Anda di halaman 1dari 35

PENGARUH HARGA BARANG TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN

DITINJAU DARI KONSUMSI DALAM ISLAM


(Studi Kasus pada Santri Putra di Math’am Pondok Pesantren Tahfidhul
Qur’an Al-Hikmah Puwoasri Kediri Tahun 2023)

Skripsi

Dosen pembimbing
Fachrial Lailatul Maghfiroh, S.E.Sy, M.E.
NIDN. 2126079202

Penulis
NUR IQSAN
2020146290004

INSTITUT AGAMA ISLAM BADRUS SHOLEH


PURWOASRI KEDIRI
SEPTEMBER 2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan persaingan di bisnis menuntut perusahaan yang
berkecimpung dalam bisnis agar mampu memperhatikan kebutuhan, keinginan
serta harapan pelanggan agar tercipta kepuasan pelanggan. Semakin maraknya
persaingan antar usaha saat ini, menuntut para pemilik usaha untuk selalu
memperhatikan harga dan kualitas produk agar mampu mempertahankan
kepuasan pelanggannya.
Salah satu cara memenangkan persaingan adalah dengan berusaha
mempertahankan pelanggan yang ada, karena mencari pelanggan yang baru
membutuhkan biaya yang lebih besar daripada mempertahankan pelanggan
yang ada.1 Kepuasan pelanggan merupakan hasil yang dirasakan pembeli dari
kinerja perusahaan yang memenuhi harapan mereka. Kepuasan ini dapat
dirasakan oleh pelanggan apabila pelayanan dan kepercayaan terhadap barang
yang di beli maka pelanggan akan merasa nyaman dan tidak akan mudah pergi
apabila faktor tersebut tidak sesuai kebutuhan pelanggan. Apabila pelanggan
puas pada pembelian pertama akan membeli secara berulang-ulang pada
perusahaan tersebut. Kepuasan pelanggan terhadap suatu barang yang dibeli
dan memberikan arti penting dalam penggunaannya sehari-hari.
Dalam kondisi persaingan yang ketat, hal utama yang harus
diprioritaskan yaitu kepuasan pelanggan (customer satisfaction)2 yang pada
akhirnya akan menarik minat pelanggan untuk membeli ulang suatu produk,
sehingga perusahaan dapat bertahan, bersaing dan menguasai pangsa pasar.
Minat beli ulang suatu produk dipengaruhi langsung oleh kepuasan pelanggan
pada merek yang diakumulasikan melalui waktu, jika pelanggan puas terhadap
produk atau layanan yang diberikan akan menimbulkan kesetiaan pelanggan

1
Ferdinand Napitupulu, Pengaruh Harga dan Kualitas Produk Terhadap Kepuasan
Pelanggan pada PT. Ramayana Lestari Sentosa, (Jurnal, tidak diterbitkan, 2019), 2
2
Ferdinand Napitupulu, Pengaruh Harga…, 2
sehingga membuat pelanggan melakukan pembelian ulang di masa yang akan
datang.
Harga sering kali dianggap sebagai indikator nilai, bilamana harga
tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau
jasa yang pada tingkat harga tertentu apabila manfaat yang dirasakan
pelanggan meningkat, maka nilainya akan meningkat pula. Sama halnya
dengan tingkat harga tertentu, nilai suatu barang dan jasa akan meningkat
seiring dengan meningkatnya manfaat yang dirasakan. Dalam usahanya
memasarkan barang atau jasa perusahaan perlu menetapkan harga yang tepat.
Harga bagi pelanggan merupakan bahan pertimbangan yang penting bagi
pelanggan untuk membeli produk pada suatu perusahaan, karena harga suatu
produk mempengaruhi persepsi pelanggan mengenai produk tersebut.
Perubahan harga juga berdampak terhadap pelanggan yang sensitif akan
cenderung beralih ke merek lain yang lebiih murah. Kualitas produk adalah
kemampuan suatu produk untuk melaksanakan fungsinya meliputi, daya tahan
kehandalan, ketepatan kemudahan operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai
lainnya.3
Persaingan yang semakin ketat dimana semakin banyak produsen yang
terlibat dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan, menyebabkan
perusahaan harus menempatkan orientasi pada kepuasan pelanggan sebagai
tujuan Perusahaan perlu melihat pentingnya pelanggan dipuaskan dengan
memberikan harga yang relatif murah dan kualitas produk yang baik. Artinya,
memberikan kinerja yang sama atau melebihi harapan pelanggan, dengan
tujuan untuk mendapatkan para pelanggan yang setia sehingga memberikan
manfaat yang tinggi bagi perusahaan.
Konsumen adalah orang yang memakai atau memanfaatkan barang atau
jasa yang telah dibuat. Konsumen memiliki bermacam-macam klasifikasi. Ada
konsumen yang berorientasi pada harga, adapula konsumen yang berorientasi
pada kualitas produk. Hal ini juga berlaku dalam lingkup pesantren. Banyak
toko yang berada disekitar pesantren, baik dalam manajemen pesantrn maupun

