OLEH:
AHMAD RIDLO HAFIDZ (0523040003)
DOSEN PENGAMPU
DR.AM MAISARAH DISRINAMA, M.KES
HAIDAR NATSIR AMRULLAH
BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur ekstremitas dapat terjadi pada bagian femur dan ramus pubis. Fraktur femur
merupakan diskontinuitas poros femoralis yang disebabkan akibat trauma seperti jatuh dari
ketinggian ataupun kecelakaan lalu lintas. Sedangkan fraktur ramus inferior os pubis adalah
terputus kontinuitas tulang bagian bawah pembentuk bagian posterior bawah tulang panggul
dan pubis. Tulang ini merupakan tempat dimana otot-otot melekat dan penahan badan dalam
posisi duduk. Trauma fraktur bisa terjadi karena proses degeneratif dan patologi menyebutkan
bahwa fraktur femur sebesar 50% kasus dan kematian sebesar 30% menyebabkan kecacatan
seumur hidup, pelvis sebesar 10% menyebabkan cedera rangka dan jaringan lunak. Sedangkan
di Indonesia dari hasil survey tim Depkes RI angka kejadian patah tulang cukup tinggi yakni
terdapat 25% penderita fraktur yang mengalami kematian, 45% mengalami catat fisik. 15%
mengalami stress pikilogis seperti cemas, dan 10% mengalami kesembuhan dengan baik.
Masalah yang kemungkinan timbul dari fraktur adalah nyeri hebat, kelemahan fisik dan
psikologis berupa cemas dan stress yang dirasakan karena kondisi fisiknya, bagian yang patah
adalah dekat dengan organ intim, pasien tidak bisa duduk dan bingung bagaimana cara
bergerak melakukan kegiatan sehari-hari. Pasien juga memikirkan bagaimana untuk masa
depannya, apakah akan kuat untuk menyanggah badan ketika duduk. Selain itu, harus bed rest
dan tidak dapat melakukan perawatan secara mandiri.
1.2 Rumusan Maslah
1. Bagaimana cara melakukan penilaian penderita pada korban yang mengalami cedera
ekstremitas?
2. Bagaimana cara penanganan pada korban yang mengalami cedera ekstremitas?
3. Bagaima kesimpulan dari hasil yang telah siperoleh?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui cara melakukan penilaian penderita pada korban yang mengalami cedera
ekstremitas?
2. Mengetahui cara penanganan pada korban yang mengalami cedera ekstremitas?
3. Dapat menyimpulkan dan hasil yang diperoleh
BAB II
DASAR TEORI
Cedera ini mudah di identifikasi pada penderita yang tidak dapat/ sulit bergerak, tetapi
jarang membahayakan nyawa penderita. Yang perlu diingat adalah pembukaan airway,
penilaian nafas, dan penanganan shock harus dilakukan lebih dahulu sebelum dilakukan
pembidaian atau pembalutan. Shock hemorrhagic adalah yang berbahaya pada beberapa
cedera tulang, seperti luka pada arteri atau patah pada tulang pelvis dan tulang femur akan
menimbulkan perdarahan yang banyak akan menyebabkan shock. Cedera pada saraf dan
pembuluh darah yang pada umumnya menimbulkan komplikasi antara patah tulang dan
dislokasi. Cedera ini akan menyebabkan hilangnya fungsi dan pembuluh saraf, sehingga
perlu dilakukan pemberian PMS (Pulse, Motor, Sensation)
1) Patella fracture
2) Posterior cruciate
3) Patellar tendinitis
4) Pattelofemoral pain
c. Ankle
1) Ankle sprain
2) Ankle fracture
3) Achilles tendinitis
4) Lower leg stress fracture
5) Shin splints
6) Posterior tibial tendinitis
Kaki dan jari-jari sebagai tumpuan utama saat aktivitas berjalan atau
berlari yang merupakan bagian tubuh yang riskan terkena cedera
seperti Turf toe, Tarsal tunnel syndrome, Plantar fascilitis, Forefoot
neuromas.
2.3 Patah Tulanag Terbuka
Patah tulang atau fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, baik yang
bersifat total maupun sebagian, biasanya disebabkan oleh trauma. Terjadinya suatu fraktur
lengkap atau tidak lengkap ditentukan oleh kekuatan, sudut dan tenaga, keadaan tulang,
serta jaringan lunak di sekitar tulang. Secara umum, keadaan patah tulang secara klinis
dapat diklasifikasikan sebagai fraktur terbuka, fraktur tertutup dan fraktur dengan
komplikasi. Fraktur tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak ditembus oleh fragmen
tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan/dunia luar. Fraktur terbuka
dalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan
jaringan lunak, dapat terbuka dari dalam maupun luar. Fraktur dengan komplikais adalah
fraktur yang disertai dengan komplikasi sperti malunion, delayed union dan infeksi tulang.
2.4 Dislokasi
Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempatnya yang seharusnya. Dislokasi
yang sering terjadi adalah dislokasi di bahu, sendi panggul (paha), karena terpeleset dari
tempatnya maka sendi itupun menjadi macet dan juga terasa nyeri (Kartono Mohammad,
2005: 31) Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya
menjadi kendorAkibanyasendi itu akan mudah mengalami dislokasi kembali.
Penanganan yang dilakukan pada saat terjadi dislokasi adalah melakukan reduksi ringan
dengan cara menarik persendian yang bersangkutan pada sumbu memanjang.
immobilisasi dengan spalk pada jari-jari, di bawa kerumah sakit bila perlu dilakukan
resistensi jika terjadi fraktur.
2.5 Amputasi
Manusia memiliki sepasang tangan dan kaki sebagai alat gerak untuk
melakukan aktivitas sehari-hari. Kaki sebagai salah satu alat gerak merupakan bagian
yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Kehilangan sebagian alat gerak akan
menyebabkan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan aktivitas. Kehilangan alat
gerak tersebut dapat disebabkan berbagai hal seperti penyakit, faktor cacat bawaan lahir,
kecelakaan ataupun karena operasi pemotongan alat gerak pada tubuh manusia yang
disebut dengan amputasi. Tindakan amputasi ini merupakan tindakan yang dilakukan
dalam kondisi pilihan terakhir apabila masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah
tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau jika kondisi organ
dapat membahayakan keselamatan tubuh pasien secara utuh atau merusak organ tubuh
yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi (Rapani, 2007).
2.6 Keseleo
Sprain (Keseleo) merupakan cedera pada sendi yang sering terjadi. Pada
keadaan tersebut, ligament dan jaringan lain rusak karena peregangan atau puntiran yang
keras. Terkilir mengacu pada cedera ligamen, yang dapat direntangkan, sebagian robek
atau sepenuhnya robek. Ini diklasifikasikan oleh tiga tingkatan keseleo:
2. Sebuah keseleo kelas 2 (sedang) memiliki parsial air mata makroskopik dari
ligamen dan berhubungan dengan rasa sakit dan pembengkakan yang
meningkat.
3. Sebuah keseleo kelas 3 (berat) adalah lengkap pecahnya ligamen dan bedah
2.7 Penilaian
1. Penolong harus dapat melihat semua bagian yang terluaka. Jika ada pakaian / kair,
yang menutup maka dipotong saja. Sebelum dibidai lakukan pembersihan dan peutupan
luka
2. Cek nadi dan sensasi sebelum dan sesudah dilakukan pembidaian. Beri sensasi
kepada penderita, tanyakan apa yang dirasakan (jika sadar) dan perhatikan gerakan
penderita (jika tidak sadar) pada waktu diberi sensasi menyakitkan
3. Jika ektrimity tertekuk dan rangsang yangdiberikan tidak terasa maka lakukan
pelurusan atau tarikan dengan usaha lebih kecil 10 pound umtuk meluruskan
4. Luka yang terbuka seharusnya ditutup dengan kasa steril dan kemudian dibalut atau
di bidai.
5. Gunakan pembidaian yang akan memobilisasi bagian atas dan bawah luka.
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat
1. Penilaian keadaan Pada tahap ini, pelaku pertolongan pertama diharuskan menganalisa
apa yang terjadi pada korban, hal apa yang bisa menghambat dan mendukung kesuksesan
pertolongan pertama.
2. Penilaian dini Dapat menilai tingkatan keparahan kasus, apakah masuk ke dalam kasus
trauma atau masuk kedalam kasus medis. Lalu wajib melakukan penilaian respon.
Terdapat 4 tingkatan respon, yaitu:
a. Respon awas
b. Respon suara
c. Respon nyeri
d. Tidak respon
c. Memberikan rangsangan nyeri berupa cubitan ringan pada bagian tubuh yang tidak
terluka.
d. Jika hal diatas sudah dilakukan namun tidak ada respon, maka segera minta tolong
atau menghubungi pihak rumah sakit terdekat.
ANALISA
Seorang pria paruh baya berusia 40 tahun bernama Jamal sedang berkendara
menggunakan sepeda motor. Tidak disangka, dari arah berlawanan ada mobil yang melaju
kencang keluar dari jalurnya. Tanpa sempat menghindar, motor Jamal bertabrakan dengan
mobil. Jamal sempat terpental beberapa meter. Ia mengalami luka yang cukup serius.
Pergelangan kaki kirinya mengalami luka yang harus diamputasi, paha kaki kanannya juga
mengalami patah tulang terbuka sekaligus pendarahan. Selain itu, lengan tangan kiri bawah
diduga mengalami patah tulang tertutup karena ada pembengkakan, nyeri, dan perubahan
warna. Bahu tangan kanan korban juga mengalami dislokasi.
1. Penilaian keadaan
Pada tahap ini, ketika kecelakaan yang dialami penderita terjadi, penolong
berusaha mengamankan diri terlebih dahulu, kemudian baru mengamankan penderita
dengan memindahkan ketempat yang lebih aman bagi penolong dan penderita. Setelah
dipindahkan ke tempat yang lebih aman penolong menghimbau kepada pekerja lainnya
agar tidak berkerumun di sekitar korban dan segera menghubungi pihak medis.
2. Penilaian dini
a. Kesan Umum
Trauma ✓
Medis
b. Respon
c. Pemeriksaan CAB
Adanya sirkulasi nafas dan terbukanya jalan nafas. Dari hasil diketahui sirkulai
ada dan baik.
3. Pemeriksaan Fisik
• Kepala
• Mulut
• Mata
• Leher
• Dada
• Perut
• Punggung
• Punggul
• Tangan
Terjadi pembengkakan dan juga nyeri pada bagian lengan tangan kiri bawah
• Kaki
Terjadi Perubahan bentuk pada kaki bagian kanan dan luka terbuka pada
pergelangan kaki bagian kiri
4. Riwayat Penderita
• K: Korban mengalami rasa sakit pada bagian kaki dan juga tangan
5. Pemeriksaan Berkala
Pemeriksaan berkala dilakukan setiap 5-10 menit sekali untuk memastikan tanda vital
korban masih aman dan tidak ada yang terlewatkan
6. Pelaporan
1. Umur : 40 Tahun
3. Keluhan utama : korban merasakan sakit pada bagian kaki dan juga
tangan
6. Pernapasan : Ada
7. Sirkulasi : Ada
KESIMPULAN
Dalam melakukan penilaian penderita pada korban dilakukan tindakan sesuai langkah dalam
memberikan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), yaitu :
1. Penilaian keadaan
terbuka, Nyeri, Bengkak) pada seluruh bagian tubuh dan pemeriksaan tanda vital.
Setelah diketahui terdapat luka terbuka, penolong segera memberikan pertolongan pada
luka tersebut.
4. Riwayat penderita yang ditanyakan adalah KOMPAK (Keluhan utama, Obat yang
diminum, Makanan/minuman terakhir dikonsumsi, Penyakit yang diderita, Alergi, dan
Kejadian).
5. Pemeriksaan berkala.
6. Pelaporan.
DAFTAR PUSTAKA
Maisara, Am, Dewi Kurniasih, dan Yusuf Santosa. 2009. Jobsheet Praktikum
Maisara, Am, Dewi Kurniasih, dan Yusuf Santosa. 2009. Jobsheet Praktikum