BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perdagangan yang dimiliki terus diharapkan dapat berkembang
dengan baik. Kemajuan ini diimbangi dengan penjualan barang-barang
yang diciptakan dengan harga yang memberikan keuntungan jangka
panjang sehingga kestabilan suatu perdagangan dapat tetap terjaga.
Untuk mencapai hal ini, setiap perdagangan yang Anda klaim harus
memikirkan aktivitas pemasaran untuk produk yang dimilikinya. Untuk
mencapai tujuannya, setiap perusahaan mengoordinasikan kegiatan
perdagangannya untuk menciptakan produk yang dapat memberikan
kepuasan pembeli. Dengan cara ini, kemenangan suatu perdagangan
pada umumnya ditentukan oleh kemenangan upaya promosi barang-
barang yang diproduksinya. Dalam hal ini, upaya pameran yang
mendukung kemenangan perdagangan harus didasarkan pada konsep
pameran yang sesuai untuk dapat menentukan prosedur pameran dan
metodologi promosi yang mengarah pada perencanaan target pameran.
Pemasaran dapat menciptakan aset tidak berwujud bagi suatu
perdagangan sehingga pada akhirnya melalui pemasaran yang baik akan
mampu menciptakan perdagangan yang stabil dan ekonomis serta
meningkatkan loyalitas klien. Oleh karena itu, karakter perdagangan di
layar harus mampu melakukan promosi yang sukses dengan
menjalankan prosedur promosi yang baik dan mahir (Rahmawati, 2016,
Hlm. 2).
Semua teknik dan strategi promosi direncanakan berdasarkan
keyakinan yang jelas atau dapat diverifikasi mengenai perilaku pembeli.
Pilihan yang diambil berdasarkan asumsi yang jelas, hipotesis yang ada,
dan penyelidikan lebih terbukti efektif dibandingkan pilihan yang diambil
hanya berdasarkan misteri atau naluri. Jadi informasi tentang perilaku
pelanggan lebih bermanfaat. Hal ini dapat mengurangi kekecewaan dalam
membuat metodologi showcase (Muhammad Anang Firmansyah, 2018,
2
p. 126).
Persaingan antar pelaku usaha yang tinggi dan sangat ketat,
menjadikan keadaan dimana setiap perusahaan akan berusaha untuk
menjaga kelangsungan hidup perusahaannya. Syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh suatu perusahaan agar dapat berhasil dalam persaingan
adalah upaya untuk mencapai tujuan dalam menghasilkan dan
mempertahankan klien. Pentingnya ketergantungan klien berhubungan
erat dengan kemajuan perusahaan dan kualitas perkembangan perusahaan
di masa depan, dengan cara ini mempertahankan klien yang sudah ada
lebih penting daripada teknik yang memaksa seperti memperluas ukuran
pasar dengan menarik klien potensial (Nyimas Nadra, 2017, hal.16).
Untuk meningkatkan loyalitas klien, perusahaan harus menerapkan
prosedur pemasaran yang tepat untuk mempengaruhi keandalan klien.
Persaingan yang semakin ketat akan membuat para pelaku perdagangan
semakin bersemangat dalam memberikan pelayanan kepada kliennya,
bertujuan untuk memberikan rasa kepuasan kepada kliennya dan mampu
memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan kompetitor. Daya saing ini
dapat berupa sesuatu yang lebih baik yang dapat ditawarkan kepada
konsumen dalam bingkai kualitas manfaat dan biaya. Sependapat dengan
Reichheld dan Schefter dalam Amriani, untuk meningkatkan
ketergantungan pembeli, bisnis harus terlebih dahulu dapat memperoleh
kepercayaan mereka. (Amriani, 2020, Hlm. 3).
Pengabdian konsumen adalah suatu keadaan dimana terdapat
komitmen yang kuat untuk membeli kembali dan menggunakan kembali
produk dan layanan perusahaan (Fasochah dan Harnoto, 2014, p. 3).
