Anda di halaman 1dari 48

TUGAS BESAR

PERENCANAAN STRUKTUR BAJA

PERENCANAAN STRUKTUR
BANGUNAN GEDUNG DPR TIGA
LANTAI DI KOTA PARIAMAN

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 6

Andi Putra Pratama R. (07201009)

Desy Fitriani (07201021)

Kholik Abdul Azis Muhri (07201045)

Raditya Satria Dewantara (07201065)

Dosen Pengampu

Andina Prima Putri, S.T., M.Eng.

NIP: 198910042019032022

Dosen Asistensi

Andina Prima Putri, S.T., M.Eng.

NIP: 198910042019032022

Program Studi Teknik Sipil


Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Kalimantan
Balikpapan, 2022
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS BESAR

PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN BAJA

GEDUNG DPR TIGA LANTAI DI KOTA PARIAMAN

Disusun sebagai salah satu syarat kelulusan pada mata kuliah Perencanaan
Struktur Bangunan Baja

Program Studi Teknik Sipil Institut Teknologi Kalimantan

Disusun Oleh:

Andi Putra Pratama (07201009)


Desy Fitriani (07201021)
Kholik Abdul Azis Muhri (07203045)
Raditya Satria Dewantara (07201065)

Telah Disetujui dan Disahkan oleh:

Balikpapan, 2022

Dosen Pengampu Mata Kuliah Dosen Asistensi Tugas Besar

Andina Prima Putri, S.T., M.Eng. Andina Prima Putri, S.T., M.Eng.
NIP: 198910042019032022 NIP: 198910042019032022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha esa yang telah memberi rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tugas besar pada
mata kuliah Perencanaan Elemen Baja dengan judul “Perencanaan Struktur
Bangunan Gedung DPR Tiga Lantai Di Kota Pariaman” tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
besar pada mata kuliah Perencanaan Elemen Baja di Institut Teknologi
Kalimantan. Selain itu, laporan ini bertujuan untuk menambah ilmu dan wawasan
baru bagi para penulis serta pembacanya.
Pada kesempatan ini, tak lupa kami ucapkan terimakasih sebanyak-
banyaknya kepada pihak-pihak yang terlibat dalam proses pengerjaan laporan
tugas besar ini, yaitu:
1. Ibu Andina Prima Putri, S.T., M.Eng. selaku dosen pengampu pada mata
kuliah Perencanaan Elemen Baja yang telah memberikan ilmu dan
wawasan selama masa perkuliahan.
2. Ibu Andina Prima Putri, S.T., M.Eng. selaku dosen asistensi yang telah
memberikan bimbingan serta arahannya dalam pengerjaan laporan ini.
3. Nur Afni Rahmatul Islamiah dari Teknik Sipil 2019 selaku Asisten Dosen
yang telah membimbing dan mengarahkan kami selama mengerjakan
tugas besar dan pembuatan laporan.
4. Teman-teman yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk
menyelesaikan tugas besar Perencanaan Elemen Baja dengan semangat.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan pada
penulisan laporan kami. Oleh karena itu, kami berharap pembaca dapat
menyampaikan kritik dan saran yang membangun agar laporan kami dapat lebih
baik lagi kedepannya.
Balikpapan, 1 Desember 2022

Tim Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Desain Bangunan

Pulau Sumatera adalah pulau keenam terbesar di dunia yang terletak


di Indonesia, dengan luas 473.481 km². Penduduk pulau ini sekitar 57.940.351.
Pulau ini dikenal pula dengan nama lain yaitu Pulau Percha, Andalas,
atau Suwarnadwipa dalam Bahasa Indonesia yang berarti Pulau Emas. Di Pulau
ini terdapat banyak kota salah satunya yaitu Kota Pariaman yang berada di
Sumatera bagian Barat. Pariaman adalah sebuah kota yang terletak di provinsi
Sumatera Barat, Indonesia. Kota ini berjarak sekitar 56 km dari Kota Padang atau
25 km dari Bandara Internasional Minangkabau. Pada tahun 2021, jumlah
penduduk kota ini sebanyak 95.519 jiwa. Kota Pariaman merupakan hamparan
dataran rendah yang landai terletak di pantai barat Sumatra dengan ketinggian
antara 2 sampai dengan 35 meter di atas permukaan laut dengan luas daratan
73,36 km² dengan panjang pantai ± 12,7 km serta luas perairan laut 282,69 km²
Secara astronomis, Kota Pariaman terletak antara 00° 33‘00 “– 00° 40‘43“
Lintang Selatan dan 100° 04‘ 46“ – 100° 10‘ 55“ Bujur Timur. Luas daratan kota
ini setara dengan 0,17% dari luas daratan wilayah Provinsi Sumatera Barat,
dengan 6 buah pulau-pulau kecil di antaranya Pulau Bando, Pulau Gosong, Pulau
Ujung, Pulau Tangah, Pulau Angso dan Pulau Kasiak (Wikipedia, 2020).

Kabupaten Padang Pariaman terbentuk pada tanggal 2 Juli 2002


berdasarkan Undang-undang No. 12 Tahun 2002, memiliki luas wilayah sekitar
73,36 Km². Kota Pariaman merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten
Padang Pariaman, yang terbentuk dengan berlakunya Undang-undang No. 12
Tahun 2002. Secara geografis, Kota Pariaman terletak di pantai barat pulau
Sumatera dan berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia. Kota Pariaman
juga memiliki kawasan pesisir yang terbentang dengan potensi perikanan dan
pariwisata yang bernilai tinggi. Dengan berkembangnya kegiatan perdagangan
dan pariwisata, maka posisi Kota Pariaman sebagai pusat perdagangan hasil
pertanian dan pariwisata pantai, akan menjadi semakin penting (Wikipedia, 2020).
Gambar 1.1 Pulau Sumatera
Sumber: Penulis, 2022
Berkaitan dengan hal yang telah dipaparkan diatas, dalam rangka
memperbaiki perekonomian di kota Pariaman maka dibangun gedung DPR.
Perencanaan pembangunan Gedung DPR ini akan dibangun di Jalan Wolter
Monginsidi, Pariaman Timur, Sumatra Barat. Lokasi ini cukup strategis dan
masyarakat tidak terlalu padat. Gedung DPR ini akan dibangun dengan total tiga
lantai yang mana luas lantai pertama yaitu 900 m 2, luas lantai kedua yaitu 850m2,
sedangkan luas lantai ketiga yaitu 800m 2. Gedung DPR ini direncanakan akan
memiliki tinggi pada masing-masing lantai yaitu 4 meter. Gedung DPR dengan
perencanaannya menggunakan struktur baja yang mana baja biasa dijadikan
sebagai bahan bangunan utama dalam pembuatan rumah, gedung, pencakar langit,
jembatan, atau menara yang dibangun dengan teknik modern. Ini dikarenakan baja
merupakan material struktur yang mempunyai kualitas sangat baik. Kelebihan-
kelebihan dari baja tersebut terutama ada pada kekuatan, bobot, instalasi, dan
karakteristiknya. Dengan karakteristiknya tersebut, baja dapat memberi manfaat
yang maksimal. Bangunan modern pun mampu berdiri dengan mantap saat
ditopang oleh baja. Sehingga kini baja selalu digunakan di dalam konstruksi
bangunan yang modern.
Gambar 1.2 Kota Pariaman
Sumber: Penulis, 2022