3
Ferdinand Napitupulu, Pengaruh Harga…, 2
orang sekitar. Toko–toko tersebut saling bersaing dalam memuaskan konsumen
mereka. Mereka juga ingin mendapatkan laba dari hasil penjualan tanpa
mengurangi kualitas barang yang dijual.
Peneliti tertarik pada satu toko yang bernama “Math’am Tahfidhul
Qur’an” yang dimana toko tersebut menjual berbagai alat tulis, alat mandi, dan
beberapa makanan ringan, serta minuman dingin. Peniliti menemukan banyak
keresahan yang disampaikan oleh konsumen atas harga yang terlalu mahal
(overprive) daripada toko yang lain. Hal ini yang membuat toko tersebut
menjadi sepi konsumen. Atas tindakan tersebut, peneliti memutuskan untuk
mencari tahu lebih dalam atas keluhan yang dirasakan oleh konsumen.
Penilitian ini dilakukan dimaksudkan untuk memberikan kesejahteraan
terhadap konsumen dan memberikan solusi dalam permasalahan yang ada di
Math’am Tahfidhul Qur’an yang telah terjadi selama ini.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah disebutkan diatas, penulis menemukan
beberapa masalah yang ada, antara lain:
1. Apakah harga barang yang dijual sesuai dengan harga yang ada di
pasaran?
2. Apakah ada pengaruh harga barang terhadap tingkat kepuasan konsumen
di Math’am Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Hikmah Purwoasri
Kediri?
C. Batasan Masalah
Penelitian ini hanya difokuskan kepada tigkat kepuasan konsumen yang
telah membeli barang di Math’am Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-
Hikmah Purwoasri Kediri.
D. Tujuan Penelitian
Adapaun penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui harga barang yang telah dijual telah sesuai dengan anjuran
harga yang telah ditentukan oleh produsen atau pabrik pembuat, dan
2. Mengetahui tinggi atau rendahnya tingkat kepuasan konsumen yang telah
membeli barang di Math’am Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-
Hikmah Purwoasri Kediri.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Tugas ini digunakan sebagai sarana untuk mengukur kemampuan
dan menambah wawasan atau pengetahuan yang akan dikembangkan oleh
penulis.
2. Bagi Pemilik Usaha
Diharapkan atas penelitian ini dapat berpengaruh terhadap tingkat
penjualan dan memperbaiki masalah yang telah terjadi di masa lalu.
3. Bagi Pihak Lain
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dan
pengetahuan bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai bahan penelitian
selanjutnya.
F. Telaah Pustaka
Pertama, Skripsi dari Indra Wahyu Irdianto (2013) yang berjudul
“Analisis Kepuasan Konsumen Waroeng Stick & Shake Yogyakarta”. Hasil dari
penelitian ini adalah terdapat tingkat kepuasan konsumen yang tinggi pada
kualitas pelayanan dilihat dari atribut bukti langsung. Hal ini ditunjukkan dari
grafik kuadran kartesius yang menempatkan atribut bukti langsung pada
kuadran B. Artinya unsur pelayanan pokok yang telah berhasil dilaksanakan
perusahaan wajib dipertahankan.
Kedua, Jurnal yang disusun oleh Widyaningsih Putri Ariyanti, dkk
(2022) dengan judul “Pengaruh Harga dan Lokasi terhadap Kepuasan
Pelanggan” yang dapat disimpulkan bahwa harga secara parsial
berperpengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan. Hal ini dibuktikan
dengan nilai thitung > nilai ttabel yaitu 4,046 > 2,00665 dengan tingkat signifikansi
0,000 < 0,05. Lokasi tidak berpengaruh secara parsial terhadap kepuasan
pelanggan. Hal ini dibuktikan dengan nilai t hitung < nilai ttabel yaitu 1,310 >
2,00665 dengan tingkat signifikansi 0,197 > 0,05. Secara simultan actore harga
dan lokasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan.
Ketiga, Jurnal dari Dita Amanah (2010) yang berjudul “Pengaruh Harga
dan Kualitas Produk Terhadap Kepuasan Konsumen pada Majestyk Bakery &
Cake Shop” yang mempunyai hasil dari nilai signifinasi (sig) actore harga dan
kualitas produk adalah signifikan. Dimana, sig harga 0,00 < 0,05 dan
signifinasi (sig) actore kualitas produk adalah 0,0. Secara simultan harga (X1)
dan kualitas produk (X2) berpengaruh terhadap kepuasan konsumen sebesar
0,478 atau 47,8% dan sebesar 0,522 atau 52,2% merupakan pengaruh yang
actor dari actor lain.
Keempat, Jurnal dari Ari Prasetio (2012) yang berjudul “Pengaruh
Kualitas Pelayanan dan Harga Terhadap Kepuasan Pelanggan pada PT. TIKI
Cabang Semarang” yang memiliki kesimpulan, yaitu Kualitas pelayanan dan
harga secara simultan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan pada PT.
TIKI Cabang Semarang. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikatakan
bahwa semakin tinggi kualitas pelayanan yang diberikan dan semakin
kompetitif harga jasa yang ditetapkan maka semakin meningkat kepuasan
pelanggan dalam menggunakan jasa pengiriman barang pada PT. TIKI Cabang
Semarang.
Penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian yang sebelumnya.
Penilitian ini hanya terfokuskan pada sudut pandang konsumen mengenai
harga barang yang dijual di Math’am Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-
Hikmah Purwoasri Kediri.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Harga
1. Pengertian Harga
Istilah harga tidaklah asing lagi bagi semua orang, nemun
kemajuan akan ekonomi membuat harga mempunyai istilah lain seperti
dalam layanan jasa bank, harga disebut juga dengan bunga dan dalam
bisnis akuntansi, periklanan, dan konsultan disebut fee. Harga tercipta
biasanya dari adanya tawar–menawar antara para penjual dengan
pembeli, setelah tercipta kesepakatan harga.
Harga merupakan satu–satunya unsur dalam bauran pemasaran
yang menghasilkan pendapatan sedangkan unsur yang lainnya, hanya
merupakan unsur biaya saja. Harga mempengaruhi tingkat penjualan,
tingkat keuntungan market share yang dapat dicapai oleh perusahaan.
Menurut Swastha dan Sukotjo “Harga adalah sejumlah uang (ditambah
beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan
sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya”.4
Saladin mengemukakan bahwa “harga adalah sejumlah uang
sebagai alat tukar untuk memperoleh produk atau jasa atau dapat juga
dikatakan penentuan nilai suatu produk dibenak konsumen”. 5 Sedangkan
Menurut Tjiptono , secara sederhana istilah harga dapat diartikan sebagai
jumlah uang (satuan moneter) dan/atau aspek lain (non moneter) yang
mengandung utilitas/kegunaan tertentu yang diperlukan untuk
mendapatkan suatu jasa.6 Utilitas merupakan atribut atau faktor yang
berpotensi memuaskan kebutuhan dan keinginan tertentu.
Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan
karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan

4
Basu Swastha dan Sukotjo, Manajemen Pemasaran Modern, (Yogyakarta: Liberty,
2000), 211
5
Djaslim Saladin, Manajemen Pemasaran, (Bandung: Linda Karya, 2003), 95
6
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2006), 178
diperoleh perusahaan dari penjualan produknya baik berupa barang
maupun jasa.7
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa harga
adalah Sejumlah uang yang dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi
kebutuhannya dalam mendapatkan produk atau jasa.
2. Strategi Penetapan Harga
Menurut Peter dan Olson strategi penetapan harga menjadi sesuatu
yang perlu diperhatikan dalam tiga situasi berikuit ini:8
a. Ketika harga suatu produk baru sedang ditetapkan.
b. Ketika sedang mempertimbangkan melakukan perubahan jangka
panjang bagi suatu produk yang telah mapan.
c. Ketika sedang mempertimbangkan melakukan perubahan harga
jangkan pendek.
. Berbagai model banyak ditawarkan untuk memandu pemasar
dalam mendesain strategi penetapan harga. Sebagian besar model
berisikan rekomendasi yang sangat mirip dan kalaupun berbeda biasanya
dalam hal seberapa rinci asumsi yang dibangun, berapa banyak harapan
proses penetapan harga dipilih, dan dalam urutan yang mana tugas
penetapan harga yang direkomendasikan untuk mencapai tujuan
perusahaan.9 Dikembangkan suatu model yang memiliki enam tahap
yang dijelaskan sebagai berikut:10
a. Analisis hubungan konsumen–produk
Tahap pertama yang sangat penting dalam proses tersebut
adalah melakukan analisis hubungan konsumen–produk. Perusahaan
harus mengeti apa produk yang diinginkan konsumen dan apa
kegunaan produk tersebut bagi konsumen.
7
M. Amri Nasution, Pengaruh Harga dan Kualitas Produk Alat Kesehatan Terhadap
Keputusan Pembelian Konsumen pada PT. Dyza Sejahtera Medan, (Jurnal Warta Edisi 59,
Januari 2019), 2-3
8
Peter dan Olson, Consumer Behaviour, Edisi 4 Jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 2000), 232
9
Dita Amanah, Pengaruh Harga Dan Kualitas Produk Terhadap Kepuasan Konsumen
Pada Majestyk Bakery & Cake Shop Cabang H.M.Yamin Medan, (Jurnal Keuangan & Bisnis,
Volume 2 No. 1, Maret 2010), 72
10
Peter dan Olson, Consumer Behaviour…, 233
b. Analisis situasi lingkungan
Perusahaan harus mempertimbangkan situasi lingkungan di
sekitarnya seperti tren ekonomi, pandangan politik, perubahan sosial,
dan hambatan hukum. Elemen–elemen tersebut sudah harus
dipertimbangkan segera mungkin di awal proses perumusan bagian–
bagian dari strategi pemasaran dan harus dipantau secara terus–
menerus.
c. Tentukan peran harga dalam strategi pemasaran
Dalam situasi tertentu, harga tidak dapat memainkan peran
pemosisian yang penting selain hanya sebagai alat persaingan harga
semata. Jika konsumen menikmati kenyamanan berbelanja yang
lebih besar atau jika suatu produk memiliki keunggulan pembeda
yang jelas walaupun harga mungkin ditetapkan sama di atas harga
pesaing namun tidak menjadi sesuatu penting dalam strategi
pemosisian.
d. Perkirakan biaya produksi dan pemasaran yang relevan
Biaya untuk memproduksi dan memasarkan suatu produk
dengan efektif dapat menjadi suatu tolok ukur yang sangat berguna
dalam membuat keputusan harga.
e. Tentukan tujuan penetapan harga
Tujuan penetapan harga harus diturunkan dari tujuan
pemasaran keseluruhan, yang aman, pada akhirnya, akan diturunkan
dari tujuan perusahaan. Pada dasarnya, tujuan yang paling umum
digunakan adalah berupa pengembalian investasi pada tingkat
penetrasi tertentu.
f. Kembangkan strategi harga dan tetapkan harga
Tugas penetapan harga saat ini adalah untuk menentukan suatu
strategi penetapan harga dan harga tertentu yang,
1) Cukup berada di atas biaya untuk dapat menciptakan tingkat
laba yang diinginkan dan mencapai tujuan yang ditetapkan,
2) Merupakan harga yang bersaing dalam artian ke-konsistenannya
dengan keseluruhan strategi pemasaran dan pemosisian, dan
3) Didesain untuk menciptakan permintaan konsumen yang
didasarkan pada tawar–menawar antar biaya konsumen serta
nilai.
Dari Tahapan – tahapan di atas, Perusahaan dapat menetapkan
harga suatu produk. Dengan melalui semua proses tahapan tersebut
harga dapat disesuaikan dengan keadaan perusahaan dan konsumen.