Pengabdian klien terjadi setelah melalui 3 tahapan yaitu pengorganisasian
kognitif yang merupakan pengorganisasian dimana terjadi metode
klarifikasi sikap terhadap suatu hal tertentu yang dapat berdampak pada
pengabdian klien. Lalu ada pengaturan emosional, yang dalam
pengaturan ini adalah perasaan atau temperamen konsumen terhadap
kepuasan mereka terhadap suatu barang, yang juga dapat membentuk
3
Tabel 1.1
Harga Jual Ayam Hidup di Peternakan Sarpan Close
House
Tabel 1.1
Konsumen Pengecer di Peternakan Sarpan Close
House
Tabel 1.2
Penjualan Ayam Pedaging di Peternakan Sarpan
Close House
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Kualitas Pelayanan
Kualitas manfaat dapat merupakan keadaan aktif yang berkaitan
erat dengan barang, administrasi, sumber daya manusia, serta bentuk dan
lingkungan yang sedikit pun dapat memenuhi atau bahkan melampaui
kualitas manfaat yang diharapkan. Definisi kualitas manfaat ini adalah
upaya untuk memenuhi kebutuhan yang diikuti oleh keinginan pelanggan
dan ketepatan strategi penyampaian dalam rangka memenuhi keinginan
dan pemenuhan klien. Dikatakan kualitas manfaat adalah terpenuhinya
kebutuhan dan keinginan klien serta ketepatan penyampaian untuk
mengkoordinasikan keinginan klien (Meithiana Indrasari, 2019, P. 62).
Kualitas manfaat pada dasarnya mencakup upaya untuk memenuhi
keinginan klien sesuai dengan hal-hal spesifik. Dapat disimpulkan bahwa
kualitas manfaat adalah seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan
keinginan klien terhadap manfaat yang diperolehnya. Apabila manfaat
yang terlihat sesuai dengan manfaat yang diantisipasi, maka kualitas
manfaat tersebut akan dipandang positif atau besar. Apabila manfaat yang
terlihat melebihi keinginan, maka kualitas manfaat dipandang sebagai
kualitas yang sempurna (Luh Ratna Dewi, 2012, hal. 2)
Kualitas manfaat atau yang biasa disebut dengan manfaat klien
mempunyai dua kriteria, yaitu kualitas pelayanan baik dan kualitas
manfaat miskin. Kualitas manfaat ini bukanlah sesuatu yang bertahan
lama atau tidak berubah, namun dapat disesuaikan dan diubah. Perubahan
ini tentunya dalam rangka meningkatkan kualitas manfaat agar menjadi
lebih unggul. Dalam proses perubahan kualitas manfaat, diperlukan
beberapa hal untuk mendukung metode tersebut. Misalnya kajian atau
persepsi klien, menghitung masukan, anggapan dan masukan mengenai
pelayanan yang diberikan (Meithiana Indrasari, 2019, Hlm. 61).
14
dan Widodo (2019) biaya adalah jumlah nyata uang tunai yang
dibebankan kepada klien atau pelanggan untuk suatu barang atau manfaat
sejalan dengan manfaat yang diterima atas produk dan administrasi.
Biaya adalah kualitas paling penting yang dinilai oleh pelanggan
sehingga perusahaan harus memperhatikan perannya dalam menentukan
perilaku pelanggan. Biaya sebagai suatu properti dapat diterjemahkan
sebagai biaya yang merupakan suatu konsep perbedaan yang mempunyai
implikasi tersendiri bagi pembeli tergantung pada karakteristik pembeli,
keadaan dan produk (Marshelly Chandra Kumala dan Widodo, 2019, hal.
58).
Lalu, sependapat dengan Methiana, harga bisa menjadi alat tukar
yang dijadikan sebagai penghargaan terhadap suatu barang atau barang
yang harus dibangun oleh konsumen. Biaya yang diputuskan berkaitan
dengan nilai barang yang dilihat (Meithiana Indrasari, 2019, p. 39).
Sejalan dengan dua kesimpulan di atas, sependapat dengan Indriyo Gito
Sudarmo juga menyampaikan hal yang sama mengenai biaya, dimana
biaya adalah sejumlah uang tunai yang diperlukan untuk membeli
sejumlah barang tertentu atau kombinasi produk dan administrasi. Harga
sebenarnya tidak seperti yang diharapkan untuk suatu barang yang
diperjualbelikan dalam iklan tetapi juga berlaku untuk barang lainnya
(Indriyo Gitosudarmo, 2017, p. 275).
