Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Hukum
Disusun Oleh:
NPM : 151000213
Di bawah Bimbingan:
FAKULTAS HUKUM
2021
LEMBAR PENGESAHAN
TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP TINDAK PIDANA YANG
DILAKUKAN OLEH ANAK DIHUBUNGKAN DENGAN PERSONALITY
CHARACTERISICS THEORY DAN MORAL DEVELOPMENT THEORY
SKRIPSI
Disusun oleh
Pembimbing
i
Skripsi ini telah diterma
DEKAN
FAKULTAS HUKUM
NIPY. 151.102.07
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Luanita Tjokrodiponto
iii
ABSTRAK
Anak adalah aset bangsa dan sebagai penerus cita-cita bangsa sehingga
memerlukan pembinaan maupun perlindungan dalam menjamin pertumbuhan dan
perkembangan fisik dan mental anak. Peran orang tua pun diharuskan mampu untuk
memberikan kasih sayang, pendidikan dan perhatian terhadap anak-anaknya, karena
anak-anak masih memiliki jiwa dan emosi yang tidak stabil, mudah meniru, juga
terpengaruh terhadap lingkungannya, baik yang bersifat po sitif ataupun negatif. Tidak
dapat dipungkiri bahwa saat ini sebagian besar orang tua memprioritaskan hidupnya
untuk mencari nafkah yang terkadang melalaikan fungsinya sebagai orang tua dari
anak-anaknya. Dengan demikian, kasih sayang dan perhatian terhadap anak menjadi
terabaikan. Kehidupan dan perkembangan anak menjadi kurang terkontrol yang
berakibat timbulnya kenakalan remaja.
Penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian dengan metode pendekatan
normatif atau pendekatan kepustakaan adalah metode atau cara yang dipergunakan di
dalam penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada.
Teknik pengumpulan data dengan wawancara dan studi kepustakaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab seorang anak
dapat melakukan tindak pidana pengeroyokan dan pembunuhan, dilihat dari sudut
pandang kriminologi, juga pada personality characteristics theory dan moral
development theory, untuk mengetahui upaya-upaya yang telah dilakukan apparat,
pemerintah dan juga masyarakat menanggulangi tindak pdana yang dilakukan anak.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan bahwa
faktor anak melakukan tindak pidana pembunuhan terdiri dari faktor internal
meliputi faktor personal, faktor psikologis dan faktor sakit hati sedangkan faktor
eksternal meliputi faktor keluarga, faktor lingkungan, faktor belajar yang
menyimpang dan faktor kurang perhatian dari orang tua. Mengenai upaya-upaya untuk
mengatasi tindak pidana yang dilakukan oleh anak terdiri dari upaya preventif meliputi
menyelenggarakan program khusus anak, meningkatkan kualitas sumber daya manusia
aparat penegak hukum dan memberikan sosialisasi mengenai kesadaran hukum
masyarakat sedangkan upaya represif meliputi rehabilitasi psikososial terhadap pelaku
tindak pidana dan melaksanakan peraturan perundangundangan mengenai sistemm
peradilan pidana anak. Selain Upaya tersebut, upaya lain yang dapat dilakukan adalah
dengan pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian.
iv
ABSTRACT
This study aims to determine the factors that cause a child to commit a crime
of beating and murder, seen from a criminology point of view, as well as personality
characteristics theory and moral development theory, to find out the efforts that have
been made by the apparatus, government, and society in overcoming crimes committed
by children.
This type of research is descriptive empirical legal research. The approach is
done by studying theories and concepts related to the problem. The normative
approach or library approach is a method or method used in legal research that is
carried out by examining existing library materials. Data collection techniques with
interviews and literature study.
Based on the results of research and discussion, it is concluded that
the factor of the child committing the crime of murder consists of internal
factors include personal factors, psychological factors, and hurt factors while external
factors include family factors, environmental factors, learning factors that
deviant factors and lack of attention from parents. Regarding efforts to
overcome criminal acts committed by children, it consists of preventive efforts
including organizing special programs for children, improving the quality of human
resources for law enforcement officers, and providing socialization regarding public
legal awareness, while repressive efforts include psychosocial rehabilitation of
perpetrators of criminal acts and implementing regulations. legislation regarding the
juvenile criminal justice system. In addition to these efforts, other efforts that can be
made are personality development and independence development.
v
KATA PENGANTAR
Assalamualikum Wr.Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Tak terlupakan juga
shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat, keluarga dan para
pengikutnya sampai akhir jaman yang telah memberi limpahan rahmat, karunia serta
ilmunya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi
dengan judul “TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP TINDAK PIDANA
YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIHUBUNGKAN DENGAN
PERSONALITY CHARACTERISICS THEORY DAN MORAL DEVELOPMENT
THEORY”
Skripsi ini disusun, untuk memenuhi persyaratan dalam meraih gelar Sarjana
Hukum, Program Kekhususan Hukum Pidana, di Fakultas Hukum Universitas
Pasundan Bandung.
Penulis sangat menyadari bahwa tidak akan mampu menyelesaikan Skripsi ini
tanpa bantuan dari semua pihak yang menaruh perhatian dan bersedia membantu untuk
menyelesaikan penulisan Skripsi ini, untuk itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar- besarnya kepada
kedua orang tua tercinta, papih Hendrawan T dan mamih H. Euis Suminar yang telah
memberikan doa serta dorongan baik secara moril maupun materil, serta kepada Suami
Riangga Chrisnda Hidayat, S.T dan anakku tersayang Anggita Maharani Chrisnda dan
kakak Ernawaty Juwita S.T, Satriadi Tjokrodiponto S.T, dan adik tercinta Zalfaa Ulhaq
Maulany.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada yang terhormat Bapak H. Yesmil Anwar, S.H., M.Si selaku Pembimbing
Skripsi, yang dengan tulus ikhlas serta penuh perhatian memberikan bimbingan kepada
penulis sehingga tersusunnya dan selesainya Skripsi ini.
vi
Selanjutnya dalam penulisan Skripsi ini tentu saja tidak terlepas atas bantuan
banyak pihak yang pada kesempatan ini penulis ingin sampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Anthon Freddy Susanto, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas
2. Ibu Dr. Hj. Rd. Dewi Asri Yustia, S.H., M.H., selaku Wakil Dekan I
3. Bapak Firdaus Arifin S.H., M.H., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum
4. Bapak Dr. H. Dudi Warsudin S.H., M.H., selaku Wakil Dekan III Fakultas
Kekhususan Pidana.
yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih telah memberikan
Pasundan Bandung.
10. Terima kasih penulis ucapkan kepada teman-teman kuliah terdekat Gesti,
Dessy, Bella, RTNita, Mamat terima kasih atas canda tawa yang selalu
vii
membuat semuanya baik dan dukungan kalian selama ini, tetap semangat
dan sukses.
11. Terima kasih penulis ucapkan kepada teman-teman kuliah yang tidak dapat
dan seperturnitinan Sukma, Indah dan Yusup terima kasih atas dukungan,
13. Terima kasih penulis ucapkan kepada teman Management Shappire yang
Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan dorongan kepada Peneliti selama penyusunan Skripsi ini.