3. Tujuan penetapan harga


Pada umumnya penjual mempunyai beberapa tujuan dalam
penetapan harga produknya. Menurut Tjiptono, pada dasarnya terdapat
tujuan penetapan harga, yaitu:11
a. Tujuan berorientasi pada laba
Asumsi teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiap
perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba
paling tinggi, tujuan ini dikenal dengan istilah maksimasi laba.
b. Tujuan berorientasi pada volume
Selain tujuan berorientasi pada laba, ada pula perusahaan yang
menetapkan harganya berdasarkan tujuan yang berorientasi pada
volume tertentu atau yang biasa dikenal dengan istilah volume
pricing objectives.
c. Tujuan berorientasi pada citra
Citra (image) suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi
penetapan harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk
membentuk atau mempertahankan citra prestisius.
d. Tujuan stabilisasi harga
Pada pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga,
bila suatu perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya
harus menurunkan harga mereka.

11
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran…, 152
e. Tujuan-tujuan lainnya
Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah
masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan,
mendukung penjualan ulang, atau menghindari campur tangan
pemerintah.
Tujuan-tujuan penetapan harga di atas memiliki implikasi penting
terhadap strategi bersaing perusahaan. Tujuan yang ditetapkan harus
konsisten dengan cara yang ditempuh perusahaan dalam menempatkan
posisi relatifnya dalam persaingan. Misalnya, pemilihan tujuan
berorientasi pada laba mengandung makna bahwa perusahaan akan
mengabaikan harga para pesaing.
Pilihan ini cocok ditetapkan dalam tiga kondisi, menurut Tjiptono
yaitu:12
a. Tidak ada pesaing,
b. Perusahaan beroperasi pada kapasitas produksi maksimum, dan
c. Harga bukanlah merupakan atribut yang penting bagi pembeli.
4. Tingkat Harga
Tingkat harga merupakan suatu nilai untuk mendapatkan suatu
produk kepada konsumen manfaat dari memiliki atau menggunakan pada
suatu waktu tertentu. Pada dasarnya tingkat harga yang terjadi
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Swastha, faktor–faktor yang
mempengaruhi tingkat harga antara lain:13
a. Keadaan Pemerintah
Kondisi Pemerintah sangat mempengaruhi tingkat harga yang
berlaku. Pada saat resesi, daya beli konsumen menurun seiring
dengan menurunnya nilai tukar uang. Masyarakat menjadi penuh
pertimbangan dan selektif dalam memilih produk untuk dikonsumsi.

b. Penawaran dan Permintaan

12
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran…, 154
13
Basu Swastha dan Sukotjo, Manajemen Pemasaran…, 211
Kuantitas suatu produk akan dibeli tergantung pada tingkat
harganya. Semakin tinggi harga, semakin sedikit barang atau jasa
yang diminta konsumen, sebaliknya semakin rendah tingkat
harga, semakin banyak barang atau jasa yang akan konsumen
minta. Sedangakan penawaran adalah jumlah produk yang akan
ditawarkan ke pasar oleh para pemasok dengan harga yang
bervariasi dalam suatu periode tertentu.

c. Elastisitas Permintaan
Elastisitas Permintaan mempengaruhi keputusan manajemen
untuk menaikkan atau menurunkan harga jual produk. Jika permitaan
suatu produk bersifat elastis maka keputusan untuk menurunkan
harga jual berakibat pada meningkatnya volume penjualan dalam
jumlah yang relative besar.

d. Persaingan
Persaingan yang ketat antara perusahaan sejenis dapat
mempengaruhi tingkat harga suatu produk. Dalam menentukan
tingkat harga produk, manajemen perusahaan akan melihat harga
produk pada perusahaan lainnya, apakah harga tersebut tinggi,
sedang, atau rendah.

e. Biaya
Biaya merupakan dasar dalam penentuan tingkat harga, sebab
suatu tingkat harga yang tidak dapat menutup biaya akan
mengakibatkan kerugian. Sebaliknya, apabila suatu tingkat harga
melebihi semua biaya, baik biaya operasi maupun biaya non operasi
akan menghasilkan keuntungan.

f. Tujuan Perusahaan
Penetapan harga suatu barang sering dikaitkan dengan Tujuan–
tujuan yang akan dicapai. Setiap perusahaan tidak selalu mempunyai
tujuan yang sama dengan perusahaan yang lainnya.
g. Pengawasan Pemerintah
Pengawasan Pemerintah juga merupakan faktor penting dalam
penentuan harga. Pengawasan pemerintah tersebut dapat diwujudkan
dalam bentuk penentuan harga maksimum dan minimum, serta
praktek–praktek lain yang mendorong atau mencegah usaha–usaha
kearah monopoli.

Jadi jelas bahwa tingkat harga suatu produk dapat berubah setiap
waktunya dan dalam menetapkan tingkat harga produk tersebut
perusahaan harus sering melihat lingkungan sekitarnya.

