Laporan Tubes Baja 2a
Laporan Tubes Baja 2a
PERENCANAAN STRUKTUR
BANGUNAN GEDUNG DPR TIGA
LANTAI DI KOTA PARIAMAN
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
Andi Putra Pratama R. (07201009)
Desy Fitriani (07201021)
Kholik Abdul Azis Muhri (07201045)
Raditya Satria Dewantara (07201065)
Dosen Pengampu
Dosen Asistensi
TUGAS BESAR
PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN BAJA
GEDUNG DPR TIGA LANTAI DI KOTA PARIAMAN
Disusun sebagai salah satu syarat kelulusan pada mata kuliah Perencanaan
Struktur Bangunan Baja
Program Studi Teknik Sipil Institut Teknologi Kalimantan
Disusun Oleh:
Andina Prima Putri, S.T., M.Eng. Andina Prima Putri, S.T., M.Eng.
NIP: 198910042019032022 NIP: 198910042019032022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tugas besar pada
mata kuliah Perencanaan Struktur Baja dengan judul “Perencanaan Struktur
Bangunan Gedung DPR Tiga Lantai di Kota Pariaman” tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
besar pada mata kuliah Perencanaan Struktur Baja di Institut Teknologi
Kalimantan. Selain itu, laporan ini bertujuan untuk menambah ilmu dan wawasan
baru bagi para penulis serta pembacanya.
Pada kesempatan ini, tak lupa kami ucapkan terimakasih
sebanyak-banyaknya kepada pihak-pihak yang terlibat dalam proses pengerjaan
laporan tugas besar ini, yaitu:
1. Ibu Andina Prima Putri, S.T., M.Eng. dan Bapak Fachreza Akbar, S.T.,
M.T. selaku dosen pengampu pada mata kuliah Perencanaan Struktur Baja
yang telah memberikan ilmu dan wawasan selama masa perkuliahan.
2. Ibu Andina Prima Putri, S.T., M.Eng. selaku dosen asistensi yang telah
memberikan bimbingan serta arahannya dalam pengerjaan laporan ini.
3. Nur Afni Rahmatul Islamiah dari Teknik Sipil 2019 selaku Asisten Dosen
yang telah membimbing dan mengarahkan kami selama mengerjakan
tugas besar dan pembuatan laporan.
4. Teman-teman yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk
menyelesaikan tugas besar Perencanaan Struktur Baja dengan semangat.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
Mutu
No. Nama Eleman
Beton Baja
Simbol
(Mpa) (Mpa)
Fy 250
1. Balok -
Fu 410
Fy 250
2. Kolom -
Fu 410
Fy 250
4. Pelat Tangga -
Fu 410
Fy 420
5. Tulangan Longitudinal -
Fu 545
Fy 420
6. Tulangan Sengkang -
Fu 545
A. Balok
Menurut SNI 1727:2020, balok merupakan komponen struktur horizontal
nominal yang memiliki fungsi utama untuk menahan momen lentur. Balok
merupakan elemen struktur yang berfungsi menyalurkan beban ke kolom. Balok
merupakan bagian dari struktur inti bangunan selain kolom dan pondasi. Menurut
Dipohusodo (1994) balok merupakan elemen struktural yang menerima gaya-gaya
yang bekerja dalam arah transversal terhadap sumbu yang mengakibatkan
terjadinya momen lentur dan gaya geser sepanjang bentangnya (Dipohusodo,
1994). Terdapat dua hal yang dialami oleh balok yaitu tekan dan tarik yang
disebabkan oleh pengaruh lentur maupun gaya lateral (Wahyudi & Rahim, 1999).
Menurut Dipohusodo (1994), apabila bentang balok sederhana menahan
beban yang menyebabkan timbulnya momen lentur, maka akan terjadi deformasi
atau regangan lentur pada balok tersebut. Pada kejadian momen lentur positif,
regangan tekan akan terjadi di bagian atas dan regangan tarik akan terjadi di
bagian bawah penampang. Regangan tersebut menyebabkan tegangan-tegangan
harus ditahan oleh balok, tegangan tekan di bagian atas dan tegangan tarik di
bagian bawah (Dipohusodo, 1994).
B. Kolom
Menurut SNI 1727:2020, kolom merupakan komponen struktur vertikal
nominal yang memiliki fungsi utama menahan gaya aksial tekan. Kolom
merupakan struktur utama pada bangunan gedung karena kolom merupakan
struktur yang akan menahan beban dari bangunan baik itu merupakan beban mati
maupun beban hidup. Dalam mendesain suatu ukuran kolom pada bangunan,
langkah pertama yang harus dilakukan yaitu menghitung beban yang harus
ditahan oleh kolom tersebut berdasarkan kombinasi beban yang terjadi. Momen
yang terjadi pada pelat lantai maupun atap didistribusikan dengan kolom di bawah
dan di atas pelat lantai berdasarkan kekuatan relatif kolom (Dipohusodo, 1994).
Menurut Nawy (1990), fungsi kolom di dalam konstruksi yaitu untuk
meneruskan beban dari sistem lantai ke pondasi yang mana jika beban pada kolom
bertambah maka retak akan banyak terjadi diseluruh tinggi kolom pada
lokasi-lokasi tulangan sengkang.
C. Pelat
Nawy (1990) mendefinisikan pelat lantai sebagai elemen horizontal utama
yang menyalurkan beban hidup maupun beban mati ke kerangka pendukung
vertikal dari suatu sistem struktur. Elemen-elemen pelat tersebut dibuat sehingga
bekerja dalam satu arah atau bekerja dalam dua arah. Pelat lantai menerima beban
yang tegak lurus terhadap permukaan pelat (Nawy, 1990).
Dipohusodo (1994) mendefinisikan pelat lantai sebagai panel-panel beton
bertulang yang mungkin bertulang satu arah atau dua arah, tergantung sistem
strukturnya. Pelat dikatakan satu arah apabila nilai perbandingan antara panjang
dan lebar pelat lebih dari 2 dengan lenturan utama pada arah sisi yang pendek.
Struktur pelat satu arah dapat didefinisikan sebagai pelat yang didukung pada dua
tepi yang berhadapan sedemikian sehingga lenturan timbul hanya dalam satu arah
saja yaitu pada arah yang tegak lurus terhadap arah dukungan tepi. Apabila nilai
perbandingan antara panjang dan lebar pelat tidak lebih dari 2, pelat dianggap
sebagai pelat dua arah (Dipohusodo, 1994).
B. Software
1. AutoCAD 2022
Program komputer untuk menggambarkan detail-detail struktur yang
dipakai dalam perencanaan maupun perhitungan seperti denah,
potongan, dan tampak dari struktur bangunan.
2. Google Docs
Program komputer untuk menyusun laporan secara sistematis.
3. Google Spreadsheet
Program komputer untuk pengolahan angka sehingga dapat
mempermudah perhitungan.
4. Structural Analysis Program (SAP 2000)
Program komputer untuk menganalisa perhitungan mekanika struktur
bangunan dan juga digunakan sebagai pemodelan struktur.
Penggantung (Suspended
10,2 10,2
steel channel system)
Plafon (Acoustical
5,1 5,1
Fiberboard)
Jumlah 286,91
(Sumber: SNI 1727:2020)
Hujan 40 40
Jumlah 140
(Sumber: PPIUG:1983)
Penggantung (Suspended
10,2 10,2
steel channel system)
Plafon (Acoustical
5,1 5,1
Fiberboard)
Jumlah 597,43
(Sumber: SNI 1727:2020)
Penggantung (Suspended
10,2 10,2
steel channel system)
Plafon (Acoustical
5,1 5,1
Fiberboard)
Jumlah 597,43
(Sumber: SNI 1727:2020)
Tabel 2.7 Beban Hidup yang Bekerja pada Lantai 2
B. Beban Terfaktor
Berdasarkan SNI 1729:2020 untuk memperoleh beban terfaktor digunakan
persamaan sebagai berikut:
𝑞𝑢 = 1,2D + 1,6 L
Dimana:
𝑞𝑢 = Beban terfaktor (kg/m2)
𝑞𝑢 = 568,292 kg/m2
Maka, nilai 𝑞𝑢 yang diperoleh pada lantai atap adalah sebesar 568,292
𝑞𝑢 = 1498,1 kg/m2
Maka, nilai 𝑞𝑢 yang diperoleh pada lantai 3 adalah sebesar 1498,1 kg/m2.
𝑞𝑢 = 1498,1 kg/m2
Maka, nilai 𝑞𝑢 yang diperoleh pada lantai 2 adalah sama seperti lantai 3
)( )
𝑞𝑒𝑘𝑙 2
𝑀𝑒𝑘 = 96 ( 1 +
𝑏
𝑙
5 −
𝑏
2
𝑙
1
𝑞𝑒𝑘= 2
× 𝑞𝑢×𝑙
Dimana:
𝑀𝑒𝑘 = Momen ekuivalen (kg.m)
1
𝑞𝑒𝑘 = 2
× 𝑞𝑢×𝑙
1
𝑞𝑒𝑘 = 2
× 568,292 × 6
5 2
𝑀𝑒𝑘 = 96
× 𝑞𝑒𝑘 × 𝑙
5 2
𝑀𝑒𝑘 = 96
× 1704,88 × 6
)( )
𝑞𝑒𝑘𝑙 2
𝑀𝑒𝑘 = 96 ( 1 +
𝑏
𝑙
5 −
𝑏
2
𝑙
)(5 − )
2 2
𝑀𝑒𝑘 =
(1704,88 × 6 )
96
× 1+( 1
6
1
6
2
Sehingga, nilai Momen Ekivalen pada balok A3-3 sebesar 6905,34 kg.m.
∅ 𝑀𝑛 ≥ 𝑀𝑢
Dimana:
Ø = Koefisien reduksi dengan nilai 0,90;
𝑀𝑛 = Tahanan momen nominal (kg.m);
Dari persamaan di atas, maka dapat diperoleh nilai tahanan nominal pada
lantai 3 dengan kode balok A3-3 adalah sebagai berikut.
∅ 𝑀𝑛 = 𝑀𝑢
∅ 𝑀𝑛 = 𝑀𝑒𝑘
𝑀𝑒𝑘
𝑀𝑛 = ∅
6905,34
𝑀𝑛 = 0,90
𝑀𝑛 = 7672,60 kg.m
E. Dimensi Penampang
Menurut SNI 1729-2020 dalam perhitungan tahanan momen nominal
dibedakan menjadi penampang kompak, penampang tak kompak dan penampang
langsing seperti halnya saat membahas batang tekan. Batasan
penampang-penampang di atas adalah sebagai berikut.
1. Penampang kompak : λ ˂ λp
2. Penampang tak kompak : λp < λ < λr
3. Penampang langsing : λ > λr
Dimana:
𝑀𝑛 = Kekuatan lentur nominal (kg.m);
Dari persamaan di atas, maka pada lantai 3 dengan kode balok A3-3,
diperoleh dimensi yang digunakan adalah sebagai berikut.
𝑀𝑛 = 𝐹𝑦. 𝑍𝑥
𝑀𝑛
𝑍𝑥 = 𝑓𝑦
7672,60 × 1000000
𝑍𝑥= 25493000
3
𝑍𝑥 = 300970 𝑚𝑚
3
𝑍𝑥 = 300,97 𝑐𝑚
Dengan melakukan langkah yang sama dengan cara di atas maka akan
diperoleh rekapitulasi perhitungan untuk mencari dimensi penampang Balok
Lantai 3 Sumbu X berdasarkan lokasi balok diujung, ditepi maupun ditengah
seperti Tabel 2.8 sebagai berikut:
Zx Penampang
Kode Zx
Pakai Profil
Balok (cm3) d b tw tf
(cm3)
(mm) (mm) (mm) (mm)
A3-1 161.64 181 175 x 125 169 125 5,5 8
A3-2 41.28 66,1 125 x 60 125 60 6 8
A3-3 300.97 324 250 x 125 250 125 6 9
A3-4 82.56 88,8 150 x 75 150 75 5 7
A3-5 300.97 324 250 x 125 250 125 6 9
A3-6 161.64 181 175 x 125 169 125 5,5 8
A3-7 139.33 160 200 x 100 198 99 4,5 7
B3-1 80.63 88,8 150 x 75 150 75 5 7
B3-2 176.61 181 175 x 125 169 125 5,5 8
B3-3 161.26 181 175 x 125 169 125 5,5 8
B3-4 139.33 160 200 x 100 198 99 4,5 7
B3-5 300.97 324 250 x 125 250 125 6 9
B3-6 278.65 285 250 x 125 248 124 5 8
B3-7 41.28 66,1 125 x 60 125 60 6 8
B3-8 82.56 88,8 150 x 75 150 75 5 7
B3-9 161.64 181 175 x 125 169 125 5,5 8
Keterangan: = Balok yang ditinjau = Balok yang terbesar
Zx Penampang
Kode Zx
Pakai Profil
Balok (cm3) d b tw tf
(cm3)
(mm) (mm) (mm) (mm)
A2-1 426.12 502 250 x 175 244 175 7 11
A2-2 108.82 136 125 x 125 125 125 6,5 9
A2-3 793.40 893 300 x 200 298 201 9 14
A2-4 217.65 277 200 x 150 194 150 6 9
A2-5 793.40 893 300 x 200 298 201 9 14
A2-6 426.12 502 250 x 175 244 175 7 11
A2-7 367.28 472 200 x 200 200 200 8 12
B2-1 212.55 277 200 x 150 194 150 6 9
B2-2 465.57 628 200 x 200 208 202 10 16
B2-3 425.10 498 200 x 200 200 204 12 12
B2-4 367.28 472 200 x 200 200 200 8 12
B2-5 793.40 893 300 x 200 298 201 9 14
B2-6 734.57 867 250 x 250 250 250 9 14
B2-7 108.82 136 125 x 125 125 125 6,5 9
B2-8 217.65 277 200 x 150 194 150 6 9
B2-9 426.12 502 250 x 175 244 175 7 11
Keterangan: = Balok yang terbesar
Zx Penampang
Kode Zx
Pakai Profil
Balok (cm3) d b tw tf
(cm3)
(mm) (mm) (mm) (mm)
A1-1 426.12 502 250 x 175 244 175 7 11
A1-2 108.82 136 125 x 125 125 125 6,5 9
A1-3 793.40 893 300 x 200 298 201 9 14
A1-4 217.65 277 200 x 150 194 150 6 9
A1-5 793.40 893 300 x 200 298 201 9 14
A1-6 426.12 502 250 x 175 244 175 7 11
A1-7 367.28 472 200 x 200 200 200 8 12
B1-1 212.55 277 200 x 150 194 150 6 9
B1-2 465.57 628 200 x 200 208 202 10 16
B1-3 425.10 498 200 x 200 200 204 12 12
B1-4 367.28 472 200 x 200 200 200 8 12
B1-5 793.40 893 300 x 200 298 201 9 14
B1-6 734.57 867 250 x 250 250 250 9 14
B1-7 108.82 136 125 x 125 125 125 6,5 9
B1-8 217.65 277 200 x 150 194 150 6 9
B1-9 426.12 502 250 x 175 244 175 7 11
Keterangan: = Balok yang terbesar
Preliminary Design Pelat terdiri dari pelat satu arah dan pelat dua arah.
Berikut ini merupakan persamaan untuk menghitung ketebalan minimum pelat
berdasarkan SNI 2847:2019 pasal 7.3.1.1 untuk pelat satu arah yang ditunjukkan
pada Tabel 2.14, sedangkan pelat dua arah berdasarkan SNI 2847:2019 pasal
8.3.1.1 yang ditunjukkan pada Tabel 2.15 Berikut ini.
Tabel 2.14 Ketebalan Minimum Pada Pelat Solid Satu Arah Non Prategang
Kondisi Tumpuan H minimum
𝐿
Tumpuan Sederhana 20
𝐿
Satu Ujung Menerus 24
𝐿
Kedua Ujung Menerus 28
𝐿
Kantilever 10
Tabel 2.15 Ketebalan Minimum Pelat Dua Arah Non Prategang Tanpa Balok
Interior
𝐿𝑛
t= 33
Berdasarkan persamaan di atas pada pelat lantai 3 dengan kode pelat PA-1
yang memiliki panjang melintang 6m dan panjang memanjang 5m, maka tebal
pelat memanjang dan melintangnya adalah sebagai berikut:
𝐿𝑛
𝑡𝑚𝑒𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 = 33
6
𝑡𝑚𝑒𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 = 33
𝑡𝑚𝑒𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 = 0.18 m
𝑡𝑚𝑒𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 = 180 mm
𝐿𝑛
𝑡𝑚𝑒𝑚𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 = 33
5
𝑡𝑚𝑒𝑚𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 = 33
𝑡𝑚𝑒𝑚𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 = 0.15 m
𝑡𝑚𝑒𝑚𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 = 150 mm
Tabel 2.16 berikut ini merupakan rekapitulasi tebal pelat yang digunakan
di lantai 3 pada perencanaan gedung DPR di Kota Pariaman.
L L
Nama Jenis Jenis t pakai
Melintang Memanjang Melintang Memanjang
Pelat Pelat Panel (m)
(m) (m)
Pelat
PA-1 6 5 Interior 0.18 0.15
dua arah
Pelat
PA-2 4 5 Interior 0.12 0.15
dua arah
Pelat
PA-3 6 6 Interior 0.18 0.18
dua arah
0.18
Pelat
PA-4 4 6 Interior 0.12 0.18
dua arah
Pelat
PA-5 6 4 Interior 0.18 0.12
dua arah
Pelat
PA-6 4 4 Interior 0.12 0.12
dua arah
Berdasarkan Tabel 2.16 di atas, maka tebal pelat yang digunakan pada
lantai 3 dalam perencanaan adalah setebal 0,18m atau setara dengan 180mm.
Selanjutnya, Tabel 2.17 dibawah ini merupakan rekapitulasi tebal pelat yang
digunakan di lantai 2 pada perencanaan gedung DPR di Kota Pariaman.
L L
Nama Jenis Jenis t pakai
Melintang Memanjang Melintang Memanjang
Pelat Pelat Panel (m)
(m) (m)
Pelat
PA-1 6 5 Interior 0.18 0.15
dua arah
Pelat
PA-2 4 5 Interior 0.12 0.15
dua arah
Pelat
PA-3 6 6 Interior 0.18 0.18
dua arah
0.18
Pelat
PA-4 4 6 Interior 0.12 0.18
dua arah
Pelat
PA-5 6 4 Interior 0.18 0.12
dua arah
Pelat
PA-6 4 4 Interior 0.12 0.12
dua arah
Berdasarkan Tabel 2.17 di atas, maka tebal pelat yang digunakan pada
lantai 2 dalam perencanaan adalah setebal 0,18m atau setara dengan 180mm.
Selanjutnya, Tabel 2.18 dibawah ini juga merupakan rekapitulasi tebal pelat yang
digunakan di lantai 1 pada perencanaan gedung DPR di Kota Pariaman.
L L
Nama Jenis Jenis t pakai
Melintang Memanjang Melintang Memanjang
Pelat Pelat Panel (m)
(m) (m)
Pelat
PA-1 6 5 Interior 0.18 0.15
dua arah
0.18
Pelat
PA-2 4 5 Interior 0.12 0.15
dua arah
Pelat
PA-3 6 6 Interior 0.18 0.18
dua arah
Pelat
PA-4 4 6 Interior 0.12 0.18
dua arah
Pelat
PA-5 6 4 Interior 0.18 0.12
dua arah
Pelat
PA-6 4 4 Interior 0.12 0.12
dua arah
Berdasarkan Tabel 2.18 di atas, maka tebal pelat yang digunakan pada
lantai 1 dalam perencanaan adalah setebal 0,18m atau setara dengan 180mm.
Maka, tebal pelat yang digunakan pada perencanaan ini di setiap lantai adalah
sebesar 180mm.
Dimana:
2
𝑃𝑢 = Beban terfaktor (𝑘𝑔/𝑚 )
𝑅𝑢 ≤ ∅ 𝑅𝑛
Dimana:
𝑃𝑢 = Kekuatan perlu menggunakan kombinasi beban DFBT
𝑃𝑛 = Kekuatan nominal
● Menghitung nilai Ag
Ag merupakan luas penampang kotor yang mana dapat diperoleh
berdasarkan persamaan di bawah ini.
𝑅𝑛 × ω
𝐴𝑔 = 𝑓𝑦
1.43
ω = 1.6 −(0.67 × λ𝑐)
1 𝑙𝑘 𝑓𝑦
λ𝑐 = π
× 𝑖𝑚𝑖𝑛
× 𝐸
𝐿𝑘 = L × 𝐾𝑐
𝑙𝑘
𝑖𝑚𝑖𝑛 = 50
Dimana:
2
𝐴𝑔 = Luas penampang kotor (𝑐𝑚 )
𝑓𝑦 = Tegangan leleh (Mpa)
𝑙𝑘 = Panjang tekuk
Didapatkan total beban mati pada lantai 3 yaitu sebesar 16144.43 kg. Tabel
2.20 di bawah merupakan rekapitulasi beban hidup pada kolom lantai 3 dengan
kode kolom KF-3.
Didapatkan total beban hidup pada lantai 3 yaitu sebesar 4620 kg.
Selanjutnya menghitung beban terfaktor pada kolom lantai 3 dengan kode kolom
KF-3.
𝑃𝑢 = 1.2 DL + 1.6 LL
𝑃𝑢 = 26765.316 kg
Maka, didapatkan nilai beban terfaktor pada kolom dengan kode KF-3
adalah sebesar 26765.316 kg.
𝑃𝑢
𝑃𝑛 = ∅
26765.316
𝑃𝑛 = 0.90
𝑃𝑛 = 31488.607 kg
Didapatkan besar nilai beban aksial pada kolom lantai 3 dengan kode
KF-1 sebesar 31488.607 kg.
3. Menghitung nilai 𝐴𝑔
dihitung terlebih dahulu. Nilai pertama yang harus dihitung yaitu nilai 𝐿𝑘 dengan
𝐿𝑘 = L × 𝐾𝑐
𝐿𝑘 = 0.65 × 4
𝐿𝑘 = 2.6 m
𝑙𝑘
𝑖𝑚𝑖𝑛 = 50
2.6
𝑖𝑚𝑖𝑛 = 50
𝑖𝑚𝑖𝑛 = 0.052
1 𝑙𝑘 𝑓𝑦
λ𝑐 = π
× 𝑖𝑚𝑖𝑛
× 𝐸
1 2.6 250
λ𝑐 = 3.14
× 0.052
× 200000
λ𝑐 = 0.56
1.43
ω= 1.6 −(0.67 × λ𝑐)
1.43
ω= 1.6 −(0.67 ×0.56)
ω = 1.17
𝑃𝑛 × ω × 𝑆𝐹
𝐴𝑔 = 𝑓𝑦
3
𝐴𝑔 = 36.11 𝑐𝑚
3
Didapatkan besar nilai penampang kotor yaitu 36.11 𝑐𝑚
tabel profil baja IWF diperoleh dimensi penampang kolom KF-3 yaitu 150 mm ×
150 mm × 7 mm × 10 mm.
Tabel 2.21 di bawah merupakan rekapitulasi perhitungan dimensi penampang
kolom lantai 3 pada perencanaan Gedung DPR Tiga Lantai di Kota Pariaman.