Amin. Peneliti juga menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya apabila
di dalam penulisan Skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik yang di
sengaja maupun yang tidak disengaja. Semoga penulisan Skripsi ini dapat memberikan
manfaat selain bagi Peneliti tetapi juga untuk semua pihak, atas segala perhatiannya
Peneliti ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Bandung, 2 Juni 2021
Luanita Tjokrodiponto
viii
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ............................................................................................................................................ iv
ABSTRACT ............................................................................................................................................ v
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
D. Kegunaan Penelitian............................................................................................... 14
7. Lokasi Penelitian............................................................................................ 38
ix
BAB II .................................................................................................................................................. 42
x
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 146
xi
BAB I
PENDAHULUAN
dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan “ Negara
hukum yang paling tinggi disamping produk hukum yang lainnya, harus
tercantum pada Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi "Segala warga
Anak merupakan amanah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa
yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia yang
1
2
perlindungan bagi anak. Salah satu upaya yang dapat dilakukan negara adalah
anak sebagai warga negara dan hak-hak perdata anak lainnya serta melindungi
anak dari berbagai tindak kekerasan dan diskriminasi termasuk anak yang
bermasalah dengan hukum.1 Terdapat dua alasan penting mengapa anak harus
dilindungi adalah: pertama, anak adalah generasi penerus dan masa depan
bangsa. Kedua, anak adalah kelompok masyarakat yang secara kodrati lemah
Anak adalah aset bangsa dan sebagai penerus cita-cita bangsa sehingga
dan perkembangan fisik dan mental anak. Oleh karena itu, harus
untuk melindungi mereka. Peran orang tua pun diharuskan mampu untuk
karena anak-anak masih memiliki jiwa dan emosi yang tidak stabil, mudah
ataupun negatif. Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini sebagian besar orang tua
1
Muchsin. Perlindungan Anak Dalam Perspektif Hukum Positif (Tinjauan Hukum
Administrasi Negara, Hukum Perdata, dan Hukum Pidana. Jakarta 2011. Hal. 23.
3
fungsinya sebagai orang tua dari anak-anaknya. Dengan demikian, kasih sayang
Istilah kenakalan anak diambil dari istilah asing juvenile delinquency. Juvenile
pelanggaran norma hukum maupun norma sosial yang dilakukan oleh anak-
terhadap anak baik sebagai korban maupun sebagai pelaku tindak pidana.
yang ingin dilakukannya. Keadaan ini dapat mempengaruhi anak untuk berbuat
2
Setya Wahyudi. Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana
Anak di Indonesia. Yogyakarta 2011, Hal. 30.
4
atau melakukan seperti apa yang mereka lihat sehingga tidak menutup
Di samping itu, terdapat pula anak yang karena satu dan lain hal tidak
maupun sosial. Keadaan diri yang tidak memadai tersebut, maka baik sengaja
maupun tidak disengaja sering juga anak melakukan tindakan atau berperilaku
atau perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh anak disebabkan oleh
ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan gaya dan cara hidup sebagian
anak. Selain itu, anak yang kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan,
diri serta pengawasan dari orang tua, wali, atau orang tua asuh akan mudah
terseret dalam arus pergaulan masyarakat dan lingkungan yang kurang sehat
untuk berbuat atau melakukan seperti apa yang mereka lihat sehingga tidak
Anak disebut sebagai Anak Nakal, yaitu: (a) anak yang melakukan tindak
pidana; atau (b) anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi
lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Sejak
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, yang dimaksud anak yang berkonflik
dari keterangan KPAI dalam berita di AKURAT.CO “bahwa dari tahun 2011
adalah kasus pencurian. Dari jumlah kasus pengaduan itu, hampir 89,8 persen
3
KPAI 2019. KPAI : Anak JAdi Pelaku Kriminalitas Trendnya Meningkat, dalam
https://akurat.co/news/id-555028-read-kpai-anak-jadi-pelaku-kriminalitas-trendnya-meningkat,
diunduh 03 Juli 2020pukl 14.07
6
kasus anak yang berhadapan dengan hukum berakhir pada pemidanaan atau
ini mendekam di dalam penjara. Jumlah anak yang tersangkut masalah hukum
sebagian saja, angka sebenarnya mungkin jauh lebih besar. "Karena angka ini
kata Samsul. Samsul menambahkan, dari laporan tersebut, hanya kurang dari
negara (kementerian Sosial) atau orang tua. Ketua Komnas PA, Arist Merdeka
Sirait mengatakan, saat ini sistem hukum di Indonesia dan penerapannya belum
pentingnya adalah peran orang tua dan masyarakat dalam membentuk mental
4
Eko Priliawito dan Luqman Rimadi, 2011, Anak Indonesia Mendekam di Penjara, dalam
http://metro.news.viva.co.id/news/read/273781-4-622-anak-indonesia-mendekam-di-penjara, diunduh
Rabu, 03 Juli 2020. pukul. 15:05.
7
dan moral anak. Bimbingan dari orang tua dan dukungan dari lingkungan
diharapkan dapat membentuk mental dan moral anak menjadi lebih baik
lingkungan yang mungkin membentuk perilaku yang buruk pada diri anak.
Anak yang melakukan kejahatan tentu saja belum matang secara mental
terjadi di Kota Bandung, dalam hal ini seorang anak melakukan pengeroyokan
hingga menyebabkan kematian, atas perbuatannya itu anak dikenakan pasal 170
terinspirasi dari film Chucky dan Slender Man. Kedua film tersebut
theory dan moral development theory, serta faktor-faktor apa saja yang
menanggulangi laju kejahatan anak yang semakin meningkat saat ini baik dari
yang bersifat represif maupun preventif. Karena dalam kasus di atas melibatkan
hukum, identitasnya haruslah dirahasiakan. Secara hukum hal itu diatur dalam
Undang No. 23 tahun 2002, tentang Perlindungan Anak, pasal 64 huruf (i) yang
di ruang publik, sehingga nantinya tidak ada perasaan aman bagi pelaku untuk
yang datang dari sekitarnya. Ketakutan itu berupa kekhawatiran adanya cacian
secara langsung saat mereka dikenali masyarakat, atau bisa saja ketakutan
masyarakat bahwa mereka adalah orang brutal yang harus dijauhi. Terdapat
penolakan dari lingkungan sosial dan terjadinya pembentukan citra atas dirinya.
9
Itu tak luput atas peran pengguna internet juga media yang bekerja tanpa
mereka sempat mendapatkan ancaman akan dibunuh dari banyak orang tak
postingan media Jaring bahkan menyampaikan bahwa tiga pelaku dalam kasus
khsusus.
Hukum sosial itu belum termasuk hukuman pidana yang harus mereka
hadapi. Bahkan efeknya bukan hanya selama kasus tersebut bergulir, melainkan
mereka telah dikenali sebagai ‘penjahat’ bahkan meski mereka telah selesai
mengalami masa pidana, citra tersebut akan melekat seterusnya. Sehingga efek
bagi anak, pengaruhnya terhadap psikis anak juga hak-haknya sebagai anak
10
sedikit banyak akan hilang. Beratnya hukuman sosial bagi anak telah
anak, salah satunya ialah hak atas pendidikan yang layak. Ketika mereka
masih terbatas, sehingga banyak tahanan anak yang terpaksa disatukan dengan
menjadi dua yaitu kriminologi murni dan kriminologi terapan.5 Dalam kasus ini
atau baik) Sejalan dengan itu berkembang pula aliran yang diberi nama
5
W.A Bonger, Pengantar tentang Kriminologi, diperbaharui oleh Dr. T.H Kempe diterjemah
kan oleh R.A. Koesnoe, diperbaharui oleh B.M. Reksodiputro SH, dibawah penilikan Paul Moedigdo,
cetakan keempat, Pustaka Sarjana, Jakarta 1977, halaman 215
12
maju dan meningkat. Maka disini penulis akan mencoba untuk menemukan
tindak kejahatan yang dilakukan anak sebagai pelaku, dan juga perkembangan
bentuk kejahatan yag dilakukan anak. Dimana saat ini untuk daerah Bandung
saja, bentuk kejahatan serta modus kejahatan yang dilakukan oleh anak sebagai
beraneka ragam.
DEVELOPMENT THEORY.
B. Identifikasi Masalah
dilakukan anak?
anak?
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini dihapkan dapat berguna dan memberi manfaat bagi yang
masalah diatas dan tujuan penelitian diatas, maka manfaat penelitian ini
meliputi :
1. Secara Teoritis
tulis ilmiah yang dapat ditelaah dan dipelajari lebih lanjut dalam rangka
2. Secara Praktis
E. Kerangka Pemikiran
Undang-undang Dasar 1945. Maksud dari Pasal 1 ayat (3) yaitu agar warga
diatur dalam hukum. Proses pembuatan hukum harus berdasarkan pada nilai-
nilai atau jiwa bangsa, sehingga tidak bisa langsung diterima konsep hukum
menjelaskan: 6
ilmu, bahkan penguasaan ilmu hukum secara tunggal tidak akan dapat
6
Mochtar Kusumaatdja dan Arief Sidarta, Pengantar Ilmu Hukum, Buku I, alumni, Bandung,
2000, hlm. 14.