B. Konsumsi dalam Islam


Islam adalah agama yang memiliki keunikan tersendiri dalam hal
syari’ah dan ajarannya universal.14 Universal bermakna dapat diterapkan pada
setiap waktu dan tempat sampai hari akhir nanti. Berbeda dengan sistem
lainnya, Islam mengajarkan pola konsumsi yang moderat, tidak berlebihan
dan tidak juga keterlaluan, lebih lanjut al-Qur’an melarang terjadinya tabzir
dan mubazir.
Menurut Hendrie Anto terdapat tiga prinsip dasar bagi teori perilaku
konsumsi,yaitu:15
1. Keyakinan akan hari kiamat dan kehidupan akhirat
Seorang muslim harus meyakini dengan keimanan akan adanya
hari kiamat dan kehidupan akhirat. Pada hari kiamat manusia akan
dibangkitkan dari kematiannya, kemudian menerima pahala dan dosa
akibat perilakunya di dunia. Dengan keyakinan seperti ini membawa
dampak mendasar pada perilaku konsumsi, yaitu: Pertama, pilihan jenis
konsumsi akan diorientasikan pada dua bagian, yaitu yang langsung
dikonsumsi untuk kepentingan di dunia dan untuk kepentingan akhirat.

14
Rozayni, Perilaku Konsumen Menurut Perspektif Islam (Studi Kasus di Komplek
Pemda Perumahan Cemara RT 03 RW 04 Kelurahan Delima Kecamatan Tampan
Pekanbaru), (Skripsi, UIN Sultan Syarif Qosim, Riau, 2011), 30
15
Hendrie Anto, Pengantar Ekonomika Makro Islami, Terjemahan, (Yogyakarta:
Ekonosia, 2003), Cet.I, 138
Kedua, jumlah jenis pilihan konsumsi kemungkinan menjadi lebih
banyak, sebab mencakup jenis konsumsi untuk kepentingan akhirat.

2. Konsep sukses
Sukses dalam kehidupan seorang muslim diukur dengan moral
agama, bukan dengan jumlah kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi
moralitas seseorang semakin tinggi juga kesuksesan yang dicapai.

3. Fungsi dan kedudukan harta


Harta merupakan anugrah Allah SWT dan bukan sesuatu yang
bersifat buruk. Harta merupakan alat untuk mencapai tujuan hidup jika
diusahakan dan dimanfaatkan secara benar. Firman Allah SWT

‫اِت اِهلل ْثِب ًتا ِّم َا ُفِس ِه َك َثِل َّن ٍة‬ ‫ِت‬ ‫ِذ ِف‬
‫َو َت ْي ْن ْن ْم َم َج‬ ‫َو َم َثُل اَّل ْيَن ُيْن ُقْو َن َاْم َو اُهَلُم اْب َٓغ اَء َمْر َض‬
‫ِبَر ْبَو ٍة َاَص اَبَه ا َو اِب ٌل َف ٰاَتْت ُاُك َلَه ا ِض ْع َف ِنْي ۚ َف ِاْن ْمَّل ُيِص ْبَه ا َو اِب ٌل َفَط ٌّلۗ َو اُهلل َمِبا‬
‫ِص‬
‫َتْع َم ُلْو َن َب ْيٌر‬
Artinya: ”Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan
hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan
jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran
tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu
menghasilkan buahnya dua kali lipat. jika hujan lebat tidak
menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). dan Allah
Maha melihat apa yang kamu perbuat.” (QS. Al-Baqarah : 265)

Berdasarkan ketiga prinsip dasar diatas, jelaslah bahwa konsumsi


seorang muslim tidak ditujukan untuk mencari kepuasan maksimum
sebagaimana dalam terminology teori ekonomi konvensional. Tujuan
konsumsi seorang muslim adalah untuk mencari kesuksesan dan
kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat dalam bingkai moral Islam atau
falah. Jadi seorang konsumen muslim harus mencari falah setinggi mungkin
sebatas anggaran yang dimilikinya.
Yusuf Qardhawi juga menyampaikan beberapa norma dasar yang
hendaknya menjadi landasan dalam perilaku konsumsi seorang muslim yang
beriman.16 Norma dasar tersebut antara lain:

1. Membelanjakan harta dalam kebaikan dan menjauhi sifat kikir


Harta diberikan Allah SWT kepada manusia bukan untuk disimpan,
ditimbun atau sekedar dihitung-hitung, tetapi untuk digunakan bagi
kemaslahatan manusia sendiri serta sarana beribadah kepada Allah.
Konsekuensinya, penimbunan harta dilarang keras oleh Islam dan
memanfaatkannya adalah diwajibkan.

Dalam memanfaatkan harta manusia harus mengikuti ketentuan


yang telah digariskan Allah melalui syari’at Islam, dimana dari segi
sasaran dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pemanfaatan harta
untuk kepentingan ibadah (fisabilillah) dan pemanfaatan harta untuk
kepentingan diri sendiri dan keluarga.17 Firman Allah Swt dalam
pemanfaatan harta yaitu:

‫ٰٓیَاُّيَه ا اَّلِذْيَن ٰاَم ُنْو ا ِاَّن َك ِثْيًر ا ِّم َن اَأْلْحَباِر َو الُّر ْه َباِن َلَيْأُك ُلْو َن َأْم َو اَل الَّناِس ِباْلَباِط ِل‬
‫ِف‬ ‫ِف‬ ‫ِن‬ ‫ِب ِهلل َّل ِذ‬
‫َو َيُص ُّد ْو َن َعْن َس ْيِل ا ۗ َو ا ْيَن َيْك ُزْو َن الَّذ َه َب َو اْل َّض َة َو َال ُيْن ُقْو َنَه ا ْيِف‬
‫َس ِبْيِل اِهللۙ َفَبِّش ْر ُه ْم ِبَع َذ اٍب َأِلْيٍم ۝ َیْو َم ْحُيٰم ى َعَلْيَه ا ْيِف َن اِر َجَه َّنَم َفُتْك ٰو ى‬
‫ِس‬ ‫ِج‬
‫َهِبا َب اُه ُه ْم َو ُج ُنْو ُبُه ْم َو ُظُه ْو ُر ُه ْم ۗ ٰه َذ ا َم ا َك َنْز ْمُت َأِلْنُف ُك ْم َف ُذ ْو ُقْو ا َم ا ُك ْنْتْم‬
‫َتْك ِنُزْو َن‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian
besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani
benar- benar memakan harta orang dengan jalan batil dan
mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan
orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah
16
Yusuf Qardhawi, Daurul Qiyam Wal Akhlaq Fil Iqtishadil Islami. Peran Nilai Dan
Moral Dalam Perekonomian Islam, (Jakarta: Rabbani Press, 1997), 138
17
Hendrie Anto, Pengantar Ekonomi…, 139
kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang
pedih,(34) Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka
Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan
punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah
harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka
rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu."
(QS. At-Taubah : 34-35).