Penampang
Kode Ag Ag Pakai Berat
d b tw tf
Kolom
cm2 cm2 mm mm mm mm Kg/m
KA-3 8.346 21,90 100 100 6 8 17.2
KB-3 13.829 21,90 100 100 6 8 17.2
KC-3 16.571 21,90 100 100 6 8 17.2
KD-3 18.188 21,90 100 100 6 8 17.2
KE-3 29.994 30,31 125 125 6,5 9 23.8
KF-3 36.112 40,14 150 150 7 10 31.5
KG-3 16.547 21,90 100 100 6 8 17.2
KH-3 27.419 30,31 125 125 6,5 9 23.8
KI-3 36.112 40,14 150 150 7 10 31.5
KJ-3 6.705 21,90 100 100 6 8 17.2
KK-3 11.112 21,90 100 100 6 8 17.2
KL-3 32.855 40,14 150 150 7 10 31.5
KM-3 17.721 21,90 100 100 6 8 17.2
KN-3 6.705 21,90 100 100 6 8 17.2
KO-3 16.547 21,90 100 100 6 8 17.2
KP-3 5.737 21,90 100 100 6 8 17.2
KQ-3 20.439 21,90 100 100 6 8 17.2
KR-3 1.275 21,90 100 100 6 8 17.2
Keterangan: = Kolom yang terbesar
B. Kolom Lantai 2
Didapatkan total beban mati pada lantai 3 yaitu sebesar 20693.85 kg.
Tabel 2.23 di bawah merupakan rekapitulasi beban hidup pada kolom lantai 3
dengan kode kolom KF-2.
𝑃𝑢 = 1.2 DL + 1.6 LL
𝑃𝑢 = 77377.008 kg
Maka, didapatkan nilai beban terfaktor pada kolom dengan kode KF-2
adalah sebesar 77377.008 kg.
2. Menghitung beban aksial
Menghitung beban aksial pada kolom lantai 3 dengan kode kolom KF-3
sebagai berikut.
𝑃𝑢
𝑃𝑛 = ∅
77377.008
𝑃𝑛 = 0.90
𝑃𝑛 = 91031.774 kg
Didapatkan besar nilai beban aksial pada kolom lantai 3 dengan kode
KF-1 sebesar 91031.774 kg.
3. Menghitung nilai 𝐴𝑔
dihitung terlebih dahulu. Nilai pertama yang harus dihitung yaitu nilai 𝐿𝑘 dengan
𝐿𝑘 = 0.65 × 4
𝐿𝑘 = 2.6 m
2.6
𝑖𝑚𝑖𝑛 = 50
𝑖𝑚𝑖𝑛 = 0.052
1 𝑙𝑘 𝑓𝑦
λ𝑐 = π
× 𝑖𝑚𝑖𝑛
× 𝐸
1 2.6 250
λ𝑐 = 3.14
× 0.052
× 200000
λ𝑐 = 0.56
1.43
ω= 1.6 −(0.67 × λ𝑐)
1.43
ω= 1.6 −(0.67 ×0.56)
ω = 1.17
𝑃𝑛 × ω × 𝑆𝐹
𝐴𝑔 = 𝑓𝑦
3
𝐴𝑔 = 104.40 𝑐𝑚
3
Didapatkan besar nilai penampang kotor yaitu 104.40 𝑐𝑚
tabel profil baja IWF diperoleh dimensi penampang kolom KF-2 yaitu 250 mm ×
255 mm × 14 mm × 14 mm.
Tabel 2.24 di bawah ini merupakan rekapitulasi perhitungan dimensi
penampang kolom lantai 3 pada perencanaan Gedung DPR Tiga Lantai di Kota
Pariaman.
Penampang
Kode Ag Ag Pakai Berat
d b tw tf
Kolom
cm2 cm2 mm mm mm mm Kg/m
KA1-2 27.98 30,31 125 125 6,5 9 23.8
KA2-2 27.19 30,31 125 125 6,5 9 23.8
KB1-2 45.70 51,21 175 175 7,5 11 40.2
KB2-2 49.42 51,21 175 175 7,5 11 40.2
KB3-2 46.34 51,21 175 175 7,5 11 40.2
KB4-2 45.70 51,21 175 175 7,5 11 40.2
KC-2 55.48 63,53 200 200 8 12 49.9
KD1-2 59.52 63,53 200 200 8 12 49.9
KD2-2 63.21 51,21 175 175 7,5 11 40.2
KE1-2 97.50 104,7 250 255 14 14 82.2
KE2-2 93.81 104,7 250 255 14 14 82.2
KE3-2 87.04 92,18 250 250 9 14 72.4
KE4-2 97.50 104,7 250 255 14 14 82.2
KF-2 104.40 104,7 250 255 14 14 82.2
KG1-2 31.21 30,31 125 125 6,5 9 23.8
KG2-2 57.87 63,53 200 200 8 12 49.9
KH1-2 85.50 92,18 250 250 9 14 72.4
KH2-2 86.73 92,18 250 250 9 14 72.4
KH3-2 85.50 92,18 250 250 9 14 72.4
KH4-2 89.19 92,18 250 250 9 14 72.4
KH5-2 87.96 92,18 250 250 9 14 72.4
KH6-2 87.96 92,18 250 250 9 14 72.4
KI-2 102.40 104,7 250 255 14 14 82.2
KJ1-2 12.68 21,90 100 100 6 8 17.2
KJ2-2 25.79 30,31 125 125 6,5 9 23.8
KK1-2 37.28 40,14 150 150 7 10 31.5
KK2-2 36.40 40,14 150 150 7 10 31.5
KK3-2 40.97 51,21 175 175 7,5 11 40.2
KL-2 102.40 104,7 250 255 14 14 82.2
KM1-2 58.01 63,53 200 200 8 12 49.9
KM2-2 61.38 63,53 200 200 8 12 49.9
KN1-2 23.26 30,31 125 125 6,5 9 23.8
KN2-2 25.79 30,31 125 125 6,5 9 23.8
KO1-2 57.87 63,53 200 200 8 12 49.9
KO2-2 54.17 63,53 200 200 8 12 49.9
KP-2 50.77 51,21 175 175 7,5 11 40.2
Keterangan: = Kolom yang terbesar
C. Kolom Lantai 1
Didapatkan total beban mati pada lantai 1 yaitu sebesar 20952.09 kg.
Tabel 2.26 di bawah merupakan rekapitulasi beban hidup pada kolom lantai 1
dengan kode kolom KF-1.
Didapatkan total beban hidup pada lantai 1 yaitu sebesar 8076.09 kg.
Selanjutnya menghitung beban terfaktor pada kolom lantai 1 dengan kode kolom
KF-1.
𝑃𝑢 = 1.2 DL + 1.6 LL
𝑃𝑢 =115441.26 kg
Maka, didapatkan nilai beban terfaktor pada kolom dengan kode KF-1
adalah sebesar 115441.26 kg.
𝑃𝑢
𝑃𝑛 = ∅
115441.26
𝑃𝑛 = 0.90
𝑃𝑛 = 135813.247 kg
Didapatkan besar nilai beban aksial pada kolom lantai 1 dengan kode
KF-1 sebesar 135813.247 kg.
3. Menghitung nilai 𝐴𝑔
dihitung terlebih dahulu. Nilai pertama yang harus dihitung yaitu nilai 𝐿𝑘 dengan
𝐿𝑘 = L × 𝐾𝑐
𝐿𝑘= 0.65 × 4
𝐿𝑘 = 2.6 m
𝑙𝑘
𝑖𝑚𝑖𝑛= 50
2.6
𝑖𝑚𝑖𝑛 = 50
𝑖𝑚𝑖𝑛 = 0.052
1 𝑙𝑘 𝑓𝑦
λ𝑐 = π
× 𝑖𝑚𝑖𝑛
× 𝐸
1 2.6 250
λ𝑐 = 3.14
× 0.052
× 200000
λ𝑐 = 0.56
1.43
ω= 1.6 −(0.67 × λ𝑐)
1.43
ω= 1.6 −(0.67 ×0.56)
ω = 1.17
𝑃𝑛 × ω × 𝑆𝐹
𝐴𝑔 = 𝑓𝑦
3
𝐴𝑔 = 155.75 𝑐𝑚
3
Didapatkan besar nilai penampang kotor yaitu 155.75 𝑐𝑚
tabel profil baja IWF diperoleh dimensi penampang kolom KF-1 yaitu 344 mm ×
354 mm × 16 mm × 16 mm.
Tabel 2.27 di bawah ini merupakan rekapitulasi perhitungan dimensi
penampang kolom lantai 1 pada perencanaan Gedung DPR Tiga Lantai di Kota
Pariaman.
Penampang
Ag Ag Pakai Berat
Kode
d b tw tf
Kolom
cm2 cm2 mm mm mm mm Kg/m
A. Spesifikasi Tangga
Adapun perencanaan tangga baja pada struktur bangunan Gedung DPR 3
lantai dihitung berdasarkan SNI 1746-2000 dengan persyaratan sebagai berikut:
Keterangan Nilai
Lebar bersih dari segala rintangan, 110 cm (44 inci) , 90cm (36 inci),
kecuali tonjolan atau dibawah tinggi apabila total beban hunian dari semua
pegangan pada tiap sisinya tidak lebih lantai-lantai yang dilayani oleh jalur
dari 9cm tangga kurang dari 50
Berdasarkan peraturan pada Tabel 2.28, data perencanaan tangga baja pada
struktur bangunan Gedung DPR 3 lantai dalam Tabel 2.29 sebagai berikut:
B. Design Tangga
Tangga yang didesain direncanakan untuk menghubungkan lantai 1 dan
lantai 2 serta lantai 2 dan lantai 3. Tangga yang di desain menjadi dua arah yaitu
untuk arah naik dan juga arah turun. Jarak antar tangga ialah 4 meter untuk lantai
1 ke lantai 2, dan lantai 2 ke lantai 3. Tangga di desain dengan lear bordes 1 meter
dengan panjang 3 meter. Gambar rencana desain tangga sebagai berikut:
1. Syarat Antrade (lebar anak tangga) dan Optrade (tinggi anak tangga)
Syarat untuk antrade dan optrade adalah sebagai berikut:
57 ≤ 2 𝑂𝑝𝑡𝑟𝑎𝑑𝑒 + 𝐴𝑛𝑡𝑟𝑎𝑑𝑒 ≤ 65
2(18) + 25 ≤ 65
57 ≤ 61 ≤ 65 (Syarat Memenuhi)
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑇𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎
𝑛 = 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐴𝑛𝑎𝑘 𝑇𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎
200
𝑛 = 18
25° ≤ α ≤ 40°
−1 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛
25° ≤ 𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔
≤ 40°
−1 18
25° ≤ 𝑡𝑎𝑛 25
≤ 40°
2. Beban Hidup
Beban hidup merupakan beban yang diakibatkan oleh pengguna dan
penghuni. Beban hidup atap merupakan beban yang diakibatkan pelaksanaan
pemeliharaan oleh pekerja, peralatan, dan material. Selain itu juga beban selama
masa layan struktur yang diakibatkan oleh benda bergerak, seperti tanaman atau
benda dekorasi kecil yang tidak berhubungan dengan penghunian. Pembebanan
balok disesuaikan dengan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung
(PPIUG) 1983 dan SNI 1727: 2013.
Sambungan 5,8875
b. Perhitungan Momen Akibat Beban Mati dan Momen Akibat Beban Hidup
Berdasarkan akumulasi beban, maka adapun hasil perhitungan momen
masing-masing akibat beban mati dan beban hidup adalah sebagai berikut:
1
𝑀𝑑 = 8
𝑞D𝐿2
1
𝑀𝑑 = 8
(64, 7625)(0, 25)2 = 0,51 kgm
1
𝑀𝐿 = 8
𝑞L𝐿2
1
𝑀𝐿 = 8
(732, 36)(0, 25)2 = 5,72 kgm
1
𝑀𝐿 = 4
𝑃L𝐿2
1
𝑀𝐿 = 4
(135, 62)(0, 25)2 = 2,12 kgm
Momen akibat beban hidup yang diambil adalah nilai yang terbesar yaitu
5,72 kgm.
𝑀U = 1, 2𝑀D+ 1, 6𝑀L
𝑀U = (1, 2 × 0, 51)+(1, 6 × 5, 72) = 9,76 kgm
1 2
𝑍𝑥 = 4
𝑏. ℎ
ϕ𝑀𝑛 = 0, 9 × 𝑍𝑥 × 𝑓𝑦
ϕ𝑀𝑛 ≥ 𝑀𝑢
1 2 3
𝑍𝑥 = 4
150. 0, 5 = 9, 38 𝑐𝑚
𝐿
∆𝑖𝑧𝑖𝑛 = 240
25
∆𝑖𝑧𝑖𝑛 = 240
= 0, 104 𝑐𝑚
1 3
𝐼𝑥 = 12
𝑏. ℎ
2
5.𝑞.𝐿
∆= 384𝐸𝐼
Sehingga dilakukan perhitungan dengan persamaan diatas sebagai berikut.
1 3 4
𝐼𝑥 = 12
150. 0, 5 = 1, 56 𝑐𝑚
2
5.7,97.25
∆= 384.2000000.1,56
= 0, 013 𝑐𝑚
∆ < ∆𝑖𝑧𝑖𝑛
0, 013 𝑐𝑚 < 0, 104 𝑐𝑚 (Memenuhi Syarat)
Karena semua syarat terpenuhi, maka tebal pelat anak tangga 5 mm dapat
digunakan.
d 50 mm
b 50 mm
W 6,74 kg/m
A 8,24 cm2
ix 1,47 cm
iy 1,47 cm
t 9 mm
Jx 17,9 cm4
Jy 17,9 cm4
(Sumber: Tabel Profil Baja Morisco)
Sambungan 1,65525
b. Perhitungan Momen Akibat Beban Mati dan Momen Akibat Beban Hidup
Berdasarkan akumulasi beban, maka adapun hasil perhitungan momen
masing-masing akibat beban mati dan beban hidup adalah sebagai berikut:
1
𝑀𝑑 = 8
𝑞D𝐿2
1
𝑀𝑑 = 8
(18, 20775)(1, 5)2 = 5,12 kgm
1
𝑀𝐿 = 8
𝑞L𝐿2
1
𝑀𝐿 = 8
(122, 06)(1, 5)2 = 34,33 kgm
1
𝑀𝐿 = 4
𝑃L𝐿2
1
𝑀𝐿 = 4
(135, 62)(1, 5)2 = 76,29 kgm
Momen akibat beban hidup yang diambil adalah nilai yang terbesar yaitu
76,29 kgm.
𝑀U = 1, 2𝑀D+ 1, 6𝑀L
𝑀U = (1, 2 × 5, 12)+(1, 6 × 76, 29) = 128,20 kgm
1 1
𝑉U = 1, 2( 2 × 𝑀D × 𝐿) + 1, 6( 2 × 𝑀L × 2)
1 1
𝑉U = 1, 2( 2 × 5, 12 × 1, 5) + 1, 6( 2 × 76, 29 × 2)
𝑉U = 126, 67 𝑘𝑔
λ < λ𝑝
𝑏𝑓 𝐸
𝑡𝑓
< 0, 54 < 𝑓𝑦
50 2000000
9
< 0, 54 < 250
1 1
𝑍𝑥 = (𝑡𝑓 × 𝑑 × 2
× 𝑑) + (𝑡𝑓 × (𝑏 − 𝑡𝑓) × 2
) × 𝑡𝑤
ϕ𝑀𝑛 = 0, 9 × 𝑍𝑥 × 𝑓𝑦
ϕ𝑀𝑛 ≥ 𝑀𝑢
Sehingga dilakukan perhitungan dengan persamaan diatas sebagai berikut.
1 1
𝑍𝑥 = (9 × 50 × 2
× 50) + (9 × (50 − 9) × 2
) × 9 = 12, 91 𝑐𝑚3
ℎ 1,2×𝐸
𝑡𝑤
< 1, 10 × 𝑓𝑦
50 1,2×200000
9
< 1, 10 × 250
5, 5 < 34, 08
Sambungan 7,85
b. Perhitungan Momen Akibat Beban Mati dan Momen Akibat Beban Hidup
Berdasarkan akumulasi beban, maka adapun hasil perhitungan momen
masing-masing akibat beban mati dan beban hidup adalah sebagai berikut:
1
𝑀𝑑 = 8
𝑞D𝐿2
1
𝑀𝑑 = 8
(86, 35)(1)2 = 10,80 kgm
1
𝑀𝐿 = 8
𝑞L𝐿2
1
𝑀𝐿 = 8
(488, 24)(1)2 = 61,03 kgm
𝑀U = 1, 2𝑀D+ 1, 6𝑀L
𝑀U = (1, 2 × 10, 80)+(1, 6 × 61, 03) = 110,60 kgm
1 2
𝑍𝑥 = 4
𝑏. ℎ
ϕ𝑀𝑛 = 0, 9 × 𝑍𝑥 × 𝑓𝑦
ϕ𝑀𝑛 ≥ 𝑀𝑢
Sehingga dilakukan perhitungan dengan persamaan diatas sebagai berikut.
1 2
𝑍𝑥 = 4
100. 1 = 25 𝑐𝑚3
𝐿
∆𝑖𝑧𝑖𝑛 = 240
50
∆𝑖𝑧𝑖𝑛 = 240
= 0, 208 𝑐𝑚
1 3
𝐼𝑥 = 12
𝑏. ℎ
2
5.𝑞.𝐿
∆= 384𝐸𝐼
1 3 4
𝐼𝑥 = 12
50. 1 = 4, 17 𝑐𝑚
2
5.5,75.50
∆= 384.2000000.4,17
= 0, 056 𝑐𝑚
∆ < ∆𝑖𝑧𝑖𝑛
0, 056 𝑐𝑚 < 0, 208 𝑐𝑚 (Memenuhi Syarat)
d 100 mm
bf 50 mm
W 9,3 kg/m
A 11,85 cm2
ix 3,98 cm
iy 1,12 cm
tw 5 mm
tf 7 mm
Zx 37,5 cm3
Zy 5,91 cm3
Jx 187 cm4
Jy 14,8 cm4
hw 70 mm
ho 93 mm
r 8 mm
J 13450 mm
(Sumber: Tabel Profil Baja Morisco)
Sambungan 3,925
b. Perhitungan Momen Akibat Beban Mati dan Momen Akibat Beban Hidup
Berdasarkan akumulasi beban, maka adapun hasil perhitungan momen
masing-masing akibat beban mati dan beban hidup adalah sebagai berikut:
1
𝑀𝑑 = 8
𝑞D𝐿2
1
𝑀𝑑 = 8
(43, 175)(1)2 = 5,40 kgm
1
𝑀𝐿 = 8
𝑞L𝐿2
1
𝑀𝐿 = 8
(244, 12)(1)2 = 30,52 kgm
𝑀U = 1, 2𝑀D+ 1, 6𝑀L
𝑀U = (1, 2 × 5, 40)+(1, 6 × 30, 52) = 55,30 kgm
1
𝑉D = 2
𝑞D × 𝐿
1
𝑉D = 2
43, 18 × 1 = 21, 59 𝑘𝑔
1
𝑉L = 2
𝑞L × 𝐿
1
𝑉L = 2
244, 12 × 1 = 122, 06 𝑘𝑔
𝑉U = 1, 2𝑉D+ 1, 6𝑉L
𝑉U = (1, 2 × 21, 59) + (1, 6 × 122, 06) = 221, 20 𝑘𝑔
Sayap
λ < λ𝑝
𝑏𝑓 𝐸
𝑡𝑓
< 0, 38 × 𝑓𝑦
50 2000000
7
< 0, 38 × 250
Badan
λ < λ𝑝
ℎ 𝐸
𝑡𝑤
< 3, 76 × 𝑓𝑦
70 2000000
5
< 3, 76 × 250
Setelah dipastikan bahwa profil yang digunakan adalah profil kompak, maka
momen nominal dihitung menggunakan persamaan berikut
ϕ𝑀𝑛 = 0, 9 × 𝑍𝑥 × 𝑓𝑦
ϕ𝑀𝑛 = 0, 9 × 37, 5 × 2549, 25 = 86037, 19 𝑘𝑔𝑐𝑚 = 860, 37 𝑘𝑔𝑚
ϕ𝑀𝑛 ≥ 𝑀𝑢
860, 37 𝑘𝑔𝑚 ≥ 55, 30 𝑘𝑔𝑚 (Memenuhi Syarat)
ℎ 𝐸
𝑡𝑤
< 2, 24 × 𝑓𝑦
100 2000000
5
< 2, 24 × 250
20 < 63, 36
Dari hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai Cv1 adalah
1, seperti yang tertera pada SNI 1729:2020 persamaan G2-3. Setelah itu, nilai Vn
bisa dicari menggunakan persamaan yang ada pada SNI 1729:2020 pasal G2.1.
𝑉𝑛 = 0, 6 × 𝑓𝑦 × ℎ × 𝑡𝑤 × 𝐶𝑣1
𝑉𝑛 = 0, 6 × 250 × 10 × 0, 5 × 1
𝑉𝑛 = 7647, 75 𝑘𝑔
ϕ𝑉𝑛 ≥ 𝑉𝑢
6882, 98 𝑘𝑔 ≥ 221, 20 𝑘𝑔 (Memenuhi Syarat)
d 250 mm
bf 125 mm
W 25,7 kg/m
A 32,68 cm2
ix 10,4 cm
iy 2,79 cm
tw 5 mm
tf 8 mm
Zx 285 cm3
Zy 41,1 cm3
Jx 3540 cm4
Jy 255 cm4
hw 210 mm
ho 242 mm
r 12 mm
J 51417 mm
(Sumber: Tabel Profil Baja Morisco)
Sambungan 14,89
Sambungan 8,78
b. Perhitungan Momen Akibat Beban Mati dan Momen Akibat Beban Hidup
Berdasarkan akumulasi beban, maka adapun hasil perhitungan momen
masing-masing akibat beban mati dan beban hidup adalah sebagai berikut:
1
𝑀𝑑 = 8
𝑞D𝐿2
1
𝑀𝑑 = 8
(163, 83)(1, 5)2 = 46,08 kgm
1
𝑀𝐿 = 8
𝑞L𝐿2
1
𝑀𝐿 = 8
(366, 18)(1, 5)2 = 102,99 kgm
𝑀U = 1, 2𝑀D+ 1, 6𝑀L
𝑀U = (1, 2 × 46, 08)+(1, 6 × 102, 99) = 220,07 kgm
1
𝑉D = 2
𝑞D × 𝐿
1
𝑉D = 2
96, 58 × 1, 5 = 72, 44 𝑘𝑔
1
𝑉L = 2
𝑞L × 𝐿
1
𝑉L = 2
488, 24 × 1, 5 = 366, 18 𝑘𝑔
𝑉U = 1, 2𝑉D+ 1, 6𝑉L
𝑉U = (1, 2 × 72, 44) + (1, 6 × 366, 18) = 672, 81 𝑘𝑔
Sayap
λ < λ𝑝
𝑏𝑓 𝐸
𝑡𝑓
< 0, 38 × 𝑓𝑦
125 2000000
8
< 0, 38 × 250
Badan
λ < λ𝑝
ℎ 𝐸
𝑡𝑤
< 3, 76 × 𝑓𝑦
210 2000000
5
< 3, 76 × 250
Setelah dipastikan bahwa profil yang digunakan adalah profil kompak, maka
momen nominal dihitung menggunakan persamaan berikut
ϕ𝑀𝑛 = 0, 9 × 𝑍𝑥 × 𝑓𝑦
ϕ𝑀𝑛 = 0, 9 × 285 × 2549, 25 = 653882, 625 𝑘𝑔𝑐𝑚 = 6538, 83 𝑘𝑔𝑚
ϕ𝑀𝑛 ≥ 𝑀𝑢
6538, 83 𝑘𝑔𝑚 ≥ 220, 07 𝑘𝑔𝑚 (Memenuhi Syarat)
f. Kontrol Terhadap Geser
Berikunya adalah mengecek kekuatan geser dari profil baja. Nilai kv
sebesar 5,34 seperti yang tertera pada SNI 1729:2020 halaman 70. Dengan
menggunakan nilai kv, maka koefisein Cv1 bisa dicari melalui persamaan berikut.