16
tajam dan tidak simpang siur. Dengan berbekal pengetahuan hukum dan
masyarakat, maka hukum seharusnya berlaku dalam jangka panjang dan juga
Salah satu bagian ilmu hukum adalah hukum pidana. Hukum pidana
Hukum Pidana (KUHP), perbuatan yang dilarang dalam hukum pidana adalah
karena hukum pidana itu mengatur hubungan antara para individu dengan
Strafbaar feit yaitu perbuatan yang dilarang dan diancam dengan hukuman
Di dalam KUHP itu pada umumnya terdapat dua macam unsur, yakni
unsur subjektif itu adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku atau
yang berhubungan dengan diri si pelaku dan termasuk ke dalamnya yaitu segala
7
D.Simons & P.A.F.Laminating. Kitab Pelajaran HukumPidana, Penerbit Pionir Jaya,
Bandung 1992,
8
Peristiwa Hukum Pidana dari http://rudihendrawan93.blogspot.co.id/2013/07/makalah-
peristiwa-hukum-pidana.html,
18
2. Maksud atau voornemen pada suatu percobaan atau poging seperti yang
dan lain-lain;
KUHP;
5. Perasaan takut atau vress seperti yang antara lain terdapat di dalam rumusan
KUHPidana adalah anak yang umurnya belum mencapai 16 (enam belas) tahun.
Manusia, Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 (delapan belas)
tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila
Anak, Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
Pidana Anak, anak adalah seseorang yang telah berumur 12 tahun tapi belum
a. Teori Anak
adalah siapa saja yang belum berusia 18 tahun dan termasuk anak
9
Majda El. Muhtaj, Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi Indonesia (Jakarta : Kencana,
2005), hlm. 21.
10
Lihat Absori, Prlindungan Hukm Hak-hak Anak dan Imlementasinya di Indonesia Pada
Era Otonomi Daerah, Jurnal Jurisprudence, Vol. 2, No. 1
21
positif.
kandungan.
administrasif.
1) Hak-hak Anak
11
Dawin Prints, Hukum Anak Indoneia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, Hal 2.
22
c. Hak Partisipasi
menyangkut dirinya.
d. Hak Perlindungan
4 hak yaitu12:
12
Lihat Absori, Op.cit, Hal 80-83.
24
kewarganegaraan;
pengasuhannya;
tinggi;
perkembangan anak;
penculikan anak;
pelanggaran hukum.
b. Teori Kriminologi
Istilah ini berasal dari kata “ crime ” yang artinya kejahatan dan “
13
Topo Santoso dan Eva Acjani Zulfa, , Kriminologi, Jakarta, 2005
26
dikemukakan oleh Abdul Syani yang terdiri dari faktor internal dan
agama.
dibaca.
14
Abdul Syani, Sosialogis Kriminalitas. Bandung. Remaja Karya. 1987. hlm. 37.
27
biasa dipakai artis dalam teater. Para artis itu bertingkah laku sesuai
mengatur organ tubuh, yang sejak lahir sampai mati tidak pernah
dengan yang lainnya dan tidak berubah lintas waktu dan situasi.
adalah sifat-sifat unik yang ada dalam diri setiap individu yang
dengan lingkungannya.
28
topeng kewarasan.
15
Supeni, Maria Goretti, Moralitas dan Perkembangannya, Vol. 33, No. 1, (15 Desember,
2010), Hlm. 15
29
buruk, benar atau salah, dan aspek afektifnya yaitu sikap perilaku
ini. kebutuhan akan kehangatan dan kasih sayang sejak lahir dan
16
Darmiyati Zuchdi,Humanisasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008). Hlm 11
30
beradu”.
F. Metode Penelitian
hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi”.17 Metode penelitian hukum
adalah sebagai cara kerja ilmuan yang salah satunya ditandai dengan
1. Spesifikasi Penelitian
17
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, 2011, Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
hlm. 35.
18
Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, 2006, Bayu Publlishing.
Malang. hlm.26.
31
relevan.
19
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, 2010, hlm.
22.
32
2. Metode Pendekatan
meneliti bahan pustaka yang ada. Norma hukum yang berlaku itu berupa
20
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurumetri, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1990, hlm. 106
33
3. Tahap Penelitian
normatif sehingga dalam penelitian ini data utama yang digunakan adalah data
sekunder (data yang sudah jadi), sehingga penelitian kepustakan ini atau studi
hukum; (3) melakukan telaah atas isu hukum yang diajukan berdasarkan bahan-
21
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta, 2007, hlm. 171.
34
22
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta, 2001, hlm.42
35
ruangan.
Universitas Pasundan.
a. Data Kepustakaan
b. Data Lapangan
diteliti.
6. Analisis Data
tertentu.24
23
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad. Op.Cit. hlm 183.
24
Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2008,
hlm. 87
38
7. Lokasi Penelitian
Bandung.
25
Ibid, hlm. 116
39
8. Jadwal Penelitian
NPM : 151000213
WAKTU
No. KEGIATAN FEBR APRI MEI JUNI JULI AGU SEP-DES
UARI L STUS
1. Bimbingan judul
Usulan Penelitian
2. Pengerjaan Usulan
penelitian
3. Sidang Usulan
Penelitian
4. Pencarian Data
Penelitian
5. Penentuan Informan
6. Menghubungi
Informan
7. Pengumpulan Data
Wawancara
8. Analisis Data
40
G. Sistematika Penulisan
sistematis, maka penulisan disusun ke dalam V bab dengan tata urut sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Sistematika Penulisan.
Pada bab II ini penulis memaparkan tentang poin yang ada dalam judul
theory
Bab III ini penulis akan menuliskan atau memaparkan hasil penelitian
DEVELOPMENT THEORY
dari tindak pidana anak dengan serta mengkaitkan dengan teori yang
BAB V PENUTUP
Terakhir dalam bab penutup ini yang berisikan kesimpulan dari seluruh
dianggap perlu untuk perbaikan di masa yang akan datang kelak. Serta
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
Undang-undang Dasar 1945. Maksud dari Pasal 1 ayat (3) yaitu agar warga
diatur dalam hukum. Proses pembuatan hukum harus berdasarkan pada nilai-
nilai atau jiwa bangsa, sehingga tidak bisa langsung diterima konsep hukum
42
43
menjelaskan: 26
ilmu, bahkan penguasaan ilmu hukum secara tunggal tidak akan dapat
tajam dan tidak simpang siur. Dengan berbekal pengetahuan hukum dan
masyarakat, maka hukum seharusnya berlaku dalam jangka panjang dan juga
26
Mochtar Kusumaatdja dan Arief Sidarta, Pengantar Ilmu Hukum, Buku I, alumni,
Bandung, 2000, hlm. 14.
44
Salah satu bagian ilmu hukum adalah hukum pidana. Hukum pidana
Hukum Pidana (KUHP), perbuatan yang dilarang dalam hukum pidana adalah
karena hukum pidana itu mengatur hubungan antara para individu dengan
Strafbaar feit yaitu perbuatan yang dilarang dan diancam dengan hukuman
27
D.Simons & P.A.F.Laminating. Kitab Pelajaran HukumPidana, Penerbit Pionir Jaya,
Bandung 1992,
28
Peristiwa Hukum Pidana dari http://rudihendrawan93.blogspot.co.id/2013/07/makalah-
peristiwa-hukum-pidana.html,
45
Di dalam KUHP itu pada umumnya terdapat dua macam unsur, yakni
unsur subjektif itu adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku atau
yang berhubungan dengan diri si pelaku dan termasuk ke dalamnya yaitu segala
2. Maksud atau voornemen pada suatu percobaan atau poging seperti yang
dan lain-lain;
KUHP;
5. Perasaan takut atau vress seperti yang antara lain terdapat di dalam rumusan
KUHPidana adalah anak yang umurnya belum mencapai 16 (enam belas) tahun.