2.1.2.1 Indikator Harga
Senada dengan Kotler dalam Metiana Indrasari (2019), petunjuk
yang menjadi ciri biaya adalah:
a. Kewajaran Biaya, pada umumnya suatu produk mempunyai harga
yang beragam mulai dari yang paling murah hingga yang paling
mahal. Biaya yang dapat ditanggung oleh semua kelompok sesuai
dengan porsi target iklan yang dipilih
b. Mengkoordinasikan Biaya dan Kualitas Barang, barang dagangan
dengan kualitas yang berbeda tentunya akan memiliki harga yang
beragam juga. Pembeli sering kali memilih barang dagangan yang
17
alamat adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh klien atau klien
atau klien untuk mendapatkan barang yang diiklankan. Dengan kata lain,
seseorang akan membeli produk jika penebusan dosa yang dilakukan
(khususnya uang dan waktu) sesuai dengan manfaat yang ingin
diperolehnya dari produksi produk atau layanan yang diiklankan oleh
perusahaan. Jika calon pembeli selama ini mempunyai pemikiran bahwa
mereka merasa konsumsi yang akan mereka hasilkan sepadan dengan apa
yang mereka dapatkan, maka mereka akan segera datang berkunjung dan
membeli barang yang mereka butuhkan. (Muhammad Yusuf Saleh dan
Miah Said, 2019, Hlm. 141).
2.1.2.3 Hubungan Harga (X2) Terhadap Loyalitas Konsumen (Y)
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, harga merupakan
suatu komponen yang sangat penting dalam usaha dikarenakan harga
merupakan niali yang akan dikeluarkan atas suatu produk yang dibeli
oleh konsumen sebagaimana yang ditetapkan oleh pelaku usaha. Oleh
karena itu nilai suatu produk yang ditetapkan tentu memberikan manfaat
yang lebih bagi konsumen. Tingkat harga yang ditetapkan akan
mempengaruhi kuantitas yang terjual, secara tidak langsung harga juga
mempengaruhi biaya yang ditimbulkan dalam kaitannya dengan efesiensi
produksi (Meitiana Indrasari, 2019, Hlm. 39).
Kaitan harga dengan keputusan pembelian yakni jika suatu produk
yang dipasarkan memiliki harga yang sesuai baik dengan manfaat,
kualitas produk dan juga sesuai dengan kebutuhan yang diterima oleh
konsumen, maka konsumen akan secara terus menerus melakukan
pembelian terhadap prduk tersebut disatu tempat setelah melakukan
beberapa perbandingan harga dengan harga produk pada suatu
perusahaan selain itu konsumen juga akan merekomendasikan produk
tersebut kepada teman, atau calon konsumen lain mengenai produk
tersebut. Maka dengan demikian, loyalitas konsumen akan terbentuk pula
kepada produk yang dimiliki oleh perusahaan tersebut dikarenakan harga
yang diterima dinilai menguntungkan bagi konsumen dan manfaat yang
19
2.2.3 Investigasi buku harian yang disusun oleh Retno Ayu Dewi
Novitawati, Ari Mahfud, Totok Sasongko (2019) dengan judul
investigasi “Pengaruh kualitas barang dan biaya terhadap
pengabdian klien di kedai kopi Sanger Aceh Kota Malang”.
Pertanyaan ini berbicara tentang dampak kualitas produk dan
harga kopi di kedai terhadap ketergantungan mengunjungi klien.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas produk memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas pelanggan, sedangkan
harga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas
pelanggan. Kedekatan antara penelitian yang dilakukan oleh
Retno, Ari dan Totok dengan penelitian yang dilakukan oleh para
analis adalah membicarakan variabel yang sama yaitu variabel
24
HI
(X1)
Kualitas Pelayanan
H3 (Y)
Loyalitas Konsumen
(X2)
H2
Harga
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Jenis pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian logis yang
menciptakan dan menggunakan model, spekulasi, dan teori ilmiah yang
berkaitan dengan keajaiban alam. Penelitian kuantitatif ini menggunakan
sejumlah angka, mulai dari pengumpulan informasi, penerjemahan
informasi tersebut, dan kemunculan informasi tersebut.