ℎ 𝐸
𝑡𝑤
< 2, 24 × 𝑓𝑦
196 2000000
5
< 2, 24 × 250
20 < 63, 36
Dari hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai Cv1 adalah
1, seperti yang tertera pada SNI 1729:2020 persamaan G2-3. Setelah itu, nilai Vn
bisa dicari menggunakan persamaan yang ada pada SNI 1729:2020 pasal G2.1.
𝑉𝑛 = 0, 6 × 𝑓𝑦 × ℎ × 𝑡𝑤 × 𝐶𝑣1
𝑉𝑛 = 0, 6 × 250 × 25 × 0, 5 × 1
𝑉𝑛 = 19119, 375 𝑘𝑔
ϕ𝑉𝑛 ≥ 𝑉𝑢
17207, 44 𝑘𝑔 ≥ 672, 81 𝑘𝑔 (Memenuhi Syarat)
Karena semua syarat terpenuhi, maka profil IWF 250 × 125 × 5 × 8 dapat
digunakan sebagai balok utama tangga.
d 250 mm
bf 175 mm
W 44,1 kg/m
A 56,24 cm2
ix 10,4 cm
iy 4,18 cm
tw 7 mm
tf 11 mm
Zx 502 cm3
Zy 113 cm3
Jx 6120 cm4
Jy 984 cm4
hw 196 mm
ho 239 mm
r 16 mm
J 17769 mm
(Sumber: Tabel Profil Baja Morisco)
Sambungan 3,925
b. Perhitungan Momen Akibat Beban Mati dan Momen Akibat Beban Hidup
Berdasarkan akumulasi beban, maka adapun hasil perhitungan momen
masing-masing akibat beban mati dan beban hidup adalah sebagai berikut:
1
𝑀𝑑 = 8
𝑞D𝐿2
1
𝑀𝑑 = 8
(43, 175)(3)2 = 48,57 kgm
1
𝑀𝐿 = 8
𝑞L𝐿2
1
𝑀𝐿 = 8
(244, 12)(3)2 = 274,64 kgm
𝑀U = 1, 2𝑀D+ 1, 6𝑀L
𝑀U = (1, 2 × 48, 57)+(1, 6 × 274, 64) = 497,70 kgm
1
𝑉D = 2
𝑞D × 𝐿
1
𝑉D = 2
43, 175 × 3 = 64, 76 𝑘𝑔
1
𝑉L = 2
𝑞L × 𝐿
1
𝑉L = 2
244, 12 × 1, 5 = 183, 09 𝑘𝑔
𝑉U = 1, 2𝑉D+ 1, 6𝑉L
𝑉U = (1, 2 × 64, 76) + (1, 6 × 183, 09) = 370, 659 𝑘𝑔
Sayap
λ < λ𝑝
𝑏𝑓 𝐸
𝑡𝑓
< 0, 38 × 𝑓𝑦
175 2000000
11
< 0, 38 × 250
Badan
λ < λ𝑝
ℎ 𝐸
𝑡𝑤
< 3, 76 × 𝑓𝑦
196 2000000
7
< 3, 76 × 250
Setelah dipastikan bahwa profil yang digunakan adalah profil kompak, maka
momen nominal dihitung menggunakan persamaan berikut
ϕ𝑀𝑛 = 0, 9 × 𝑍𝑥 × 𝑓𝑦
ϕ𝑀𝑛 = 0, 9 × 502 × 2549, 25 = 1151751, 15 𝑘𝑔𝑐𝑚 = 11517, 51 𝑘𝑔𝑚
ϕ𝑀𝑛 ≥ 𝑀𝑢
11517, 51 𝑘𝑔𝑚 ≥ 497, 70 𝑘𝑔𝑚 (Memenuhi Syarat)
ℎ 𝐸
𝑡𝑤
< 2, 24 × 𝑓𝑦
196 2000000
7
< 2, 24 × 250
5, 5 < 34, 08
Dari hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai Cv1 adalah
1, seperti yang tertera pada SNI 1729:2020 persamaan G2-3. Setelah itu, nilai Vn
bisa dicari menggunakan persamaan yang ada pada SNI 1729:2020 pasal G2.1.
𝑉𝑛 = 0, 6 × 𝑓𝑦 × ℎ × 𝑡𝑤 × 𝐶𝑣1
𝑉𝑛 = 0, 6 × 250 × 25 × 0, 7 × 1
𝑉𝑛 = 26767, 13 𝑘𝑔
ϕ𝑉𝑛 ≥ 𝑉𝑢
24090, 41 𝑘𝑔 ≥ 370, 66 𝑘𝑔 (Memenuhi Syarat)
Karena semua syarat terpenuhi, maka profil IWF 250 × 175 × 7 × 11 dapat
digunakan sebagai balok penumpu bordes.
Pelat Tangga 5 mm
Pelat Bordes 10 mm
Pelat Tangga 5 mm
Pelat Bordes 10 mm
2.2 Pembebanan
Menurut peraturan pembebanan SNI 1727:2020, dalam perencanaan
struktur bangunan, diharapkan struktur dapat menahan beban yang diterima
sehingga memiliki kekuatan dan kekakuan yang cukup untuk memberikan
stabilitas struktural, melindungi komponen nonstruktural dan sistem. Pembebanan
struktur terdiri dari, beban mati, beban hidup dan beban lingkungan.
2.2.1 Beban Mati
Beban mati merupakan berat seluruh bahan konstruksi bangunan gedung
yang terpasang, termasuk dinding, lantai, atap, plafon, tangga, dinding partisi
tetap, finishing, kladding gedung dan komponen arsitektural dan struktural
lainnya serta peralatan layan terpasang lain. Beban mati pada struktur pada
perencanaan Bangunan Gedung DPR Tiga Lantai terdapat pada Tabel 2.27
sebagai berikut:
Berat Volume
Beban
Kg/m2
Penggantung Plafond (Suspended steel channel system) 10,2
Plafond (Acoustical fiberboard) 5,1
Ducting dan Plumbing 19,37
Plat Bondek (Deck, metal) 12.24
Berat Sendiri (Beton) 240
Keramik 78,52
Spesi (0,02) 42
Dinding Bata 102mm (Clay Brick Wythes) 190
Berat Volume
Beban
Kg/m2
Orang 100
Hujan 40
Ruang Sidang Paripurna (Ruang pertemuan lainnya) 488.24
Lobby (Ruang Pertemuan: Lobi) 488.24
Koridor (Lembaga hukum: Koridor) 390.59
Mushola (Rumah Tinggal: Ruang Publik) 488.24
Smoking Area/Balcon (Balkon dan dek) 488.24
Gudang (Gudang penyimpanan dan pekerja: Ringan) 488.24
Ruang Arsip (Gedung Perkantoran: Ruang Arsip dan
488.24
Komputer)
Elektrikal (Sistem lantai akses: Ruang kantor) 244.12
Janitor (Sistem lantai akses: Ruang kantor) 244.12
Toilet (Toilet rooms) 292.94
Tangga (Tangga dan jalan keluar) 488.24
Ruang Kerja (Gedung Perkantoran: Kantor) 244.73
Ruang Rapat Komisi (Ruang pertemuan lainnya) 488.24
Ruang Tata Usaha (Gedung Perkantoran: Kantor) 244.73
Ruang Percetakan (Gedung Perkantoran: Ruang Arsip dan
488.24
Komputer)
Auditorium (Tempat Rekreasi: Ruang dansa dan ballroom) 488.24
Cafetaria (Ruang makan dan restoran) 488.24
Ruang Rapat Kecil (Ruang pertemuan lainnya) 488.24
Ruang Pers (Ruang pertemuan lainnya) 488.24
Elektrikal (Sistem lantai akses: Ruang kantor) 244.12
Janitor (Sistem lantai akses: Ruang kantor) 244.12
(Sumber: SNI 1727:2020)
Berat Volume
Beban
Kg/m2
Orang 100
Hujan 40
(Sumber: SNI 1727:2020)
A. Langkah 1
Langkah pertama untuk menentukan beban angin adalah menentukan
kategori risiko bangunan gedung atau struktur lain sesuai dengan SNI 1727-2020
Kategori Risiko Bangunan dan Struktur lainnya untuk Beban Banjir, Angin, Salju,
Gempa, dan Es. Tabel 2.30 berikut merupakan kategori Resiko bangunan pada
bangunan rencana.
Dari tabel diatas didapatkan kategori resiko untuk bangunan Gedung DPR
tiga lantai ini adalah Kategori Risiko II yaitu kategori semua bangunan gedung
dan struktur lain kecuali mereka terdaftar dalam Kategori Risiko I, II, dan IV.
B. Langkah 2
Langkah kedua adalah menentukan kecepatan angin dasar (v) berdasarkan
standar dari Australia, HB 212-2002 – Design Wind Speeds for the Asia-Pacific
Region. Berikut dapat dilihat pada Gambar 2.12 dibawah ini.
Gambar 2.12 Design Wind Speeds for the Asia-Pasific Region
(Sumber: HB 212-2002)
Handbook Equation
Description V60 V600
Level for V R
Moderately severe
II thunderstorms and extratropical 67-41R-0.1 39 45
gales
Strong typhoons/tropical
IV 122-104R-0.1 52 66
cyclones
Dari Tabel 2.31 diatas dapat kita lihat bahwa nilai wind speed adalah 32
m/s untuk periode 60 tahunan dan 40 m/s untuk periode 600 tahunan. Berdasarkan
standar tersebut, kita dapat mengambil nilai V = 32 m/s untuk desain beban angin
pada kondisi layan (serviceability design) dan V = 40 m/s pada kondisi batas
(strength design).
C. Langkah 3
Langkah ketiga adalah menentukan parameter beban angin, pada tahap ini
terdapat beberapa parameter yang harus ditentukan, antara lain sebagai berikut.
Bangunan Gedung
0,85
Sistem Penahan Gaya Angin Utama (SPGAU)
Komponen dan Klading (K&K)
0,85
Atap Lengkung 0,85
Kubah Berbentuk Bundar 1,00a
Cerobong, tangki, dan struktur serupa
0,90
Persegi
0,95
Segi Enam
1,0a
Segi Delapan
1,0a
Bundar
Dinding solid yang berdiri bebas, peralatan
bagian atap, dan panel petunjuk solid yang 0,85
berdiri bebas serta panel petunjuk terikat
Panel petunjuk terbuka dan rangka terbuka
0,85
bidang tunggal
Rangka Batang Menara
Segitiga, Persegi, atau Persegi Panjang 0,85
Semua Penampang lainnya 0,95
(Sumber: SNI 1727:2020)
Dari tabel diatas didapatkan faktor arah angin (Kd) pada bangunan
Gedung DPR 3 lantai yang direncanakan ialah sebesar Kd = 0,85.
2. Kategori Eksposur
Bangunan Gedung DPR ini direncanakan berada di daerah pesisir Kota
Pariaman, sehingga untuk mengetahui kekasaran permukaan di daerah tersebut
dapat dilihat pada SNI 1727:2020 seperti Tabel 2.33 dibawah ini.
Kategori Penjelasan
Untuk bangunan gedung atau struktur lain dengan tinggi atap rata-rata
kurang dari atau sama dengan 30 ft (9,1m), Eksposur B berlaku
bilamana kekasaran permukaan tanah, sebagaimana ditentukan oleh
Kekasaran Permukaan B, berlaku di arah melawan angin untuk jarak
B yang lebih besar dari 1.500 ft (457m). Untuk bangunan gedung atau
struktur lain dengan tinggi atap rata-rata lebih besar dari 30 ft (9,1m),
Eksposur B berlaku bilamana Kekasaran Permukaan B berada dalam
arah melawan angin untuk jarak lebih besar dari 2.600 ft (792 m) atau
20 kali tinggi bangunan atau struktur, pilih yang terbesar.
Eksposur C berlaku untuk semua kasus di mana Eksposur B atau
C
Eksposur D tidak berlaku.
Eksposur D berlaku bilamana kekasaran permukaan tanah,
sebagaimana ditentukan oleh Kekasaran Permukaan D, berlaku di
arah melawan angin untuk jarak yang lebih besar dari 5.000 ft
(1.524m) atau 20 kali tinggi bangunan gedung atau tinggi struktur,
pilih yang terbesar. Eksposur D juga berlaku bilamana kekasaran
D
permukaan tanah dekat dari situs dalam arah melawan angin adalah B
atau C, dan situs yang berada dalam jarak 600 ft (183 m) atau 20 kali
tinggi bangunan gedung atau tinggi struktur, pilih yang terbesar, dari
kondisi Eksposur D sebagaimana ditentukan dalam kalimat
sebelumnya.
(Sumber: SNI 1727:2020)
ft m
0 0 1.00
Koefisien
Klasifikasi Kriteria untuk Klasifikasi Tekanan Tekanan
Ketertutupan Ketertutupan Internal Internal
(GCpi)
𝐴0 kurang dari tekanan terkecil
0.01 A 0
Bangunan -0,18
Atau 4 ft22 (0.37 m2) dan 𝐴0𝑖/ Sedang
Tertutup -0,18
𝐴𝑔𝑖 ≤ 0.2
Bangunan 0.01 𝐴𝑔
-0,55
Tertutup Atau 4 ft22 (0.37 m2) dan 𝐴0𝑖/ Tinggi
-0,55
Sebagian
𝐴𝑔𝑖 ≤ 0.2
Tabel ini memiliki catatan yang berbunyi “Tanda plus dan minus
menandakan tekanan yang bekerja ke arah dan menjauh dari permukaan dalam,
masing-masing”. Maka nilai GCpi pada bangunan Gedung DPR 3 lantai yang
akan direncanakan ialah GCpi = -0,18. Koefisien tekanan internal (GCpi),
ditentukan berdasarkan klasifikasi ketertutupan bangunan, yaitu termasuk dalam
Bangunan Gedung tertutup dengan nilai GCpi adalah -0,18 dan -0,18.
D. Langkah 4
Langkah keempat adalah menentukan koefisien eksposur tekanan
velositas, seperti yang tertera pada SNI 1727:2020 di Tabel 26.11-1 halaman 116.
Eksp Zg ℓ Zmin
α 𝑎 𝑏 𝑎 𝑏 c ϵ
osur (m) (m) (m)a
B 7,0 365,76 1/7 0,84 1/4,0 0,45 0,30 97,54 1/3,0 9,14
C 9,5 274,32 1/9,5 1,00 1/6,5 0,65 0,20 152,4 1/5,0 4,57
D 11,5 213,36 1/11,5 1,07 1/9,0 0,80 0,15 198,12 1/8,0 2,13
𝑧 2
Kz = 2,01×( 𝑍𝑔 ) α
9,14 2
Kz = 2,01×( 365,76 ) 7,0
Kz = 0,701
E. Langkah 5
Langkah kelima yaitu menentukan tekanan kecepatan (qz). Berdasarkan
SNI 1727:2020 Pasal 26.10.2 disebutkan bahwa “Tekanan kecepatan, qz, yang
dievaluasi pada ketinggian z di atas tanah harus dihitung dengan persamaan
berikut:
2
𝑞𝑧 = 0.00256 𝐾𝑧 𝐾𝑧𝑡 𝐾𝑑 𝐾𝑒 𝑉 (lb/ft2); V dalam mi/h
2
𝑞𝑧 = 0.613 𝐾𝑧 𝐾𝑧𝑡 𝐾𝑑 𝐾𝑒 𝑉 (N/m2); V dalam m/s
Dengan:
2
𝑞𝑧 = 0.613 𝐾𝑧 𝐾𝑧𝑡 𝐾𝑑 𝐾𝑒 𝑉
𝑞𝑧 = 584 N/m2
F. Langkah 6
Langkah keenam yaitu menentukan koefisien eksposur tekanan velositas (Cp).
Digunakan
Permukaan L/B Cp
dengan qz
G. Langkah 7
Langkah selanjutnya yaitu menghitung tekanan angin yang mana
persamaan yang digunakan berdasarkan SNI 1727:2020 Pasal 28.3.1 sebagai
berikut.
1. Arah Angin X
Arah angin datang dari sisi kanan dengan sisi dinding yang memiliki
luasan dengan panjang 21 m dan tinggi bangunan 12 m dengan luas total adalah
252 m2 dan memiliki 21 joint di atas tanah. Beban angin dikalikan dengan luas
daerah dinding yang didistribusikan ke tiap joint yang diterpa angin. Dilakukan
perhitungan seperti di bawah ini:
(𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐵𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛 𝑥 𝑝)
P Angin X (px) = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐽𝑜𝑖𝑛𝑡
(252×2,92)
P Angin X (px) = 21
2. Arah Angin Y
Angin arah Y arah angin datang berada sisi depan bangunan dengan sisi
dinding yang memiliki luasan dengan panjang 52 m dan tinggi bangunan 12 m
dengan luasan total adalah 624 m2 dan memiliki 33 joint di atas tanah. Beban
angin dikalikan dengan luas daerah dinding yang didistribusikan ke tiap joint yang
diterpa angin. Dilakukan perhitungan seperti di bawah ini sebagai berikut:
(𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐵𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛 𝑥 𝑝)
P Angin Y (py) = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐽𝑜𝑖𝑛𝑡
(624×2,92)
P Angin Y (py) = 33
Berikut merupakan rekapan nilai untuk mencari besaran beban angin yang
ditunjukkan pada Tabel 3.38 di bawah ini sebagai berikut:
Kategori Bangunan II
qh = 40 – 0.8(α)
qh = 40 – 0.8(0)
qh = 40 kg/m2
A. Langkah 1
Langkah pertama untuk menentukan beban gempa adalah menentukan
Kategori Risiko Bangunan Gedung atau Struktur Lain sesuai dengan SNI
1726-2019 Pasal 4.1. Kategori Risiko Bangunan dan Struktur lainnya untuk
Beban Banjir, Angin, Salju, Gempa, dan Es. Kategori Resiko bangunan untuk
bangunan Gedung DPR 3 Lantai ini dapat ditentukan dengan menggunakan Tabel
2.40 di bawah ini.
Tabel 2. 40 Kategori Risiko Bangunan Gedung dan Non Gedung Untuk Beban
Gempa
Jenis Pemanfaatan Kategori Risiko
Gedung dan nongedung yang memiliki risiko rendah
I
terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan,
termasuk, tapi tidak dibatasi untuk, antara lain :
- Fasilitas pertanian, perkebunan, peternakan, dan
perikanan
- Fasilitas sementara
- Gudang penyimpanan
- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk
dalam kategori risiko I, III, IV, termasuk, tapi tidak dibatasi
untuk :
- Perumahan
- Rumah toko dan rumah kantor
- Pasar
II
- Gedung perkantoran
- Gedung apartemen/ rumah susun
- Pusat perbelanjaan/ mall
- Bangunan industri
- Fasilitas manufaktur
- Pabrik
Gedung dan nongedung yang memiliki risiko tinggi
terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan,
termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Bioskop
- Gedung pertemuan
- Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan
III
unit gawat darurat
- Fasilitas penitipan anak
- Penjara
- Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori
risiko IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak
ekonomi yang besar dan/atau gangguan massal terhadap
kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi kegagalan,
termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Pusat pembangkit listrik biasa
- Fasilitas penanganan air
- Fasilitas penanganan limbah
- Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori
risiko IV, (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas
manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan, penggunaan
atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia
berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan yang mudah
meledak) yang mengandung bahan beracun atau peledak di
mana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas yang
disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan cukup
menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran
Gedung dan non gedung yang dikategorikan sebagai fasilitas
yang penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah ibadah
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang
memiliki fasilitas bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor
polisi, serta garasi kendaraan darurat IV
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, tsunami,
angin badai, dan tempat perlindungan darurat lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi
dan fasilitas lainnya untuk tanggap darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya
yang dibutuhkan pada saat keadaan darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi,
tangki penyimpanan bahan bakar, menara pendingin,
struktur stasiun listrik, tangki air pemadam kebakaran
atau struktur rumah atau struktur pendukung air atau
material atau peralatan pemadam kebakaran) yang
disyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan darurat
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk
mempertahankan fungsi struktur bangunan lain yang masuk ke
dalam kategori risiko IV.
(Sumber: SNI 1726:2019)
B. Langkah 2
Langkah kedua yaitu menentukan Faktor Keutamaan Gempa berdasarkan
SNI 1726:2019 Pasal 4.1.2 yang terdapat pada Tabel 2.41 di bawah ini.
I atau II 1.0
III 1.25
IV 1.50
C. Langkah 3
Langkah selanjutnya yaitu menentukan Klasifikasi Kelas Situs Kota
Pariaman yang juga berdasarkan SNI 1726:2019 Pasal 5.3 sebagaimana terdapat
pada Tabel 2.42 di bawah ini.
D. Langkah 4
Langkah keempat yaitu menentukan Parameter Percepatan Perioda Pendek
(Ss) berdasarkan SNI 1726:2019 berdasarkan peta di halaman 233 sebagaimana
tertera pada Gambar 2.7 di bawah ini.
Dari Peta Zonasi Parameter Percepatan Perioda Pendek (Ss) Gempa Bumi
di atas, dapat ditentukan bahwa lokasi Kota Pariaman ini memiliki Parameter
Percepatan Perioda Pendek (Ss) Gempa Bumi sebesar 1,2 g – 1,5 g. Dan dapat
diambil Parameter Percepatan Perioda Pendek (Ss) Gempa Bumi sebesar 1,5 g
untuk digunakan dalam perhitungan.
E. Langkah 5
Langkah kelima yaitu menentukan nilai S1 berdasarkan SNI 1726:2019
berdasarkan peta di halaman 234 sebagaimana tertera pada Gambar 2.8 di bawah
ini.
Gambar 2.11 Peta Zonasi Parameter Percepatan Periode 1 Detik (S1) Gempa
Bumi di Indonesia untuk menentukan Ss
(Sumber: SNI 1726-2019)
F. Langkah 6
Langkah keenam yaitu menentukan koefisien situs (Fa) berdasarkan SNI
1726:2019 Pasal 6.2 sebagaimana tertera pada Tabel 2.43 di bawah ini.
SF SS(a)
Catatan:
(a) SS = situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifikasi dan analisis
respons situs-spesifik, lihat 0
(Sumber: SNI 1726-2019)
G. Langkah 7
Langkah ketujuh yaitu menentukan koefisien situs berdasarkan SNI
1726:2019 yang tertera pada tabel 2.44 di bawah ini.
SF SS(a)
(Sumber: SNI 1726-2019)
H. Langkah 8
Langkah kedelapan yaitu menghitung parameter respon kecepatan perioda
pendek (SMS) dengan persamaan sebagai berikut.
𝑆𝑀𝑆 = 𝐹𝑎 𝑆𝑠
𝑆𝑀𝑆 = 1.2 g
I. Langkah 9
Langkah kesembilan yaitu Menghitung Parameter Respon Kecepatan
Perioda 1 Detik (SM1) dengan persamaan sebagai berikut.
𝑆𝑀1 = 𝐹𝑣 𝑆1
𝑆𝑀1 = 1.2 g
J. Langkah 10
Langkah kesepuluh yaitu Menghitung Parameter Respon Kecepatan
Perioda 1 Detik (SM1) dengan persamaan sebagai berikut.