Gambar 1.3 Lokasi Lembah di Kota Pariaman


Sumber: Penulis, 2022

Gambar 1.4 Site Plan Lokasi Perencanaan (a)


Sumber: Penulis, 2022

Gambar 1.5 Site Plan Lokasi Perencanaan (b)


Sumber: Penulis, 2022

Gambar 1.6 Keadaan eksisting lokasi perencanaan (a)


Sumber: Penulis, 2022

Gambar 1.7 Keadaan eksisting lokasi perencanaan (b)


Sumber: Penulis, 2022

1.2 Denah Bangunan

Menurut KBBI, denah merupakan gambar yang menunjukkan letak kota,


jalan, dan sebagainya. Maka dapat disimpulkan bahwa denah bangunan
merupakan gambar yang menunjukkan rancangan suatu bangunan dilihat dari atas
bangunan. Adapun fungsi dari denah ini adalah untuk menunjukkan fungsi
ruangan, susunan ruangan, tata letak ruangan, fungsi utilitas ruangan, dan lain
sebagainya.

Adapun denah bangun dari perencanaan Gedung DPR tiga lantai di Kota
Pariaman ini adalah sebagai berikut.

Gambar 1.8 Denah Lantai 1


Sumber: Penulis, 2022
Gambar 1.9 Denah Lantai 2
Sumber: Penulis, 2022

Gambar 1.10 Denah Lantai 3


Sumber: Penulis, 2022
1.3 Mutu Material

Material yang digunakan dalam perencanaan Gedung DPR yaitu baja.


Adapun mutu material yang digunakan pada perencanaan Gedung DPR ini adalah
sebagai berikut.

Tabel 1.1 Mutu Material

Mutu
No. Nama Eleman
Beton (Mpa) Baja
1. Balok BJ 41
2. Kolom BJ 41
3. Pelat Lantai 30
4. Pelat Tangga BJ 41
5. Tulangan Longitudinal BJ 41
6. Tulangan Sengkang BJ 41
7. Dak Beton 30
(Sumber: Penulis, 2022)

Tabel 1.2 Data Tambahan

No. Data Keterangan


1. Fungsi Bangunan Gedung DPR
2. Lokasi Bangunan Kota Pariaman
3. Posisi Bangunan Pesisir
4. Berat Jenis Beton Bertulang 2400 kg/m3
5. Berat Jenis Baja 7850 kg/m3
(Sumber: Penulis, 2022)

1.4 Bagian Struktur yang Didesain

Adapun bagian struktur yang didesain pada perencanaan Gedung DPR ini
adalah sebagai berikut.

a. Balok
Menurut SNI 1727:2020, balok merupakan komponen struktur
horizontal nominal yang memiliki fungsi utama untuk menahan momen
lentur. Balok merupakan elemen struktur yang berfungsi menyalurkan
beban ke kolom. Balok merupakan bagian dari struktur inti bangunan
selain kolom dan pondasi. Menurut Dipohusodo (1994) balok merupakan
elemen struktural yang menerima gaya-gaya yang bekerja dalam arah
transversal terhadap sumbu yang mengakibatkan terjadinya momen lentur
dan gaya geser sepanjang bentangnya (Dipohusodo, 1994). Terdapat dua
hal yang dialami oleh balok yaitu tekan dan tarik yang disebabkan oleh
pengaruh lentur maupun gaya lateral (Wahyudi & Rahim, 1999).
Menurut Dipohusodo (1994), apabila bentang balok sederhana
menahan beban yang menyebabkan timbulnya momen lentur, maka akan
terjadi deformasi atau regangan lentur pada balok tersebut. Pada kejadian
momen lentur positif, regangan tekan akan terjadi di bagian atas dan
regangan tarik akan terjadi di bagian bawah penampang. Regangan
tersebut menyebabkan tegangan-tegangan harus ditahan oleh balok,
tegangan tekan dibagian atas dan tegangan tarik di bagian bawah
(Dipohusodo, 1994).

b. Kolom
Menurut SNI 1727:2020, kolom merupakan komponen struktur
vertikal nominal yang memiliki fungsi utama menahan gaya aksial tekan.
Kolom merupakan struktur utama pada bangunan gedung karena kolom
merupakan struktur yang akan menahan beban dari bangunan baik itu
merupakan beban mati maupun beban hidup. Dalam mendesain suatu
ukuran kolom pada bangunan, langkah pertama yang harus dilakukan yaitu
menghitung beban yang harus ditahan oleh kolom tersebut berdasarkan
kombinasi beban yang terjadi. Momen yang terjadi pada pelat lantai
maupun atap didistribusikan dengan kolom di bawah dan di atas pelat
lantai berdasarkan kekuatan relatif kolom (Dipohusodo, 1994).
Menurut Nawy (1990), fungsi kolom di dalam konstruksi yaitu
untuk meneruskan beban dari sistem lantai ke pondasi yang mana jika
beban pada kolom bertambah maka retak akan banyak terjadi diseluruh
tinggi kolom pada lokasi-lokasi tulangan sengkang.