Dan untuk kebutuhan diri dan keluarga

‫َیْس َئُلْو َنَك َم اَذا ُيْنِف ُق ْو َن ۗ ُق ْل َٓم ا َأْنَف ْق ُتْم ِّم ْن َخ ٍرْي َفِلْلَو اِل َد ْيِن َو اَأْلْقَر ِبَنْي َو اْلَيٰت ٰم ى‬
‫ِبِه ِل‬ ‫ِم ٍرْي ِا‬ ‫ِب‬ ‫ِكِنْي‬
‫َو اْلَم ٰس َو اْبَن الَّس ْيِل ۗ َو َم ا َتْف َعُلْو ا ْن َخ َف َّن اَهلل َع ْيٌم‬
Artinya: ”Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan.
Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah
diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan." dan apa saja kebaikan yang kamu buat, Maka
Sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya.” (QS. Al-
Baqarah ;215)

2. Tidak mubadzir
Seorang muslim senantiasa membelanjakan hartanya untuk
kebutuhan- kebutuhan yang bermanfaat dan tidak berlebihan
(israf/wastefull). Sebagaimana seorang muslim tidak boleh memperoleh
harta haram, ia juga tidak akan membelanjakannya untuk hal yang
haram. Beberapa sikap lain yang harus diperhatikan adalah:18

a. Menjauhi berhutang
Setiap muslim dianjurkkan untuk menyeimbangkan
pendapatan dan pengeluarannya. Jadi, berhutang sangat tidak
dianjurkan, kecuali untuk keadaan yang sangat terpaksa. Kebiasaan

18
Yusuf al-Qaradhawi, Norma Dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press,
1997), 148.
berhutang pada dasarnya menunjukkan rasa kurang bersyukur
kepada Allah serta akan mendorong perilaku konsumtif.

b. Menjaga aset yang mapan dan pokok


Tidak sepatutnya seorang muslim memperbanyak belanjanya
dengan cara menjual aset-asetnya yang mapan dan pokok, misalnya
rumah tempat tinggal ataupun lahan pertanian yang dimilikinya,
kecuali dalam keadaan terpaksa. Nabi mengingatkan jika terpaksa
menjual asset maka hasilnya jangan digunakan untuk memenuhi
untuk kebutuhan sehari-hari, namun hendaknya digunakan untuk
membeli asset lain agar berkahnya tetap terjaga. Sebagaimana hadits
Nabi SAW tersebut adalah:19

‫َمْن َباَع َداًر ا َّمُث ْمَل ْجَیَعْل َمَثَنَه ا ْىِف ِم ْثِلَه ا ْمَل ُیَباِر ِك اُهلل َلُه ِفْيَه ا‬
Artinya: “Barang siapa menjual rumah, kemudian ia tidak membeli
rumah yang sepertinya dengan uang itu, niscaya Allah tidak
akan memberkati uang itu. “ (HR. Ibnu Majjah).

c. Tidak hidup mewah dan boros


Kemewahan dan pemborosan menenggelamkan diri kedalam
kenikmatan dan bermegah-megahan. Sikap ini selain akan merusak
pribadi manusia juga akan merusak tatanan masyarakat. Kemewahan
dan pemborosan akan me-nenggelamkan manusia dalam kesibukan
memenuhi nafsu birahi dan kepuasan perut sehingga seringkali
melupakan norma dan etika agama, karenanya menjauhkan diri dari
Allah. Kemegahan juga akan merusak masyarakat, karena biasanya
terdapat golongan minoritas kaya yang menindas minoritas miskin.

Pemborosan berarti menghambur-hamburkan harta tanpa ada


kemaslahatan atau tanpa mendapatkan pahala, sedangkan lawan dari

19
Ibnu Majjah, Kitabun Rahun, no 2461, Juz 2, (Maroko: Darul Fikri, 1414/1993), 832
pemborosan adalah kikir. Islam memuji orang yang memiliki sikap
pertengahan diantara keduanya.

‫َو اَّلِذْيَن ِاَذٓا َاْنَفُقْو ا ْمَل ُيْس ِر ُفْو ا َو ْمَل َيْق ُتُر ْو ا َو َك اَن َبَنْي ٰذ ِلَك َقَو اًم ا‬
Artinya: ”Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta),
mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan
adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang
demikian.” (QS. Al Furqan: 67).

Pemborosan ini biasanya mencangkup hal:20

a) Membelanjakan untuk hal yang dilarang agama


b) Membelanjakan untuk hal yang dibolehkan agama
c) Membelanjakan untuk hal yang dimubahkan oleh agama.
3. Kesederhanaan
Membelanjakan harta pada kuantitas dan kualitas secukupnya
adalah sikap terpuji, bahkan penghematan merupakan salah satu langkah
yang sangat dianjurkan pada saat krisis ekonomi terjadi. Dalam situasi ini
sikap sederhana juga dilakukan untuk menjaga kemaslahatan masyarakat
luas, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khatab
ketika melarang rakyatnya mengkonsumsi daging selama dua hari
berturut-turut karena persediaan daging tidak mencukupi untuk seluruh
madinah.

Dalam ekonomi konvensional konsumen diasumsikan selalu


bertujuan untuk memperoleh kepuasan (utility) dalam kegiatan
konsumsinya. Kepuasan berarti berguna, bisa membantu dan
menguntungkan. Oleh karena itu dalam ekonomi konvensional,
konsumen diasumsikan selalu menginginkan tingkat kepuasan yang
tertinggi. Konsumen akan memilih mengkomsumsi barang A atau B
tergantung pada tingkat kepuasan yang diberikan oleh kedua barang
tersebut.21
20
Hendrie Anto, Pengantar Ekonomi…, 141
21
Tim. Ekonomi Islam. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), 127-128.
Dalam teori ilmu ekonomi dinyatakan juga bahwa pengeluaran
konsumsi masyarakat sangat dipengaruhi dari pendapatan masyarakat,
tetapi sikap masyarakat tidak kalah pentingnya mempengaruhi konsumsi
masyakarat. Masyarakat sebagai konsumen berupaya untuk mencapai
nilai kepuasan tertinggi. Menurut teori ekonomi ada dua nilai kepuasan,
yaitu konsumtif, yaitu kepuasan untuk mencapai nilai kepuasan yang
lebih tinggi, dan kreatif, yaitu kepuasan yang mempunyai landasan-
landasan agama Islam.22

Tujuan konsumen dalam ekonomi konvensional untuk mencari dan


memperoleh kepuasan tertinggi ini akan menimbulkan sebuah
pertanyaan, apakah barang atau jasa yang memuaskan akan identik
dengan barang atau jasa yang bermanfaat dan memberikan kebaikan?
Pertanyaan selanjutnya bahwa konsumsi hanya ditentukan dengan
kemampuan anggaran juga menimbulkan pertanyaan, apakah dengan
ketersediaan anggaran akan serta merta membolehkan seseorang untuk
memperoleh apa yang dia inginkan tanpa memperhatikan aspek yang lain
seperti kehalalan dan kepentingan orang lain? Apakah dengan anggaran
yang dimiliki seseorang bisa menyebabkan orang tersebut bebas untuk
mengkonsumsi sesuatu sehingga menyebabkan orang lain terhalang
untuk mendapatkan haknya?

Berdasarkan hal di atas perilaku konsumsi Islami berbeda dengan


konvensional. Konsumsi Islami akan selalu memperhatikan maslahat,
dan maslahat yang paling utama adalah tujuan syariat Islam (maqasid al-
Syari’iyyah).

Teori konsumsi Islami berbeda dengan konvensional. Perbedaan ini


dilihat dari karakteristik nilai konsumsi di atas. Pertama, konsumsi dalam
Islam bersumber dari fitrah manusia yang suci, bersumber dari aturan-
aturan agama. Aturan-aturan ini mengatur apa yang dibolehkan dan apa

22
Muhammad Said, Pengantar Ekonomi Islam, Dasar-Dasar dan Pengembangan
(Pekanbaru: Suska Press. 2008), 80
yang dilarang, bukan berdasarkan hasrat atau nafsu. Kalau manusia
melakukan kegiatan konsumsi berdasarkan nafsu maka nafsu akan
cenderung untuk mendorongnya kepada kejelekan, sebaliknya apabila
berdasarkan fitrah maka fitrah akan mendorongnya kepada kebaikan.