2
𝑆𝐷𝑆 = 3
𝑆𝑀𝑆
2
𝑆𝐷𝑆 = 3
× 1.24
𝑆𝐷𝑆 = 0.8 g
K. Langkah 11
Langkah kesebelas yaitu Menghitung Parameter Spectral Desain Perioda 1
Detik (SD1) dengan persamaan sebagai berikut.
2
𝑆𝐷1 = 3
𝑆𝑀1
2
𝑆𝐷1 = 3
× 1.2
𝑆𝐷1 = 0.8 g
L. Langkah 12
Langkah selanjutnya yaitu menentukan Menentukan Kategori Desain
Seismik berdasarkan nilai Parameter Respons Percepatan Perioda Pendek (SDS)
dan Kategori Risiko bangunan berdasarkan SNI: 1726-2019 Pasal 6.5
sebagaimana terdapat pada tabel 2.43 di bawah ini.
Kategori Risiko
Nilai 𝑆𝐷𝑆
I atau II atau III IV
Dari tabel di atas karena nilai Parameter Respon Percepatan Pada Perioda
Pendek (SDS) adalah sebesar 0,83 g dan kategori risiko bangunan termasuk
Kategori Risiko II, maka Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter
Respons Percepatan Pada Perioda Pendek adalah Kategori Risiko D.
M. Langkah 13
Langkah selanjutnya yaitu menentukan Menentukan Kategori Desain
Seismik berdasarkan nilai Parameter Respons Percepatan Pada Periode 1 Detik
(SD1) dan Kategori Risiko bangunan berdasarkan SNI: 1726-2019 Pasal 6.5
sebagaimana terdapat pada tabel di bawah ini.
Kategori Risiko
Nilai 𝑆𝐷1
I atau II atau III IV
0.20 ≤ 𝑆𝐷1 D D
N. Langkah 14
Langkah keempat belas yaitu menentukan nilai spektrum respons desain.
Tata cara ini berdasarkan SNI 1726-2019 yang dimana menghitung nilai TO, TS,
TL. Adapun Kurva Spektrum Respon Desain yang tertera di SNI 1726-2019
adalah sebagai berikut:
Gambar 2.12 di atas merupakan grafik desain respon spektrum. Selanjutnya yaitu
menghitung nilai 𝑇0, 𝑇𝑆, dan 𝑇𝐿 dengan persamaan berikut.
𝑆𝐷1
𝑇0 = 0.2 𝑆𝐷𝑠
0.8
𝑇0 = 0.2 0.8
𝑇0 = 0,2
𝑆𝐷1
𝑇𝑠 = 𝑆𝐷𝑠
0.8
𝑇𝑠 = 0.8
𝑇𝑠 = 1
Nilai TL diambil pada peta transisi periode panjang yang ditunjukkan pada
Gambar peta sebagai berikut:
𝑇
𝑆𝑎 = 𝑆𝐷𝑠 (0.4 + 0.6 𝑇0
)
0
𝑆𝑎 = 0.8 (0.4 + 0.6 0.2
)
𝑆𝑎 = 0.32
Untuk periode lebih kecil TO, diperoleh nilai spektrum respons percepatan
desain Sa pada perioda 0 menggunakan Sa sebesar 0.32
Untuk periode lebih besar dari atau sama dengan TO dan lebih kecil dari
atau sama dengan TS, spektrum respons percepatan desain Sa sama dengan SDS
yaitu sebesar 0.8.
Untuk periode lebih besar dari TS, tetapi lebih kecil dari atau sama dengan
TL, respons spektrum percepatan desain, Sa, diambil berdasarkan persamaan:
𝑆𝐷1
𝑆𝑎 = 𝑇
0.8
𝑆𝑎 = 1.1
𝑆𝑎 = 0.72
Untuk periode lebih besar dari TL, respons spektrum percepatan desain Sa,
diambil berdasarkan persamaan :
𝑆𝐷1 𝑇
𝑆𝑎 = 2
𝐿
0.8 𝑥 20
𝑆𝑎 = 2
20,1
𝑆𝑎 = 0.04
Untuk periode lebih besar dari TL, spektrum respons percepatan desain
(Sa), didapatkan dari persamaan diatas, sehingga didapatkan nilai Spektrum
Respon Percepatan Desain (Sa) sebesar 0,04. Tabel 2.47 di bawah ini merupakan
rekapitulasi hasil perhitungan desain spektrum respon.
O. Langkah 15
Langkah yang terakhir yaitu menentukan Koefisien Pemikul Gaya Seismik
berdasarkan SNI 1726:2019 Pasal 7.2.2 sebagaimana terdapat pada Tabel 2.48 di
bawah ini.
Tabel 2.48 Faktor R, Cd, dan Ωo untuk Sistem Penahan Gaya Gempa
U1 1.4 D D
U7 0.9 D + 1.0 E E
Kombinasi Persamaan
COMB 1 1,4DL
COMB 9 0,9D+1WX
COMB 10 0,9D+1WY
Envelope ƩCOMB
A. Balok
Balok merupakan elemen struktur penahan gaya lentur dan geser yang
terhubung kaku dengan kolom-kolom pada ujung-ujungnya sehingga memiliki
momen maksimum terdapat pada ujung-ujung balok tempat terjadinya sendi
plastis saat terjadi gempa.
B. Kolom
Balok merupakan elemen struktur penahan gaya lentur dan geser yang
terhubung kaku dengan kolom-kolom pada ujung-ujungnya sehingga memiliki
momen maksimum terdapat pada ujung-ujung balok tempat terjadinya sendi
plastis saat terjadi gempa.
C. Pelat
Pelat lantai dibuat dari beton yang dikompositkan dengan metaldeck atau
semacam pengganti tulangan dan pengganti perancah saat pengecoran beton.
Direncanakan tebal Pelat Lantai adalah sebesar 140 mm. Khusus untuk bagian
atap gedung pelat atap direncanakan tebal sebesar 120 mm.
Setelah dilakukan pembuatan kerangka model, maka selanjutnya adalah
menentukan struktur yang akan didesain dengan langkah - langkah yang dapat
dilihat pada Lampiran 2.
Selanjutnya Gambar 3.2 , Gambar 3.3 , dan Gambar 3.4 di bawah ini merupakan
pemodelan balok induk atap, balok induk lantai 3, dan balok induk lantai 2 yang
dimodelkan di SAP200.
Sedangkan Gambar 3.5 di bawah ini merupakan tampak atas bangunan yang
dimodelkan menggunakan SAP2000.
Gambar 3.7 di bawah ini merupakan tampak bangunan dilihat dari arah Y pada
bangunan gedung DPR yang dimodelkan menggunakan SAP2000.
Gambar 3.8 dan Gambar 3.8 di bawah ini merupakan pemodelan kolom lantai 3,
kolom lantai 2, dan kolom lantai 1 pada arah X dan Arah Y bangunan gedung
DPR yang dimodelkan menggunakan SAP2000.
Gambar 3.8 Pemodelan Kolom Lantai 3, 2, dan 1 Arah X Bangunan
Gambar 3.10 di bawah ini merupakan gambar gaya dalam aksial pada bangunan
gedung DPR yang dimodelkan menggunakan SAP2000.
Gambar 3.12 di bawah ini merupakan gambar gaya dalam geser 2-2 pada
bangunan gedung DPR yang dimodelkan menggunakan SAP2000.
Gambar 3.13 di bawah ini merupakan gambar gaya dalam torsi pada bangunan
gedung DPR yang dimodelkan menggunakan SAP2000.
Gambar 3.13 Gaya Dalam Torsi
Gambar 3.14 di bawah ini merupakan gambar gaya dalam momen 3-3 pada
bangunan gedung DPR yang dimodelkan menggunakan SAP2000.
Gambar 3.15 di bawah ini merupakan gambar gaya dalam momen 2-2 pada
bangunan gedung DPR yang dimodelkan menggunakan SAP2000.
Gambar 3.15 Gaya Dalam Momen 2-2
Gambar 3.16 di bawah ini merupakan gambar deformasi akibat gempa dari arah X
pada bangunan gedung DPR yang dimodelkan menggunakan SAP2000.
Gambar 3.17 di bawah ini merupakan gambar deformasi akibat gempa dari arah Y
pada bangunan gedung DPR yang dimodelkan menggunakan SAP2000.
Gambar 3.17 Deformasi Akibat Gempa Arah Y
Gambar 3.18 di bawah ini merupakan gambar gaya dalam momen sumbu x pada
pelat lantai atap pada bangunan gedung DPR yang dimodelkan menggunakan
SAP2000.
Gambar 3.18 Gaya Dalam Momen Sumbu X Pada Pelat Lantai Atap
Gambar 3.19 di bawah ini merupakan gambar gaya dalam momen sumbu y pada
pelat atap pada bangunan gedung DPR yang dimodelkan menggunakan SAP2000.
Gambar 3.19 Gaya Dalam Momen Sumbu Y Pada Pelat Lantai Atap
Gambar 3.20 di bawah ini merupakan gambar gaya dalam momen sumbu x pada
pelat lantai 3 pada bangunan gedung DPR yang dimodelkan menggunakan
SAP2000.
Gambar 3.22 di bawah ini merupakan gambar gaya dalam momen sumbu x pada
pelat lantai 2 pada bangunan gedung DPR yang dimodelkan menggunakan
SAP2000.
Static Dynamic
Output Case Item Type Item
% %
Berdasarkan tabel di atas, partisipasi massa arah X sebesar 100 % dan arah
Y sebesar 100 %. Maka dapat disimpulkan bahwa pemodelan struktur yang
dilakukan telah memenuhi syarat kontrol partisipasi massa.
𝑥
𝑇𝑎 = 𝐶𝑡 × ℎ𝑛
Tipe Struktur Ct x
𝑥
𝑇𝑎 = 𝐶𝑡 × ℎ𝑛
0,8
𝑇𝑎 = 0, 0724 × 12
𝑇𝑎 = 0, 53 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Tabel 3.30 Koefisien Untuk Batas Atas Pada Periode yang Dihitung
≥ 0.4 1.4
0.3 1.4
0.2 1.5
0.15 1.6
≤ 0.1 1.7
(Sumber: SNI 1726:2019)
Dari tabel diatas, didapatkan nilai Cu sebesar 1,4 karena nilai SD1 sebesar
0,8 dimana 0,8 > 0,4 sehingga dapat dicari nilai Ta max dengan persamaan
sebagai berikut.
𝑇𝑎 𝑚𝑎𝑥 = 𝐶𝑢 × 𝑇𝑎
𝑇𝑎 𝑚𝑎𝑥 = 1, 4 × 0, 53 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑇𝑎 𝑚𝑎𝑥 = 0, 74 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Dari tabel diatas diketahui nilai Tmodel sebesar 0,636 detik, yang mana
lebih kecil dibanding nilai Ta max yaitu sebesar 0,74 detik. Maka digunakan T=Ta
yaitu 0,53 detik.
𝑉 = 𝐶𝑠 × 𝑊
Nilai Cs adalah koefisien respon seismik dan berat seismik efektif yang
dapat dicari dengan persamaan berikut.
𝑆𝐷𝑆
𝐶𝑠 = 𝑅
(𝐼)
0,8
𝐶𝑠 = 8
(1)
𝐶𝑠 = 0, 1
0,8
𝐶𝑠 = 8
0,529× 1
𝐶𝑠 = 0, 1892
Jika nilai Cs lebih besar dari batas atasnya, maka nilai yang dipakai adalah
batas atas Cs, namun nilai Cs juga tidak lebih kecil dari persamaan berikut.
𝐶𝑠 = 𝑆𝐷𝑆 × 0, 044 × 𝐼
𝐶𝑠 = 0, 8 × 0, 044 × 1
𝐶𝑠 = 0, 0352
𝐶𝑠𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 = 0, 1892
𝑉𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘 = 𝐶𝑠 × 𝑊
𝑉𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘 = 2605, 81 𝑘𝑁
Setelah mendapatkan gaya geser dasar elastik maksimum Vex dan Vey
untuk arah X dan arah Y dari program bantu, selanjutnya untuk setiap gerak tanah
yang dianalisis, menurut SNI 1726:2019 pasal 7.9.2.5.1 gaya geser dasar inelastik
maksimum Vix dan Viy dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut.
Gempa Arah X
𝑉𝑒𝑥 × 𝐼𝑒
𝑉𝑖𝑥 = 𝑅
3673,41 𝑘𝑁 × 1
𝑉𝑖𝑥 = 8
𝑉𝑖𝑥 = 459, 18 𝑘𝑁
Gempa Arah Y
𝑉𝑒𝑦 × 𝐼𝑒
𝑉𝑖𝑦 = 𝑅
3726,96 𝑘𝑁 × 1
𝑉𝑖𝑦 = 8
𝑉𝑖𝑦 = 465, 87 𝑘𝑁
𝑉𝑥
η𝑥 = 𝑉𝑖𝑥
2605,81 𝑘𝑁
η𝑥 = 459,18 𝑘𝑁
η𝑥 = 5, 67 ≥ 1 (𝑂𝐾)
𝑉𝑦
η𝑦 = 𝑉𝑖𝑦
2605,81 𝑘𝑁
η𝑦 = 465,87 𝑘𝑁
η𝑦 = 5, 59 ≥ 1 (𝑂𝐾)
𝐶𝑑 = 5. 5
𝐼𝑒 = 1
ℎ𝑥 = 4 𝑚
𝐶𝑑×δ𝑒
δ𝑥 = 𝐼𝑒
∆ = δ𝑥 − δ𝑥(𝑖 − 𝑙)
∆𝑎 = 0. 025 × ℎ
Dimana:
δ𝑒 = Defleksi pada pemodelan
δ𝑥 = Defleksi diperbesar pada lantai ke-x
∆ = Simpangan antar lantai
∆𝑎 = Simpangan izin
2. Pilih Grid Only, kemudian akan muncul kotak dialog pada Gambar 7.1
3. Tentukan nilai X, Y, dan Z grid sesuai dengan denah bangunan baja yang
didesain.
4. Kemudian tentukan grid pada pemodelan sesuai dengan kebutuhan dengan
menekan kursor kanan, kemudian pilih edit grid data dan diubah sesuai
perencanaan seperti pada Gambar 7.2 berikut.
Gambar 7.2 Define Grid System Data Dengan Satuan Kgf, m, C
Gambar 7.3 Draw Frame Sesuai Rencana Struktur Dengan Satuan Kgf, m, C
6. Selanjutnya, tentukan perletakan pada struktur yaitu jepit-jepit dengan
memilih assign kemudian pilih joint kemudian restrains dan pilih fixed yang
dapat dilihat pada gambar 7.4 berikut ini.
Gambar 7.6 Material Property Data Kolom dan Balok Dengan Satuan N,
mm, C
Dimasukkan data untuk spesifikasi material untuk pelat atap dan lantai
seperti pada Gambar 3.7 sebagai berikut:
Gambar 7.7 Material Property Data Pelat Atap dan Lantai Dengan Satuan
N, mm, C
.
Gambar 7.8 Frame Properties Dengan Satuan Kgf, m, C
4. Kemudian tentukan spesifikasi balok dilakukan dengan cara pilih Add New
Property lalu pilih Steel sesuai dengan material yang digunakan, setelah itu
tentukan bentuk penampang sesuai dengan desain. Pada pemodelan balok,
profil yang digunakan memiliki ukuran yang berbeda-beda untuk setiap
lantainya. Berikut merupakan pemodelan untuk profil balok pada Balok
Induk Lantai 3 seperti pada Gambar 7.9 sebagai berikut:
Gambar 7.9 I/Wide Flange Section Balok Lantai 3 Dengan Satuan Kgf, mm, C
Gambar 7.11 I/Wide Flange Section Balok Lantai 1 Dengan Satuan Kgf, mm, C
Gambar 7.12 I/Wide Flange Section Kolom Lantai 3 Dengan Satuan Kgf, mm, C
Gambar 7.13 I/Wide Flange Section Kolom Lantai 2 Dengan Satuan Kgf, mm, C
Berikut merupakan pemodelan untuk profil Kolom di Lantai 1 seperti pada
Gambar 7.14 sebagai berikut:
Gambar 7.14 I/Wide Flange Section Kolom Lantai 1 Dengan Satuan Kgf, mm, C
5. Menentukan spesifikasi pelat lantai dan pelat atap yang digunakan, pilih
menu. Define lalu Section Properties dan pilih Area Section. Berikut
merupakan pemodelan untuk Area Section pada Pelat Atap seperti pada
Gambar 7.15 sebagai berikut:
Gambar 7.15 Shell Section Data Pelat Atap Dengan Satuan Kgf, mm, C
Berikut merupakan pemodelan untuk Area Section pada Pelat Lantai seperti
pada Gambar 7.16 sebagai berikut:
Gambar 7.16 Shell Section Data Pelat Lantai Dengan Satuan Kgf, mm, C
2. Kemudian input data ke Load Case lalu Add New Load Cases seperti pada
Gambar 7.18 di bawah ini.
Gambar 7.18 Define Load Cases
3. Setelah itu Load Cases Name diisi dengan nama Gempa (Sumbu X) dan
Gempa (Sumbu Y) lalu pada Load Case Type pilih Response Spectrum,
kemudian ubah Scale Factor.
Nilai Scale Factor diperoleh menggunakan persamaan berikut:
Dimana:
I = Kategori risiko bangunan yang bernilai 1
g = Percepatan gravitasi yang bernilai 9.81 m/s2
R = Nilai maksimal rangka beton pemikul momen yaitu 8
Maka,
6. Input beban mati atau SIDL (Superimposed Dead Load) ke dalam setiap
elemen struktur yang telah dimodelkan pada pelat atap dan juga pelat lantai
seperti pada Gambar 7.22. Tabel 7.1 dibawah ini merupakan rekapitulasi
beban SIDL pada bangunan yang direncanakan.
Penggantung Plafond
2 10.2 kg/m²
(Suspended steel channel system)
7. Masukkan beban hidup area pada pelat atap dengan cara yang sama seperti
proses memasukkan beban mati (SIDL) pada pelat lantai seperti pada
Gambar 7.23 di bawah ini.
2 Hujan 40 kg/m²
Gambar 7.23 Assigns Area Uniform Loads to Frames Beban Hujan
9. Memilih dan menentukan joint angin yang diberikan. Beban angin yang
terdiri dari dua arah yaitu Angin Arah Sumbu X dan Angin Arah Sumbu Y.
Pilih menu Assign pilih Joint Loads lalu pilih Forces dan diinputkan Load
Pattern beban angin yaitu Angin Arah Sumbu X dan Angin Arah Sumbu Y
lalu dimasukkan besar beban angin sesuai arahnya seperti pada Gambar 7.25
dan Gambar 7.26 di bawah ini.
3. Potongan Arah X
4. Potongan Arah Y
Kelompok 6A
BAB IV
ANALISIS STRUKTUR DAN DESAIN STRUKTURAL
MEMBER
A. Balok Arah X
Berikut ini merupakaan rekapitulasi perhitungan gaya dalam balok lantai 3 sumbu
X bentang 4 meter.
Berikut ini merupakaan rekapitulasi perhitungan gaya dalam balok lantai 3 sumbu
X bentang 6 meter.
Berikut ini merupakaan rekapitulasi perhitungan gaya dalam balok lantai 2 sumbu
X bentang 4 meter.
Berikut ini merupakaan rekapitulasi perhitungan gaya dalam balok lantai 2 sumbu
X bentang 6 meter.
Berikut ini merupakaan rekapitulasi perhitungan gaya dalam balok lantai 1 sumbu
X bentang 4 meter.
Berikut ini merupakaan rekapitulasi perhitungan gaya dalam balok lantai 1 sumbu
X bentang 6 meter.
B. Balok Arah Y
Berikut ini merupakaan rekapitulasi perhitungan gaya dalam balok lantai 3 sumbu
Y bentang 4 meter
Berikut ini merupakaan rekapitulasi perhitungan gaya dalam balok lantai 3 sumbu
Y bentang 5 meter
Berikut ini merupakaan rekapitulasi perhitungan gaya dalam balok lantai 3 sumbu
Y bentang 6 meter
Berikut ini merupakaan rekapitulasi perhitungan gaya dalam balok lantai 2 sumbu
Y bentang 4 meter.
Berikut ini merupakaan rekapitulasi perhitungan gaya dalam balok lantai 2 sumbu
Y bentang 5 meter.
Berikut ini merupakaan rekapitulasi perhitungan gaya dalam balok lantai 2 sumbu
Y bentang 6 Meter.
Berikut ini merupakaan rekapitulasi perhitungan gaya dalam balok lantai 1 sumbu
Y bentang 4 meter.
Berikut ini merupakaan rekapitulasi perhitungan gaya dalam balok lantai 1 sumbu
Y bentang 5 meter.
Berikut ini merupakaan rekapitulasi perhitungan gaya dalam balok lantai 1 sumbu
Y bentang 6 meter
Berikut ini merupakaan rekapitulasi perhitungan gaya dalam kolom lantai 2 bentang
4 meter.
Berikut ini merupakaan rekapitulasi perhitungan gaya dalam kolom lantai 1 bentang
4 meter.
M11 M22
Pelat Kondisi
KN-m/m KN-m/m
Max 18314.7 19840.0
M11
Min -17636.7 -20055.5
ENVELOPE
PA Max 18314.7 19840.0
M22
Min -17636.7 -20055.5
1.DL M11 Max 325.9 296.0
`
B. Pelat Lantai
M11 M22
Pelat Kondisi
KN-m/m KN-m/m
Max 28414.1 24600.3
M11
Min -30316.0 -47477.4
ENVELOPE
Max 21371.0 40389.4
M22
Min -30316.0 -47477.4
Max 964.4 3592.9
M11
Min -1150.6 -4117.2
1.DL
Max 964.4 3592.9
M22
Min -1150.6 -4117.2
P3
Max 2030.3 6512.3
M11
Min -1898.9 -6509.2
1.SIDL
Max 2030.3 6512.3
M22
Min -1898.9 -6509.2
Max 4677.8 12028.5
M11
Min -3163.2 -12687.0
1.LL
Max 4677.8 12028.5
M22
Min -3163.2 -12687.0
M11 M22
Pelat Kondisi
KN-m/m KN-m/m
Max 29768.8 25777.7
M11
P2 ENVELOPE Min -32238.5 -51468.3
M22 Max 21549.1 46222.9
`
Data-data yang diperoleh merupakan data perencanaan yang telah ditetapkan sejak
awal perencanaan bangunan.
Data profil baja yang diperoleh berasal dari hasil perhitungan preliminary design
yang kemudian berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan parameter-parameter
yang diperlukan.
𝐿
∆𝑖𝑧𝑖𝑛 = 360 ……………………………………………….….……… (4.2)
5𝑞𝐿4
∆𝑦 = 384 𝐸 𝐼 ……………………..…………..……….…...……… (4.3)
𝑥
dimana:
∆𝑖𝑧𝑖𝑛 = lendutan izin (mm)
L = panjang bentang (mm)
∆𝑦 = lendutan akibat beban luar (mm)
𝐸 = modulus elastisitas (Mpa)
𝐼𝑥 = inersia arah X (mm4)
Persyaratan kontrol lendutan:
Lendutan akibat beban luar (∆𝑦 ) < Lendutan izin (∆𝑖𝑧𝑖𝑛 )
`
c. Klasifikasi penampang
1. Sayap
Adapun persamaan-persamaa yang digunakan untuk menghitung klasifikasi
penampang sayap.