c. Pelat
Nawy (1990) mendefinisikan pelat lantai sebagai elemen horizontal
utama yang menyalurkan beban hidup maupun beban mati ke kerangka
pendukung vertikal dari suatu sistem struktur. Elemen-elemen pelat
tersebut dibuat sehingga bekerja dalam satu arah atau bekerja dalam dua
arah. Pelat lantai menerima beban yang tegak lurus terhadap permukaan
pelat (Nawy, 1990).
Dipohusodo (1994) mendefinisikan pelat lantai sebagai panel-panel
beton bertulang yang mungkin bertulang satu arah atau dua arah,
tergantung sistem strukturnya. Pelat dikatakan satu arah apabila nilai
perbandingan antara panjang dan lebar pelat lebih dari 2, dengan lenturan
utama pada arah sisi yang pendek. Struktur pelat satu arah dapat
didefinisikan sebagai pelat yang didukung pada dua tepi yang berhadapan
sedemikian sehingga lenturan timbul hanya dalam satu arah saja, yaitu
pada arah yang tegak lurus terhadap arah dukungan tepi. Apabila nilai
perbandingan antara panjang dan lebar pelat tidak lebih dari 2, pelat
dianggap sebagai pelat dua arah (Dipohusodo, 1994).
1.5 Acuan Peraturan dan Software
a. Acuan Peraturan
Dalam perencanaan Gedung DPR tiga lantai di Kota Pariaman ini
terdapat beberapa acuan yang kami gunakan sebagai referensi yaitu
sebagai berikut.
1. SNI-03-1726-2019 tentang “Tata Cara Perencanaan Struktur
Gempa untuk Bangunan Gedung”.
2. SNI 1727:2020 tentang “Beban Minimum untuk Perancangan
Bangunan Gedung dan Struktur Lain”.
3. SNI 1729-2020 tentang “Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja
Struktural”.
4. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung Tahun 1983.
b. Software
Adapun software yang kami gunakan dalam perencanaan Gedung DPR
tiga lantai di Kota Makassar ini adalah sebagai berikut.
1. AutoCAD 2020
AutoCAD merupakan software yang digunakan untuk
menggambar, baik itu dua dimensi maupun tiga dimensi.
Keunggulan dari Software AutoCAD ini dibandingkan dengan
penggambaran secara manual yaitu gambar yang dihasilkan lebih
rapi dan presisi. Selain itu, gambar yang dihasilkan memiliki
akurasi yang tinggi karena AutoCAD memiliki tingkat presisi
mencapai tiga belas digit sehingga ketepatan ukuran gambar yang
dihasilkan sangat baik. Skala gambar yang dihasilkan fleksibel
karena mampu mencetak gambar desain dengan jenis skala yang
bervariasi. Tak hanya itu, gambar yang sudah dibuat dapat
disimpan dengan cara yang sangat mudah (Munoto et al., 2018).
2. Microsoft Word
Microsoft Word atau Microsoft Office Word merupakan perangkat
lunak pengolah kata pada komputer yang diperkenalkan pada tahun
1983 oleh Microsoft. Microsoft Word membantu penggunanya
mengombinasikan kata, gambar maupun diagram (Purnomo,
2011).
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa Microsoft Word
merupakan program komputer atau software yang digunakan
dalam penulisan serta penyusunan laporan secara rapi dan
sistematis (Aulia et al., 2021).
3. Microsoft Excel
Microsoft Excel atau Microsoft Office Excel merupakan program
aplikasi lembar kerja spreadsheet yang memiliki fitur kalkulasi dan
pembuatan grafik (Agus Pranoto et al., 2018). Microsoft Excel
merupakan software pengolahan angka secara otomatis yang mana
sangat membantu dalam perhitungan perencanaan kekuatan
struktur bangunan (Penulis, 2022).
4. Structural Analysis Program (SAP 2000)

Structural Analysis Program atau yang biasa dikenal dengan SAP


2000 merupakan software yang digunakan untuk menganalisis
struktur konstruksi bangunan baik itu beton bertulang maupun
baja. Adapun kegunaan software ini antara lain yaitu menghitung
mekanika teknik pada struktur bangunan, menghitung konstruksi
beton bertulang (kolom, pelat, balok, dan tangga), menghitung
konstruksi baja, menghitung struktur jembatan, menghitung
struktur kuda-kuda baja, serta menghitung bangunan berdasarkan
SNI bangunan tahan gempa (Apriyani, 2018).

1.6 Proses Desain

Berikut ini merupakan diagram alir atau flowchart dari perencanaan


Bangunan Gedung DPR di Kota Pariaman ditunjukkan pada gambar 1.11.
Gambar 1.11 Flowchart Perencanaan Bangunan Gedung DPR
Sumber: Penulis, 2022
BAB II
KRITERIA DESAIN

2.1 Perencanaan Desain

Perancangan awal atau preliminary design adalah desain awal atau


estimasi jenis material, mutu material, serta dimensi material yang akan
digunakan untuk membentuk struktur. Terdapat beberapa rumusan dalam
menentukan perancangan awal yang berdasarkan acuan yang digunakan.
Perancangan awal pada struktur bangunan kampus tiga lantai ini menggunakan
data sebagai berikut:

Tabel 2.1 Data Perancangan Awal

No Perencanaan Awal Spesifikasi

1 Fungsi Bangunan Gedung DPR

2 Lokasi Bangunan Kota Pariaman

3 Jumlah Lantai 3 Lantai

4 Tinggi Bangunan 12 Meter

5 Lebar Bangunan 21 Meter

6 Panjang Bangunan 52 Meter


(Sumber: Penulis, 2022)

2.1.1 Preliminary Design Balok

Menurut SNI 1727:2020, balok merupakan komponen struktur horizontal


nominal yang memiliki fungsi utama untuk menahan momen lentur. Adapun
beban-beban yang dipikul oleh balok yaitu beban hidup dan beban mati.
Perencanaan yang dilakukan mengasusmsikan bahwa balok tidak akan mengalami
tekuk, karena elemen yang mengalami tekan sepenuhnya terkekang dari arah
sumbu kuat maupun sumbu lemah. Pada kenyataannya, banyak sekali kasus balok
yang terkekang secara lateral sehingga masalah stabilitas tidak perlu mendapatkan
penekanan lebih lanjut, maka asumsi ini dianggap mendekati kenyataan.
Pada perencanaan yang dilaksanakan, pembebanan pada balok disesuaikan
dengan RSNI 1729:2018, SNI 1729:2020, dan Peraturan Pembebanan Indonesia
Untuk Gedung (PPIUG) 1983. Sedangkan untuk penggunakaan profil baja
dihitung berdasarkan etentuan pada LRFD. Gambar 2.1, gambar 2.2, dan gambar
2.3 merupakan gambar penamaan balok pada bangunan Gedung DPR Tiga Lantai
di Kota Pariaman yang direncanakan.

Gambar 2.1 Denah Balok Lantai 1


Sumber: Penulis, 2022

Gambar 2.2 Denah Balok Lantai 2


Sumber: Penulis, 2022
Gambar 2.3 Denah Balok Lantai 3
Sumber: Penulis, 2022

A. Akumulasi Beban yang Bekerja (dead load dan live load)


Berikut ini adalah hasil identifikasi beban yang bekerja di atap, lantai 3
dan lantai 2:

Tabel 2.2 Beban Mati yang Bekerja pada Atap

Beban Mati Atap


Jenis Beban Berat (kg/m2)
Penggantung (Suspended steel channel system) 10.2
Plafon (Acoustical Fiberboard) 5.1
Ducting dan Plumbing 19.37
Berat Sendiri (Beton) 240
Jumlah 274.67
(Sumber: SNI 1727:2020)

Tabel 2.3 Beban Hidup yang Bekerja pada Atap

Beban Hidup Atap


Jenis Beban Berat (kg/m2)
Beban Hidup Atap Datar 97.89
Hujan 40
Nilai Terbesar 97.89
(Sumber: SNI 1727:2020)

Tabel 2.4 Beban Mati yang Bekerja pada Lantai 3

Beban Mati Lantai 3


Jenis Beban Berat (kg/m2)
Penggantung (Suspended steel channel system) 10.2
Plafon (Acoustical Fiberboard) 5.1
Ducting dan Plumbing 19.37
Dinding 200
Keramik 78.52
Spesi (0.02) 42
Pelat 240
Jumlah 595.19
(Sumber: SNI 1727:2020)

Tabel 2.5 Beban Hidup yang Bekerja pada Lantai 3

Beban Hidup Lantai 3


Jenis Beban Berat (kg/m2)
Kantor 244.73
Koridor di Atas Lantai Pertama 390.55
Lobi 488.44
Kursi dapat dipindahkan 488.44
Ruang Komputer 488.44
Ruang Baca 292.65
Ruang Penyimpanan 732.15
Nilai Terbesar 732.15
(Sumber: SNI 1727:2020)