Kedua, dari segi hasil yang akan dicapai dalam teori konsumsi
Islami adalah manfaat dan berkah, berbeda dengan konvensional yang
dituju adalah kepuasan. Perbedaannya ketika kepuasan menjadi sasara
utama terkadang mengabaikan manfaat dan berkah, sebaliknya ketika
manfaat dan berkat yang menjadi hasil, maka kepuasan akan
mengikutinya setelah itu. Kepuasan ini terkadang hanya berasal dari
keinginan yang mengikuti nafsu, sehingga terkadang sesuatu yang
dikonsumsi tersebut sebenarnya bukanlah berasal dari kebutuhan.

Ketiga, ukuran dari konsumsi Islami berbeda dengan konvensional,


teori konsumsi Islam menjadikan fungsi sebagai ukuran, bukan preferensi
atau selera. Kebutuhan akan sesuatu berdasarkan fungsinya bukan
berdasarkan preferensi atau selera, sehingga pemenuhannya asal sesuai
fungsi atau tepat guna maka sudah tepat ukurannya. Berbeda jika
ukurannya adalah selera, selera akan membuka pintu untuk bermewah-
mewah, boros dan mubazir, sehingga ukurannya menjadi tidak stabil.

Keempat, sifat dari konsumsi juga berbeda, ketika konsumsi


berbdasarkan sifatnya maka keinginan akan menjadi sangat subjektif
karena masing-masing orang akan sangat berbeda keinginannya,
sementara jika sifatnya adalah kebutuhan maka lebih objektif, karena
kebutuhan akan memiliki standar dan strata tersendiri, mulai dari yang
paling pokok sampai dengan kebutuhan yang tersier atau mewah.

Kelima, dari segi tuntunan Islam atau etika Islam keinginan harus
dibatasi, karena keinginan manusia tidak akan ada batasnya kalau tidak
dibatasi, sementara kebutuhan harus dipenuhi. Setiap manusia secara
pribadi wajib berusaha, bekerja dan bertanggungjawab untuk memenuhi
kebutuhannya terutama kebutuhan pokoknya. Kalau ia tidak sanggup
maka negara melalui pemimpin wajib bertanggung jawab terhadap
terpenuhinya kebutuhannya.23 Kewajiban ini adalah untuk memenuhi
kebutuhan manusia, dan bukan keinginan. Kebutuhan standar masing-
masing manusia memiliki kriteria yang sama dalam Islam yang
terangkum dalam maqasid al-syar’iyyah.

Imam Syatibi mengatakan bahwa tanggung jawab syariah adalah


untuk menjaga maqasid syar’iyyah.24 Tanggung jawab ini juga berkaitan
dengan perilaku konsumsi yang harus diperhatikan oleh setiap muslim
dalam kehidupannya. Tanggung jawab ini terdiri dari 3 bagian, yaitu:

a. Dharuriyah
Dharuriyah ialah sesuatu yang harus ada dalam menegakkan
maslahat agama dan dunia, jika tidak ada maka tidaklah akan tegak
maslahat tersebut secara benar, bahkan akan rusak, hancur dan
hilang dari kehidupan bahkan selanjutnya juga nanti di akhirat akan
menimbulkan kerugian yang nyata. Adapun yang termasuk
dharuriyat al-Khamsi tersebut adalah :
1) Menjaga agama.
2) Menjaga jiwa.
3) Menjaga akal.
4) Menjaga keturunan atau kehormatan dan
5) Menjaga harta.
Dalam hal konsumsi juga seseorang dilarang melakukan
konsumsi yang membahayakan hal yang lima di atas.

b. Hajjiyah.
Hajiyyah (sekunder), adalah segala sesuatu yang oleh hukum
syara’ tidak dimaksudkan untuk memelihara lima hal pokok
23
Taqiuddin al-Nabhani. Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam.
Penterjemah: Moch. Maghfur Wachid (Surabaya : Ridalah Gusti, 1996), 11
24
Syatibi. Al-Muwafaqat fi Ushul al-Syariah. Jilid.2 (Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.tt),
7-9
keperluan manusia di atas, akan tetapi dimaksudkan untuk
menghilangkan kesempitan (musyaqat) atau berhati-hati (ihtiyah)
terhadap lima hal tersebut. Hajiyyat dalam kaitannya dengan
konsumsi, seperti diharamkannya kikir, mubazir dan boros, karena
walaupun tidak menyebabkan lenyapnya harta, tetapi maksudnya
adalah menghilangkan kesempitan dalam penegakan hal lima di atas.
Begitu juga, peminjam yang mampu, yang tidak mau membayar
hutangnya. Sedangkan hajiyyah berkaitan dengan akal seperti
diharamkannya meminum sedikit minuman keras, yang juga
berkaitan dengan perilaku konsumsi. Dan hal yang hajjiyyat adalah
sesuatu yang diperlukan oleh manusia untuk kelapangan dan
keleluasaan, menanggung beban taklif, dan beban kehidupan
lainnya. Apabila sesuatu itu tidak ada, maka tidak akan merusak
struktur kehidupan mereka, dan kekacauan tidak akan merajalela,
sebagaimana dharuri tidak ada.

c. Tahsiniyah
Tahsiniyah (pelengkap) adalah tindakan dan sifat yang harus
dijauhi oleh akal yang sehat, dipegangi oleh adat kebiasaan yang
bagus dan dihajati oleh kepribadian yang kuat. Itu semua termasuk
bagian akhlaq karimah, sopan santun dan adab untuk menuju ke arah
kesempurnaan. Artinya hal ini tidak dapat dipenuhi, maka kehidupan
manusia tidaklah sekacau sekiranya urusan duniawiyah tidak
diwujudkan dan tidak membawa kesusahan dan kesulitan seperti
tidak dipenuhinya urusan hajiyah manusia. Akan tetapi, hanya di
anggap kurang harmonis oleh pertimbangan nalar sehat dan suatu
hati nurani. Urusan tahsiniyah dalam konsumsi bisa dengan
memberikan sedekah kepada orang yang sangat membutuhkan,
sebagai bentuk kepedulian, bersopan santun dalam melakukan
makan dan minum, konsumsi segala sesuatu yang bersih, tidak
mengandung penyakit, dan lain-lain.
C. Kepuasan Konsumen
1. Pengertian Kepuasan Konsumen
Persaingan yang sangat ketat, dengan semakin banyak produsen
yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen
menyebabkan setiap perusahaan harus mampu menempatkan orientasi
pada kepuasan pelanggan sebagai tujuan utama. Hal ini tercermin dari
semakin banyaknya perusahaan yang menyertakan komitmen terhadap
kepuasan pelanggan. Karena kunci utama untuk memenangkan
persaingan adalah memberikan nilai dan kepuasan pelanggan melalui
penyampaian produk berkualitas dengan harga bersaing. Kepuasan
konsumen dapat ditunjukkan melalui sikap konsumen pada pembelian.
Kepuasan menurut Kotler adalah “perasaan senang atau kecewa
seseorang yang muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil)
produk yang dipikirkan terhadap kinerja (atau hasil) yang diharapkan”.25
2. Faktor-faktor yang memengaruhi Kepuasan Konsumen
Kotler menjelaskan: “The company can increase customer
satisfaction by lowering its price, or increasing its service, and
improving product quality”.26 Maksudnya, perusahaan dapat
meningkatkan kepuasan konsumen dengan jalan menjual produk dengan
harga memadai, atau meningkatkan layanan, dan meningkatkan kualitas
produk yang dihasilkan. Secara implisit, pernyataan diatas menyatakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen adalah:27
a. Harga
Harga merupakan keputusan yang paling mendasar diantara
program–program pemasaran yang lain, karena dalam setiap produk
maupun jasa mempunyai harga. Harga juga merupakan sejumlah