𝑏
𝜆 = 2𝑡 …………………………..…………………….….……… (4.4)
𝐸
𝜆𝑝 = 0.38 √𝑓 ……………………………...….………….……… (4.5)
𝑦
𝐸
𝜆𝑟 = 1.0 √𝑓 ………………………..……………...….….……… (4.6)
𝑦
dimana:
𝜆 = Rasio lebar terhadap tebal untuk elemen
𝑏 = lebar profil (mm)
𝜆𝑝 = Batas parameter lebar terhadap tebal untuk elemen kompak
E = modulus elastisitas (Mpa)
𝑓𝑦 = kekuatan leleh tulangan yang disyaratkan (Mpa)
𝜆𝑟 = Batas parameter lebar terhadap tebal untuk elemen nonkompak
2. Badan
Adapun persamaan-persamaa yang digunakan untuk menghitung klasifikasi
penampang badan.
h = A – 2r – 2tf …………………..……….……...….….……… (4.7)
ℎ
𝜆 = 𝑡 ………………………….....……….……...….….……… (4.8)
𝑤
𝐸
𝜆𝑝 = 3.76 √𝑓 …………………..…………..……...….….……… (4.9)
𝑦
𝐸
𝜆𝑟 = 5.70 √𝑓 …………………..……….……...….…………… (4.10)
𝑦
dimana:
h = tinggi elemen struktur (mm)
A = Luas penampang siku (mm2)
r = radius (mm)
𝑡𝑓 = Tebal sayap (mm)
𝑡𝑤 = Tebal badan (mm)
𝜆𝑝 = Batas parameter lebar terhadap tebal untuk elemen kompak
`
𝑀𝑛 = 𝑀𝑝 = 𝐹𝑦 × 𝑍𝑥 ……………………..……...…...…...……… (4.12)
dimana:
𝑍𝑥 = Modulus penampang plastis terhadap sumbu x (mm3)
𝑏 = lebar profil (mm)
`
1
ℎ𝑜 = 𝑑 − 2 × 2 × 𝑡𝑓 …………’’…………………..…………… (4.14)
𝐼𝑦 ℎ𝑜 2
𝐶𝑤 = …………………………....….……….....….… .…… (4.15)
4
𝐼𝑦 𝐶𝑤
𝑅𝑡𝑠 2 =√ …………...…………….…..……………….……… (4.16)
𝑍𝑥
d = h – 𝑡𝑓 ………...…………………………………….....…… (4.18)
(2 𝑏 𝑡𝑓 2 )+(𝑑 𝑡𝑤 3 )
J = …………....…………...……………….… (4.19)
3
12.5 𝑀𝑚𝑎𝑘𝑠
𝐶𝑏 = 2.5 ….…...…….……….………… (4.20)
𝑀𝑚𝑎𝑘𝑠 +3 𝑀𝐴 +4 𝑀𝐵 + 3 𝑀𝐶
𝐸 𝐽𝑐 𝐽𝑐 2 0.7𝑓𝑦 2
𝐿𝑟 = 1.95 𝑟𝑡𝑠 0.7 𝐹 × √𝑆 + √(𝑆 ) + 6.76 ( ) ……..... (4.21)
𝑦 𝑥 × ℎ𝑜 𝑥 × ℎ𝑜 𝐸
𝑝 𝐿 −𝐿
𝑀𝑛 = 𝐶𝑏 [𝑀𝑝 − (𝑀𝑝 − 0.7 𝐹𝑦 𝑆𝑥 ) (𝐿𝑏− 𝐿 )] …………………… (4.22)
𝑟 𝑝
dimana:
𝐿𝑝 = batas bentang pendek (mm3)
𝑟𝑦 = Radius girasi terhadap sumbu y (mm)
𝐸 = modulus elastisitas (Mpa)
𝐹𝑦 = kekuatan leleh tulangan yang disyaratkan (Mpa)
ℎ𝑜 = Jarak antara titik-titik berat sayap (mm)
d = Tinggi penampang (mm)
𝑡𝑓 = Tebal sayap (mm)
𝐶𝑤 = Konstanta pilin (mm6)
`
𝐸
2.24 √ 𝐹 ……………...………………….……………………...……… (4.24)
𝑦
`
ℎ 𝐸
Jika < 2.24 √ 𝐹 , maka ∅𝑣 = 1 dan 𝐶𝑣 = 1.0 …………………….… (4.25)
𝑡𝑤 𝑦
𝐴𝑤 = d 𝑡𝑤 ……………...………………….………………………..…… (4.26)
𝑉𝑛 = 0.6 𝐹𝑦 𝐴𝑤 𝐶𝑣 …………….....……………………….…………… (4.27)
𝑉𝑢 = 0.9 𝑉𝑛 ……………...………………….…………………………… (4.28)
dimana:
h = jarak bersih antara kedua sayap (mm)
𝑡𝑤 = Tebal badan (mm)
𝐸 = modulus elastisitas (Mpa)
𝐹𝑦 = kekuatan leleh tulangan yang disyaratkan (Mpa)
∅𝑣 = Faktor ketahanan untuk geser
𝐶𝑣 = Koefisien kekuatan geser badan
𝐴𝑤 = Luas badan (mm2)
𝑑 = Tinggi penampang (mm)
𝑉𝑛 = tegangan beton ekuivalen terkait kekuatan geser dua arah nominal pada
pelat atau fondasi, MPa
𝑉𝑢 = gaya geser terfaktor penampang (N)
A. Balok Arah X
Berikut ini merupakan contoh perhitungan pengecekan kapasitas penampang
pada balok dimana elemen yang ditinjau yaitu balok lantai 3 sumbu X bentang
4 meter.
DATA PERENCANAAN
Keterangan Nilai Satuan
𝐹𝑦 250 MPa
𝐹𝑢 410 Mpa
E 200000 MPa
𝐿
∆𝑖𝑧𝑖𝑛 = 360
4000
= 360
= 11.1 mm
5𝑞𝐿4
∆𝑦 = 384 𝐸 𝐼
𝑥
5 × ×40004
= 384 ×200000 ×133000000
= 0.4 mm
Didapatkan nilai ∆𝑖𝑧𝑖𝑛 sebesar 11.1 mm dan ∆𝑦 sebesar 0.4 mm. Selanjutnya
nilai tersebut harus memenuhi syarat berikut.
(∆𝑦 ) < (∆𝑖𝑧𝑖𝑛 )
0.4 < 11.1
Maka memenuhi persyaratan (OK)
c) Klasifikasi penampang
1) Sayap
𝑏
𝜆 = 2𝑡
125
= 2×9
= 6.9
𝐸
𝜆𝑝 = 0.38 √𝑓
𝑦
200000
= 0.38 √ 250
= 10.7
𝐸
𝜆𝑟 = 1.0 √𝑓
𝑦
200000
= 1.0 √ 250
= 28.3
Berdasarkan nilai yang dihasilkan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa penampang tersebut kompak karena memenuhi syarat 𝜆 ≤ 𝜆𝑝 .
2) Badan
h = A – 2r – 2tf
`
= 250 – (2 × 12) – (2 × 9)
= 208 mm
ℎ
𝜆 =𝑡
𝑤
208
= 6
= 34.7
𝐸
𝜆𝑝 = 3.76 √𝑓
𝑦
200000
= 3.76 √
250
= 106.3
𝐸
𝜆𝑟 = 5.70 √𝑓
𝑦
200000
= 5.70√ 250
= 161.2
Berdasarkan nilai yang dihasilkan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa penampang tersebut kompak karena memenuhi syarat 𝜆 ≤ 𝜆𝑝 .
d) Klasifikasi keadaan berdasarkan tabel perencanaan kuat batas
Berdasarkan perhitungan pada langkah 3 dan Gambar 3.1 maka, dapat
diklasifikasikan balok berdasarkan kelangsingan sayap dan badan yaitu
kompak-kompak. Dapat dilihat pada tabel kondisi batas yang harus
diterapkan yaitu Y (Yield) dan LTB (Lateral torsional Buckling).
e) Menetukan parameter keadaan batas
1) Kondisi leleh (Yield)
1 𝑑 𝑑 −2 × 𝑡𝑓
𝑍𝑥 = b (𝑑 − 2 × 2 × 𝑡𝑓 ) + ( 2 − 𝑡𝑓 ) × 𝑡𝑤 × ( )
2
1 250 250 −2 × 9
= 125 (250 − 2 × 2 × 9 ) + ( − 9) × 6 × ( )
2 2
= 351860 𝑚𝑚3
𝑀𝑛 = 𝑀𝑝 = 𝐹𝑦 × 𝑍𝑥
= 250 × 351860
= 87965250 Nmm
= 87965.25 Nm
`
200000
= 1.76 × 27.9 × √ 250
= 1388.87
1
ℎ𝑜 = 𝑑 − 2 × 2 × 𝑡𝑓
1
= 250 − 2 × 2 × 9
= 241 mm
𝐼𝑦 ℎ𝑜 2
𝐶𝑤 = 4
2940000 ×2412
= 4
= 42689535000 𝑚𝑚6
𝐼𝑦 𝐶𝑤
𝑅𝑡𝑠 2 =√ 𝑍𝑥
2940000 × 42689535000
=√ 324000
= 1093.43 𝑚𝑚2
𝑅𝑡𝑠 = √ 𝑅𝑡𝑠 2
= √1093.43
= 33.07 mm
d = h – 𝑡𝑓
= 250 – 9
= 241 mm
(2 𝑏 𝑡𝑓 2 )+(𝑑 𝑡𝑤 3 )
J = 3
(2 × 125 × 92 )+(241 × 63 )
= 3
= 78102 𝑚𝑚4
𝐿𝑏 = 4000 mm
12.5 𝑀𝑚𝑎𝑘𝑠
𝐶𝑏 = 2.5 𝑀𝑚𝑎𝑘𝑠 +3 𝑀𝐴 +4 𝑀𝐵 + 3 𝑀𝐶
12.5 × 7278.5
= 2.5 ×7278.5 +3 ×1752.4 +4 × 3931.5 + 3 ×1351.3
`
= 2.1
𝐸 𝐽𝑐 𝐽𝑐 2 0.7𝑓𝑦 2
𝐿𝑟 = 1.95 𝑟𝑡𝑠 × √𝑆 + √(𝑆 ) + 6.76 ( )
0.7 𝐹𝑦 𝑥 × ℎ𝑜 𝑥 × ℎ𝑜 𝐸
= 4350.59 mm
𝑝 𝐿 −𝐿
𝑀𝑛 = 𝐶𝑏 [𝑀𝑝 − (𝑀𝑝 − 0.7 𝐹𝑦 𝑆𝑥 ) (𝐿𝑏− 𝐿 )]
𝑟 𝑝
4000−1388.78
= 2.1 [87965250 − (87965250 − 0.7 × 250 × 324000) (4350.59−1388.78)]
= 127109145.7 Nmm
= 127109.1 Nm
Bersadarkan perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan nilai 𝑀𝑛
kondisi leleh sebesar 87965.25 Nm sedangkan nilai 𝑀𝑛 kondisi LTB
sebesar 127109.1 Nm. Adapun nilai yang gunakan yaitu nilai terkecil,
maka 𝑀𝑛 pakai yaitu 8795.25 Nm yang didapatkan pada kondisi yield.
f) Analisis momen
𝑀𝑢 = 0.9 𝑀𝑛
= 0.9 × 8798.25
= 79168.7 Nm.
Nilai 𝑀𝑢 yang diperoleh dari gaya dalam sebesar 7278.5 Nm. Setelah itu
terdapat syarat yang harus dipenuhi yaitu.
Selanjutnya nilai tersebut harus memenuhi syarat berikut.
𝜑 𝑀𝑛 ≥ 𝑀𝑢
79168.7 ≥ 7578.5
Maka memenuhi persyaratan (OK)
g) Analisis kuat geser
h = 208 mm
ℎ 208
=
𝑡𝑤 6
= 34.67
𝐸 200000
2.24 √ 𝐹 = 2.24 √
𝑦 250
= 63.36
`
ℎ 𝐸
Karena 𝑡 < 2.24 √ 𝐹 , maka ∅𝑣 = 1 dan 𝐶𝑣 = 1.0
𝑤 𝑦
𝐴𝑤 = d 𝑡𝑤
= 250 × 6
=1500 𝑚𝑚2
𝑉𝑛 = 0.6 𝐹𝑦 𝐴𝑤 𝐶𝑣
= 0.6 × 250 × 1500 × 1
= 225000.0 N
𝑉𝑢 = 0.9 𝑉𝑛
= 0.9 × 225000.0
= 202500 N
Parameter
Langkah yang di Nilai Satuan Keterangan
tinjau
Balok Lantai 3 Arah X Bentang 4 Meter
7278.5 N-m -
Menetukan 𝑀𝑢
7278500 Nmm -
nilai 𝑀𝑢 dan
8034.1 N-m -
𝑉𝑢 𝑉𝑢
8034100 Nmm -
Kontrol
∆𝑦 < ∆𝑖𝑧𝑖𝑛 0.4 < 11.1 mm Memenuhi
Lendutan
Klasifikasi Sayap - - Kompak
penampang Badan - - Kompak
`
Kondisi leleh
Parameter 87965.25 Nm -
(𝑀𝑛 )
keadaaan
Kondisi LTB
batas 127109.1 Nm -
(𝑀𝑛 )
Analisis 79168.7
𝜑 𝑀𝑛 ≥ 𝑀𝑢 Nm Memenuhi
momen ≥ 7278.5
Analisis kuat 202500
𝜑 𝑉𝑛 ≥ 𝑉𝑢 N Memenuhi
geser ≥ 8034.1
Balok Lantai 3 Arah X Bentang 4 Meter aman
Balok Lantai 3 Arah X Bentang 6 Meter
𝑀𝑢 20414.6 N-m -
Menetukan
20414600 Nmm -
nilai 𝑀𝑢 dan
𝑉𝑢 16724.1 N-m -
𝑉𝑢
16724100 Nmm -
Kontrol
∆𝑦 < ∆𝑖𝑧𝑖𝑛 2.8 < 16.7 mm Memenuhi
Lendutan
Klasifikasi Sayap - - Kompak
penampang Badan - - Kompak
Kondisi leleh
Parameter 87965.25 Nm -
(𝑀𝑛 )
keadaaan
Kondisi LTB
batas 81674.2 Nm -
(𝑀𝑛 )
Analisis 73506.8
𝜑 𝑀𝑛 ≥ 𝑀𝑢 Nm Memenuhi
momen ≥ 20414.6
Analisis kuat 202500
𝜑 𝑉𝑛 ≥ 𝑉𝑢 N Memenuhi
geser ≥ 16724.1
Balok Lantai 3 Arah X Bentang 6 Meter aman
Balok Lantai 2 Arah X Bentang 4 Meter
Menetukan 56814.2 N-m -
𝑀𝑢
nilai 𝑀𝑢 dan 56814200 Nmm -
𝑉𝑢 54880.4 N-m -
`
𝑉𝑢 54880400 Nmm -
Kontrol
∆𝑦 < ∆𝑖𝑧𝑖𝑛 0.3 < 11.1 mm Memenuhi
Lendutan
Klasifikasi Sayap - - Kompak
penampang Badan - - Kompak
Kondisi leleh
Parameter 240800.25 Nm -
(𝑀𝑛 )
keadaaan
Kondisi LTB
batas 477400.7 Nm -
(𝑀𝑛 )
Analisis 216720.2
𝜑 𝑀𝑛 ≥ 𝑀𝑢 Nm Memenuhi
momen ≥ 56814.2
Analisis kuat 362070
𝜑 𝑉𝑛 ≥ 𝑉𝑢 N Memenuhi
geser ≥ 54880.4
Balok Lantai 2 Arah X Bentang 4 Meter aman
Balok Lantai 2 Arah X Bentang 6 Meter
132828.3 N-m -
Menetukan 𝑀𝑢
132828300 Nmm -
nilai 𝑀𝑢 dan
115515.2 N-m -
𝑉𝑢 𝑉𝑢
115515200 Nmm -
Kontrol
∆𝑦 < ∆𝑖𝑧𝑖𝑛 6.4 < 16.7 mm Memenuhi
Lendutan
Klasifikasi Sayap - - Kompak
penampang Badan - - Kompak
Kondisi leleh
Parameter 240800.25 Nm -
(𝑀𝑛 )
keadaaan
Kondisi LTB
batas 358881.3 Nm -
(𝑀𝑛 )
Analisis 216720.2
𝜑 𝑀𝑛 ≥ 𝑀𝑢 Nm Memenuhi
momen ≥ 132828.3
Analisis kuat 362070
𝜑 𝑉𝑛 ≥ 𝑉𝑢 N Memenuhi
geser ≥ 115515.2
`
Parameter
Kondisi LTB
keadaaan 387694.6 Nm -
(𝑀𝑛 )
batas
Analisis 216720.2
𝜑 𝑀𝑛 ≥ 𝑀𝑢 Nm Memenuhi
momen ≥ 136890.3
Analisis kuat 362070
𝜑 𝑉𝑛 ≥ 𝑉𝑢 N Memenuhi
geser ≥ 115567
Balok Lantai 1 Arah X Bentang 6 Meter aman
B. Balok Arah Y
Berikut ini merupakan contoh perhitungan pengecekan kapasitas penampang
pada balok dimana elemen yang ditinjau yaitu balok lantai 1 sumbu Y bentang
4 meter.
DATA PERENCANAAN
Keterangan Nilai Satuan
𝐹𝑦 250 MPa
𝐹𝑢 410 Mpa
E 200000 MPa
𝑍𝑥 893000 𝑚𝑚3
𝑍𝑦 189000 𝑚𝑚3
W 65.4 𝑁𝑚𝑚
L 4000 𝑚𝑚
= 11.1 mm
5𝑞𝐿4
∆𝑦 = 384 𝐸 𝐼
𝑥
5 × ×40004
= 384 ×200000 ×133000000
= 0.7 mm
`
Didapatkan nilai ∆𝑖𝑧𝑖𝑛 sebesar 11.1 mm dan ∆𝑦 sebesar 0.7 mm. Selanjutnya
nilai tersebut harus memenuhi syarat berikut.
(∆𝑦 ) < (∆𝑖𝑧𝑖𝑛 )
0.7 < 11.1
Maka memenuhi persyaratan (OK)
c) Klasifikasi penampang
3) Sayap
𝑏
𝜆 = 2𝑡
201
= 2 × 14
= 7.2
𝐸
𝜆𝑝 = 0.38 √𝑓
𝑦
200000
= 0.38 √ 250
= 10.7
𝐸
𝜆𝑟 = 1.0 √𝑓
𝑦
200000
= 1.0 √ 250
= 28.3
Berdasarkan nilai yang dihasilkan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa penampang tersebut kompak karena memenuhi syarat 𝜆 ≤ 𝜆𝑝 .
4) Badan
h = A – 2r – 2tf
= 298 – (2 × 18) – (2 × 14)
= 234 mm
ℎ
𝜆 =𝑡
𝑤
234
= 9
= 26
𝐸
𝜆𝑝 = 3.76 √𝑓
𝑦
`
200000
= 3.76 √ 250
= 106.3
𝐸
𝜆𝑟 = 5.70 √𝑓
𝑦
200000
= 5.70√ 250
= 161.2
Berdasarkan nilai yang dihasilkan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa penampang tersebut kompak karena memenuhi syarat 𝜆 ≤ 𝜆𝑝 .
d) Klasifikasi keadaan berdasarkan tabel perencanaan kuat batas
Berdasarkan perhitungan pada langkah 3 dan Gambar 3.1 maka, dapat
diklasifikasikan balok berdasarkan kelangsingan sayap dan badan yaitu
kompak-kompak. Dapat dilihat pada tabel kondisi batas yang harus
diterapkan yaitu Y (Yield) dan LTB (Lateral torsional Buckling).
e) Menetukan parameter keadaan batas
3) Kondisi leleh (Yield)
1 𝑑 𝑑 −2 × 𝑡𝑓
𝑍𝑥 = b (𝑑 − 2 × × 𝑡𝑓 ) + ( − 𝑡𝑓 ) × 𝑡𝑤 × ( )
2 2 2
1 298 298 −2 × 14
= 201 (298 − 2 × 2 × 14 ) + ( 2
− 14) × 9 × ( 2
)
= 963201 𝑚𝑚3
𝑀𝑛 = 𝑀𝑝 = 𝐹𝑦 × 𝑍𝑥
= 250 × 963201
= 24800250 Nmm
= 24800.25 Nm
4) Kondisi LTB (Lateral torsional Buckling)
𝐸
𝐿𝑝 = 1.76 × 𝑟𝑦 × √𝐹
𝑦
200000
= 1.76 × 47.7 × √ 250
= 2374.52 mm
1
ℎ𝑜 =𝑑−2× × 𝑡𝑓
2
1
= 298 − 2 × 2 × 14
`
= 284 mm
𝐼𝑦 ℎ𝑜 2
𝐶𝑤 = 4
19000000 ×284 2
= 4
= 383116000000 𝑚𝑚6
𝐼𝑦 𝐶𝑤
𝑅𝑡𝑠 2 =√ 𝑍𝑥
19000000 × 383116000000
=√ 893000
= 3021.27 𝑚𝑚2
𝑅𝑡𝑠 = √ 𝑅𝑡𝑠 2
= √3021.27
= 54.96 mm
d = h – 𝑡𝑓
= 298 – 14
= 284 mm
(2 𝑏 𝑡𝑓 2 )+(𝑑 𝑡𝑤 3 )
J = 3
(2 × 201 × 14)+(284 × 63 )
= 3
= 436708 𝑚𝑚4
𝐿𝑏 = 4000 mm
12.5 𝑀𝑚𝑎𝑘𝑠
𝐶𝑏 = 2.5 𝑀𝑚𝑎𝑘𝑠 +3 𝑀𝐴 +4 𝑀𝐵 + 3 𝑀𝐶
12.5 × 80614
= 2.5 ×80614 +3 ×28242.1 +4 × 30050.8 + 3 ×15570.3
= 2.2
𝐸 𝐽𝑐 𝐽𝑐 2 0.7𝑓𝑦 2
𝐿𝑟 = 1.95 𝑟𝑡𝑠 × √𝑆 + √(𝑆 ) + 6.76 ( )
0.7 𝐹𝑦 𝑥 × ℎ𝑜 𝑥 × ℎ𝑜 𝐸
= 8285.61 mm
𝑝 𝐿 −𝐿
𝑀𝑛 = 𝐶𝑏 [𝑀𝑝 − (𝑀𝑝 − 0.7 𝐹𝑦 𝑆𝑥 ) (𝐿𝑏− 𝐿 )]
𝑟 𝑝
`
= 483756560.5 Nmm
= 483756.6 Nm
Bersadarkan perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan nilai 𝑀𝑛
kondisi leleh sebesar 24800.25 Nm sedangkan nilai 𝑀𝑛 kondisi LTB
sebesar 483756.6 Nm. Adapun nilai yang gunakan yaitu nilai terkecil,
maka 𝑀𝑛 pakai yaitu 24800.25 Nm yang didapatkan pada kondisi yield.
f) Analisis momen
𝑀𝑢 = 0.9 𝑀𝑛
= 0.9 × 24800.25
= 216720.2 Nm.
Nilai 𝑀𝑢 yang diperoleh dari gaya dalam sebesar 80614 Nm. Setelah itu
terdapat syarat yang harus dipenuhi yaitu.
Selanjutnya nilai tersebut harus memenuhi syarat berikut.
𝜑 𝑀𝑛 ≥ 𝑀𝑢
216720.2 ≥ 80614
Maka memenuhi persyaratan (OK)
g) Analisis kuat geser
h = 234 mm
ℎ 234
=
𝑡𝑤 9
= 26
𝐸 200000
2.24 √ 𝐹 = 2.24 √
𝑦 250
= 63.36
ℎ 𝐸
Karena 𝑡 < 2.24 √ 𝐹 , maka ∅𝑣 = 1 dan 𝐶𝑣 = 1.0
𝑤 𝑦
𝐴𝑤 = d 𝑡𝑤
= 289 × 9
= 2682 𝑚𝑚2
𝑉𝑛 = 0.6 𝐹𝑦 𝐴𝑤 𝐶𝑣
= 0.6 × 250 × 2682 × 1
`
= 402300 N
𝑉𝑢 = 0.9 𝑉𝑛
= 0.9 × 402300
= 362070 N
Parameter
Langkah yang di Nilai Satuan Keterangan
tinjau
Balok Lantai 3 Arah Y Bentang 4 Meter
11923.2 N-m -
Menetukan 𝑀𝑢
11923200 Nmm -
nilai 𝑀𝑢 dan
14539.1 N-m -
𝑉𝑢 𝑉𝑢
14539100 Nmm -
Kontrol
∆𝑦 < ∆𝑖𝑧𝑖𝑛 0.6 < 11.1 mm Memenuhi
Lendutan
Klasifikasi Sayap - - Kompak
penampang Badan - - Kompak
Kondisi leleh
Parameter 87965.25 Nm -
(𝑀𝑛 )
keadaaan
Kondisi LTB
batas 136806.5 Nm -
(𝑀𝑛 )
Analisis 79168.7
𝜑 𝑀𝑛 ≥ 𝑀𝑢 Nm Memenuhi
momen ≥ 11923.2
`
Kondisi leleh
Parameter 87965.25 Nm -
(𝑀𝑛 )
keadaaan
Kondisi LTB
batas 82964.5 Nm -
(𝑀𝑛 )
Analisis 74668
𝜑 𝑀𝑛 ≥ 𝑀𝑢 Nm Memenuhi
momen ≥ 30583
Analisis kuat 202500
𝜑 𝑉𝑛 ≥ 𝑉𝑢 N Memenuhi
geser ≥ 27020.1
Balok Lantai 3 Arah Y Bentang 6 Meter aman
Balok Lantai 2 Arah Y Bentang 4 Meter
72693.3 N-m -
Menetukan 𝑀𝑢
72693300 Nmm -
nilai 𝑀𝑢 dan
80818 N-m -
𝑉𝑢 𝑉𝑢
80818000 Nmm -
Kontrol
∆𝑦 < ∆𝑖𝑧𝑖𝑛 0.9 < 11.1 mm Memenuhi
Lendutan
Klasifikasi Sayap - - Kompak
penampang Badan - - Kompak
Kondisi leleh
Parameter 240800.25 Nm -
(𝑀𝑛 )
keadaaan
Kondisi LTB
batas 492452.9 Nm -
(𝑀𝑛 )
Analisis 216720.2
𝜑 𝑀𝑛 ≥ 𝑀𝑢 Nm Memenuhi
momen ≥ 72693.3
Analisis kuat 362070
𝜑 𝑉𝑛 ≥ 𝑉𝑢 N Memenuhi
geser ≥ 80818
Balok Lantai 3 Arah Y Bentang 4 Meter aman
Balok Lantai 2 Arah Y Bentang 5 Meter
Menetukan 105211.8 N-m -
𝑀𝑢
nilai 𝑀𝑢 dan 105211800 Nmm -
𝑉𝑢 98252.2 N-m -
`
𝑉𝑢 98252200 Nmm -
Kontrol
∆𝑦 < ∆𝑖𝑧𝑖𝑛 2.7 < 13.9 mm Memenuhi
Lendutan
Klasifikasi
Sayap - - Kompak
penampang
Badan - - Kompak
Parameter
Kondisi leleh
keadaaan 240800.25 Nm -
(𝑀𝑛 )
batas
Kondisi LTB
452569.5 Nm -
(𝑀𝑛 )
Analisis 216720.2
𝜑 𝑀𝑛 ≥ 𝑀𝑢 Nm Memenuhi
momen ≥ 105211.8
Analisis kuat 362070
𝜑 𝑉𝑛 ≥ 𝑉𝑢 N Memenuhi
geser ≥ 98252.2
Balok Lantai 2 Arah Y Bentang 5 Meter aman
Balok Lantai 2 Arah Y Bentang 6 Meter
155534.8 N-m -
Menetukan 𝑀𝑢
155534800 Nmm -
nilai 𝑀𝑢 dan
140350.2 N-m -
𝑉𝑢 𝑉𝑢
140350200 Nmm -
Kontrol
∆𝑦 < ∆𝑖𝑧𝑖𝑛 7.3 < 16.7 mm Memenuhi
Lendutan
Klasifikasi Sayap - - Kompak
penampang Badan - - Kompak
Kondisi leleh
Parameter 240800.25 Nm -
(𝑀𝑛 )
keadaaan
Kondisi LTB
batas 376698.2 Nm -
(𝑀𝑛 )
Analisis 216720.2
𝜑 𝑀𝑛 ≥ 𝑀𝑢 Nm Memenuhi
momen ≥ 155534.8
`
Kondisi leleh
Parameter 240800.25 Nm -
(𝑀𝑛 )
keadaaan
Kondisi LTB
batas 461951 Nm -
(𝑀𝑛 )
Analisis 216720.2
𝜑 𝑀𝑛 ≥ 𝑀𝑢 Nm Memenuhi
momen ≥ 111898
Analisis kuat 362070
𝜑 𝑉𝑛 ≥ 𝑉𝑢 N Memenuhi
geser ≥ 100851.4
Balok Lantai 1 Arah Y Bentang 5 Meter aman
Balok Lantai 1 Arah Y Bentang 6 Meter
161737.9 N-m -
Menetukan 𝑀𝑢
161737900 Nmm -
nilai 𝑀𝑢 dan
141805.9 N-m -
𝑉𝑢 𝑉𝑢
141805900 Nmm -
Kontrol
∆𝑦 < ∆𝑖𝑧𝑖𝑛 6.2 < 16.7 mm Memenuhi
Lendutan
Klasifikasi Sayap - - Kompak
penampang Badan - - Kompak
Kondisi leleh
Parameter 240800.25 Nm -
(𝑀𝑛 )
keadaaan
Kondisi LTB
batas 398870.7 Nm -
(𝑀𝑛 )
Analisis 216720.2
𝜑 𝑀𝑛 ≥ 𝑀𝑢 Nm Memenuhi
momen ≥ 161737.9
Analisis kuat 362070
𝜑 𝑉𝑛 ≥ 𝑉𝑢 N Memenuhi
geser ≥ 141805.9
Balok Lantai 1 Arah X Bentang 6 Meter aman
Data-data yang diperoleh merupakan data perencanaan yang telah ditetapkan sejak
awal perencanaan bangunan.
Data profil baja yang diperoleh berasal dari hasil perhitungan preliminary design
yang kemudian berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan parameter-parameter
yang diperlukan.
dimana:
𝜆 = Rasio lebar terhadap tebal untuk elemen
𝑏 = Lebar elemen (mm)
𝑡 = Jarak dari sumbu netral ke serat tarik terluar (mm)
𝜆𝑟 = Batas parameter lebar terhadap tebal untuk elemen nonkompak
𝐸 = Modulus elastisitas baja (Mpa)
𝑓𝑦 = Tegangan leleh minimum (Mpa)
Dikatakan mengalami tekuk lokal pada sayap apabila tidak memenuhi
persyaratan berikut.
𝜆 ≤ 𝜆𝑟
2. Badan
Adapun persamaan yang digunaan pada pemeriksaan terhadap
kemungkinan tekuk lokal badan adalah sebagai berikut
h = A – 2r – 2𝑡𝑓 ….…………………………….……………... (4.31)
ℎ
𝜆 = 𝑡 ……………………………………….….……………... (4.32)
𝑤
𝐸
𝜆𝑟 = 1.49 √𝑓 ……………...…………………….……………... (4.33)
𝑦
dimana:
`
dimana:
𝐿𝑐 = Panjang efektif komponen struktur (mm)
𝐿 = Panjang komponen struktur (mm)
𝑘 = Jarak dari muka terluar sayap ke ujungfilet yang di badan (mm)
𝐹𝑒 = Tegangan tekuk elastis (Mpa)
𝐸 = Modulus elastisitas baja (Mpa)
𝑟 = radius (mm)
2. Periksa
𝐿𝑐
………………………………………..…………….……………... (4.36)
𝑟
𝐸
4.71 √𝐹 ……………………………………………....……………... (4.37)
𝑦
dimana:
𝐿𝑐 = Panjang efektif komponen struktur (mm)
𝑟 = radius (mm)
𝐸 = Modulus elastisitas baja (Mpa)
𝑓𝑦 = Tegangan leleh minimum (Mpa)
3. Hitung menggunakaan cara a atau cara b
Nilai 𝐹𝑐𝑟 ditentukan dengna batasan berikut.
a) Cara a
`
𝐿𝑐 𝐸
Jika ≤ 4.71 √𝐹
𝑟 𝑦
dimana:
`
A. Kolom lantai 3
Berikut ini merupakan contoh perhitungan pengecekan kapasitas penampang
pada kolom lantai 1.
DATA PERENCANAAN
Keterangan Nilai Satuan
𝐹𝑦 250 MPa
𝐹𝑢 410 Mpa
E 200000 MPa
200000
= 0.56 √ 250
= 15.83
Dikatakan mengalami tekuk lokal pada sayap apabila tidak memenuhi
persyaratan berikut.
𝜆 ≤ 𝜆𝑟
7.5 ≤ 15.83
2. Badan
`
200000
= 1.49 √ 250
= 42.14
Dikatakan mengalami tekuk lokal pada sayap apabila tidak memenuhi
persyaratan berikut.
𝜆 ≤ 𝜆𝑟
15.43 ≤ 42.14
(3.14 × 200000)
= 26002
11
= 11.24 Mpa
2. Periksa
𝐿𝑐 2600
=
𝑟 11
= 236.36
𝐸
4.71 √𝐹 = 133.21
𝑦
`
𝐿𝑐 𝐸
> 4.71 √
𝑟 𝐹𝑦
= 140 mm
𝐼𝑦 ℎ𝑜 2
𝐶𝑤 = 4
5630000 ×1402
= 4
= 27587000000 𝑚𝑚6
(2 𝑏 𝑡𝑓 2 )+(𝑑 𝑡𝑤 3 )
J = 3
(2 × 150 × 102 )+(108 × 73 )
= 3
= 1252 𝑚𝑚4
𝐿𝑐 = 4000 mm
𝜋 2 𝐸 𝐶𝑤 1
𝐹𝑒 =( + 𝐺 𝐽) 𝐽
𝐿𝑐 2 𝑥 + 𝐽𝑦
3.142 ×200000×27587000000 1
=( + 772000 × 1252)
40002 16400000 + 5630000
= 198.21 Mpa
𝐹𝑐𝑟 = 0.877 𝐹𝑒
= 0.877 × 198.21
`
= 173.83 Mpa
𝑃𝑛 = 𝐹𝑐𝑟 𝐴𝑔
= 173.83 × 4014
= 694444.32 N
d. Kontrol
e. Nilai 𝑃𝑛 yang digunakan = 39570.8 N
𝑃𝑢 = ∅ 𝑃𝑛
= 0.9 × 39570.8
= 35613.8 N
𝑃𝑢 ≤ 𝜑 𝑃𝑛
39570.8 ≤ 35613.8
Berdasarkan perhitungan di atas, maka kolom dinyatakan tidak aman karena tidak
memenuhi syarat yang telah ditetapkan. Oleh karena itu dilakukana trial & error
dengan cara memperbesar dimensi kolom. Setelah dimensi kolom diperbesar,
langkah selanjutnya yaitu melakukan perhitungan kontrol kolom sampai kolom
tersebut aman digunakan.
Berikut ini merupakan rekapitulasi perhitungan trial & error yang telah dilakukan.
Parameter
Langkah Nilai Satuan Keterangan
yang di tinjau
Kolom Lantai 3
Trial & error pertama
Dengan menaikkan diameter penampang berikut ini
Parameter 𝐻𝑓 𝐵𝑓 𝑡𝑤 𝑡𝑓
Nilai 175 175 7.5 11
Periksa Sayap
7.9 ≤ 15.84 N-m -
terhadap 𝜆 ≤ 𝜆𝑟
kemungkinan Badan
17.2 ≤ 42.14 Nmm -
tekuk lokal. 𝜆 ≤ 𝜆𝑟
`
Menggunakan
Tekuk lentur 𝑃𝑛 60079.98 N
cara b
Tekuk torsi 𝑃𝑛 1091874.37 N -
251982.3 Tidak
Kontrol 𝑃𝑢 ≤ 𝜑 𝑃𝑛 N
≤ 54072 memenuhi
Trial & error kedua
Dengan menaikkan diameter penampang berikut ini
Parameter 𝐻𝑓 𝐵𝑓 𝑡𝑤 𝑡𝑓
Nilai 200 200 12 12
Periksa Sayap
8.3 ≤ 15.84 N-m -
terhadap 𝜆 ≤ 𝜆𝑟
kemungkinan Badan
12.5 ≤ 42.14 Nmm -
tekuk lokal. 𝜆 ≤ 𝜆𝑟
Menggunakan
Tekuk lentur 𝑃𝑛 98488.94 N
cara b
Tekuk torsi 𝑃𝑛 1898038.99 N -
254223.1 Tidak
Kontrol 𝑃𝑢 ≤ 𝜑 𝑃𝑛 N
≤ 88640 memenuhi
Trial & error ketiga
Dengan menaikkan diameter penampang berikut ini
Parameter 𝐻𝑓 𝐵𝑓 𝑡𝑤 𝑡𝑓
Nilai 350 350 16 16
Periksa Sayap
10.93 ≤ 15.84 N-m -
terhadap 𝜆 ≤ 𝜆𝑟
kemungkinan Badan
17.37 ≤ 42.14 Nmm -
tekuk lokal. 𝜆 ≤ 𝜆𝑟
Menggunakan
Tekuk lentur 𝑃𝑛 249282.66 N
cara b
Tekuk torsi 𝑃𝑛 12706573.19 N -
255273.8 Tidak
Kontrol 𝑃𝑢 ≤ 𝜑 𝑃𝑛 N
≤ 224354.4 memenuhi
`
B. Kolom lantai 2
Berikut ini merupakan rekapitulasi perhitungan kolom lantai 2 tertera pada Tabel
4.33 berikut ini.
Parameter
Langkah Nilai Satuan Keterangan
yang di tinjau
Kolom Lantai 2
Perhitungan sesuai dengan preliminary design
Parameter 𝐻𝑓 𝐵𝑓 𝑡𝑤 𝑡𝑓
Nilai 250 250 14 14
Periksa Sayap
8.93 ≤ 15.84 N-m -
terhadap 𝜆 ≤ 𝜆𝑟
kemungkinan Badan
13.57 ≤ 42.14 Nmm -
tekuk lokal. 𝜆 ≤ 𝜆𝑟
Menggunakan
Tekuk lentur 𝑃𝑛 32141.75 N
cara b
`
Parameter 𝐻𝑓 𝐵𝑓 𝑡𝑤 𝑡𝑓
Nilai 400 400 18 18
Periksa Sayap
11.11 ≤ 15.84 N-m -
terhadap 𝜆 ≤ 𝜆𝑟
kemungkinan Badan
17.77 ≤ 42.14 Nmm -
tekuk lokal. 𝜆 ≤ 𝜆𝑟
Menggunakan
Tekuk lentur 𝑃𝑛 522979.52 N
cara b
Tekuk torsi 𝑃𝑛 21336857.3 N -
785947.7 Tidak
Kontrol 𝑃𝑢 ≤ 𝜑 𝑃𝑛 N
≤ 470681.6 memenuhi
Trial & error keempat
Dengan menaikkan diameter penampang berikut ini
Parameter Parameter Parameter Parameter Parameter
Nilai 400 400 30 50
Periksa Sayap
4 ≤ 15.84 N-m -
terhadap 𝜆 ≤ 𝜆𝑟
kemungkinan Badan
8.53 ≤ 42.14 Nmm -
tekuk lokal. 𝜆 ≤ 𝜆𝑟
Menggunakan
Tekuk lentur 𝑃𝑛 1289398.203 N
cara b
Tekuk torsi 𝑃𝑛 43001106.03 N -
816404
Kontrol 𝑃𝑢 ≤ 𝜑 𝑃𝑛 N Memenuhi
≤ 1160458.4
C. Kolom lantai 1
Berikut ini merupakan rekapitulasi perhitungan kolom lantai 1 tertera pada Tabel
4.34 berikut ini.
Parameter
Langkah Nilai Satuan Keterangan
yang di tinjau
Kolom Lantai 1
Perhitungan sesuai dengan preliminary design
Parameter 𝐻𝑓 𝐵𝑓 𝑡𝑤 𝑡𝑓
Nilai 350 350 12 19
Periksa Sayap
9.21 ≤ 15.84 N-m -
terhadap 𝜆 ≤ 𝜆𝑟
kemungkinan Badan
22.66 ≤ 42.14 Nmm -
tekuk lokal. 𝜆 ≤ 𝜆𝑟
Menggunakan
Tekuk lentur 𝑃𝑛 260205.6 N
cara a
Tekuk torsi 𝑃𝑛 13110770.5 N -
1361832.5 Tidak
Kontrol 𝑃𝑢 ≤ 𝜑 𝑃𝑛 N
≤ 234185.1 memenuhi
Trial & error pertama
Dengan menaikkan diameter penampang berikut ini
Parameter 𝐻𝑓 𝐵𝑓 𝑡𝑤 𝑡𝑓
Nilai 400 400 18 18
Periksa Sayap
11.1 ≤ 15.8 N-m -
terhadap 𝜆 ≤ 𝜆𝑟
kemungkinan Badan
17.7 ≤ 42.14 Nmm -
tekuk lokal. 𝜆 ≤ 𝜆𝑟
Menggunakan
Tekuk lentur 𝑃𝑛 522979.5 N
cara a
Tekuk torsi 𝑃𝑛 21336857.3 N -
1656024.6 Tidak
Kontrol 𝑃𝑢 ≤ 𝜑 𝑃𝑛 N
≤ 470681.6 memenuhi
Trial & error kedua
Dengan menaikkan diameter penampang berikut ini
Parameter 𝐻𝑓 𝐵𝑓 𝑡𝑤 𝑡𝑓
`
Menggunakan
Tekuk lentur 𝑃𝑛 1878481.9 N
cara a
Tekuk torsi 𝑃𝑛 24807446.7 N -
1418155.5
Kontrol 𝑃𝑢 ≤ 𝜑 𝑃𝑛 N Memenuhi
≤ 1690633.8
`
BAB V
DESAIN PELAT, SAMBUNGAN DAN TUMPUAN
5.1 Pendahuluan
Penggunaan alat sambung dan pemilihan cara menyambung baja adalah
bagian penting dalam menyambung baja. Pada gedung yang kami rencanakan,
diperlukan tambahan elemen elemen penunjang struktur bangunan, seperti
tulangan, sambungan, dan shear connector. Penggunaan sambungan baja memiliki
fungsi antara lain:
dimana:
d = tebal penampang efektif (mm)
h = tebal pelat (mm)
𝐶𝑐 = tebal selimut bersih (mm)
𝑑𝑠 = 𝑑𝑏 = diameter tulangan (mm)
`
𝒇𝒄 ′ , MPa 𝜷𝟏
17 ≤ 𝑓𝑐 ′ ≤ 28 0.85
0.05 (𝑓𝑐 ′ − 28)
28 < 𝑓𝑐 ′ < 55 0.85 −
7
𝑓𝑐 ′ ≥ 55 0.65
(Sumber: SNI 2847:2019)
Persamaan yang digunakan yaitu
0.05 (𝑓𝑐 ′ −28)
𝛽1 = 0.85 − ………………………………………..……….. (5.3)
7
4) Menghitung 𝜆
Nilai 𝜆 diambil dari SNI 2847:2019 tabel 25.4.2.4 berikut.
Tabel 5.2 Faktor modifikasi untuk panjang penyaluran batang ulir dan kawat
ulir dalam kondisi tarik
Didapatkan dari rekapitulasi gaya dalam yang diperoleh dari SAP 2000
dimana:
n = jumlah tulangan negatif tumpuan
b = jarak tulangan diasumsukan 1 meter (mm)
s = spasi tulangan (mm)
d) Menghitung jarak bersih antar tulangan dengan persamaan berikut.
𝑠𝑛 = 𝑠 − 𝑑𝑏 ………………………………………… ……….……….. (5.6)
dimana:
𝑠𝑛 = jarak bersih antar tulangan (mm)
s = spasi tulangan (mm)
𝑑𝑏 = diameter tulangan (mm)
e) Periksa jarak bersih antar tulangan sesuai persyaratan berikut.
𝑠𝑛 ≥ 𝑑𝑏
f) Menghitung As pasang menggunakan persamaan berikut.
𝜋
𝐴𝑠 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 = 𝑛 × 4
× 𝑑𝑏 2 ……………………………………………….. (5.7)
`
dimana:
𝐴𝑠 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 = luas tulangan pasang (mm2)
𝑛 = jumlah tulangan negatif tumpuan
𝑑𝑏 = diameter tulangan (mm)
g) Menghitung nilai As min berdasarkan SNI 2847:2019 Pasal 7.6.1.1 dan Pasal
8.6.1.1 menggunakan persamaan berikut.
Jenis tulangan batang ulir dengan 𝑓𝑦 < 429 Mpa, persamaan yang digunakan:
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 = 0.0020 × 𝐴𝑔 ……..……………………………… ……….. (5.8)
Sedangkan jenis tulangan batang ulir atau kawat las dengan 𝑓𝑦 ≥ 420 Mpa,
persamaan yang digunakan adalah nilai terbesar dari:
0.0018 ×420
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 = 𝐴𝑔 …………………………………………. ….. (5.9)
𝑓𝑦
dimana:
𝑎 = tinggi blok beton (mm)
𝐴𝑠 = luas tulangan tarik longitudinal nonprategang (mm2)
𝑓𝑦 = kekuatan leleh tulangan yang disyaratakan (Mpa)
𝑓𝑐 ′ = kuat tekan beton (Mpa)
b = jarak tulangan diasumsukan 1 meter (mm)
j) Menghitung kapasitas lentur berdasarkan SNI 2847:2019 Pasal 22.2.2.4.1
menggunakan persamaan berikut.
𝑎
𝑀𝑛 = 𝐴𝑠 × 𝑓𝑦 × (𝑑 − 2) ………………………………………..…….. (5.12)
dimana:
`
dimana:
c = lokas garis netral (mm)
𝑎 = tinggi blok beton (mm)
𝛽1 = faktor yang menghubungkan tinggi blok tegangan tekan persegi ekuivalen
dengan tinggi sumbu netral
l) Menghitung regangan tulangan tarik berdasarkan SNI 2847:2019 pasal 22.2.1.2
dan 22.2.2.1 menggunakan persamaan berikut.
𝑑−𝑐
𝜀𝑠 = 𝑐 × 0.003 ……………………… ……………………………….. (5.14)
dimana:
𝜀𝑠 = regangan tulangan tarik
d = tebal penampang efektif (mm)
c = lokas garis netral (mm)
m) Menghitung faktor reduksi berdasarkan SNI 2847:2019 tabel 21.2.2 sebagai
berikut.
Tabel 5.3 Faktor reduksi kekuatan (𝜑) untuk momen, gaya aksial, atau
kombinasi momen dan gaya aksial
Regangan 𝝋
tarik netto Klasifikasi Jenis tulangan transversal
(𝜺𝒕 ) Spiral sesuai 25.7.3 Tulangan lainnya
Tekanan
𝜀𝑡 ≤ 𝜀𝑡𝑦 0,75 a) 0,65 b)
terkontrol
𝜀𝑡 − 𝜀𝑡𝑦 𝜀𝑡 − 𝜀𝑡𝑦
𝜀𝑡𝑦 < 𝜀𝑡 < 0.005 Transisi 0.75+0.15 c) 0.65+0.25 d)
0.005−𝜀𝑡𝑦 0.005−𝜀𝑡𝑦
`
Tegangan
𝜀𝑡𝑦 ≥ 0.005 0,90 e) 0,90 f)
terkontrol
(Sumber: SNI 2847:2019)
n) Menghitung lentur tereduksi menggunaan persamaan berikut.
𝜑𝑀𝑛 = 0.9 × 𝑀𝑛 ………………………………………………….. (5.15)
dimana:
𝜑 = faktor reduksi
𝑀𝑛 = kekuatan lentur nomina pada penampang (N-mm)
o) Periksa kapasitas penampang sesuai persyaratan berikut.
𝜑𝑀𝑛 > 𝑀𝑢
dimana:
𝐼𝑔 = momen inersia pelat (mm4)
t = tebal pelat (mm)
2) Menghitung tegangan retak menggunakan persamaan berikut
dimana:
y = garis netral (mm)
t = tebal pelat (mm)
4) Menghitung kapasitas retak lentur
𝐼𝑔
𝑀𝑐𝑟 = 𝑓𝑟 × ……………………………….………..………….. (5.22)
𝑦
dimana:
𝑀𝑐𝑟 = momen retak (N-mm)
𝑓𝑟 = tegangan retak (Mpa)
𝐼𝑔 = momen inersia pelat (mm4)
y = garis netral (mm)
5) Menghitung inersia retak
𝐼𝑐𝑟 = 0.25 × 𝐼𝑔 ………………………………………………….. (5.23)
dimana:
𝐼𝑐𝑟 = momen inersia penampang retak (mm4)
𝐼𝑔 = momen inersia pelat (mm4)
b) Lendutan arah sumbu X dan lendutan arah sumbu Y
1) Menghitung Ma lapangan (+)
𝑀𝑎 = ∑ 𝑀22 𝑀𝑎𝑥 …………………………………...………….. (5.24)
dimana:
`
Dengan syarat:
𝐼𝑒 𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛, 𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 < 𝐼𝑔
dimana:
𝐼𝑒 𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛, 𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = momen inersia efektif tumpuan atau
lapangan (mm4)
𝑀𝑐𝑟 = momen retak (N-mm)
𝑀𝑎 = momen maksimum (N-mm)
𝐼𝑔 = momen inersia pelat (mm4)
𝐼𝑐𝑟 = momen inersia penampang retak (mm4)
4) Menghitung Ie rata-rata
𝐼𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 0.5 𝐼𝑒 𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 + 0.5 𝐼𝑒 𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 ….….. (5.26)
dimana:
𝐼𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = momen inersia efektif rata-rata (mm4)
𝐼𝑒 𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛, 𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = momen inersia efektif tumpuan atau
lapangan (mm4)
5) Menghitung lendutan seketika akibat DL, SIDL, dan LL
5
48 𝐿2
𝛿𝑖,𝐷𝐿,𝑆𝐼𝐷𝐿,𝐿𝐿 = (𝐸𝑐 × 𝐼𝑔 ) [𝑀𝑙𝑎𝑝 + 0.2 𝑀𝑡𝑢𝑚 ]
……...…………………….. (5.27)
dimana:
𝛿𝑖,𝐷𝐿,𝑆𝐼𝐷𝐿,𝐿𝐿 = lendutan seketika akibat DL, SIDL, dan LL (mm)
L = panjang pelat (mm)
𝐸𝑐 = modulus elastisitas beton
𝐼𝑔 = momen inersia pelat (mm4)
𝑀𝑙𝑎𝑝 = momen M11 maximum akibat DL (Nm)
`
dimana:
L = panjang pelat (mm)
7) Periksa lendutan seketika
𝛿𝑖,𝐿𝐿 ≤ 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑒𝑛𝑑𝑢𝑡𝑎𝑛
8) Menghitung faktor jangka panjang
2
𝜆 = (1+50× 𝜌′ ) ……………………….………………………….. (5.29)
dimana:
𝜆 = faktor jangka panang
𝜌′ = rasio 𝑨𝒔 ′ terhadap bd
9) Menghitung lendutan jangka panjang
Δ𝐿𝑇 = (𝛿𝑖,𝐷𝐿+𝑆𝐼𝐷𝐿 ) × 𝜆 + 𝛿𝑖,𝐿𝐿 ………………………………….. (5.30)
dimana:
Δ𝐿𝑇 = lendutan jangka panjang (mm)
𝛿𝑖,𝐷𝐿,𝑆𝐼𝐷𝐿,𝐿𝐿 = lendutan seketika akibat DL, SIDL, dan LL (mm)
𝜆 = faktor jangka panang
10) Menghitung syarat lendutan jangka panjang
𝐿
Syarat Lendutan Jangka Panjang = 240 ……...………………….. (5.31)
dimana:
L = panjang pelat (mm)
11) Periksa lendutan jangka panjang
Δ𝐿𝑇 ≤ 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑒𝑛𝑑𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔
Adapun material properti dan penampang yang digunakan tertera pada Tabel 5.4
sebagai berikut.
Didapatkan dari rekapitulasi gaya dalam yang diperoleh dari SAP 2000 tertera pada
Tabel 5.5 berikut.
𝑠𝑚𝑎𝑥 =2 ×𝑡
= 2 × 180
= 360 N-m
2) Periksa spasi maksimum.
𝑠 ≤ 𝑠𝑚𝑎𝑥
200 ≤ 360
Memenuhi syarat (Oke).
3) Menghitung jumlah tulangan negatif tumpuan dengan diasumsikan analisis
dilakukan per 1 meter (b=1000mm).
𝑏
𝑛 =𝑠
1000
= 200
=5
4) Menghitung jarak bersih antar tulangan.
𝑠𝑛 = 𝑠 − 𝑑𝑏
= 200 − 10
= 190 mm
5) Periksa jarak bersih antar tulangan.
𝑠𝑛 ≥ 𝑑𝑏
190 ≥ 10
Memenuhi syarat (Oke).
6) Menghitung As pasang.
𝜋
𝐴𝑠 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 =𝑛× × 𝑑𝑏 2
4
𝜋
=5× × 102
4
= 392.699 mm4
7) Menghitung nilai As min.
Tulangan batang ulir dengan 𝑓𝑦 < 429 Mpa
𝐴𝑔 =b×t
= 1000 × 800
= 180000 mm2
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 = 0.0020 × 𝐴𝑔
= 0.0020 × 180000
`
= 360 mm2
Tulangan batang ulir atau kawat las dengan 𝑓𝑦 ≥ 420 Mpa
0.0018 ×420
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 = 𝐴𝑔
𝑓𝑦
0.0018 ×420
= 180000
420
= 324 mm2
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 = 0.0014 × 𝐴𝑔
= 0.0014 × 180000
= 252 mm2
Nilai 𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 yang digunakan adalah nilai terbesar yaitu 324 mm2.
8) Periksa As min sesuai persamaan berikut.
𝐴𝑠 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 ≥ 𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛
392.699 ≥ 324
Memenuhi syarat (Oke).
9) Menghitung tinggi blok beton.
𝐴𝑠 × 𝑓𝑦
𝑎 = 0.85 × 𝑓 ′ × 𝑏
𝑐
392.699 ×420
= 0.85 × 30 × 1000
= 6.468 mm
10) Menghitung kapasitas lentur.
𝑎
𝑀𝑛 = 𝐴𝑠 × 𝑓𝑦 × (𝑑 − 2)
6.468
= 392.699 × 420 × (145 − )
2
= 23381.980 N-m
11) Menghitung lokasi garis netral.
𝑎
𝑐 =𝛽
1
6.468
= 0.8357
= 7.739 mm
12) Menghitung regangan tulangan tarik.
𝑑−𝑐
𝜀𝑠 = 𝑐 × 0.003
145−7.739
= 7.739 × 0.003
`
= 0.053
13) Menghitung faktor reduksi
𝜀𝑡 − 𝜀𝑡𝑦
𝜑 = 0.65+0.25
0.005−𝜀𝑡𝑦
= 0.9
14) Menghitung lentur tereduksi.
𝜑𝑀𝑛 = 0.9 × 𝑀𝑛
= 0.9 × 23381.980
= 21043.782 N-m
15) Periksa kapasitas penampang.
𝑀𝑢 = 𝑀11 𝑀𝐴𝑋 = 18314.68 N-m
𝜑𝑀𝑛 > 𝑀𝑢
21043.782 > 18314.68
Memenuhi syarat (Oke).
b) Tulangan tumpuan atas arah sumbu 1 (sumbu X)
Spasi tulangan, s = 200 N-m
1) Menentukan spasi maksimum.
𝑠𝑚𝑎𝑥 =2 ×𝑡
= 2 × 180
= 360 N-m
2) Periksa spasi maksimum.
𝑠 ≤ 𝑠𝑚𝑎𝑥
200 ≤ 360
Memenuhi syarat (Oke).
3) Menghitung jumlah tulangan negatif tumpuan dengan diasumsikan analisis
dilakukan per 1 meter (b=1000mm).
𝑏
𝑛 =𝑠
1000
= 200
=5
4) Menghitung jarak bersih antar tulangan.
𝑠𝑛 = 𝑠 − 𝑑𝑏
`
= 200 − 10
= 190 mm
5) Periksa jarak bersih antar tulangan.
𝑠𝑛 ≥ 𝑑𝑏
190 ≥ 10
Memenuhi syarat (Oke).
6) Menghitung As pasang.
𝜋
𝐴𝑠 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 =𝑛× × 𝑑𝑏 2
4
𝜋
=5× × 102
4
= 392.699 mm4
7) Menghitung nilai As min.
Tulangan batang ulir dengan 𝑓𝑦 < 429 Mpa
𝐴𝑔 =b×t
= 1000 × 800
= 180000 mm2
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 = 0.0020 × 𝐴𝑔
= 0.0020 × 180000
= 360 mm2
Tulangan batang ulir atau kawat las dengan 𝑓𝑦 ≥ 420 Mpa
0.0018 ×420
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 = 𝐴𝑔
𝑓𝑦
0.0018 ×420
= 180000
420
= 324 mm2
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 = 0.0014 × 𝐴𝑔
= 0.0014 × 180000
= 252 mm2
Nilai 𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 yang digunakan adalah nilai terbesar yaitu 324 mm2.
8) Periksa As min sesuai persamaan berikut.
𝐴𝑠 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 ≥ 𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛
392.699 ≥ 324
Memenuhi syarat (Oke).
`
392.699 ×420
= 0.85 × 30 × 1000
= 6.468 mm
10) Menghitung kapasitas lentur.
𝑎
𝑀𝑛 = 𝐴𝑠 × 𝑓𝑦 × (𝑑 − 2)
6.468
= 392.699 × 420 × (145 − )
2
= 23381.980 N-m
11) Menghitung lokasi garis netral.
𝑎
𝑐 =𝛽
1
6.468
= 0.8357
= 7.739 mm
12) Menghitung regangan tulangan tarik.
𝑑−𝑐
𝜀𝑠 = 𝑐 × 0.003
145−7.739
=
7.739 × 0.003
= 0.053
13) Menghitung faktor reduksi
𝜀𝑡 − 𝜀𝑡𝑦
𝜑 = 0.65+0.25
0.005−𝜀𝑡𝑦
= 0.9
14) Menghitung lentur tereduksi.
𝜑𝑀𝑛 = 0.9 × 𝑀𝑛
= 0.9 × 23381.980
= 21043.782 N-m
15) Periksa kapasitas penampang.
𝑀𝑢 = 𝑀11 𝑀𝐼𝑁 = 17636.720 N-m
𝜑𝑀𝑛 > 𝑀𝑢
21043.782 > 17636.720
Memenuhi syarat (Oke).
`
= 5.26
4) Menghitung jarak bersih antar tulangan.
𝑠𝑛 = 𝑠 − 𝑑𝑏
= 190 − 10
= 180 mm
5) Periksa jarak bersih antar tulangan.
𝑠𝑛 ≥ 𝑑𝑏
180 ≥ 10
Memenuhi syarat (Oke).
6) Menghitung As pasang.
𝜋
𝐴𝑠 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 =𝑛× × 𝑑𝑏 2
4
𝜋
= 5.26 × × 102
4
= 413.367 mm4
7) Menghitung nilai As min.
Tulangan batang ulir dengan 𝑓𝑦 < 429 Mpa
𝐴𝑔 =b×t
`
= 1000 × 800
= 180000 mm2
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 = 0.0020 × 𝐴𝑔
= 0.0020 × 180000
= 360 mm2
Tulangan batang ulir atau kawat las dengan 𝑓𝑦 ≥ 420 Mpa
0.0018 ×420
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 = 𝐴𝑔
𝑓𝑦
0.0018 ×420
= 180000
420
= 324 mm2
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 = 0.0014 × 𝐴𝑔
= 0.0014 × 180000
= 252 mm2
Nilai 𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 yang digunakan adalah nilai terbesar yaitu 324 mm2.
8) Periksa As min sesuai persamaan berikut.
𝐴𝑠 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 ≥ 𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛
392.699 ≥ 324
Memenuhi syarat (Oke).
9) Menghitung tinggi blok beton.
𝐴𝑠 × 𝑓𝑦
𝑎 = 0.85 × 𝑓 ′ × 𝑏
𝑐
413.367 ×420
= 0.85 × 30 × 1000
= 6.808 mm
10) Menghitung kapasitas lentur.
𝑎
𝑀𝑛 = 𝐴𝑠 × 𝑓𝑦 × (𝑑 − 2)
6.808
= 413.367 × 420 × (145 − )
2
= 233846.916 N-m
11) Menghitung lokasi garis netral.
𝑎
𝑐 =𝛽
1
6.808
= 0.8357
= 8.147 mm
`
= 0.05
13) Menghitung faktor reduksi
𝜀𝑡 − 𝜀𝑡𝑦
𝜑 = 0.65+0.25
0.005−𝜀𝑡𝑦
0.053 −0.002
= 0.65 + 0.25 0.003
= 0.9
14) Menghitung lentur tereduksi.
𝜑𝑀𝑛 = 0.9 × 𝑀𝑛
= 0.9 × 233846.916
= 20562.225 N-m
15) Periksa kapasitas penampang.
𝑀𝑢 = 𝑀22 𝑀𝐴𝑋 = 19840 N-m
𝜑𝑀𝑛 > 𝑀𝑢
20562.225 > 19840
Memenuhi syarat (Oke).
d) Tulangan tumpuan atas sumbu 2 (sumbu Y)
Spasi tulangan, s = 190 N-m
1) Menentukan spasi maksimum.
𝑠𝑚𝑎𝑥 =2 ×𝑡
= 2 × 180
= 360 N-m
2) Periksa spasi maksimum.
𝑠 ≤ 𝑠𝑚𝑎𝑥
190 ≤ 360
Memenuhi syarat (Oke).
3) Menghitung jumlah tulangan negatif tumpuan dengan diasumsikan analisis
dilakukan per 1 meter (b=1000mm).
𝑏
𝑛 =𝑠
`
1000
= 190
= 5.26
4) Menghitung jarak bersih antar tulangan.
𝑠𝑛 = 𝑠 − 𝑑𝑏
= 190 − 10
= 180 mm
5) Periksa jarak bersih antar tulangan.
𝑠𝑛 ≥ 𝑑𝑏
180 ≥ 10
Memenuhi syarat (Oke).
6) Menghitung As pasang.
𝜋
𝐴𝑠 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 =𝑛× × 𝑑𝑏 2
4
𝜋
= 5.26 × × 102
4
= 413.367 mm4
7) Menghitung nilai As min.
Tulangan batang ulir dengan 𝑓𝑦 < 429 Mpa
𝐴𝑔 =b×t
= 1000 × 800
= 180000 mm2
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 = 0.0020 × 𝐴𝑔
= 0.0020 × 180000
= 360 mm2
Tulangan batang ulir atau kawat las dengan 𝑓𝑦 ≥ 420 Mpa
0.0018 ×420
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 = 𝐴𝑔
𝑓𝑦
0.0018 ×420
= 180000
420
= 324 mm2
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 = 0.0014 × 𝐴𝑔
= 0.0014 × 180000
= 252 mm2
Nilai 𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 yang digunakan adalah nilai terbesar yaitu 324 mm2.
`
413.367 ×420
= 0.85 × 30 × 1000
= 6.808 mm
10) Menghitung kapasitas lentur.
𝑎
𝑀𝑛 = 𝐴𝑠 × 𝑓𝑦 × (𝑑 − 2)
6.808
= 413.367 × 420 × (145 − )
2
= 233846.916 N-m
11) Menghitung lokasi garis netral.
𝑎
𝑐 =𝛽
1
6.808
= 0.8357
= 8.147 mm
12) Menghitung regangan tulangan tarik.
𝑑−𝑐
𝜀𝑠 = 𝑐 × 0.003
145−8.147
= 8.147 × 0.003
= 0.05
13) Menghitung faktor reduksi
𝜀𝑡 − 𝜀𝑡𝑦
𝜑 = 0.65+0.25
0.005−𝜀𝑡𝑦
0.053 −0.002
= 0.65 + 0.25 0.003
= 0.9
14) Menghitung lentur tereduksi.
𝜑𝑀𝑛 = 0.9 × 𝑀𝑛
= 0.9 × 233846.916
= 20562.225 N-m
15) Periksa kapasitas penampang.
`
=5
4) Menghitung jarak bersih antar tulangan.
𝑠𝑛 = 𝑠 − 𝑑𝑏
= 200 − 10
= 180 mm
5) Periksa jarak bersih antar tulangan.
𝑠𝑛 ≥ 𝑑𝑏
180 ≥ 10
Memenuhi syarat (Oke).
6) Menghitung As pasang.
𝜋
𝐴𝑠 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 =𝑛× × 𝑑𝑏 2
4
𝜋
=5× × 102
4
`
= 392.699 mm4
7) Menghitung nilai As min.
Tulangan batang ulir dengan 𝑓𝑦 < 429 Mpa
𝐴𝑔 =b×t
= 1000 × 800
= 180000 mm2
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 = 0.0020 × 𝐴𝑔
= 0.0020 × 180000
= 360 mm2
Tulangan batang ulir atau kawat las dengan 𝑓𝑦 ≥ 420 Mpa
0.0018 ×420
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 = 𝐴𝑔
𝑓𝑦
0.0018 ×420
= 180000
420
= 324 mm2
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 = 0.0014 × 𝐴𝑔
= 0.0014 × 180000
= 252 mm2
Nilai 𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛 yang digunakan adalah nilai terbesar yaitu 324 mm2.
8) Periksa As min.
𝐴𝑠 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 ≥ 𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛
392.699 ≥ 324
Memenuhi syarat (Oke).
= 50630.104 N
c) Menentukan kebutuhan tulangan geser pelat.
𝑉𝑢 > ambang batas pelat
0 > 35013.610
Tidak memenuhi persyaratan, maka dapat disimpulkan bahwa tidak diperlukan
tulangan geser.
= 468000000 mm4
2) Menghitung tegangan retak menggunakan persamaan berikut
𝑓𝑟 = 0.62 √𝑓𝑐 ′
= 0.62 √30
= 3.396 Mpa
3) Menghitung garis netral menggunakan persamaan berikut
𝑡
y =2
180
= 2
= 90 mm
4) Menghitung kapasitas retak lentur
𝐼𝑔
𝑀𝑐𝑟 = 𝑓𝑟 × 𝑦
468000000
= 3.396 ×
90
= 18337.751 N-m
5) Menghitung inersia retak
𝐼𝑐𝑟 = 0.25 × 𝐼𝑔
= 0.25 × 468000000
= 121500000 mm4
b) Lendutan arah sumbu 1 (sumbu X)
`
18337.751 3 18337.751 3
=( 1367.74
) 468000000 + [1 − (
1367.74
) ] 121500000
= 486000000 mm4
4) Menghitung Ie tumpuan
𝑀 𝑀
5) 𝐼𝑒 𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = ( 𝑀𝑐𝑟 )3 𝐼𝑔 + [1 − ( 𝑀𝑐𝑟 )3 ] 𝐼𝑐𝑟 ……..
𝑎 𝑎
18337.751 18337.751 3
= ( 1367.74 )3 468000000 + [1 − ( 1367.74
) ] 121500000
= 486000000 mm4
6) Menghitung Ie rata-rata
𝐼𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = (0.5 × 486000000) + (0.5 × 486000000)
= 486000000 mm4
7) Menghitung lendutan seketika akibat DL
5
48 𝐿2
𝛿𝑖,𝐷𝐿 = (𝐸𝑐 × 𝐼𝑔 ) [𝑀𝑙𝑎𝑝 + 0.2 𝑀𝑡𝑢𝑚 ]
`
5
48 × 40002
= (25743 × 486000000) [352.89 + 0.2 ×314.77]×103
= 0.052 mm
8) Menghitung lendutan seketika akibat SIDL
5
48 𝐿2
𝛿𝑖,𝑆𝐼𝐷𝐿 = (𝐸𝑐 × 𝐼𝑔 ) [𝑀𝑙𝑎𝑝 + 0.2 𝑀𝑡𝑢𝑚 ]
5
48 × 40002
= (25743 × 486000000) [353.08 + 0.2 × 355.25]×103
= 0.057 mm
9) Menghitung lendutan seketika akibat LL
5
48 𝐿2
𝛿𝑖,𝐿𝐿 = (𝐸𝑐 × 𝐼𝑔 ) [𝑀𝑙𝑎𝑝 + 0.2 𝑀𝑡𝑢𝑚 ]
5
48 × 40002
= (25743 × 486000000) [688.77 + 0.2 ×558.28]×103
= 0.107 mm
10) Menghitung syarat lendutan seketika LL
𝐿
Syarat Lendutan = 360
4000
= 360
= 11.11 mm
11) Periksa lendutan seketika
𝛿𝑖,𝐿𝐿 ≤ 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑒𝑛𝑑𝑢𝑡𝑎𝑛
0.107 ≤ 11.11
Memenuhi syarat (oke).
12) Menghitung faktor jangka panjang
𝐴𝑠 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔
𝜌′ = 1000 × 𝑑
392.699
= 1000 × 145
= 56.94
2
𝜆 = (1+50× 𝜌′ )
2
= (1+50× 56.94)
= 1.761
13) Menghitung lendutan jangka panjang
`
= 16.67
15) Periksa lendutan jangka panjang
Δ𝐿𝑇 ≤ 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑒𝑛𝑑𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔
0.297 ≤ 16.67
Memenuhi syarat (oke).
c) Lendutan arah sumbu 2 (sumbu Y)
𝑀22 𝑀𝑎𝑥 akibat DL = 328.39 N-m
𝑀22 𝑀𝑖𝑛 akibat DL = −236.15 N-m
𝑀22 𝑀𝑎𝑥 akibat SIDL = 475.1 N-m
𝑀22 𝑀𝑖𝑛 akibat SIDL = −379.09 N-m
𝑀22 𝑀𝑎𝑥 akibat LL = 1046.03 N-m
𝑀22 𝑀𝑖𝑛 akibat LL = −623.84 N-m
1) Menghitung Ma lapangan (+)
𝑀𝑎 𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = ∑ 𝑀22 𝑀𝑎𝑥
= 𝑀22 𝑀𝑎𝑥 akibat DL + 𝑀22 𝑀𝑎𝑥 akibat SIDL + 𝑀22 𝑀𝑎𝑥 akibat LL
= 328.39+ 475.1 + 1046.03
= 1849.52 N-m
2) Menghitung Ma tumpuan (-)
𝑀𝑎 𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 = ∑ 𝑀22 𝑀𝑖𝑛
= 𝑀22 𝑀𝑖𝑛 akibat DL + 𝑀22 𝑀𝑖𝑛 akibat SIDL + 𝑀22 𝑀𝑖𝑛 akibat LL
= −236.15 + (−379.09) + (−623.84)
= −1239.02 N-m
3) Menghitung Ie lapangan
𝑀 𝑀
𝐼𝑒 𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 = ( 𝑀𝑐𝑟 )3 𝐼𝑔 + [1 − ( 𝑀𝑐𝑟 )3 ] 𝐼𝑐𝑟 ……..
𝑎 𝑎
`
18337.751 18337.751
= ( 1849.52 )3 468000000 + [1 − ( 1849.52 )3 ] 121500000
= 468000000 mm4
4) Menghitung Ie tumpuan
𝑀 𝑀
5) 𝐼𝑒 𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = ( 𝑀𝑐𝑟 )3 𝐼𝑔 + [1 − ( 𝑀𝑐𝑟 )3 ] 𝐼𝑐𝑟 ……..
𝑎 𝑎
18337.751 18337.751
= (−1239.02 )3 468000000 + [1 − (−1239.02 )3 ] 121500000
= 468000000 mm4
6) Menghitung Ie rata-rata
𝐼𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = (0.5 × 1849.520 ) + (0.5 × −1239.02)
= 468000000 mm4
7) Menghitung lendutan seketika akibat DL
5
48 𝐿2
𝛿𝑖,𝐷𝐿 = (𝐸𝑐 × 𝐼𝑔 ) [𝑀𝑙𝑎𝑝 + 0.2 𝑀𝑡𝑢𝑚 ]
5
48 × 40002
= (25743 × 486000000) [328.39 + 0.2 × 236.15]×103
= 0.05 mm
8) Menghitung lendutan seketika akibat SIDL
5
48 𝐿2
𝛿𝑖,𝑆𝐼𝐷𝐿 = (𝐸𝑐 × 𝐼𝑔 ) [𝑀𝑙𝑎𝑝 + 0.2 𝑀𝑡𝑢𝑚 ]
5
48 × 40002
= (25743 × 486000000) [475.1 + 0.2 × 379.03]×103
= 0.073 mm
9) Menghitung lendutan seketika akibat LL
5
48 𝐿2
𝛿𝑖,𝐿𝐿 = (𝐸𝑐 × 𝐼𝑔 ) [𝑀𝑙𝑎𝑝 + 0.2 𝑀𝑡𝑢𝑚 ]
5
48 × 40002
= (25743 × 486000000) [1046.03 + 0.2 × 623.84]×103
= 0.156 mm
10) Menghitung syarat lendutan seketika LL
𝐿
Syarat Lendutan = 360
4000
= 360
= 11.11 mm
11) Periksa lendutan seketika
`
= 56.94
2
𝜆 =
(1+50× 𝜌′ )
2
= (1+50× 56.94)
= 1.761
13) Menghitung lendutan jangka panjang
Δ𝐿𝑇 = (𝛿𝑖,𝐷𝐿+𝑆𝐼𝐷𝐿 ) × 𝜆 + 𝛿𝑖,𝐿𝐿
= (0.05 + 0.073) × 1.761 + (0.156)
= 0.373 mm
14) Menghitung syarat lendutan jangka panjang
𝐿
Syarat Lendutan Jangka Panjang = 240
4000
= 240
= 16.67
15) Periksa lendutan jangka panjang
Δ𝐿𝑇 ≤ 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑒𝑛𝑑𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔
0.373 ≤ 16.67
Memenuhi syarat (oke).
Besar Nilai /
Elemen yang di Satu
Parameter Kebutuhan Keterangan
tinjau an
tulangan
Pelat Lantai Atap
`
Tulangan lapangan
Penulangan
bawah arah sumbu 5D 10- 200
Lentur
1 (sumbu X)
Tulangan tumpuan
atas arah sumbu 1 5D 10- 200
(sumbu X)
Tulangan lapangan
bawah arah sumbu 6D 10 - 190
2 (sumbu Y)
Tulangan tumpuan
atas arah sumbu 2 6D 10 - 190
(sumbu Y)
Tulangan
5D 10 -200
minimum
Tidak
Kapasitas Kapasitas geser
135013.610 N membutuhkan
geser balok
tulangan geser
Lendutan Kapasitas retak
18337.751 Nm
pelat lentur
Lendutan akibat Memenuhi syarat,
arah sumbu 1 lendutan yang
(sumbu X) terjadi aman
Lendutan akibat Memenuhi syarat,
arah sumbu 2 lendutan yang
(sumbu Y) terjadi aman
Pelat Lantai 3
Tulangan lapangan
Penulangan
bawah arah sumbu 8D 10 - 140
Lentur
1 (sumbu X)
Tulangan tumpuan
atas arah sumbu 1 8D 10- 130
(sumbu X)
`
Tulangan lapangan
bawah arah sumbu 12D 10 - 90
2 (sumbu Y)
Tulangan tumpuan
atas arah sumbu 2 15D 10 - 70
(sumbu Y)
Tulangan
5D 10 -200
minimum
Tidak
Kapasitas Kapasitas geser
135013.610 N membutuhkan
geser balok
tulangan geser
Lendutan Kapasitas retak
18337.751 Nm
pelat lentur
Lendutan akibat Memenuhi syarat,
arah sumbu 1 lendutan yang
(sumbu X) terjadi aman
Lendutan akibat Memenuhi syarat,
arah sumbu 2 lendutan yang
(sumbu Y) terjadi aman
Pelat Lantai 2
Tulangan lapangan
Penulangan
bawah arah sumbu 10D 10 - 100
Lentur
1 (sumbu X)
Tulangan tumpuan
atas arah sumbu 1 10D 10 - 100
(sumbu X)
Tulangan lapangan
bawah arah sumbu 13D 10 - 80
2 (sumbu Y)
Tulangan tumpuan
atas arah sumbu 2 15D 10 - 70
(sumbu Y)
`
Tulangan
5D 10 -200
minimum
Tidak
Kapasitas Kapasitas geser
135013.610 N membutuhkan
geser balok
tulangan geser
Lendutan Kapasitas retak
18337.751 Nm
pelat lentur
Lendutan akibat Memenuhi syarat,
arah sumbu 1 lendutan yang
(sumbu X) terjadi aman
Lendutan akibat Memenuhi syarat,
arah sumbu 2 lendutan yang
(sumbu Y) terjadi aman
5.2.3 AA
Terdapat beberapa alat sambungan pada perencanaan baja yang terdiri dari
paku keling, baut, dan las.
a. Paku keling
Merupakan alat sambung untuk konstruksi baja yang terbuat dari batang
baja berpenampang bulat.
b. Baut
Merupakan alat sambung dengan batang bulat dan beruli yang merupakan
salah satu ujung dibentuk kepala baut dan ujung lainnya dipasang mur atau
pengunci.
c. Las
Penyambungan baja menggunakan las dilakukan dengan memanaskan baja
hingga mencapai suhu lumer (meleleh) dengan bajan pengisi maupun tidak
dengan bahan pengisi. Setelah dingin, sambungan baja tersebut akan
menyatu dengan baik.
Data-data yang diperoleh merupakan data perencanaan yang telah ditetapkan sejak
awal perencanaan bangunan dan berdasarkan gaya dalam yang didapatkan.
Data profil baja yang diperoleh berasal dari hasil perhitungan preliminary design
yang kemudian berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan parameter-parameter
yang diperlukan.
Beberapa parameter yang diperoleh pada data perencanaan baut didapatkan dari
tabel profil baja dan perhitungan sebelumnya. Untuk menmperoleh besar lubang
baut standar menggunakan persamaan berikut.
dimana:
Untuk mendapatkan nilai Baut A325 didapatkan berdasarkan SNI 1729:2020 pasal
J3 pada Tabel J3.1 yang terdapat pada Tabel 5.7 berikut.
dimana:
t = Tebal pelat (mm)
`
dimana:
𝐴𝑏 = Luas nominal baut yang tidak berulir atau bagian yang berulir
(mm2)
𝑑𝑏 = Diameter nominal (mm)
𝜑 = faktor reduksi
𝑅𝑛 = Kekuatan nominal
𝐹𝑛𝑣 = Tegangan geser nominal (Mpa)
𝑉𝑢 =
𝑛 =
Adapun syarat untuk kontrol putus baut adalah sebagai berikut.
(𝜑 𝑅𝑛 × 𝑛) ≥ 𝑉𝑢
2. Kuat tarik baut
𝜑 𝑅𝑛 = 𝜑 × 𝐹𝑛𝑡 × 𝐴𝑏 ………………………...………………….. (5.39)
`
dimana:
𝜑 = faktor reduksi
𝑅𝑛 = Kekuatan nominal
𝐹𝑛𝑣 = Tegangan geser nominal (Mpa)
𝐴𝑏 = Luas nominal (mm2)
d. Menentukan pelat sobek dan kuat tumpu
1. Pelat sobek
𝐿𝑐 = 𝑆1 − 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑢𝑡 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 ………………………......….. (5.40)
𝜑 𝑅𝑛 = 𝜑 × 1.2 × 𝐿𝑐 × 𝑡 × 𝐹𝑢 ………………….....…………….. (5.41)
dimana:
𝐿𝑐 =
𝑆1 =
Lubang baut standar =
𝜑 = faktor reduksi
𝑅𝑛 = Kekuatan nominal
t =
𝐹𝑢 = Kekuatan tarik minimum (Mpa)
2. Kuat tumpu
𝜑 𝑅𝑛 = 𝜑 × 2.4 × 𝑑 × 𝑡 × 𝐹𝑢 ……………………..…………….. (5.42)
dimana:
𝜑 = faktor reduksi
𝑅𝑛 = Kekuatan nominal
𝑑 =
t =
𝐹𝑢 = Kekuatan tarik minimum (Mpa)
3. Syarat
𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 𝑠𝑜𝑏𝑒𝑘 ≤ 𝑘𝑢𝑎𝑡 𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢
𝜑 𝑅𝑛 ≥ 𝑉𝑢
e. Kontrol tarik
1. Leleh
𝜑 𝑃𝑛 = 0.9 × 𝐴𝑔 × 𝐹𝑦 …………………...………...…………….. (5.43)
dimana:
`
𝜑 = faktor reduksi
𝑃𝑛 =
𝐴𝑔 = Luas penampang (mm2)
𝐹𝑦 = Kekuatan leleh minimum (Mpa)
2. Fraktur
𝐴𝑛 = 𝐴𝑔 − 1 × 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑢𝑡 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 × 𝑡𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 …………..k..... (5.44)
𝑥
𝑢 =1− 90
𝐴𝑒 = 𝐴𝑔 × 𝑢
𝜑 𝑃𝑛 = 0.75 × 𝐴𝑒 × 𝐹𝑢
dimana:
𝐴𝑛 =
𝐴𝑔 =
𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑢𝑡 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 =
𝑡𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 =
𝑢 =
x̄ =
𝐴𝑒 =
𝐹𝑢 = Kekuatan tarik minimum (Mpa)
3. Geser blok
𝐴𝑛𝑣 = ((𝑆1 + 𝑆 × 3) 𝑡𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 ) − (3.5 × 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑢𝑡 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 × 𝑡𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 )
𝐴𝑛𝑡 = (𝑆1 × 𝑡𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 ) − (0.5 × 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑢𝑡 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 × 𝑡𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 )
𝐴𝑔𝑣 = (𝑆1 + 𝑆) 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑢𝑡 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
𝐴𝑔𝑡 = 𝑆1 × 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑢𝑡 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
𝜑 𝑅𝑛1 = 0.75 × (0.6 × 𝐹𝑢 × 𝐴𝑛𝑣 + 1 × 𝐹𝑢 × 𝐴𝑛𝑡 )
𝜑 𝑅𝑛2 = 0.75 × (0.6 × 𝐹𝑦 × 𝐴𝑔𝑣 + 𝑈𝑏𝑠 × 𝐹𝑢 × 𝐴𝑛𝑡 )
dimana:
𝐴𝑛𝑣 =
𝑆1 =
S =
𝑡𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 =
𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑢𝑡 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 =
`
𝐴𝑛𝑡 =
𝐴𝑔𝑣 =
𝐴𝑔𝑡 =
𝜑 𝑅𝑛1 =
𝐹𝑢 = Kekuatan tarik minimum (Mpa)
𝜑 𝑅𝑛2 =
𝐹𝑦 = Kekuatan leleh minimum (Mpa)
𝑈𝑏𝑠 =
4. Syarat
𝜑 𝑃𝑛 ≥ 𝑉𝑢
f. Menentukan kombinasi geser dan tarik
1. Tipe tumpuan
𝑃𝑢
𝑃𝑢 = 4
𝑉𝑢
𝑉𝑢 = 4
𝜋
𝐴𝑏 = × 𝑑𝑏 2
4
𝑉𝑢
𝐹𝑟𝑣 =
𝐴𝑏
𝐴𝑛𝑣
F’nt = 1.3 × 𝐴𝑛𝑣 − (𝐹 ) 𝐹𝑟𝑣
𝑛𝑡 × 𝐹𝑛𝑣
dimana:
𝑃𝑢 =
𝑉𝑢 =
𝐴𝑏 = Luas nominal (mm2)
𝑑𝑏 =
𝐹𝑟𝑣 =
F’nt = Tegangan tarik nominal yang dimodifikasi untuk memperhitungkan
efek tegangan geser (Mpa)
𝐴𝑛𝑣 =
𝐹𝑛𝑡 = Tegangan tarik nominal (Mpa)
𝐹𝑛𝑣 = Tegangan geser nominal (Mpa
𝐹𝑟𝑣 = Tegangan geser perlu (Mpa)
2. Kuat tarik
`
𝜑 𝑅𝑛 = 𝜑 × F’nt × 𝐴𝑏
dimana:
𝜑 = faktor reduksi
𝑅𝑛 = Kekuatan nominal
F’nt = Tegangan tarik nominal yang dimodifikasi untuk memperhitungkan
efek tegangan geser (Mpa)
𝐴𝑏 = Luas nominal (mm2)
syarat:
𝜑 𝑅𝑛 ≥ 𝑃𝑢
3. Tipe slip critical
𝜑 𝑅𝑛 = 𝜑 × 𝜇 × 𝐷𝑢 × ℎ𝑓 × 𝑡𝑏 × 𝑛𝑠
𝑃𝑢
1000
𝐾𝑠𝑐 =1− 1.13 × 𝑠 × 4
𝜑 = faktor reduksi
𝑅𝑛 = Kekuatan nominal
𝜇 =
𝐷𝑢 =
ℎ𝑓 =
𝑡𝑏 =
𝑛𝑠 =
𝐾𝑠𝑐 =
𝑃𝑢 =
syarat:
𝜑 𝑅𝑛 ≥ 𝑉𝑢 a
g. Menetukan gaya tarik akibat momen
𝑆1 + 𝑆 × 3
𝑦2 = 1000
𝑆1 + 𝑆 × 2
𝑦4 = 1000
𝑆1 + 𝑆
𝑦6 = 1000
1𝑆
𝑦8 = 1000
Σ 𝑦2 = (𝑦2 + 𝑦4 + 𝑦6 + 𝑦8 )2
`
𝑀𝑢 × 𝑦2
𝑇𝑖 = Σ 𝑦2
𝑉𝑢
𝑅𝑢𝑣 = 8
𝑃𝑢
𝑅𝑢𝑡 = 8
dimana:
𝑦2 =
𝑆1 =
𝑠 =
𝑦4 =
𝑦6 =
𝑦8 =
Σ 𝑦2 =
𝑇𝑖 =
𝑅𝑢𝑣 =
𝑉𝑢 =
𝑅𝑢𝑡 =
𝑃𝑢 =
𝑅𝑢𝑡 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 =
𝑅𝑢 = Kekuatan perlu
𝑅𝑛𝑣 =
𝑅𝑛𝑡 =
syarat:
𝑅𝑢 ≤ 1
DATA PERENCANAAN
Keterangan Nilai Satuan
𝑃𝑢 0 N
𝑉𝑢 27020.1 N
𝑀𝑢 30582.99 Nm
Tabel 5.9 Data Profil Penampang Balok dan Pelat Sambungan Lantai 3
Tabel 5.10 Data Rencana Baut Pada Sambungan Balok dan Kolom Lantai 3
250 + 150
= 90
= 4.44 mm
𝑡𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 = 9 mm
Syarat:
𝑡𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 ≥ 𝑡𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡
9 ≥ 4.44
(𝑆1 × 2 + 𝑆) ≤ ℎ
(50 × 2 + 100) ≤ 250
200 ≤ 250
= 201 mm
𝜑 𝑅𝑛 = 𝜑 × 𝐹𝑛𝑣 × 𝐴𝑏
= 0.75 × 372 × 201
= 56067.84 N
𝑉
𝑛 = 𝜑 𝑅𝑢
𝑛
27020.1
= 56067.84
= 0.48 buah
≈ 1 buah
Adapun syarat untuk kontrol putus baut adalah sebagai berikut.
(𝜑 𝑅𝑛 × 𝑛) ≥ 𝑉𝑢
(56067.84 × 1) ≥ 27020.1
56067.84 ≥ 27020.1
Memenuhi syarat (Oke)
2. Kuat tarik baut
𝜑 𝑅𝑛 = 𝜑 × 𝐹𝑛𝑡 × 𝐴𝑏
= 0.75 × 620 × 201
= 93446.4 N
𝑃
𝑛 = 𝜑 𝑅𝑢
𝑛
0
= 93446.4
= 0 buah
Jumlah baut yang digunakan = 4 buah
d. Menentukan pelat sobek dan kuat tumpu
1. Pelat sobek
𝐿𝑐 = 𝑆1 − 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑢𝑡 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
= 50 − 18
= 32 mm
𝜑 𝑅𝑛 = 𝜑 × 1.2 × 𝐿𝑐 × 𝑡 × 𝐹𝑢
`
Syarat 2:
𝜑 𝑅𝑛 ≥ 𝑉𝑢
106272 ≥ 27020.1
= 0.71
𝐴𝑒 = 𝐴𝑔 × 𝑢
= 1550 × 0.71
= 996.27 mm2
`
𝜑 𝑃𝑛 = 0.75 × 𝐴𝑒 × 𝐹𝑢
= 0.75 × 1550 × 410
= 306255 N
3. Geser blok
𝐴𝑛𝑣 = ((𝑆1 + 𝑆 × 3) 𝑡𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 ) − (3.5 × 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑢𝑡 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 × 𝑡𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 )
= ((50 + 100 × 3) × 9) − (3.5 × 18 × 9)
= 945 mm2
𝐴𝑛𝑡 = (𝑆1 × 𝑡𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 ) − (0.5 × 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑢𝑡 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 × 𝑡𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 )
= (50 × 9) − (0.5 × 18 × 9)
= 369 mm2
𝐴𝑔𝑣 = (𝑆1 + 𝑆) 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑢𝑡 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
= (50 + 100) × 18
= 2700 mm3
𝐴𝑔𝑡 = 𝑆1 × 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑢𝑡 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
= 50 × 18
= 900 mm4
𝜑 𝑅𝑛1 = 0.75 × (0.6 × 𝐹𝑢 × 𝐴𝑛𝑣 + 1 × 𝐹𝑢 × 𝐴𝑛𝑡 )
= 0.75 × (0.6 × 410 × 945 + 1 × 410 × 369)
= 287820 N
𝜑 𝑅𝑛2 = 0.75 × (0.6 × 𝐹𝑦 × 𝐴𝑔𝑣 + 𝑈𝑏𝑠 × 𝐹𝑢 × 𝐴𝑛𝑡 )
= 0.75 × (0.6 × 250 × 2700 + 1 × 410 × 369)
= 417217.50 N
Nilai 𝜑 𝑅𝑛 yang digunakan = 287820 N
4. Syarat
Nilai 𝜑 𝑃𝑛 yang digunakan = 287820 N
𝜑 𝑃𝑛 ≥ 𝑉𝑢
287820 ≥ 27020.1
𝑃𝑢
𝑃𝑢 = 4
0
=4
= 0 N/baut
𝑉𝑢
𝑉𝑢 = 4
27020.1
= 4
= 6755.025 N/baut
𝜋
𝐴𝑏 = × 𝑑𝑏 2
4
𝜋
= × 162
4
= 201 mm2
𝑉
𝐹𝑟𝑣 = 𝐴𝑢
𝑏
6755.025
= 201
= 33.6 Mpa
𝐹
F’nt = 1.3 × 𝐹𝑛𝑡 − (𝜑×𝑛𝑡𝐹 ) 𝐹𝑟𝑣
𝑛𝑣
620
= 1.3 × 620 − (0.75× 372) 33.6
= 731.30 Mpa
2. Kuat tarik
𝜑 𝑅𝑛 = 𝜑 × F’nt × 𝐴𝑏
= 0.75 × 731.30 × 201
= 110221.94 Kn
syarat:
𝜑 𝑅𝑛 ≥ 𝑃𝑢
110221.94 ≥ 0
Memenuhi syarat
3. Tipe slip critical
𝜑 𝑅𝑛 = 𝜑 × 𝜇 × 𝐷𝑢 × ℎ𝑓 × 𝑡𝑏 × 𝑛𝑠
= 30849 N
𝑃𝑢
1000
𝐾𝑠𝑐 = 1 − 1.13 × 𝑠 × 4
`
0
1000
=1− 1.13 × 100 × 4
=1
𝜑 𝑅𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 = 𝜑 𝑅𝑛 × 𝐾𝑠𝑐
= 30849 × 1
= 30849 kN
syarat:
𝜑 𝑅𝑛 ≥ 𝑉𝑢
30849 ≥ 27020.1
Memenuhi syarat (Oke)
g. Menetukan gaya tarik akibat momen
𝑆1 + 𝑆 × 3
𝑦2 = 1000
50+ 100 × 3
= 1000
= 0.25 m
𝑆1 + 𝑆 × 2
𝑦4 = 1000
50+ 100 × 2
= 1000
= 0.15 m
Σ 𝑦2 = (𝑦2 + 𝑦4 )2
= (0.25 + 0.15 )2
= 0.16 m2
𝑀𝑢 × 𝑦2
𝑇𝑖 = Σ 𝑦2
30582.99 × 0.25
= 0.16
= 47785.92 N
𝑉𝑢
𝑅𝑢𝑣 = 4
27020.1
= 4
= 6755.025 N
𝑃𝑢
𝑅𝑢𝑡 = 4
0
=4
=0N
`
6755.025 2 47785.92 2
= ( 56057.84 ) + ( 92446.4 )
= 0.27 N
Syarat:
𝑅𝑢 ≤ 1
0.27 ≤ 1
𝑆 65 mm
Diameter baut (𝑑𝑏 ) 20 mm
Jumlah baut 8 buah
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Ada
6.2 Saran
ada
`
Lampiran