Manusia, Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 (delapan belas)
46
tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila
Anak, Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
Pidana Anak, anak adalah seseorang yang telah berumur 12 tahun tapi belum
sine praevia lege poenali sebagaimaa yang diatur didalam Kitab Undang
– undang Hukum Pidana Pasal 1 ayat (1): “Sesuatu peristiwa tidak dapat
47
tersebut.
2. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah
tersebut.31
29
L. J. van Apeldorn, Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta,2011, hlm. 324
30
Titik Triwulan Tutik, Pengantar Ilmu Hukum, Prestasi Pustaka Publishier,Jakarta, 2006,
hlm. 216
31
Ibid
48
pidana yang kami bahas dalam makalah ini adalah tindak pidana
dengan Pasal 355, dan masih banyak pula Pasal-pasal lain yang
32
Moeljatno, Asas – asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hlm. 8.
49
penganiayaan.
dibagi kedalam dua macam unsur, yakni unsur objektif dan unsur
yang melekat didalam diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri
dilakuan.33
a. Unsur Subjektif
adalah:34
33
P. A. F, Lamintang, Dasar – Dasar Hukum Pidana Di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1997, hlm.193.
34
7 Ibid, hlm.193
50
KUHPidana.
308 KUHP.
b. Unsur Objektif
akibat.
35
Wirjono Prodjodikoro, Asas – Asas Hukum Pidana Di Indonesia, Refika Aditama,
Bandung, 2003, hlm.4.
52
(toerekeningsvaatbaar persoon)
secara materiil, yakni delik yang baru dianggap sebagai telah selesai
timbul.
terhadap nyawa orang lain dalam Buku ke-II Bab ke-XIX KUHP yang terdiri
dari tiga belas pasal, yakni dari Pasal 338 sampai dengan Pasal 350. Dari
36
P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang, 2012, Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap
Nyawa, Tubuh, Dan Kesehatan, Sinar Grafika, Jakarta, h. 1
54
permintaan yang bersifat tegas dan sungguh-sungguh dari orang itu sendiri.
(afdrijving).
1) Cenvoudige delicten,
3) Gepriviligieerde delicten. 37
yang diartikan sebagai delik-delik dalam bentuk yang pokok, yakni delik-delik
37
Ibid., hal. 20.
55
selanjutnya hanya disebutkan nama atau kualifikasi dari suatu delik, maka delik
tersebut juga harus memenuhi semua unsur yang disebutkan di dalam rumusan
buku ke-II Bab ke-XIX KUHP, tindak pidana pembunuhan yang diatur dalam
Pasal 338 KUHP merupakan tindak pidana pembunuhan dalam bentuk pokok.
semua unsur dari tindak pidana yang bersangkutan, yang apabila semua unsur
diatur dalam Pasal 339 KUHP dan Pasal 340 KUHP merupakan
pidana pembunuhan yang diatur di dalam Pasal 339 dan Pasal 340 KUHP
merupakan tindak-tindak pidana dalam bentuk yang pokok juga, akan tetapi
pembunuhan yang diatur dalam Pasal 339 KUHP adalah bahwa pembunuhan
tersebut telah dilakukan orang dengan didahului, disertai, atau diikuti oleh suatu
tindak pidana yang lain dengan maksud untuk menyiapkan atau memudahkan
tindak pidana tersebut, atau untuk melepaskan dirinya sendiri atau pelaku
lainnya dari tuntutan hukum dalam hal mereka kepergok pada waktu
berikut :
57
menghilangkan nyawa orang lain, hal ini berarti bahwa semua unsur
yang terletak dibelakang kata dengan sengajaitu juga diliputi opzet. Hal
dan
orang lain.
(KUHP) bahwa: Barang siapa dengan terang-terang dan dengan tenaga bersama
38
Terjemahan gang up on, swarm overhelm, sumber : ebsoft.
58
penjara paling lama lima tahun enam bulan. Perbuatan “Mengeroyok” yaitu
dalam rumusan Pasal 170 KUHP di atas. Menurut Buku KUHP pidana
melakukan kekerasan itu, membuat orang jadi pingsan atau tidak berdaya
lagi (lemah). Akan tetapi dapat pula kurang daripada itu, sudah cukup
39
Pasal 170 KUHPidana
59
kekerasan dalam pasal ini bukan merupakan suatu daya upaya untuk
mencapai sesuatu seperti halnya dalam pasal 146, 211, 212 KUHPidana dan
lain-lainnya, akan tetapi merupakan suatu tujuan. Disamping itu tidak pula
351 KUHPidana dan merusak barang dalam pasal 406 KUHPidana dan
sebagainya.
dua orang atau lebih. Orang-orang yang hanya mengikuti dan tidak
pasal ini.
3. Kekerasan itu harus ditujukan kepada orang atau barang. Hewan atau
binatang masuk pula dalam pengertian barang. Pasal ini tidak membatasi,
bahwa orang (badan) atau barang itu harus kepunyaan orang lain, sehingga
milik sendiri masuk pula dalam pasal ini, meskipun tidak akan terjadi orang
kalau sebagaai alat atau daya upaya untuk mencapai sesuatu hal, mungkin
4. Kekerasan itu harus dilakukan dimuka umum karena kejahatan ini memang
dalam Pasal 170 KUH Pidana terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut :
1. Unsur Subjektif :
a. Barang Siapa
c. Bersama-sama.
2. Unsur Objektif :
a. Dengan sengaja.
children in conflict with the law, adalah seorang yang berusia dibawah 18 tahun
sistem peradilan pidana menjadi titik permulaan anak yang berhadapan dengan
40
R. Soesilo, 1976, “Kitab undang-undang Hukum Pidana” poltiea, Bogor Hal 126.
61
kasus kejahatan yang terjadi sehingga masyarakat puas bahwa keadilan telah
ditegakkan dan yang bersalah dipidana, dan mengusahakann agar mereka yang
Ada 2 (dua) kategori perilaku anak yang membuat ia harus berhadapan dengan
hukum, yaitu:43 1. Status Offender adalah perilaku kenakalan anak yang apabila
dilakukan oleh orang dewasa tidak dianggap sebagai kejahatan, seperti tidak
adalah perilaku kenakalan anak yang apabila dilakukan oleh orang dewasa
berhadapan dengan hukum, sistem peradilan pidana anak harus dimaknai secara
luas, tidak hanya dimaknai hanya sekedar penanganan anak yang berhadapan
41
Mardjono Reksodiputro, Ibid
42
Angger Sigit pramukti, Sistem Peradilan Anak Indonesia, teuku umar.
43
Nasir Djamil,op,cit ,hal 33
62
dengan hukum saja. Tapi sistem peradilan pidana anak juga harus dimaknai
perbuatan pidana dan upaya pencegahannya. Lebih jauh, ruang lingkup sistem
peradilan pidana anak mencangkup banyak ragam dan kompeksitas isu mulai
dari anak melakukan kontak pertama dengan polisi, proses pradilan, kondisi
dengan demikian, istilah sistem peradilan pidana anak merujuk pada legalislasi,
Tentang Sistem Peradilan Pidan Anak menjelaskan setiap anak dalam proses
orang dewasa. c). memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif.
martabatnya. f). tidak dijatuhi pidana mati atau pidana seumur hidup. g). tidak
ditangkap, ditahan, atau dipenjara, kecuali sebagai upaya terakhir dalam waktu
yang paling singkat. h). memperoleh keadilan di muka pengadilan anak yang
objektif, tidak memihak, dan dalam siding yang tertutup untuk umum. i). tidak
orang yang di percaya oleh Anak. k). memperoleh advokasi sosial. l).
undangan.
anak, hakim memperhatikan berat ringannya tindak pidana atau kenakalan yang
dilakukan oleh anak yang bersangkutan. Disamping itu, hakim juga wajib
Karena anak adalah anak, anak tidak sama dengan orang dewasa. Anak
sendiri dan kriteria norma tersendiri, sebab sejak lahir anak sudah menampakan
ciri-ciri dan tingkah laku karakteristik yang mandiri, memiliki kepribadian yang
khas dan unik. Hal ini disebabkan oleh karena taraf perkembangan anak itu
memang selalu berlainan dengan sifat- sifatnya dan ciri-cirinya, dimulai pada
usia bayi, remaja, dewasa dan usia lanjut, akan berlainan psikis maupun
jasmaninya.
ada pula kelompok yang menekankan pada sifat tindakan anak apakah sudah
menyimpang dari norma yang berlaku atau belum melanggar hukum. Namun
semua sepakat bahwa dasar pengertian kenakalan anak adalah perbuatan atau
tingkah laku yang bersifat anti sosial. Sebagaimana diketahui terdapat berbagai
64
delinquency ini, seperti diuraikan di bawah ini. Paul Moedikno (dalam Romli
44
Romli Atmasasmita, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak di Indonesia, Rajawali Pers,
Kota Besar, 2011, hlm. 23.
45
Kartini Kartono, Patologi sosial 2 Kenakalan Reajala (Jakarta; CV, Raawali, 1998) hal 21
65
lingkungan.
mengganggu sekitarnya;
8. Kecanduan dan ketagihan narkoba (obat bius, drug, opium, ganja yang erat
aling-aling, tanpa malu dengan cara kasar. Ada seks dan Cinta bebas tanpa
13. Tindakan radikal dan ekstrim dengan jalan kekerasan, penculikan dan
14. Perbuatan a-sosial yang disebabkan oleh gangguan kejiwaan pada anak-
anak dan remaja psikopatik, neurotik dan menderita gangguan jiwa lainnya;
diri;
67
16. Penyimpangan tingkah laku disebabkan oleh kerusakan pada karakter anak
E. Teori Anak
Tahun 2014. Pasal tersebut menjelaskan bahwa, anak adalah siapa saja yang
belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang masih di dalam kandungan,
sudah dimulai sejak anak tersebut berada di dalam kandungan hingga berusia
18 tahun.
46
Lihat Absori, Prlindungan Hukm Hak-hak Anak dan Imlementasinya di Indonesia Pada
Era Otonomi Daerah, Jurnal Jurisprudence, Vol. 2, No. 1
68
positif.
adalah hak asasi manusia da untuk kepentingannya hak anak itu diakui
a. Hak-hak Anak
47
Dawin Prints, Hukum Anak Indoneia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, Hal 2.
69
dan budaya, juga hak asasi untuk anak-anak cacat, dimana mereka
b. Hak Partisipasi
c. Hak Perlindungan
70
yaitu48:
48
Lihat Absori, Op.cit, Hal 80-83.
71
atas pendidikan;
pornografi;
anak;
atas pendapatnya;
untuk mengekspresikan;
Pasal 19
yang diperlukan bagi anak, dan mereka yang berhak memelihara anak.
73
a. Pasal 32
c. Pasal 39
Kesejahteraan Anak.
74
kesejahteraan Anak.
dengan wajar.”
d. Pasal 17
1. Pengertian Kriminologi
sebagai berikut:
tercela itu.
49
Susanto. I.S. 2011. Kriminologi. Genta Publishing, Yogyakarta, hal. 1.
50
Abdussalam H.R, 2007, Kriminologi, Restu Agung, Jakarta, hal. 4.
78
1) Antropologi Kriminal
2) Sosiologi Kriminal
kejahatan.
3) Psikologi Kriminal
kejahatan.
dan penjahat yang sakit jiwa atau urat syaraf. Apakah sakit
kejahatan apa yang timbul akibat sakit jiwa atau urat syaraf.
5) Penologi
3. Teori kriminologi
pergaulan.
pembenar.
menyukai.
81
daripada mentaatinya.
b. Teori anomi
Tapi jika ada jarak sosial sebagai hasil dari putusannya ikatan
1) Kasih Sayang
2) Komitmen
hidup delinkuensi.
3) Keterlibatan
84
4) Kepercayaan
1. Personality Traits
dari sikap dan tercermin dalam pernyataan seperti “saya tidak menyukai
Jon.
yunani- kuno prosopon atau persona, yang artinya ‘topeng’ yang biasa
dipakai artis dalam teater. Para artis itu bertingkah laku sesuai dengan
mengatur organ tubuh, yang sejak lahir sampai mati tidak pernah
yang lainnya dan tidak berubah lintas waktu dan situasi. (Murray dalam
Asra,2008).
adalah sifat-sifat unik yang ada dalam diri setiap individu yang
86
lingkungannya.
kesehatan mental yang sangat bagus, tetapi apa yang kita saksikan itu
kejahatan.
kejahatan.
berfikir yang umumnya ada pada penjahat yang mereka teliti. Keduanya
atas tindakan yang mereka ambil, dan mempunyai harga diri yang
sangat melambung. Tiap dia merasa ada satu serangan terhadap harga
dirinya, ia akan memberi reaksi yang sangat kuat, sering juga berupa
kekerasan.
Menurut Kohlberg aspek moral adalah sesuatu yang tidak dibawa dari
tentang pengetahuan baik atau buruk, benar atau salah, dan aspek
Mereka misalnya berpikir “mencuri itu tidak sah, sehingga saya tidak
51
Darmiyati Zuchdi,Humanisasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008). Hlm 11
89
beradu”.
membantu orang tersebut untuk memutuskan apa yang benar dan salah
itu sendiri dipengaruhi oleh aturan dan norma norma budaya yang
tersebut.
dan dilarang oleh otoritas tersebut. Tingkat Pra konvensional ini dibagi
pertama tingkat ini, anak berorientasi pada kepatuhan dan hukuman, dan
90
orang lain, semacam moralitas jual beli. Perspektif timbal balik ini
lain. Tahap ini berbeda dari tahap moral orientasi patuh dan takut
dirinya dengan orang lain, karena tahap orientasi patuh dan takut
91
sendiri saja. Perbedaan lainnya adalah bahwa seseorang pada tahap ini
di dalam menentukan apakah sesuatu itu baik atau tidak baik, tidak
Ciri utama tingkat ini adalah suatu tindakan dianggap baik apabila
akibatakibat yang langsung dan kelihatan. Sikap ini bukan hanya mau
ketertiban sosial, akan tetapi sikap ingin loyal, sikap ingin menjaga,
menunjang dan memberi justifikasi pada ketertiban itu dan sikap ingin
anak yang baik, anak yang menyesuaikan diri dengan peraturan untuk
mereka harus berbuat sesuai dengan peraturan itu agar terhindar dari
kecaman dan ketidak setujuan sosial. pada tahap ini orientasi sebagai
orang yang loyal, bak hati, memenuhi harapan orang atau kelompok
penalaran moral. Dapat disimpulkan bahwa ciri utama tahap ini adalah
tingkatan ini nilai-nilai moral diartikan terlepas dari otoritas dan dari
lebih sahih yang diakui oleh masyarakat luas yang bersifat universal dan
hak-hak individu yang umum dan telah dikaji oleh masyarakat secara
tetapi lebih berorientasi pada kontrak sosial. Beberapa nilai dan hak
seperti hak hidup dan kebebasan harus tetap dijunjung tinggi walaupun
Dalam tahap keenam ini kebenaran didasari oleh kata hati sendiri yang
manusia yang rasional menyadari sifat moralitas atau fakta bahwa orang
terutama untuk menghindari rasa tidak puas dengan diri sendiri dan
oleh sejumlah minoritas orang dewasa dan biasanya dicapai setelah usia
24 tahun.
dan ateksi (kasih sayang) sejak lahir dan konsekuensi jika tidak
sayang) yang terdiri atas tujuh hal penting, yaitu: (1) specifity (kasih
pada satu figure utama); (5) Learning (kasih sayang hasil dari interalksi
samar/tidak jelas dalam soal ini. Namun satu studi terhadap 201 orang
kasih sayang serta pengawasan ibu yang kurang cukup, konfik orang
tua, kurangnya percaya diri sang ibu, kekerasan ayah secara signifikan
DATA PENELITIAN
A. Kasus Posisi
korban. Bahwa saat itu korban Nendi Als. Rega sempat melakukan
97
98
Sartika Asih yang dibuat dan di tanda tangani oleh dr. M. Hisan
KUH Pidana;
dalam pasal 353 ayat (1) dan ayat (3) KUHP. Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1
KUH Pidana.
Bandung KL IA Khusus pada hari Senin, tanggal 10 Juli 2017 oleh kami
untuk umum oleh Majelis Hakim tersebut pada har Selasa, tanggal 11
52
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, PUTUSAN Nomor : 16/Pid.Ss-
Anak/20017/PIN BDG
100
hukum ;
harus diperbuat.
dianggap sah.
anak usia 5 tahun Arumi. Kasus ini bermula ketika Fitri mulai menonton
seperti channel youtube Marble Hornets dan Crypt Tv. sudah bosan
kepala kecelakaan mobil otopsi dan mutilasi, tidak lama lagi Fitri
keleher kucing.Fitri mulai mencekam leher kucing yang ada dipelukannya. Lalu
Setelah saat itu Fitri tak bisa tidur dikamar dia menulis kata-kata penuh
yang menangis teraniaya merasa tak berdaya ada pula sosok pria berjas hitam
tanpa wajah dan tentakel panjang dipunggung mirip tokoh fiksi menyeramkan
kearah pintu yang terbuka diluar kamar cahaya remang-remang tak seorang pun
disana suasana sepi dan hening Fitri lanjut menggambar Fitri merapat
langit-langit rumah kecilnya sosok itu menoleh tanpa wajah sang pahlawan
102
slanderman. Fitri menatap tak berkedip matanya terbelalai bibir yang tertutup
rapat berubah menjadi senyum lebar dia membuka tangan menutup mata.
5 maret 2020 jam setengah dua siang Fitri kekamar mandi dengan bak
yang terisi penuh. Fitri berbalik menuju ruang tamu Arumi dan indri masih
menuju kamar mandi pintu langsung dikunci dari dalam. Fitri angkat Arumi
masuk kedalam bak air setinggi dadanya dia berusaha berjongkok mata
terpejam berusaha merana raba dasar bak tak berhasil gelagapan Arumi kembali
kepala kedalam air Arumi menangis, Fitri masukan dua jari tangan kedalam
mulut dia tangan kiri mencekik semakin keras Arumi berontak. Bocah
perempuan usia 5 tahun dibunuh anak remaja usia 14 tahun yang selama ini
dikagumi dan dianggap sebagai kakanya sendiri ialah Fitri. Fitri dapat
dia mengalami keadaan sikosis yang sering digambarkan sebagai break from
reality atau dia tidak bisa memberdakan mana fantasi dan mana kenyataan. 53
53
Podcast Lenyap
https://open.spotify.com/episode/7cRZtlCZY2jU5nWgfgEVFi?si=9SI50DtxSWODuIDB-iwMIw ,
diakses pada Rabu 21 April 2021, pukul 15.00
103
darah dan busa yang keluar dari hidung dapat dibersihkan tubuh lunglai itu
dimasukan kedalam ember. Lalu ember tersebut diangkat perlahan kelantai dua,
lemari kamarnya. Bagian kepala, leher, perut dan pergelangan kaki diikat erat
dengan baju, mulut disumpal gumpalan tisu. Fitri memastikan jasad Arumi
meninggal dan tak bernafas, lalu jasad diseret dan didudukan, bersandar
bahwa itu beresiko tapi biasanya mereka merasa kebal untuk ditangkap.
membunuh korban yang mereka pilih sesuka hati souvenir baik dalam bentuk
vidio atau foto, itu memiliki arti yang sama bagi para pembunuh sama seperti
mendali yang dipasang didinding semua itu demi melestarikam keterikatan para
pembunuh pada para korban dan agar pengalaman pembunuhan yang mereka
lakukan tetap hidup dalam kenangan. Itulah yang di lakukan Fitri terhadap
Rabu 20 Mei 2020 secar online dipimpin hakim anak ibu Made Sukreni dan
Jaksa penuntut umum Kusuma Atmaja, Fitri yang tengah hamil 5 bulan lebih
umum Kusuma Atmaja menyampaikan fitri masih anak-anak dan dalam kondisi
anak Nurhalimah Fitriani alias Fitri telah terbukti secara sah dan meyakinkan
Republik Indonesia No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak Juncto pasal
perubahan atas undang undang republik indonesia No. 23 tahun 2002 tentang
seto sempat berbicara dengan fitri Menurut dia perilaku menyimpang fitri
empati, rasa bersalah dan emosi yang dangkal faktor-faktor yang mungkin
B. Hasil Wawancara
yang bertemakan seputar masalah yang terkait dengan penulisan ini, dimana
yakni Bripka Ade Hediansyah selaku Petugas polisi yang bertanggung jawa
wawancara dilakukan.
memakai pasal yang berlaku saja. Karena korban saat ditusuk tidak
dimasukan pada pasal 340, karena pelaku sudah memiliki niat untuk
undangan pidana yang sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu
waktu dan untuk masa-masa yang akan datang. Hal ini sebenarnya harus
kejahatan.
54
Wawancara dengan Oknum Polrestabes Bandung, 19 Oktober 2020
107
dilakukan diatas.
atau lapas sosial diharapkan kepada para pelaku tindak pidana tersebut
tajam berupa pisau yang akan ditusukan kepada leher korban secara
setelah itu para pelaku kembali pergi. Karena pelaku penusukan pun
penuh dendam dan tidak ada perasaan menyesal atas perlakuan yang
tersangka ini adalah sebuah anggota geng motor, dimana geng motor ini
pidana pengeroyokan.
2. Ibu Diana
tinda pidana yakni faktor ekonomi, faktor menaja harga diri orang tua,
faktor lingkungan, dan faktor pola asuh. Namun dalam kasus tindak
pidana faktor terbesarnya yakni ada pada faktor diri sendiri, keluarga
dan teman sepermainan. Dalam hal tersebut pola asuh yang kurang baik
buruk. Karena jika seorang anak dari kecil sudah dibiarkan berbohong
kebohongan. Jika diajarkan seperti itu terus menerus maka anak tidak
55
Wawancara dengan Managemen Oprasional Lembaga Perlindungan Anak (LPA), 28 Maret
2021.
110
pola asuh dari orang tua karena mereka para pelaku tindak pidana masih
orang tunya, dalam memberikan moral dan personal karakter pada anak.
Pada kasus anak berusia 14 tahun yang membunuh anak usia 5 tahun
faktor tersbesarnya ialah pola asuh dari orang tuanya. Karena orang tua
anak yang kurang baik atau berbeda dapat orang tua tanyakan kepada
ahlinya.
kepada sistem yang diberikan dari pemerintahan. Jika dilihat dari kasus
setuju saja tapi jika yang utama perlindungan anak itu kalau dia yang
sama pacarnya sendiri tapi saya masih kurang setuju untuk dijatuhi
intinya dia sekali masuk kesini langsung sadar dan tidak mau tidak akan
111
harus dikaji ulang lagi karena kan kalau anak-anak yang masih umur 16,
Didalam lapas Bandung ini ada sekolah, tapi saat dia keluar ditempat
lain enggak tau untuk kebutuhan sekolahnya gimana karena jika yang
lapas ini bermacam macam ada yang pembuhunan berencana ada juga
pembunuhan yang dia terlibat kasus kriminal kaya kasus begal dan ada
juga begal yang masuk unsur kekerasan sehingga korban meninggal itu
yang tidak disengaja tapi kalo yang pembunuhan berencana ada faktor
menurutnya ada anak yang memiliki pengaruh jelek dan yang memiliki
112
teman, jika kita lihat bagaimana orang tua sudah memperingati kalau
karena mereka memiliki rasa ingin tau sehingga larinya kesana maka
ketahui selama ini ada ciri khusus yang terlibat pada kasus 365, 363,
370 karena yang 170 dikarenakan kasusnya ialah tawuran tidak cuman
tahap penyelidikan dia sudah lima kali. Sehingga ciri-cirinya tidak bisa
dilihat secara langsung namun kita sudah tau dia pernah sekali
melakukan terus dua kali tiga kali jadi kalo ciri-ciri itu tidak bisa dilihat
dari kasusnya ketika dia melakukan tindak pidana yang baru sekali terus
dia berulang ya itu ciri-cirinya seperti itu yang bisa dilihat dari ciri kasus
170, 363 dan 365 pencurian, tawuran kalau yang perlindungan anak
56
Wawancara dengan Lembaga Perlindungan Khusus Anak (LPKA), 13 April 2021
113
masa sepertiga, maka pelaku tindak pidana dlihat dulu apakah anak ini
menjalani ½ (satu,;K9K;
remisi anak tapi jika sudah dewasa si anak bisa mendapatkan remisinya,
remisi tersebut sudah khusus yaitu setiap hari raya dan remisi
kemerdekaan.
BAB IV
delinquency dan kejahatan dipelajari dengan cara yang serupa seperti setiap
jabatan atau akupasi, terutama melalui jalan imitation atau peniruan dan
association atau pergaulan dengan yang lain. Berarti kejahatan yang dilakukan
seseorang adalah hasil peniruan terhadap tindakan kejahatan yang ada dalam
norma hukum. Proses yang dipelajari tadi meliputi tidak hanya teknik kejahatan
114
115
yang melakukan tindak pidana biasanya imitation atau peniruan dan association
atau pergaulan dengan yang lain. Berarti kejahatan yang dilakukan seseorang
adalah hasil peniruan terhadap tindakan kejahatan yang ada dalam masyarakat
dan ini terus berlangsung. Para anak ini melakukan peniruan dari pergaulan
yang dilakukan anak dibawah umur ini bisa terjadi karena lingkungan.
yang positif. Tindak pidana pengeroyokan yang menyebabkan mati bisa terjadi
diakibatkan lingkungan para pelaku adalah geng motor. Dan tindak pidana
Pidana Pengeroyokan
akan menentukan pula pola tingkah laku anak terhadap orang lain dalam
masyarakat.
untuk menanamkan disiplin pada anak. Sebagai akibat dari sikap otoriter
dalam keluarga. Hal yang paling penting adalah bahwa kehidupan seorang
anak hendaknya tidak diatur oleh kebutuhan orang tua dan menjadikan anak
2004:134)57
ada yang berakibat bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain. Dampak yang
terjadi akibat kenalakan remaja pasti merugikan orang lain dan masyarakat
57
Lianny Solihin, ”Tindak kekerasan Pada Anak dalam Keluarga”, Jurnal Penddikan
Penabur, No 03, hal. 133 (2004).
117
a. Faktor Internal
diri sendiri, dan dalam prespektif penelitian ini dapat pula menyebabkan
1) Faktor Usia
2) Faktor Karakter
118
b. Faktor Eksternal
1) Faktor Keluarga
berbunyi :
korban dengan segala persiapan yang telah pelaku lakukan agar terjadi.
sanksi pidana.
pidana adalah faktor internal yakni faktor didalam diri pelaku. Ketika sang
pelaku takut dan merasa terancam. Bisa juga karena adanya dendam,
anggota salah satu geng motor yang paling terkenal di Bandung, dengan
lingkngan yang kurang baik seperti banyaknya pecandu alkohol dan pencuri
usia yang masih di bawah umur dengan tidak adanya contoh yang baik,
ketiga tersangka tersebut sangat tidak baik dalam perkembangan moral anak
Pidana Pembunuhan
minatnya; (c). mencegah terjadinya perkawinan pada usia Anak; dan (d).
Anak. Sehingga faktor utama yang membuat Fitri melakukan tindak pidana
pembunuhan ialah keluarga dan diri sendri, berawal dari orang tuanya
akhirnya dia masuk grup yang berisikan orang-orang pecinta film dan cerita
psikopat, yang membuat Fitri berfantasi. Dan karena Fitri sering ditinggal
Ayahnya dan Ibu tirinya bekerja akhirnya Fitri tinggal dirumah dan
mengurus adik adiknya. Sehingga tidak ada pengawasan dari orang tua Fitri
mengenai apa saja yang telah ditonton dan dibaca oleh Fitri. Disini keluarga
utama anak melakukan tindak pidana ialah keluarga atau orang tua.
yakni mereka mendapatkan kekerasan seksual, salah satunya ialah Fitri, Dia
salah satunya ialah dia memutilasi korbannya dikarenakan dia geram dan
tersebuut.
Yablonsky, 1972; Gibbons, 1977; Quinney, 1975; Glaser 1974; dan Fox,
korban kejahatan; reaksi sosial terhadap tingkah laku jahat dan tingkah laku
ruang lingkup sosiologi di bawah topik gejala sosial. Atau dengan kata lain,
terjadi dikarenakan adanya pelaku baik satu orang pelaku ataupun beberapa
yaitu:
masyarakat.
58
(Muhammad Mustofa, Metode Penelitian Kriminologi 2013:8)
124
kepentingan atau biasa kita sebut dengan maksud dan tujuan dari
a. Faktor yang ada pada diri korban. Adanya suatu perbuatan dapat
korban.
inginkan.
matrealisitis.
Dalam hal ini faktor apa yang menyebabkan anak melakukan tindak
perilaku dalam keadaan sadar ataupun tidak sadar. Pra adolsen dan adolsen
merupakan masa mencari jati diri atau dalam teori perkembangan kepribadian
melakukan suatu pekerjaan yang bersifat uji coba, rasa ingin tahu, solidaritas
penyimpangan yang sangat serius. Perilaku tersebut diartikan oleh orang lain
perampokan sifat suka merusak (vandalism), kekerasan terhadap orang lain dan
penggunaan obat.
banyak disebabkan oleh faktor frustasi dan agresif. Menurut Roper kejahatan
dimulai sebagai reaksi dari frustasi, meskipun diakui masih diperlukan faktor
mempunyai kontrol emosi yang kurang stabil. Seperti pada kasus ini
pelanggaran ini yaitu di valak oleh korban dulu dan mereka tidak terima atas
hal itu. Selain itu kasus pembunuhan karena adanya motif balas dendam dan
59
Susanto, I.S. 2011, Kriminologi, Yogyakarta : Genta Publishing, hal 71
129
volent offenses.
melakukan tindak pidana berarti memliliki kesehatan mental yang kurang sehat
(cacat mental). Salah satu bentuk gangguan kesehatan mental yang dialami oleh
Mereka sering memiliki motif, misalnya balas dendam”. Sehingga hal ini
anak yang mendapat didikan baik dan berkepribadian mentap, maka pengaruh
jelek hanya sedikit efeknya. Paul G. Gressey lebih menonjolkan pengaruh unsur
Sebaliknya remaja yang tinggal pada wilayah yang sedikit angka kejahatannya,
remaja.
yang dimiliki anak, sehingga orang tua harus lebih mengkontrol apa yang
dilihat, ditonton dan didengarkan oleh anak, karena baik buruknya perilaku
dimiliki oleh seseorang yang membantu untuk memutuskan apa yang benar dan
pada rasa patuh kepada pemberi otoritas. Jadi perilaku moral anak berdasarkan
pada kendali eksternal, pada hal ini para pelaku ialah merupakan anggota
akibat fisik dari orientasi yang diberikan pihak geng motor pada diri para pelaku
Pada tahap ini orientasi patuh dan takut hukuman merupakan tindakan
peraturan yang sudah berlaku pada lingkungan geng motornya tersebut. Oleh
karenanya pikiran para pelaku tersebut ialah hanya menuruti apa yang
salah satu anggotanya merasa di rendahkan cara yang baik ialah dengan
melawan.