Tabel 2.6 Beban Mati yang Bekerja pada Lantai 2

Beban Mati Lantai 2


Jenis Beban Berat (kg/m2)
Penggantung (Suspended steel channel system) 10.2
Plafon (Acoustical Fiberboard) 5.1
Ducting dan Plumbing 19.37
Dinding 200
Keramik 78.52
Spesi (0.02) 42
Pelat 240
Jumlah 595.19
(Sumber: SNI 1727:2020)

Tabel 2.7 Beban Hidup yang Bekerja pada Lantai 2

Beban Hidup Lantai 2


Jenis Beban Berat (kg/m2)
Koridor di Atas Lantai Pertama 390.55
Lobi 488.44
Kursi dapat dipindahkan 488.44
Ruang Pertemuan Lainnya 488.44
Nilai Terbesar 488.44
(Sumber: SNI 1727:2020)

B. Beban Terfaktor
Berdasarkan SNI 1729:2020 untuk memperoleh beban terfaktor
digunakan persamaan sebagai berikut:
q u = 1,2D + 1,6 L …………………………. (2.1)

Berdasarkan akumulasi beban yang bekerja pada setiap lantai


menggunakan persamaan 2.1, maka diperoleh hasil perhitungan beban
terfaktor yang terjadi pada atap adalah sebagai berikut:
qu = 1,2(274,67 kg/m2) + 1,6(97,89 kg/m2)

qu = 486,228 kg/m2

Dengan menggunakan persamaan 2.1, maka diperoleh hasil


perhitungan beban terfaktor yang terjadi pada lantai 3 (tiga) adalah sebagai
berikut:

qu = 1,2(595,19 kg/m2) + 1,6(732,15 kg/m2)

qu = 1885,668 kg/m2

Dengan menggunakan persamaan 2.1, maka diperoleh hasil


perhitungan beban terfaktor yang terjadi pada lantai 2 (dua) adalah sebagai
berikut:

qu = 1,2(595,19 kg/m2) + 1,6(488,44 kg/m2)

qu = 1495,732 kg/m2

C. Perhitungan Momen Maksimum Akibat Beban Terfaktor


Envelope

Dalam menghitung momen maksimum yang terjadi akibat beban


terfaktor, beban yang ada dibedakan menjadi dua jenis yaitu beban merata
berbentuk segitiga dan beban merata berbentuk trapesium. Adapun
persamaan yang digunakan nuntuk menghitung beban segitiga dan beban
trapesium terdapat pada persamaan 2.2 dan persamaan 2.3 di bawah ini.

 Beban Merata Segitiga


5 2
M ek = × qu ×l ………………………... (2.2)
96
 Beban Merata Trapesium
2
qu l
M ek = ¿ …….…………….… (2.3)
12
a
α = ……………………………… (2.4)
l

dimana:
M ek =
qu =
l =
α =

Dari persamaan di atas, maka dapat dilakukan perhitungan momen


ekuivalen segitiga dan tarpesium. Pada lantai 1 dengan kode balok A1-1
yang berbentuk trapesium, maka dapat dilihat perhitungan balok tersebut
di bawah ini.

a
α =
l
2.5
=
6
= 0.42 m
2
q l
M ek = u ¿
12
2
1495,732× 6
= ¿
12

= 3838.42 kg.m

Selanjutnya pada lantai 1 dengan kode balok B1-1 yang berbentuk


segitiga, maka perhitungan pada balok tersebut adalah sebagai berikut.
5 2
M ek = × qu ×l
96
5 2
= × 1495,732× 5
96
= 1947.57 kg.m

Sehingga, nilai Momen Ekivalen pada balok A3-1 sebesar 2770.49 kgm.

D. Tahanan Momen Nominal


Balok baja direncanakan memiliki perletakan jepit-jepit yang mana
menggunakan metode perencanaan tahanan balok dalam desain Load and
Resistance Factor Design (LRFD). Metode LRFD menurut SNI 1729:2020
merupakan metode yang memproporsikan komponen struktur sedemikian
sehingga kekuatan yang di desain menjadi sama atau bahkan melebihi
kekuatan perlu komponen tersebut. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi
yaitu sebagai berikut.

∅ M n≥ M u……………………………… (2.5)

dimana:

Ø = Koefisien reduksi dengan nilai 0,90;


Mn = Tahanan momen nominal (N.mm);
Mu = Momen lentur akibat beban terfaktor (N.mm).

Dari persamaan 2.5 di atas, maka dapat diperoleh nilai tahanan nominal pada
lantai 1 dengan kode balok A1-7 adalah sebagai berikut.

∅M n = Mu

M ek
Mn =

2804.50
=
0.9

= 3116.11 kg.m

E. Dimensi Penampang
Menurut SNI 1729-2020 dalam perhitungan tahanan momen nominal
dibedakan menjadi penampang kompak, penampang tak kompak dan
penampang langsing seperti halnya saat membahas batang tekan. Batasan
penampang-penampang di atas adalah sebagai beikut.

1. Penampang kompak : λ ˂ λp
2. Penampang tak kompak : λp < λ < λr
3. Penampang langsing : λ > λr

SNI 1729:2020 menyebutkan bahwa kekuatan lentur nominal (Mn)


harus nilai terendah yang didapatkan sesuai dengan keadaan batas leleh
(momen plastis), tekuk sayap lokal, tekuk lokal badan dan tekuk torsi lateral
akibat lentur murni. Berikut ini merupakan persamaan yang digunakan untuk
menentukan nilai kekuatan momen nominal.

M n= M p= F y. Z x ………………………… (2.6)

dimana:

Mn = Kekuatan lentur nominal (N.mm);

Mp = Momen lentur plastis (N.mm);

Zx = Modulus penampang plastis terhadap sumbu lentur (mm3);

Fy = Tegangan leleh minimum yang disyaratkan dari tipe baja yang


digunakan (MPa).

Dari persamaan 2.6 di atas, maka pada lantai 1 dengan kode balok B1-5,
diperoleh dimensi yang digunakan adalah sebagai berikut.
Mn = F y. Z x
Mn
Zx =
fy

= ¿ ) × 1000000

= 303.34 cm3
Dengan menggunakan tabel profil baja, maka diperoleh nilai Z x yang
mendekati yaitu balok dengan dimensi 250 mm × 125 mm × 6 mm × 9 mm
yaitu pada Z x 324 cm3.
Dengan melakukan langkah yang sama dengan cara di atas maka akan
diperoleh rekapitulasi perhitungan untuk mencari dimensi penampang Balok
Induk Atap Sumbu X berdasarkan lokasi balok di ujung, tepi maupun tengah
seperti Tabel 2.8 sebagai berikut:
Tabel 2.8 Rekapitulasi Perhitungan Momen Maksimum Beban Terfaktor
Lantai Atap

PERHITUNGAN MOMEN MAKSIMUM BEBAN TERFAKTOR


LANTAI ATAP
Mek Mek
Kode L a α Mu
(segitiga) (Trapesium)
Balok
m m m kg.m kg.m kg.m
A3-1 6 2.5 0.42 1411.87 1412.29
A3-2 4 458.52 458.52
A3-3 6 2.5 0.42 1031.68 1411.87 2443.96
A3-4 4 458.52 917.05
A3-5 6 2 0.33 1031.68 1528.41 2560.42
A3-6 6 2 0.33 1528.41 1528.74
A3-7 6 1031.68 1031.68
B3-1 5 716.44 716.44
B3-2 5 2 0.40 716.44 999.58 1716.42
B3-3 5 716.44 1432.89
B3-4 6 1031.68 1031.68
B3-5 6 2 0.33 1031.68 1528.41 2560.42
B3-6 6 1031.68 2063.36
B3-7 4 458.52 458.52
B3-8 4 458.52 917.05
B3-9 6 2 0.33 1528.41 1528.74
(Sumber: Penulis, 2022)
Dari perhitungan momen maksimum beban terfaktor di lantai atap, maka
diperoleh rekapitulasi balok induk atap sumbu X dan sumbu Y di lantai 3 yang
mana angka-angka yang dituliskan diperoleh dari tabel profil baja adalah
sebagai berikut.

Tabel 2.9 Rekapitulasi Perhitungan Balok Induk Lantai Atap Arah Sumbu X
dan Arah Sumbu Y

REKAPITULASI BALOK INDUK LANTAI ATAP SUMBU X DAN


SUMBU Y
Kode Zx Penampang
Mn Zx Profil
Balok Pakai d b tw tf
kg.m cm3 cm3 mm mm mm mm
A3-1 1569.21 61.55 66.1 125 x 60 125 60 6 8
A3-2 509.47 19.98 37.5 100 x 50 100 50 5 7
A3-3 2715.52 106.52 136 125 x 125 125 125 6.5 9
A3-4 1018.94 39.97 66.1 125 x 60 125 60 6 8
A3-5 2844.91 111.60 136 125 x 125 125 125 6.5 9
A3-6 1698.60 66.63 88.8 150 x 75 150 75 5 7
A3-7 1146.31 44.97 66.1 125 x 60 125 60 6 8
B3-1 796.05 31.23 37.5 100 x 50 100 50 5 7
B3-2 1907.14 74.81 88.8 150 x 75 150 75 5 7
B3-3 1592.09 62.45 66.1 125 x 60 125 60 6 8
B3-4 1146.31 44.97 66.1 125 x 60 125 60 6 8
B3-5 2844.91 111.60 136 125 x 125 125 125 6.5 9
B3-6 2292.62 89.93 136 125 x 125 125 125 6.5 9
B3-7 509.47 19.98 37.5 100 x 50 100 50 5 7
B3-8 1018.94 39.97 66.1 125 x 60 125 60 6 8
B3-9 1698.60 66.63 88.8 150 x 75 150 75 5 7
(Sumber: Penulis, 2022)
Dengan melakukan langkah yang sama dengan cara di atas maka akan
diperoleh rekapitulasi perhitungan untuk mencari dimensi penampang Balok
Induk Lantai 3 Sumbu X berdasarkan lokasi balok di ujung, tepi maupun
tengah seperti Tabel 2.8 sebagai berikut:

Tabel 2.10 Rekapitulasi Perhitungan Momen Maksimum Beban Terfaktor


Lantai 3

PERHITUNGAN MOMEN MAKSIMUM BEBAN TERFAKTOR


LANTAI 3
Mek Mek
Kode L a α Mu
(segitiga) (Trapesium)
Balok
m m m kg.m kg.m kg.m
A2-1 6 2.5 0.42 3838.01 3838.42
A2-2 4 1246.44 1246.44
A2-3 6 2.5 0.42 2804.50 3838.01 6642.92
A2-4 4 1246.44 2492.89
A2-5 6 2 0.33 2804.50 4154.81 6959.64
A2-6 6 2 0.33 4154.81 4155.14
A2-7 6 2804.50 2804.50
B2-1 5 1947.57 1947.57
B2-2 5 2 0.40 1947.57 2717.25 4665.21
B2-3 5 1947.57 3895.14
B2-4 6 2804.50 2804.50
B2-5 6 2 0.33 2804.50 4154.81 6959.64
B2-6 6 2804.50 5609.00
B2-7 4 1246.44 1246.44
B2-8 4 1246.44 2492.89
B2-9 6 2 0.33 4154.81 4155.14
(Sumber: Penulis, 2022)

Dari perhitungan momen maksimum beban terfaktor di lantai atap, maka


diperoleh rekapitulasi balok induk atap sumbu X dan sumbu Y di lantai 3 yang
mana angka-angka yang dituliskan diperoleh dari tabel profil baja adalah
sebagai berikut.

Tabel 2.11 Rekapitulasi Perhitungan Balok Induk Lantai 3 Arah Sumbu X


dan Arah Sumbu Y

REKAPITULASI BALOK INDUK LANTAI 3 SUMBU X DAN SUMBU Y


Zx Penampang
Kode Mn Zx
Pakai Profil d b tw tf
Balok
kg.m cm3 cm3 mm mm mm mm
A2-1 4264.91 167.30 219 150 x 150 150 150 7 10
A2-2 1384.94 54.33 76.5 100 x 100 100 100 6 8
A2-3 7381.02 289.53 424 300 x 150 300 150 5.5 8
A2-4 2769.87 108.65 138 150 x 100 150 100 6 9
A2-5 7732.94 303.34 424 300 x 150 300 150 5.5 8
A2-6 4616.83 181.10 277 200 x 150 200 150 6 9
A2-7 3116.11 122.23 160 200 x 100 200 100 4.5 7
B2-1 2163.96 84.88 136 125 x 125 125 125 6.5 9
B2-2 5183.57 203.33 277 200 x 150 200 150 6 9
B2-3 4327.93 169.77 219 150 x 150 150 150 7 10
B2-4 3116.11 122.23 160 200 x 100 200 100 4.5 7
B2-5 7732.94 303.34 424 300 x 150 300 150 5.5 8
B2-6 6232.22 244.47 324 250 x 125 250 125 6 9
B2-7 1384.94 54.33 76.5 100 x 100 100 100 6 8
B2-8 2769.87 108.65 138 150 x 100 150 100 6 9
B2-9 4616.83 181.10 277 200 x 150 200 150 6 9
(Sumber: Penulis, 2022)
Dengan melakukan langkah yang sama dengan cara di atas maka akan
diperoleh rekapitulasi perhitungan untuk mencari dimensi penampang Balok
Induk Atap Sumbu X berdasarkan lokasi balok di ujung, tepi maupun tengah
seperti Tabel 2.8 sebagai berikut:

Tabel 2.10 Rekapitulasi Perhitungan Momen Maksimum Beban Terfaktor


Lantai 2
PERHITUNGAN MOMEN MAKSIMUM BEBAN TERFAKTOR
LANTAI 2
Mek Mek
Kode L a α Mu
(segitiga) (Trapesium)
Balok
m m m kg.m kg.m kg.m
A1-1 6 2.5 0.42 3838.01 3838.42
A1-2 4 1246.44 1246.44
A1-3 6 2.5 0.42 2804.50 3838.01 6642.92
A1-4 4 1246.44 2492.89
A1-5 6 2 0.33 2804.50 4154.81 6959.64
A1-6 6 2 0.33 4154.81 4155.14
A1-7 6 2804.50 2804.50
B1-1 5 1947.57 1947.57
B1-2 5 2 0.40 1947.57 2717.25 4665.21
B1-3 5 1947.57 3895.14
B1-4 6 2804.50 2804.50
B1-5 6 2 0.33 2804.50 4154.81 6959.64
B1-6 6 2804.50 5609.00
B1-7 4 1246.44 1246.44
B1-8 4 1246.44 2492.89
B1-9 6 2 0.33 4154.81 4155.14
(Sumber: Penulis, 2022)

Dari perhitungan momen maksimum beban terfaktor di lantai atap, maka


diperoleh rekapitulasi balok induk atap sumbu X dan sumbu Y di lantai 3 yang
mana angka-angka yang dituliskan diperoleh dari tabel profil baja adalah
sebagai berikut.

Tabel 2.12 Rekapitulasi Perhitungan Balok Induk Lantai 2 Arah Sumbu X


dan Arah Sumbu

REKAPITULASI BALOK INDUK LANTAI 2 SUMBU X DAN SUMBU


Y
Zx Penampang
Kode Mn Zx
Pakai Profil d b tw tf
Balok
kg.m cm3 cm3 mm mm mm mm
A1-1 4264.91 167.30 181 175 x 125 175 125 5.5 8
A1-2 1384.94 54.33 66.1 125 x 60 125 60 6 8
A1-3 7381.02 289.53 324 250 x 125 250 125 6 9
A1-4 2769.87 108.65 136 125 x 125 125 125 6.5 9
A1-5 7732.94 303.34 324 250 x 125 250 125 6 9
A1-6 4616.83 181.10 184 200 x 100 200 100 5.5 8
A1-7 3116.11 122.23 136 125 x 125 125 125 6.5 9
B1-1 2163.96 84.88 88.8 150 x 75 150 75 5 7
B1-2 5183.57 203.33 219 150 x 150 150 150 7 10
B1-3 4327.93 169.77 181 175 x 125 175 125 5.5 8
B1-4 3116.11 122.23 136 125 x 125 125 125 6.5 9
B1-5 7732.94 303.34 324 250 x 125 250 125 6 9
B1-6 6232.22 244.47 277 200 x 150 200 150 6 9
B1-7 1384.94 54.33 66.1 125 x 60 125 60 6 8
B1-8 2769.87 108.65 136 125 x 125 125 125 6.5 9
B1-9 4616.83 181.10 184 200 x 100 200 100 5.5 8
(Sumber: Penulis, 2022)

2.1.2 Preliminary Design Pelat


Lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung dan berfungsi sebagai
lantai pembatas antara tingkat pertama dengan tingkat lainnya merupakan
pengertian dari pelat lantai. Pada perencanaan bangunan Gedung DPR tiga lantai
di kota Pariaman, dimensi pelat yang didesain menggunakan peraturan yang
terdapat pada SNI 1729:2020 tentang Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja
Struktural. Dimensi pada masing-masing pelat yang direncanakan diasumsikan
memiliki ukuran yang sama berdasarkan ukuran terbesar yang diperoleh dari
preliminary design.

Preliminary Design pelat terdiri dari pelat satu arah dan pelat dua arah.
Berikut ini merupakan persamaan untuk menghitung ketebalan minimum pelat
berdasarkan SNI 2847:2019 pasal 7.3.1.1 untuk pelat satu arah yang ditunjukkan
pada tabel 2.13, sedangkan pelat dua arah berdasarkan SNI 2847:2019 pasal
8.3.1.1 yang ditunjukkan pada tabel 2.14 Berikut ini.

Tabel 2.13 Ketebalan Minimum Pada Pelat Solid Satu Arah Nonprategang

Kondisi Tumpuan H minimum

L
Tumpuan Sederhana
20
L
Satu Ujung Menerus
24
L
Kedua Ujung Menerus
28
L
Kantilever
10
(Sumber: SNI 2847:2018 Pasal 7.3.1.1)
Tabel 2.14 Ketebalan Minimum Pelat Dua Arah Nonprategang Tanpa Balok
Interior

Tanpa drop panel Dengan drop panel


Panel eksterior Panel eksterior
Fy
(MPa) Panel
Tanpa Dengan Tanpa Dengan Panel interior
interior
balok balok balok balok
tepi tepi tepi tepi

Ln Ln Ln Ln Ln Ln
280
33 36 36 36 40 40

Ln Ln Ln Ln Ln Ln
420
30 33 33 33 36 36

Ln Ln Ln Ln Ln Ln
520
28 31 31 31 34 34
(Sumber: SNI 2847:2018 Pasal 8.3.1.1)

Lantai yang direncanakan tidak terletak di atas tanah langsung, tetapi


terdapat pembatas antara lantai tingkat yang satu dengan lantai tingkat lainnya.
Pelat lantai pada bangunan DPR 3 Lantai ini didesain dengan dimensi pelat pada
lantai 1, lantai 2, dan lantai 3 diasumsikan sama.

Setelah dianalisis, perncanaan gedung DPR yang kami lakukan termasuk


ke dalam jenis pelat dua arah dengan jenis panel interior. Maka persamaan yang
kami gunakan untuk menghitung tebal pelat pada lantai 1, lantai 2, dan lantai tiga
berdasarkan tabel 2.14 adalah sebagai berikut:

Ln
t= …………………………………… (2.7)
33

Berdasarkan persamaan di atas pada pelat lantai 3 dengan kode pelat PA-3
yang memiiliki panjang melintang 6 meter dan panjang memanjang 6 meter, maka
tebal pelat memanjang dan melintangnya adalah sebagai berikut:

Ln
t melintang =
33
6
=
33

= 0.18 meter

= 180 milimeter

Ln
t memanjang =
33

6
=
33

= 0.18 mm

= 180 milimeter.

Tabel 2.15 berikut ini merupakana rekapituasi tebal pelat yang digunakan di lantai 3 pada
perencanaan gedung DPR di Kota Pariaman.

Tabel 2.15 Rekapitulasi Perhitungan Tebal Pelat Lantai 3

Lantai 3
L L t
Nama Jenis
Melintang Memanjang Jenis Pelat Melintang Memanjang pakai
Pelat Panel
(m) (m) (m)
Pelat dua
PA-1 6 5 Interior 0.18 0.15
arah
Pelat dua
PA-2 4 5 Interior 0.12 0.15
arah
Pelat dua
PA-3 6 6 Interior 0.18 0.18
arah
0.18
Pelat dua
PA-4 4 6 Interior 0.12 0.18
arah
Pelat dua
PA-5 6 4 Interior 0.18 0.12
arah
Pelat dua
PA-6 4 4 Interior 0.12 0.12
arah
(Sumber: Penulis, 2022)

Berdasarkan tabel 2.15 di atas, maka tebal pelat yang digunakan pada lantai 3 dalam
perencanaan adalah setebal 0,18 meter atau setara dengan 180 milimeter. Selanjutnya,
tabel 2.16 dibawah ini merupakan rekapitulasi tebal pelat yang digunakan di lantai 2 pada
perencanaan gedung DPR di Kota Pariaman.

Tabel 2.16 Rekapitulasi Perhitungan Tebal Pelat Lantai 2


Lantai 2
L L
Nama Jenis Memanjan t pakai
Melintang Memanjang Jenis Pelat Melintang
Pelat Panel g (m)
(m) (m)
Pelat dua
PA-1 6 5 Interior 0.18 0.15
arah
Pelat dua
PA-2 4 5 Interior 0.12 0.15
arah
Pelat dua
PA-3 6 6 Interior 0.18 0.18
arah
0.18
Pelat dua
PA-4 4 6 Interior 0.12 0.18
arah
Pelat dua
PA-5 6 4 Interior 0.18 0.12
arah
Pelat dua
PA-6 4 4 Interior 0.12 0.12
arah
(Sumber: Penulis, 2022)

Berdasarkan tabel 2.16 di atas, maka tebal pelat yang digunakan pada lantai 2 dalam
perencanaan adalah setebal 0,18 meter atau setara dengan 180 milimeter. Selanjutnya,
tabel 2.17 dibawah ini juga merupakan rekapitulasi tebal pelat yang digunakan di lantai 1
pada perencanaan gedung DPR di Kota Pariaman.

Tabel 2.17 Rekapitulasi Perhitungan Tebal Pelat pada Lantai 1

Lantai 1
L L t
Nama Jenis
Melintang Memanjang Jenis Pelat Melintang Memanjang pakai
Pelat Panel
(m) (m) (m)
Pelat dua Interio
PA-1 6 5 0.18 0.15
arah r
Pelat dua Interio
PA-2 4 5 0.12 0.15
arah r
Pelat dua Interio
PA-3 6 6 0.18 0.18
arah r
0.18
Pelat dua Interio
PA-4 4 6 0.12 0.18
arah r
Pelat dua Interio
PA-5 6 4 0.18 0.12
arah r
Pelat dua Interio
PA-6 4 4 0.12 0.12
arah r
(Sumber: Penulis, 2022)

Berdasarkan tabel 2.17 di atas, maka tebal pelat yang digunakan padalantai 1 dalam
perencanaan adalah setebal 0,18 meter atau setara dengan 180 milimeter.
2.1.3 Preliminary Design Kolom
Menurut SNI 1729:2020 kolom merupakan komponen struktur vertikal
nominal yang berfungsi untuk menahan gaya aksial tekan. Adapun langkah-
langkah yang perlu dilakukan untuk menghitung preliminary design adalah
sebagai berikut.

 Menghitung beban terfaktor


Menurut SNI 1729:2020 beban terfaktor merupakan hasil kali antara faktor
beban dan beban nominal. Adapun persamaan yang digunakan untuk
menghitung beban terfaktor adalah sebagai berikut.
Pu = 1.2 D + 1.6 L ……………………………. ( )
dimana:
Pu = Beban terfaktor ¿ ¿)
D = Beban mati (kg)
L = Beban hidup (kg)
 Menghitung beban aksial
Berdasarkan SNI 1727:2020 Bab B3, perencanaan desain kekuatan
berdasarkan Desain faktor beban dan Ketahanan (DFBT) memiliki persyaratan
sebagai berikut.
Ru ≤ ∅ Rn ………………………………… ( )
dimana:
Ru = Kekuatan perlu menggunaan kombinasi beban DFBT
Rn = Kekuatan nominal
∅ = faktor ketahanan (faktor reduksi)
 Menghitung nilai Ag
Ag merupakan luas penampang kotor yang mana dapat diperoleh berdasarkan
persamaan di bawah ini.
Rn × ω
A g= ……………………………… ( )
fy
1.43
ω= ……………………… ( )
1.6−(0.67 × λc )
1 l f

λ c = × k × y …………………. ( )
π i min E

Lk = L × K c ……………………………. ( )

lk
i min = …………………………. ( )
50
dimana:
Ag = Luas penampang kotor (cm2 ¿
ω =
fy = Tegangan leleh (Mpa)
λc =
lk = Panjang tekuk
i min =
E =
L = Panjang bentang
Kc = Koefisien panjang tekuk

 Menetukan dimensi penampang


Setelah menghitung nilai A g, maka langkah selanjutnya yaitu menentukan
dimensi penampang berdasarkan tabel profil baja.

Berikut merupakan contoh perhitungan preliminary design kolom lantai 1,


lantai 2, dan lantai 3 pada bangunan Gedung DPR Tiga lantai di Kota Pariaman.

A. Kolom Lantai 3 dengan kode KE-3


 Menghitung beban terfaktor
Tabel 2.18 di bawah merupakan rekapitulasi beban mati pada kolom
lantai 3 dengan kode kolom KE-3.

Tabel 2. 18 Beban Mati Kolom Lantai 3 dengan Kode KE-3

Beban Mati
Jenis Beban Berat Satuan Panjang Lebar Tebal Berat Satuan
Penggantung
10.2 kg /m2 5.5 5 280.5 kg
Plafond
Plafond 5.1 kg /m2 5.5 5 140.25 kg
Ducting dan
19.37 kg /m2 5.5 5 532.675 kg
Plumbing
Pelat Atap 2400 kg /m3 5.5 5 0.1 6600 kg
Balok
23.8 kg/m 5.5 130.9 kg
memanjang
Balok
23.8 kg/m 5 119 kg
melintang
Jumlah 7803.325 kg
(Sumber: Penulis, 2022)
Tabel 2.19 di bawah merupakan rekapitulasi beban hidup pada kolom
lantai 3 dengan kode kolom KE-3.

Tabel 2. 19 Beban Hidup Kolom Lantai 3 dengan Kode KE-3

Beban Hidup
Beba
Jenis Beban Satuan Panjang Lebar Berat Satuan
n
2
Hujan 40 kg /m 5.5 5 1100 kg
Beban hidup atap 2
97.89 kg /m 5.5 5 2691.975 kg
datar
Nilai terbesar 2691.975 kg
(Sumber: Penulis, 2022)
Tabel 2.20 di bawah merupakan perhitungan beban terfaktor pada
kolom lantai 3 dengan kode kolom KE-3.

Tabel 2. 20 Beban Terfaktor Kolom Lantai 3 dengan Kode KE-3

Beban Terfaktor
Persamaan Beban Satuan
2
Ru = 1.2 D + 1.6 L 13671.15 kg /m
(Sumber: Penulis, 2022)
 Menghitung beban aksial
Tabel 2.21 di bawah merupakan perhitungan beban aksial pada kolom
lantai 3 dengan kode kolom KE-3.