Sugiyono (2013) mengemukakan bahwa strategi penelitian
kuantitatif sering disebut dengan strategi konvensional, karena strategi ini
sudah digunakan sejak lama sehingga menjadi konvensi sebagai strategi
penelitian. Strategi ini disebut strategi positivistik karena didasarkan pada
logika positivisme. Strategi ini bisa menjadi strategi yang logis atau logis
karena memenuhi standar yang logis, yaitu konkrit, obyektif, terukur,
berkepala dingin, dan teratur. Strategi ini disebut kuantitatif karena
informasi penyelidikannya berbentuk angka-angka dan pemeriksaannya
menggunakan statistik
Pertanyaan semacam ini digunakan untuk menjawab dampak dan
arah pengaruh faktor kualitas manfaat serta biaya terhadap keandalan
konsumen pengecer di peternakan ayam broiler Sarpan Near House, Kota
Suka Damai, Daerah Rimbo Ulu, Kabupaten Tebo..
3.2 Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan kepada lokasi penelitian di peternakan
ayam pedaging Sarpan Close House Kelurahan Suka Damai Kecamatan
Rimbo Ulu Kabupaten Tebo dengan melihat pengaruh dan arah pengaruh
yang ditimbulkan dari kualitas pelayanan dan harga baik secara parsial
maupun simultan terhadap loyalitas konsumen pengecer.
3.3 Jenis dan Sumber Data
28
a. Data Primer
Informasi esensial adalah informasi yang diperoleh dari sumber-
sumber penting atau informasi yang diperoleh di lapangan langsung dari
pertanyaan penelitian (Planning Group, 2020, p. 19). Dalam penelitian
ini, informasi penting diperoleh melalui penyampaian survey kepada
konsumen retail di peternakan ayam broiler Sarpan Near House, Kota
Suka Damai, Daerah Rimbo Ulu, Kabupaten Tebo, Wilayah Jambi serta
melalui persepsi yang dilakukan di lokasi penelitian.
b. Informasi Tambahan
responden..
3.4.3 Dokumentasi
Teknik selanjutnya dalam pengumpulan data pada penelitian ini
yakni melalui dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan
memanfaatkan data sekunder yang tersedia mengenai hal-hal atau
variable terkait mengenai catatan, transkip, buku-buku, surat kabar
majalah dan sebagainya.
3.5 Definisi Operasional
Tabel 3.2 Definisi Operasional
kembali menggunakan
suatu produk maupun jasa
tertentu berulang dan
konsisten meski terdapat
pengaruh dari luar yang
dapat mempengaruhi
prilaku hingga keputusan
konsumen.
32
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah uji yang digunakan untuk menguji konsistensi
butir- butir dari kuisioner, walaupun dilakukan pengukuran berulang kali.
Metode yang digunakan adalah Cronbach Alpha. Pengujian dilakukan
dengan menghitung korelasi setiap butir pernyataan. Dikatakan reliabel
jika nilai Cronbach Alpha> 0,60. Semakin mendekati besar angka
koefisien maka akan semakin reliable (Purwanto, 2018, Hlm. 105).
3.7.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik terdapat model regresi yang di gunakan,
dilakukan agar dapat diketahui apakah model regresi tersebut merupakan
model regresi yang baik atau tidak dalam penelitian dengan regresi
sederhan ini, Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini yakni
Uji Normalitas, Uji Heterokedastisitas dan Uji Multikolinieritas.
a. Uji Normalitas
Uji kewajaran bisa menjadi ujian kewajaran penyebaran informasi.
Uji kenormalan digunakan karena dalam pengujian faktual parametrik
anggapan yang harus dimiliki oleh informasi tersebut adalah bahwa
informasi tersebut akan menyerupai alat angkut biasa atau mendekati
tipikal atau memang mempunyai alat angkut yang anomali. Cara
membedakannya dapat dilakukan dengan memanfaatkan pemeriksaan
realistis P-P Plot) dengan menganalisis penyampaian informasi (fokus)
pada titik pusat kemiringan grafik (Dwi Gama Primadasa dan Harjun
Muharam, 2015, p. 5). Apabila titik-titik fokus yang terkandung dalam
data yang diperoleh mengikuti garis sudut ke sudut dan tidak tersebar
pada arah lain atau jauh di luar garis sudut ke sudut, maka dapat
dikatakan bahwa informasi yang digunakan adalah berdistribusi normal
dan skema pengujian berikut dapat dilakukan, namun jika tidak
disebarluaskan secara rutin maka informasi tersebut tidak dapat
digunakan..
b. Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
34
c. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menentukan ada atau
tidaknya penyimpangan dari dugaan klasik multikolinearitas, yaitu
adanya hubungan searah antara faktor-faktor bebas dalam kejadian relaps.
35