Selain faktor agresif dan frustasi sebagai pengaruh tindak pidana yang
ekstren dari lingkungan ini marak terjadinya kejahatan yang dilakukan anak
dibawah umur karena faktor lingkungan. Dimana pun tempat tinggal anak ini
jika memang lingkungan sekitarnya membebaskan anak anak ini untuk bergaul
dengan yang tidak benar, maka akan menyebabkan anak-anak lainnya juga akan
anak untuk membalas dendam terhadap orang tuanya tanpa melakukan tindakan
anak untuk menangkap arti dan maksud yang dilukiskan itu. Kurangnya
pendidikan moral yang seharusnya diberikan orang tua pada anak, membuat
sebagai kelalaian dari orang tua atau pola asuh yang diberikan orang tua. Dalam
hal ini moral sejak kecil dengan baik. Pola asuh yang secara nyata
membebaskan anak dari pergaulan malam yang bebas dan ikut-ikut sebuah
ikatan sosial yang penting, mungkin ambil bagian. Para kriminolog juga
yang melibatkan pelaku yang berusia 14 tahun ini mulai berubah ketika
perceraian orang tuanya, di tambah tidak ada perhatian dari Ibu kandungnya
ateksi (kasih sayang) sejak lahir dan konsekuensi jika tidak mendapat hal itu.
tujuh hal penting, yaitu: (1) specifity (kasih sayang itu sifatnya selektif); (2)
membentuk kasih sayang pada satu figure utama); (5) Learning (kasih sayang
hasil dari interalksi social yang mendasar); (6) Organization (kasih sayang
kasih sayang memiliki fungsi biologis, yaitu survival). Menurut Bowlby, orang
dalam jiwa remaja akan dapat mengontrol dan mengekang dengan sendirinya
dengan hati nuraninya. Moral yang telah tertanam ke dalam jiwanya akan
datangnya.
Putusan Hakim merupakan mahkota dan puncak dari suatu perkara yang
sedang diperiksa maupun diadili oleh hakim tersebut. Oleh karena itu, tentu saja
60
Topo Santosa dan Eva Achjani, Kriminologi. Hal, 54
134
dalam Bab XXIII RUU KUHP Tahun 2017 terdapat di dalam pasal 583 yaitu
1. Pembunuhan biasa dalam bentuk pokok diatur dalam pasal 583 ayat
(1);
4. Seorang ibu yang merampas nyawa anaknya diatur dalam pasal 585
ayat (1);
pasal 587;
588;
61
Institute For Criminal Justice Reform, Naskah Rancangan Kitab..., 193
135
kenakalan remaja itu sendiri, yang kemudian akan berpengaruh pula terhadap
pencegahan kejahatan orang dewasa. Jika kita meneliti bahan-bahan yang ada
dengan adanya keadaan lingkungan yang sangat buruk, tak dapat diakui adanya
Kepala Staff Kesiswaan LPKA Bandung bahwa ada beberaa hal yang harus
3. Pelayanan pendidikan
62
Bonger, Op., cit. hlm. 106.
136
Perlindungan anak upaya pencegahan yang terbaik untuk anak ialah dengan
terbaik ntuk pencegahan tersebut ialah pola asuh dari orang tua, agar anak
kepolisian untuk menjelaskan mengenai apa saja perilaku atau perbuatan yang
kasus ini dan kasus anak lainnya yang perlu dilakukan adalah bagaimana
memiliki gangguan kejiwaan dari segi kejiwaannya sudah kena. Berharap ada
terapi kejiwaan terhadap anak supaya anak siap menghadapi masa depan dan
dapat melalui beberapa aktivitas akan tetapi yang paling sederhana dan
tertanam ke dalam jiwa remaja akan dapat mengontrol dan mengekang dengan
137
pembentukan dan pembinaan moral dan mental remaja, yang dapat dilakukan
musabab kenakalan remaja. Internalisasi norma sosial dan norma agama dapat
serta perilaku yang sesuai dengan perintah agama, sedang larangan agama yang
sebelum kenakalan itu terjadi. Tindakan ini efektif sebab sesuai dengan
remaja memanfaatkan waktunya agar lebih disiplin, lebih patuh, lebih setia dan
63
Qirom Syamsudin Meliala dan E. Sumaryono, Op., cit., hlm. 48.
64
Sudarsono, Op., cit., hlm. 6
138
lebih meningkat kepandaiannya, yang akhirnya bermuara pada remja yang siap
kuantitatif.
tindak pidana yang dilakukan oleh anak. Oleh karena itu diperlaukan peran
pembinaan kepada anak agar tidak melakukan tindak pidana khususnya tindak
pidana pembunuhan.
lingkungan cukup besar dalam memberkan contoh perilaku kurang baik seperti
PENUTUP
A. Kesimpulan
pidana pembunuhan dan pengeroyokan pada kasus diatas terbagi dalam dua
faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor dari
sudah terlihat dari pelaku itu sejak lahir biasanya tergantung kepada
home, pola asuh yang kurang baik, kurang perhatian dan kasih sayang yang
diberikan orang tua kepada anak, dan perasaan sakit hati yang dimiliki oleh
Faktor eksternal yaitu faktor dari luar seperti lingkungan pelaku kejahtan
140
141
pembangunan pada moralnya, anak yang tidak memiliki karakter pada masa
dengan memiliki lingkungan yang kurang baik, seorang anak akan mencari
maupun teman sepermainanya, maka setiap orang tua harus dan wajib
yang baik pada anak, agar anak mengetahui boleh atau tidaknya sesuatu
yang dilakukan, dalam melakukan hal tersebut pola asuhlah menjadi point
pengeroyokan bisa dilalui dalam cara benar atau sarana pidana yaitu dengan
ini bisa dilalui dengan cara non-penal yaitu pencegahan agar tidak
pidana yang efektif dengan syarat-syarat cepat, tepat, murah, dan sederhana.
B. Saran
hal yang berkaitan dengan skripsi ini sebagai bahan pertimbangan bagi semua
dan kasih sayang. Manusia itu dilahirkan dengan ruang kasih sayang, ruang
kasih sayang itu harus penuh. Ketika ruang kasih sayang itu tidak penuh dia
akan mencari source of happiness yang lainnya, maka ketika dia t8idak
teman, pacar bahkan hingga narkoba. Orang yang punya masalah di luar
rumah, itu ruang kasih sayangnya tidak penuh, cara terbaik untuk orang tua
pengeroyokan yang dilakukan anak masih saja terjadi sampai saat ini, anak
sebagai manusia yang kelak akan menadi penerus bangsa sungguh sangat
anak yang sudah mau memasuki usia remaja diperlakukan dan memeroleh
hukum yang ada dalam masyarakat agar anak tidak mudah terjerumus
dalam pergaulan buruk dan pikiran yang menjurus kedalam hal negatif
bahkan menghalangi pelaku sebisa mungkin agar tidak terjadi korban yang
pelaku yakni anak kiranya memberikan efek jera bagi pelaku tindak pidana
hukum untuk mengurangi kejahatan yang ada di dalam masyarakat. Hal lain
penegak hukum guna melindungi hak warga, baik sebagai pelaku maupun
I. BUKU
Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung,
2008
Pembangunan, Jakarta
Fajar Mukti dan Yulianto, Achmad. Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Kartini Kartono, 1998. Patologi sosial 2 Kenakalan Reajala, Jakarta; CV, Raawali.
Mochtar Kusumaatdja dan Arief Sidarta, Pengantar Ilmu Hukum, Buku I, alumni,
Bandung, 2000
Qirom Syamsudin Meliala dan E. Sumaryono, 1985, Kejahatan Anak, Suatu Tinjauan
146
147
Setya Wahyudi. Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana
Soerjono Soekanto dan Mamudji, Sri Penelitian Hukum Normatif, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2001. Majda El. Muhtaj, Hak Asasi Manusia Dalam
Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta,
2005.
W.A Bonger, Pengantar tentang Kriminologi, diperbaharui oleh Dr. T.H Kempe
diterjemah kan oleh R.A. Koesnoe, diperbaharui oleh B.M. Reksodiputro SH,
1977.
Aditama, 2002.
II. PERUNDANG-UNDANGAN
IV
16/Pid.Ss-Anak/20017/PIN BDG
Eko Priliawito dan Luqman Rimadi, 2011, Anak Indonesia Mendekam di Penjara,
dalam http://metro.news.viva.co.id/news/read/273781-4-622-anak-
15:05.
KPAI 2019. KPAI : Anak JAdi Pelaku Kriminalitas Trendnya Meningkat, dalam
https://akurat.co/news/id-555028-read-kpai-anak-jadi-pelaku-kriminalitas-
trendnya-meningkat
Podcast Lenyap
https://open.spotify.com/episode/7cRZtlCZY2jU5nWgfgEVFi?si=9SI50D
http://rudihendrawan93.blogspot.co.id/2013/07/makalah-peristiwa-
hukum-pidana.html
LAMPIRAN
150
151
152
153