Tabel 2. 21 Beban Aksial Kolom Lantai 3 dengan Kode KE-3

Beban Aksial
Persamaan Beban Satuan
2
Rn = Pu/faktor reduski 15190.167 kg /m
(Sumber: Penulis, 2022)
 Menghitung nilai Ag
Lk = L ×Kc
= 0.6 × 4
= 2.4
lk
i min =
50
2.4
=
50
= 0.048


1 lk fy
λc = × ×
π i min E

=
1
×
2.4
3.14 0.048
× 250
200000 √
= 0.56

1.43
ω =
1.6−(0.67 × λc )

1.43
=
1.6−(0.67 × 0.56)

= 1.17

Rn× ω
Ag =
fy

15190.16 ×1.17
=
250 ×10.197

= 724.56 cm3

 Menentukan dimensi penampang kolom


Dengan nilai A g yang diperoleh sebesar 724.56 maka, sesuai dengan
tabel profil baja IWF diperoleh dimensi penampang kolom KE-3 yaitu
250mm ×250mm × 11mm × 11mm.
Tabel 2.22 di bawah ini merupakan rekapitulasi perhitungan dimensi
penampang kolom lantai 3 pada perencanaan Gedung DPR Tiga Lantai di
Kota Pariaman.

Tabel 2.22 Rekapitulasi Dimensi Penampang Kolom Lantai 3

Rekapitulasi Dimensi Penampang Kolom Lantai 3


Kode Ag Penampang Penampang pakai
KA-3 197.270 150 x 150 x 7 x 10
KB-3 329.054 175 x 175 x 7.5 x 11
KC-3 393.682 300 x 150 x 5.5 x 8
KD-3 434.359 200 x 200 x 8 x 12
KE-3 724.561 250 x 250 x 11 x 11
KF-3 864.380 250 x 250 x 9 x 14
KG-3 395.285 300 x 150 x 5.5 x 8
KH-3 659.380 250 x 250 x 11 x 11
KI-3 786.626 250 x 250 x 8x 13
300 x 150 x 5.5 x 8
KJ-3 158.320 200 x 100 x 4.5 x 7
KK-3 262.334 200 x 150 x 6 x 9
KL-3 786.626 250 x 250 x 8x 13
KM-3 652.639 250 x 250 x 11 x 11
KN-3 158.320 200 x 100 x 4.5 x 7
KO-3 398.655 300 x 150 x 5.5 x 8
KP-3 326.191 175 x 175 x 7.5 x 11
KQ-3 489.206 250 x 175 x 7 x 11
KR-3 72.241 100 x 100 6 x 8
(Sumber: Penulis, 2022)
B. Kolom Lantai 2
 Menghitung beban terfaktor
Tabel 2.23 di bawah merupakan rekapitulasi beban mati pada kolom
lantai 3 dengan kode kolom KH-2.

Tabel 2.1 di bawah merupakan rekapitulasi beban hidup pada kolom


lantai 3 dengan kode kolom KE-3.

Tabel 2.17 di bawah merupakan perhitungan beban terfaktor pada


kolom lantai 3 dengan kode kolom KE-3.
 Menghitung beban aksial
Tabel 2.18 di bawah merupakan perhitungan beban aksial pada kolom
lantai 3 dengan kode kolom KE-3.

 Menghitung nilai Ag
Lk = L ×Kc
= 0.6 × 4
= 2.4
lk
i min =
50
2.4
=
50
= 0.048


1 lk fy
λc = × ×
π i min E

=
1
×
2.4
3.14 0.048
× 250
200000 √
= 0.56

1.43
ω =
1.6−(0.67 × λc )

1.43
=
1.6−(0.67 × 0.56)

= 1.17

Rn× ω
Ag =
fy

15190.16 ×1.17
=
250 ×10.197

= 724.56 cm3

 Menentukan dimensi penampang kolom


Dengan nilai A g yang diperoleh sebesar 724.56 maka, sesuai dengan
tabel profil baja IWF diperoleh dimensi penampang kolom KE-3 yaitu
250mm ×250mm × 11mm × 11mm.

C. Kolom Lantai 1

2.2 Pembebanan
Ada

2.3 Kuat Rencana


Ada
BAB III
PEMODELAN DAN PEMBEBANAN STRUKTUR

3.1 Permodelan Struktur


Aaa

3.1.1 Kerangka Model


Ada

3.1.2 Pemasangan Kolom, Balok, dan Pelat


Ada

3.2 Pemberian Beban Pada Struktur


Ada

3.3 Model Controlling


Ada
BAB IV
ANALISIS STRUKTUR DAN DESAIN STRUKTURAL
MEMBER

4.1 FEM Software Design Input


4.2 Rekapitulasi Gaya Dalam
Ada

4.2.1 Gaya Dalam Balok Utama


Ada

4.2.2 Gaya Dalam Balok Anak


Ada

4.2.3 Gaya Dalam Kolom


Ada

4.2.4 Gaya Dalam Pelat dan Tangga


Ada

4.3 Rekapitulasi Gaya Tumpuan


Ada
BAB V
DESAIN PELAT, SAMBUNGAN DAN TUMPUAN

5.1 Pendahuluan
Ada

5.2 Desain Penulangan Pelat dan Tangga


Ada

5.2.1 Desain Tulangan Pelat Arah X


Ada

5.2.2 Desain Tulangan Pelat Arah Y


Ada

5.2.3 Desain Penulangan Tangga


Ada

5.3 Desain Sambungan Baja


Ada

5.4 Desain Tumpuan/Base Plate


Ada
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Ada

6.2 Saran
ada
Lampiran

1. Gambar Denah

2. Tampak Depan, Samping, Belakang Bangunan

3. Potongan Arah X

4. Potongan Arah Y

5. Gambar Struktur Rangka Baja

6. Gambar Pelat Lantai Beton dan Penulangannya

7. Gambar Sambungan Baja

8. Gambar Base Plate


LEMBAR ASISTENSI

TUGAS BESAR PERENCANAAN STRUKTUR BAJA

SEMESTER GANJIL 2022/2023

Perencanaan Struktur Bangunan Gedung DPR Tiga Lantai Di


Kota Pariaman

Kelompok 6A

Andi Putra Pratama 07201009


Desy Fitriani 07201021
Kholik Abdul Aziz Muhri 07203045
Raditya Satria Dewantara 07201065

Dosen Pengampu : Andina Prima Putri, S.T., M.Eng.

Dosen Asistensi : Andina Prima Putri, S.T., M.Eng.

Asisten Dosen : Nur Afni Rahmatul Islamiah

NO PARAF ASISTEN
HARI/TANGGAL KETERANGAN
. DOSEN

● Pertimbangkan adanya lift

Rabu, 7 September
1. ● Revisi penempatan ruang
2022
● Lengkapi denah

● Revisi penempatan pintu


Kamis, 8 September
2.
2022 ● ACC denah arsitektur

Anda mungkin juga menyukai