25
Philips Kotler, Manajemen Pemasaran (Benjamin Molan. Terjemahan). Edisi
Milenium Jilid I Edisi ke Sebelas. (Jakarta: Prenhallindo, 2005), hlm. 70
26
Philips Kotler, Marketing Management. The Millinium Edition, (USA: Prentice Hall
International Inc, 2000), 42
27
Indra Wahyu Dianto, Analisis Kepuasan Konsumen Waroeng Steak & Shake Jl.
Cendrawasih No. 30 Yogyakarta, (Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta, 2013), 18-19
uang yang dibebankan atas suatu produk, atau jumlah dari nilai yang
ditukar konsumen atas manfat karena memiliki atau menggunakan
produk.
b. Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan merupakan suatu kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan internal dan eksternal pelanggan secara
konsisten sesuai prosedur. Dalam hal ini penyedia jasa dituntut untuk
berusaha mengerti apa yang diinginkan pelanggan, sehingga
mempunyai harapan untuk mendapatkan kualitas pelayanan yang
baik.
c. Kualitas Produk
Kualitas produk merupakan kemampuan suatu produk untuk
melaksanakan fungsinya, termasuk keawetan, kemudahan pemakaian
dan diperbaiki, serta atribut bernilai lainnya.
3. Manfaat Kepuasan Konsumen
Menurut Tjiptono kepuasan konsumen saat ini sangat penting,
karena:28
a. Daya Persuasif Word of Mouth (Gethok Tular)
Gethok tular dari pelanggan merupakan strategi untuk menarik
pelanggan baru.
b. Reduksi Sensitivitas Harga
Pelanggan yang merasa puas dan loyal terhadap suatu
perusahaan cenderung lebih jarang memerhatikan harga untuk setiap
pembelian individualnya. Dalam banyak kasus, kepuasan pelanggan
mengalihkan fokus pada harga, pelayanan, dan kualitas.
c. Kepuasan Pelanggan sebagai Indikator Kesuksesan Berbisnis di
Masa Depan
Pada Hakikatnya kepuasan pelanggan merupakan strategi
jangka panjang, karena dibutuhkan waktu yang cukup lama sebelum
dapat memperlihatkan reputasi atas layanan prima.

28
F. Tjiptono, Strategi Pemasaran…, 41
d. Manfaat Ekonomi Mempertahankan Pelanggan versus Menarik
Pelanggan Baru.
4. Strategi Kepuasan Konsumen
Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk
dapat meningkatkan kepuasan pelanggan. Beberapa strategi kepuasan
pelanggan yang dikemukakan oleh Tjiptono:29
a. Strategi pemasaran berupa Relationship Marketing
Strategi di mana transaksi pertukaran antara pembeli dan
penjual berkelanjutan, tidak berakhir setelah penjualan selesai.
Dengan kata lain, penjual menjalin kemitraan dengan pembeli secara
terus menerus.
b. Strategi superior customer service
Strategi ini menawarkan pelayanan yang lebih baik daripada
pesaing. Hal ini membutuhkan dana yang besar, kemampuan sumber
daya manusia, dan usaha yang gigih agar tercipta suatu pelayanan
yang superior.
c. Strategi unconditional guarantees atau extraordinary guarantees
Strategi ini adalah komitmen untuk memberikan kepuasan
pada pelanggan yang pada gilirannya akan menjadi sumber
dinamisme penyempurnaan mutu produk atau jasa dan kinerja
perusahaan. Garansi atau jaminan dirancang untuk meringankan
risiko/kerugian pelanggan, dalam hal pelanggan tidak puas terhadap
barang atau jasa yang telah dibayarnya.
d. Srategi penanganan keluhan yang efisien
Penanganan keluhan memberikan peluang untuk mengubah
seorang pelanggan yang tidak puas menjadi pelanggan produk
perusahaan yang puas.
e. Strategi peningkatan kinerja perusahaan
Meliputi berbagai upaya seperti melakukan pemantauan dan
pengukuran kepuasan pelanggan secara berkesinambungan,

29
F. Tjiptono, Strategi Pemasaran…, 74
memberikan pendidikan dan pelatihan menyangkut komunikasi,
salesmanship, memberikan pelatihan kepada karyawan dan pihak
manajemen.
f. Menerapkan Quality Function Develompment (QFD)
Quality Function Develompment (QFD) merupakan praktik
merancang suatu proses bagi tanggapan terhadap kebutuhan
pelanggan. QFD berusaha menerjemahkan apa yang dibutuhkan
pelanggan menjadi apa yang dihasilkan oleh perusahaan. Hal ini
dilaksanakan dengan melibatkan pelanggan dalam pengembangan
produk sedini mungkin.
5. Mengukur Kepuasan Konsumen
Setelah melakukan pembelian, konsumen akan mengalami tahap
purna beli, dalam tahap ini konsumen merasakan tingkat kepuasan atau
tidak kepuasan tertentu yang akan berpenagruh pada perilaku konsumen
berikutnya. Jika konsumen merasa puas maka akan memperlihatkan
perilaku berikutnya yaitu dengan melakukan pembelian ulang. Menurut
Kotler ada empat alat untuk melacak dan mengukur kepuasan pelanggan,
adalah sebagai berikut:30
a. Sistem keluhan dan saran
b. Survey kepuasan pelanggan
c. Belanja siluman
d. Analisis pelanggan yang hilang
Menurut Tjiptono konsumen yang merasa tidak puas pun akan
berinteraksi dengan tindakan yang berbeda, ada yang mendiamkan saja
dan ada pula yang melakuakn komplain.31 Berkaitan dengan hal ini, ada
tiga kategori tanggapan atau complain terhadap ketidakpuasan, yaitu:
a. Voice response yaitu usaha menyampaikan keluhan secara langsung
dan/atau meminta ganti rugi kepada perusahaan yang bersangkutan,
maupun kepada distributornya.

30
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran…, 72
31
F. Tjiptono, Strategi Pemasaran…, 22
b. Private response yaitu tindakan yang dilakukan antara lain
memperingati atau memberitahu kolega, teman, atau keluarganya
mengenai pengalamannya dengan produk atau perusahaan yang
bersangkutan.
c. Third-party response yaitu tindakan yang dilakukan meliputi usaha
meminta ganti rugi secara hokum, mengadu lewat media massa, atau
secara langsung mendatangi lembaga konsumen, instasi hokum dan
sebagainya.
Terciptanya kepuasan konsumen adalah salah satu upaya dari perusahaan
untuk dapat terus bertahan dan memenangkan persaingan dalam pasar
yang ada. Dengan terciptanya kepuasan konsumen akan semakin
mempererat hubungan antara perusahaan dengan konsumen.

