. 2: 100-111.
F.X. Widaryanto. 2015. Ekokritikisme Sardono
W. Kusumo: Gagasan, Proses Kreatif, dan
Ramlan, Lalan. (2016). Ngigelkeun Lagu: Krea-
Teks-Teks Ciptaannya. Jakarta: Pasca IKJ
tivitas Penyaji Tari. Bandung: Jurnal MA-
Jakarta.
KALANGAN, 03 (2) 20-32.
Hadi, Y. Sumandiyo. 2003. Aspek-Aspek Dasar
Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2011. Metodologi Pe-
Koreografi Kelompok. Yogyakarta: ELKAP-
nelitian Seni. Semarang: CV. Cipta Prima
HI.
Nusantara.
Hawkins, Alma M. 2003. Bergerak Menurut
Rosidi, Ajip. 2005. Babasan Jeung Paribasa.
Kata Hati. (Terj. I Wayan Dibia). Jakarta:
Bandung: Kiblat.
MSPI.

R. Satjadibrata. 1954. Kamus Basa Sunda, The-


Humphrey, Doris. 1983. Seni Menata Tari.
takan ka 2. Djakarta: Perpustakaan Per-
(Terj. Sal Murgiyanto). Jakarta: Dewan
guruan Kementerian P. P. Dan K.
Kesenian Jakarta.

R.A. Danadibrata, 2017. Kamus Basa Sunda.


Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian
Bandung: Panitia Penerbitan Kamus Basa
Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja
Sunda.
Rosdakarya.

S. Prawiroatmodjo. 1985. Bausastra Jawa –


Nalan, S. Arthur. 2008. Seni Pertunjukan untuk
Indonesia, Jilid I, Edisi ke-2. Jakarta: PT.
Semua Orang: Konsep Perlakuan dan Pe-
Gunung Agung.
warisan dalam Tradisi sebagai Tumpuan
Kreativitas Seni, Bandung: Sunan Ambu
Simatupang, Lono. 2013. Pergelaran: Sebuah
Press.
Mozaik Penelitian Seni-Budaya. Yogyakarta:
Jalasutra.

Suwarna, Godi. ... “Ringkang Sang Dangi-


ang”. (http://fikminsunda.com).

Makalangan Vol. 8, No. 2, Edisi Desember 2021 | 55

Anda mungkin juga menyukai