D. Hipotesis Penelitian
Dugaan sementara dari penulis bahwasanya harga barang yang dijual
berpengaruh dalam kepuasan konsumen yang sudah pernah membeli barang
di kantin pondok.
BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Penelitian ini


mengacu pada data yang ada dilapangan kemudian data tersebut akan dijelaskan
menggunakan rangkaian kalimat agar dapat atau mudah untuk difahami. Metode
kuantitatif deskriptif akan dijelaskan sebagai berikut:

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field
research). Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan di kancah
atau tempat terjadinya gejala-gejala yang diselidiki. 32 Penelitian yang
digunakan peneliti adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang
analisisnya menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah
melalui metode statistika.33 Menurut sumber lain penelitian kuantitatif juga
dapat diartikan sebagai jenis penelitian yang mengandalkan pada
penginderaan empiris atau pengolahan data melalui hitungan angka dalam
matematika.34
B. Sifat Penelitian
Berdasarkan sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif, yang berarti
menggambarkan secara tepat dari sifat-sifat suatu individu, gejala, keadaan,
dan situasi kelompok tertentu untuk menetapkan frekuensi adanya hubungan
tertentu suatu gejala dalam masyarakat.

Dalam penelitian ini, pengertian deskriptif yang penulis inginkan adalah


suatu penelitian yang menggambarkan bagaimana kondisi sebenarnya
konsumen yang terjadi di lapangan untuk mempertimbangkan harga suatu
barang.

32
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), 42
33
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 85
34
Jasa Ungguh Muliawan, Metodologi Penelitian Pendidikan dengan Studi Kasus,
cetakan pertama (Yogyakarta: Gava Media, 2014), 3
C. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan berlangsung pada tahun 2023 yang bertempat di
Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Hikmah, Purwoasri, Kediri.

D. Subjek Penelitian
Pada penelitian ini subjek penelitian adalah seluruh santri putra
Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Hikmah, Purwoasri, Kediri sejumlah
250 santri. Penelitian ini dipilih peneliti karena terinspirasi dari keresahan
yang banyak dikeluhkan santri atas harga barang yang lebih mahal dari toko
kelontong lain.
E. Sumber Data
Untuk menjawab persoalan yang telah dirumuskan, dibutuhkan suatu
metode penelitian, karena metode penelitian merupakan aspek yang penting
dalam penelitian. Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan
cara membaca, mengutip, dan menyusun berdasarkan dengan data-data yang
telah diperoleh dalam penelitan. Dalam penulisan ini, penulis memperoleh
data yang berupa data primer dan data sekunder.

1. Data Primer
Data primer adalah yang diperoleh secara langsung dalam
penelitian yang dilakukan di lapangan guna mendapatkan data secara
langsung dari pihak pegawai kantin. Data primer didapatkan dengan cara
observasi dan wawancara.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara
mengumpulkan data yang telah dibuat oleh orang lain. Sumber data
sekunder yang diambil oleh penulis berasal dari buku-buku hasil
penelitian terdahulu dan dokumen yang relevan dengan permasalahan
dalam penulisan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
observasi, angket, wawancara, dan dokumentasi.
1. Angket
Teknik pengumpulan data model angket atau kuisioner adalah
teknik pengumpulan data dan informasi yang paling umum dan banyak
digunakan dalam dunia pendidikan. Di samping sifatnya yang sederhana,
teknik ini juga mempermudah peneliti untuk menganalisa pokok
permasalahan yang dihadapi. Data-data yang diperoleh bersifat tekstual
dan cenderung objektif.35 Angket merupakan alat pengumpul data
melalui komunikasi tidak langsung, yaitu melalui tulisan, dimana
responden menjawab sesuai dengan persepsi atau apa yang
dirasakannya.36 Metode ini digunakan untuk mengetahui pengaruh harga
barang terhadap kepuasan konsumen.
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik untuk mengumpulkan informasi
melalui komunikasi langsung dengan responden.37 Metode ini digunakan
wawancara langsung dengan pegawai perihal penjualan barang.
3. Observasi
Tahap pertama yang dilalui penelitian adalah observasi, yang
sesungguhnya bermula dari suatu rasa (sense) bahwa telah terjadi suatu
perubahan di dalam lingkungan, seperti tempat kerja, daerah, kota,
Negara, dan sebagainya.38 Yaitu memiliki ciri-ciri: direncanakan secara
sistematis, hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan, dan perlu
diperiksa ketelitiannya.39 Metode ini digunakan untuk mengumpulkan
data mengenai keadaan lingkungan serta konsi ekonomi sekitar.
4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik untuk memperoleh informasi-
informasi yang bersifat dokumen, dari dokumen-dokumen yang ada. 40

35
Jasa Ungguh Muliawan, Metodologi Penelitian…, 3
36
Ani Setiani, Manajemen Peserta Didik dan Model Pembelajaran: Cerdas, Kreatif,
dan Inovatif, (Bandung: Alfabeta, 2015), 70
37
Ani Setiani, Manajemen Peserta…, 70
38
Mustofa Edwin, Proses Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI,
2007), 22
39
Ani Setiani, Manajemen Peserta…, 70
40
Ani Setiani, Manajemen Peserta..., 70
Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data tentang hasil
penjualan yang telah diperoleh.

G. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang
memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti.
Objek atau nilai yang akan diteliti dalam populasi di sebut unit analisis
atau elemen populasi. Unit analisis dapat berupa orang, perusahaan,
media dan sebagainya. Populasi adalah keseluruhan data yang menjadi
perhatian penelitian dalam satu ruang lingkup dan waktu yang
ditentukan.41 Tujuan diadakannya populasi adalah agar kita dapat
menentukan besarnya anggota sampel yang diambil dari anggota
populasi dan membatasi berlakunya daerah generalisasi. Adapun
populasi dalam penelitian ini adalah santri putra Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Al-Hikmah, Purwoasri, Kediri.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang di ambil melalui cara-
cara tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi.
Objek atau nilai yang diteliti dalam sampel disebut unit sampel. Sampel
didefinisikan sebagai bagian dari populasi. 42 Dalam mengambil sampel
apabila subjek kurang dari seratus, lebih baik diambil semua saja.
Sehingga merupakan penelitian populasi, dan jika subjek besar bisa
diambil antara 10%-25% atau lebih. Teknik sampling adalah penelitian
yang tidak memiliki seluruh subjek yang ada dalam populasi, melainkan
hanya sebagian saja yang diperlukan oleh peneliti dalam penelitian yang
disebut sampel.43 Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
simple random sampling, karena pengambilan sampel anggota populasi

41
Tria Novianti, Pengaruh Prestasi Akademik Mata Pelajaran PAI terhadap Minat
Studi Lanjut ke Perguruan Tinggi Agama Islam bagi Siswa MAN Pemalang Tahun Pelajaran
2015-2016, Skripsi (Pemalang, 2016), 17
42
Tria Novianti, Pengaruh Prestasi…, 17
43
Tria Novianti, Pengaruh Prestasi…, 18
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada di dalam
populasi itu. Adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 30
santri dari total populasi 250 santri.
H. Teknik analisis Data
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis data
deskriptif kuantitatif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan masing-
masing variabel agar lebih mudah memahaminya. Dalam penelitian ini
analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan bantuan computer dengan
program SPSS 29.0 for Windows. Untuk menjawab rumusah masalah dalam
penelitian ini akan digunakan teknik analisis deskriptif dan analisis
inferensial.
I. Tahapan Penelitian
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Penelitian

B. Pembahasan
BAB V

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai