Anda di halaman 1dari 41

Penerapan EUDR pada

Komoditi Karet Indonesia


Dr. Rosediana Suharto
Aturan Umum untuk ekspor komoditi ke EU

1. Green Deal (Kesepakatan Hijau)


Kesepakatan Hijau Eropa (European Green Deal) adalah sebuah paket inisiatif
kebijakan yang bertujuan untuk mengarahkan UE menuju transisi ramah
lingkungan, dengan tujuan akhir mencapai netralitas iklim pada tahun 2050.
Kesepakatan ini mendukung transformasi UE menjadi masyarakat yang adil dan
sejahtera dengan perekonomian yang modern dan kompetitif.
Komisi Eropa mengadopsi serangkaian kebijakan untuk menjadikan kebijakan iklim,
energi, transportasi dan perpajakan Uni Eropa sesuai untuk mengurangi emisi gas
rumah kaca setidaknya sebesar 55% pada tahun 2030, dibandingkan dengan
tingkat emisi pada tahun 1990.
Forest Strategy 2030

 Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas hutan multi-fungsi UE,
dengan membalikan tren negatif dan meningkatkan ketahanan hutan terhadap
tingginya ketidakpastian akibat perubahan iklim. Strategi ini telah memicu perdebatan
sengit diantara berbagai pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan.

 Strategi deforestasi UE
Peraturan UE tentang bebas deforestasi merupakan bagian dari Kesepakatan Hijau UE
dan strategi UE yang lebih luas untuk melindungi hutan dunia. Hal ini berkaitan erat
dengan tindakan yang dicanangkan oleh Peraturan Kayu UE dan Peraturan Penegakan
Hukum, Pemerintahan dan Perdagangan Kehutanan (FLEGT).
EU Biodiverity Strategy 2030
(Strategi Keanekaragaman Hayati UE )

 Strategi Keanekaragaman Hayati UE 2030


Bertujuan untuk mengembalikan keanekaragaman hayati Eropa pada tahun
2030 dan memberikan manfaat bagi manusia, iklim, dan planet.

 Sasaran
Memastikan bahwa pada tahun 2030 setidaknya 30 persen kawasan ekosistem
darat, perairan darat, laut, dan pesisir yang terdegradasi telah menjalani
restorasi yang efektif, guna meningkatkan keanekaragaman hayati dan fungsi
serta jasa ekosistem, integritas dan konektivitas ekologiumi. Ini bertujuan untuk
membangun masyarakat kita.
Kebijakan Umum UE

1. Mengurangi sumbangan emisi sehingga mengurangi efek dari perubahan


iklim, untuk itu hutan, lahan gambut harus diselamatkan dengan demikian
biodiversity juga terselamatkan.
2. Melindungi environment.
3. Perubahan Penggunaan lahan/land use change harus dikurangi.
4. Bagi yang memproduksi produk pertanian legalitas lahan atau lahan
bersertifat merupakan syarat utama untuk EU Penerapan Sustainability.
5. Produk mengandung, atau dibuat menggunakan komoditas yang
diproduksi di lahan yang belum mengalami deforestasi setelah tanggal 31
Desember 2020
6. Untuk produk yang mengandung atau dibuat menggunakan kayu, kayu
tersebut telah dipanen dari hutan tanpa menyebabkan degradasi hutan
setelah tanggal 31 Desember 2020
Peraturan EU DR
EU deforestration and forest degradation Regulation

 Peraturan Deforestasi merupakan bagian dari inisiatif Kesepakatan Hijau


Eropa dan bertujuan untuk memastikan bahwa konsumsi UE tidak
berkontribusi terhadap deforestasi dan degradasi hutan global yang
diakibatkan oleh pertanian. Apa tujuan deforestasi UE.
 Penerapan peraturan bebas deforestasi Uni Eropa bertujuan untuk
mengurangi dampak deforestasi dan degradasi hutan sebesar 71,92 kha,
atau sekitar 100.728 lapangan sepak bola - hutan per tahun dan
mengurangi emisi CO2 sebesar 31,9 juta metrik ton per tahun,
 Deforestasi: konversi hutan menjadi lahan pertanian, baik yang disebabkan
oleh manusia atau tidak (walaupun legal)
 Degradasi hutan: perubahan struktural pada tutupan hutan:
(i) konversi hutan primer atau hutan yang dihasilkan secara alami
menjadi hutan tanaman atau lahan berhutan lainnya dan
(ii ) konversi hutan primer menjadi hutan tanaman

 Hutan: lahan yang luasnya lebih dari 0,5 hektar dengan tinggi pepohonan
lebih dari 5 meter dan tutupan kanopi lebih dari 10%, atau pepohonan
mampu mencapai ambang batas in situ, tidak termasuk lahan yang
sebagian besar berada di bawah naungan penggunaan lahan pertanian
atau perkotaan.
Persyaratan EU DR

Article 3
Prohibition/Larangan
Komoditas dan produk terkait yang tidak boleh ditempatkan atau disediakan
di pasar atau diekspor ke EU, kecuali seluruh kondisi berikut terpenuhi:
a) komoditas dan produk tersebut bebas deforestasi ;
b) komoditas dan produk tersebut diproduksi sesuai dengan aturan negara
tempat produksinya; dan
c) komoditas dan produk tersebut memilki pernyataan due diligent
Definisi | Perundang-undangan yang relevan di negara
produsen (akan dilakukan DD)

 Kepemilikan lahan secara legal


 Perlindungan Lingkungan
 Undang Undang Kehutanan termasuk manajemen hutan termasuk konversi
biodiversitas yang berhubungan langsung dengan penebangan hutan
 Hak pihak ketiga
 Hak buruh
 Hak Azazi manusia yang dilindungi oleh Undang-Undang Internasional
 Principle dari Free Prior Inform Consent sesuai kesepakatan di PBB tentang
hak penduduk asli/adat
 Pajak dan perdagangan dan peraturan bea cukai
Due Diligent berdasarkan Artikel 8

1. Sebelum memasarkan produk terkait atau mengekspornya, operator harus


melakukan Due Diligent terhadap semua produk relevan yang dipasok oleh
masing-masing pemasok tertentu.

2. Due diligence meliputi:


a. pengumpulan keterangan, data, dan dokumen yang diperlukan
untuk memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9;
b. risk assessment measures sesuai Article 10;
c. risk mitigation measures sesuai Article 11.
Penilaian bench marking masih dipelajari dan didiskusikan internal EU.
Artikel 9
1.Operator harus mengumpulkan data, dokumen informasi bahwa produk yang akan
diekspor atau didagangkan dipasar Eropa memenuhi persyaratan pada artikel 3 , harus
memenuhi hal berikut ini:
a. nama dagang dan jenis produk, serta produk yang mengandung atau dibuat
menggunakan kayu, nama umum spesies dan nama ilmiah ; uraian produk memuat
daftar komoditas terkait atau produk terkait yang terkandung di dalamnya
b. Kuantitas dari produk yang akan dimasukkan ke pasa EU
c. Negara produsen dan bagian yang relevan
d. Geolocation dimana plot milik produsen itu terletak
e. Nama, alamat pos, dan email bisnis atau orang mana pun yang menerima produk
terkait tersebut
f. informasi yang cukup meyakinkan dan dapat diverifikasi bahwa produk terkait bebas
deforestasi;
g. informasi yang cukup meyakinkan dan dapat diverifikasi bahwa komoditas
terkait telah diproduksi sesuai dengan undang-undang terkait di negara
produksi, termasuk pengaturan yang memberikan hak untuk menggunakan
wilayah tujuan produksi komoditas terkait
2. Operator harus menyediakan untuk otoritas yang berwenang atas
permintaan informasi, dokumen dan data yang dikumpulkan berdasarkan
Pasal ini
Artikel 10 dan Artikel 11

Artikel 10 Risk assessment


Mempelajari dokumen , data dan informasi dan diteliti bila ada
penyimpangan
Artikel 11 Risk Mitigation
Kecuali jika penilaian risiko yang dilakukan sesuai dengan Pasal
10 menunjukkan bahwa tidak ada atau hanya risiko yang
dapat diabaikan yang menyebabkan produk terkait dianggap
tidak memenuhi persyaratan, operator harus, sebelum
memasarkan produk terkait atau mengekspornya, mengambil
risiko tersebut. Prosedur dan tindakan mitigasi yang memadai
untuk mencapai tidak ada atau hanya risiko yang dapat
diabaikan
Indonesia negara No.2 ( 92% luas lahan petani )
Kebijakan STDB
Apa yang harus dilakukan oleh Pengusaha karet Indonesia

Karet diproduksi oleh lebih dari 92% adalah petani dari lahan petani, karena
legalitas dan traceability adalah persyaratan yang tidak bisa dilanggar maka
GAPKINDO perlu mendata petani, legalitas lahan, lokasi, jumlah pekerja, jenis
karet yang diproduksi dan produktifitas.
Untuk mengetahui berapa banyak petani yang legal atau tidak legal (lahan
tidak bersertifikat) perlu melakukan pendaftaran STDB walau instrumen sesuai
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
98/Permentan/OT.140/9/2013 dan KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN
NOMOR: 105/Kpts/PI.400/2/2018 TENTANG PEDOMAN PENERBITAN SURAT TANDA
DAFTAR USAHA PERKEBUNAN UNTUK BUDIDAYA (STD-B).
Usaha Budidaya Tanaman Perkebunan STD-B

Surat Tanda Daftar Usaha Perkebunan untuk Budidaya yang selanjutnya disebut STD-B adalah keterangan
budidaya yang diberikan kepada pekebun.
- Lokasi/Titik Koordinat kebun
(desa/kecamatan) : ..............................................................
- Status kepemilikan lahan : (sertipikat hak milik/ girik / SKT /sewa/…)
- Nomor : ..............................................................
- Luas areal : ................................................... hektar
- Jenis tanaman : ................................., ..............................,
- Produksi per ha per tahun : ..............................................................
- Asal Benih : ..............................................................
- Jumlah Pohon : ……………………………………………..
- Pola Tanam : (monokultur/campuran dengan tanaman …)
- Jenis Pupuk : ...........................................................
- Mitra pengolahan : ……………………………………………..
- Jenis tanah : (mineral/gambut/mineral+gambut)
- Tahun tanam : ……………………………………………..
- Usaha lain di lahan kebun
KEBIJAKAN SISTEM SUSTAINABILITY
Pentingnya Penerapan Sustainability

Definisi Sustainability :
Kemanusiaan memiliki kemampuan untuk menyelenggarakan pembangunan
berkelanjutan/Sustainability Development agar dapat memastikan pemenuhan
kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi dimasa
mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Penerapan sustainability dipelajari oleh J.Elkington dan menjelaskan bahwa
sustainability memiliki 3 pillar yaitu Planet, People dan Profit yang disebut Triple
Bottom Lines dikenal sebagai Sosial, Lingkungan, dan Keuangan, penerapan ini
dilaksanakan pada Corporate Social Responsibility (CSR).
Sustainability dibuat sebagai Standar atau Regulasi Teknis sesuai dengan
ketentuan ISO dan WTO karena Indonesia adalah anggota aktif.
ISO/TR 24699 was prepared by Technical Committee
ISO/TC 45, Rubber and rubber products.

ISO/TR24699 adalah Laporan Teknis ditujukan terutama untuk digunakan oleh


penulisan standar. Laporan Teknis ini memberikan panduan yang bernilai bagi
mereka yang terlibat dalam pekerjaan desain dan aktivitas lain yang
mempertimbangkan aspek lingkungan dari karet dan produk karet. Konvensi
ini mempromosikan penggunaan bahan-bahan yang terbarukan, didaur
ulang, dan dapat didaur ulang jika bermanfaat bagi lingkungan dan
mencakup pedoman kepatuhan terhadap undang-undang mengenai
perlakuan akhir masa pakai produk karet dan pengelolaan bahan-bahan
yang dibatasi dan dilarang.
ISO 24699 /TR
Laporan Teknis ini dimaksudkan untuk mempromosikan praktik baik (good practices)
berikut:
a. Penggunaan teknik untuk mengidentifikasi dan menilai dampak lingkungan dari
ketentuan teknis dalam standar, dan untuk meminimalkan dampak buruknya;
b. penerapan praktik baik seperti:
1. prosedur pemanenan dan produksi bahan mentah yang berwawasan lingkungan,
2. prosedur untuk meminimalkan pencemaran lingkungan selama siklus hidup
produk,
3. konservasi bahan dan energi selama masa pakai produk,
4. menjamin keamanan dalam penggunaan bahan berbahaya,
5. penggunaan prosedur yang dapat dibenarkan secara teknis,
6. mendorong penggunaan kriteria kinerja, daripada klausul pengecualian seperti yang misalnya
hanya didasarkan pada komposisi kimia;
c) memberikan perhatian selama pengembangan standar terhadap dampak lingkungan, fungsi dan
kinerja produk, kesehatan dan keselamatan, serta persyaratan peraturan yang berkaitan dengan
pembuangan produk yang sudah habis masa pakainya dan penggunaan zat terlarang;
d) peninjauan berkala terhadap standar-standar yang ada sehubungan dengan inovasi teknis
yang memungkinkan perbaikan dampak lingkungan dari produk;
e) penerapan pendekatan analitis siklus hidup jika memungkinkan dan dapat dibenarkan
secara teknis;
f) penggunaan bahan-bahan yang dapat didaur ulang dan didaur ulang dalam konstruksi
produk karet bila bermanfaat bagi lingkungan dan dapat dibenarkan secara teknis dan
ekonomi;
g) penggunaan desain dan konstruksi yang memfasilitasi pembongkaran produk karet untuk
didaur ulang pada akhir masa pakainya bila bermanfaat bagi lingkungan dan dapat
dibenarkan secara teknis dan ekonomi;
h) penggunaan bahan-bahan yang berasal dari sumber daya terbarukan dan berkelanjutan
pada karet dan produk karet apabila bermanfaat bagi lingkungan dan dapat dibenarkan
secara teknis dan ekonomi.
Standar Sustainability pada karet

Pada saat ini belum tersedia standar atau regulasi teknis untuk karet dan
produknya yang ada adalah draf Guidelines for Sustainable Development of
Natural Rubber yang hasil konsultasi Uni Eropa. Draf ini mulanya diusulkan
China Chamber of Commerce of Metals, Minerals & Chemicals Importers &
Exporters (CCCMC), memulai untuk membuat Guidelines for Sustainable
Development of Natural Rubber (hereinafter referred to as “Guidelines”)
Berdasarkan pengembangan karakteristik industri karet yang merujuk kepada
Guidedance ISO 26000 Guidance on Social Responsibility juga merujuk
kepada ketentuan dan regulasi, perjanjian internasional,standard
tanggungjawab sosial, prinsip, inisiatif dan dokumen yang relevan.
Prinsip dan kriteria Sustainability

Prinsip Planet
Hal ini terkait environment yaitu emisi terkait dengan climate change,
hilangnya hutan dan lahan dengan carbon stok tinggi dan hilangnya biodiversitas.
Penerapan sustainability

Pada dasarnya penerapan sustainability adalah menerapkan suatu sistem yang dimulai dari
kebun dan mungkin dari :
1. Standar atau regulasi teknis
2. Memiliki supply chain atau rantai pasok yang dapat terdiri dari kebun besar ataupun
kebun kecil yang diikuti oleh chain of custody. Kebun besar dan petani sebagai
pemasok harus mampu telusur atau traceable dari jumlah petani yang memasok
kepabrik 90% harus mampu telusur, metoda yang biasa digunakan adalah milik The
Forest Trust atau ISCC yang sesuai ketentuan Uni Eropa (UE).
3. Dengan menerapkan traceability dapat diketahui asal usul dari bahan baku tersebut ,
apakah dari hutan yang tadinya hutan lindung, taman nasional, hutan primer atau
lahan gambut.
Lanjutan

4. Transparancy kegiatan yang mengasilkan bahan baku atau bahan intermediate dari
produksi suatu paberik yang disertifikasi prosesnya dan hasilnya harus tranparan harus
terbuka, terkecuali yang perlu dirahasiakan seperti masalah keuangan
5. Mode sertifikasi rantai pasok untuk ekspor ada dua mode yaitu :
a. Segregasi adalah ekspor produk yang bebas deforestasi tidak tercampur dengan
lainnya dan memenuhi persyaratan UE due diligent
b. Mass balance adalah ekspor produk yang merupakan campuran dari produk bebas
deforestasi dan produk yang tidak bebas deforestasi, oleh karena itu mass balance
tidak dapat digunakan dalam ekspor produk bebas deforestasi sesuai dengan EU DR.
Prinsip dan kriteria terkait Sustainability

Dari 3P yang diusulkan oleh Elkington penjelasannya dari Planet sebagai berikut :
Variabel lingkungan diukur melalui pengukuran sumber daya alam yang mencerminkan pengaruh
potensial terhadap kelangsungan hidup lingkungan tersebut. Hal ini dapat mencakup kualitas udara
(termasuk emisi), air, konsumsi energi, sumber daya alam, limbah padat dan beracun, dan penggunaan
lahan/tutupan lahan.
Contoh spesifik meliputi emisi GHG dari kegiatan, terdapat pada daftar dibawah ini :
• Konsentrasi sulfur dioksida
• Konsentrasi nitrogen oksida
• Konsentrasi CO2
• Methan CH4
• Polutan prioritas terpilih
• Nutrisi yang berlebihan
• Penggunaan listrik
• Konsumsi bahan bakar fosil
• Pengelolaan limbah padat
• Pengelolaan limbah berbahaya
• Perubahan penggunaan/penutupan lahan
Tindakan Sosial

Variabel sosial mengacu pada dimensi sosial suatu komunitas atau wilayah dan
dapat mencakup ukuran pendidikan, pemerataan/kesetaraan dan sumber daya
sosial, kesehatan dan kesejahteraan, kualitas hidup, dan modal sosial.
Contoh yang tercantum dibawah ini adalah cuplikan kecil dari variabel potensial:
▪ Upah yang diterima sesuai atau ; lebih dari upah minimumprovinsi
▪ Tingkat pengangguran
▪ Keberadaan koperasi pekerja
▪ Tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan dan masalah gender
▪ Pendapatan rumah tangga rata-rata
▪ Kemiskinan relatif
Lanjutan

▪ Persentase penduduk dengan gelar atau sertifikat pasca sekolah


menengah
▪ Waktu perjalanan rata-rata
▪ Kejahatan dan kekerasan per kapita
▪ Harapan hidup yang disesuaikan dengan kesehatan
▪ Ketersediaan fasilitas sekolah, ruang dan lahan olah raga, rumah
ibadah,angkutan sekolah serta angkutan menuju ke kota.
Tindakan Ekonomi
Variabel ekonomi harus menjadi variabel yang berhubungan Tindakan Ekonomi dengan
bottom line/pendapat perusahaan dan aliran uang. Hal ini dapat dijelaskan dengan
pendapatan atau pengeluaran, pajak, faktor iklim bisnis, lapangan kerja, dan faktor
keragaman bisnis. Contoh spesifik meliputi:
✓ Pendapatan pribadi
✓ Pendapatan pekerja
✓ Ukuran pendirian bangunan
✓ Pertumbuhan pekerjaan
✓ Penyebaran pekerjaan berdasarkan sektor
✓ Persentase perusahaan di setiap sektor
✓ Pendapatan menurut sektor yang berkontribusi terhadap produk domestik bruto
✓ Revenue
✓ Pengeluaran dalam rangka penerapan Sustainability
Natural rubber supply & value chain

Tire & Consumen

Noted : - Production & Processing adalah proses supply chain


- Logistics adalah proses value chain
STRATEGI NEGOSIASI
Strategi Negosiasi (cakupan 5)

Bila Indonesia berkesimpulan bahwa EUDR ini sangat menghambat perdagangan


(trade barrier) karet Indonesia ke Eropa dan Indonesia telah mengadakan
pendekatan untuk tujuan penyelesaian masalah, namun pendekatan (JTF) tidak
memuaskan maka Indonesia dapat mengajukan masalah ini ke WTO (World Trade
Organization) melalui melalui Perjanjian Marakesh 1995 oleh Kementerian yang
terkait dalam hal ini Kementerian Perdagangan. Perjanjian lain yang sangat terkait
adalah The General Agreement on Tariffs and Trade (GATT 1947).
Dalam hal mengajukan masalah ini, Indonesia harus menyewa internasional lawyer
yang dipimpin oleh seorang lead council. Bila dianggap perlu ada Tim Expert
sebagai pendukung. Walaupun feenya cukup mahal, tapi dapat dibayar bersama
oleh 5 komoditi yang dipermasalahkan yaitu Cacao, Coffee, palm oil,rubber dan
timber.
Hal-hal yang potential untuk di ajukan untuk ialah

 EU level
 Regulation (EU) 2023/1115 (EU Deforestation Regulation –“EUDR”)
 EU Implementing Regulation on Benchmarking
Agreement on Technical Barriers to Trade (TBT Agreement)

• Article 2.1–prohibits technical regulations that discriminate between like imported and
domestic products and between like products from different WTO Members
• Article 2.2–prohibits technical regulations that are more trade-restrictive than necessary
• Article 2.4 –requires that technical regulations be based on international standards

General Agreement on Tariffs and Trade 1994 (GATT)


▪ Article I:1–prohibits discrimination between products from different WTO Members
▪ Article III:4–prohibits regulatory discrimination between imported and domestic
products
▪ Article XI:1 –prohibits imposition of quantitative restrictions on imports
▪ Article X:3–requires uniform, impartial and reasonable administration of all laws and
regulations
▪ Article XX–allows justification of WTO violations under general exceptions
Yang diliputi oleh EUDR

Identifiable group of products EUDR covers two situations:


✓ products that are deforestation-free and compliant with exporting country legislation (Level 1)
✓ products that are made with deforestation-free, legislation-compliant products (Level 2)

Product characteristics
✓ Characteristic ‘intrinsic’ or ‘extrinsic’ to the product (ABR, EC –Asbestos)
✓ In either ‘positive’ or ‘negative’ form (ABR, EC –Asbestos)
✓ The quality of a given product being produced (or not) from a specific raw material or input (EU

Palm Oil (Indonesia), (ongoing)


Includes ‘applicable administrative provisions’ (TBT Annex 1.1) EUDR due diligence statement
Mandatory compliance compliance with EUDR necessary to access EU market
EUDR may be harder to characterise as a ‘technical regulation’ in the case of Level 1 products
Product characteristics refer to ‘non-product related production methods’ (“NPR-PPM”)
Masukan untuk JTF

1. Kenapa komoditi cacao, coffee, karet, minyak sawit diperlakukan berbeda dengan
komoditi lainnya, sesuai perjanjian TBT WTO tdk boleh menerapkan hambatan yang
menyulitkan komoditi yang akan masuk ke pasar Eropa ( unnecessry trade barrier)
2. Kenapa ke cacao, coffee dan karet dikaitkan kepada deforestasi, mereka ini terdiri
dari petani kecil yang luasnya dibawah satu ha, menurut Komisi Brundlandt (tujuan
sustainability) mereka yang miskin atau pendapat rendah harus dibantu, bukan
ditekan terus
3. Kalau legitimate objective dari EUDR ini deforestation dan illegal timber hal tersebut
hampir tidak terjadi dengan komoditi yang dihasilkan petani. Karena karet tanaman
berkayu dan tanaman hutan dimana carbon stocknya cukup tinggi .
4. Pembagian peran antara operator, trader dan operator under the supply
chain tidak jelas
5. Permintaan penjelasan mengenai risk assessment ( Artikel 10 ) dan Risk
mitigation ( artikel 11)
6. Apakah STDB dapat diterima oleh EU? Pada STDB ada geo location ?
7. Apakah FPIC dapat diganti dengan aturan lokal ?
8. Sistem sertifikasi mana yang dapat digunakan untuk geolocation ? ISCC
atau EN juga ISO belum ada dalam hal ini yang penting traceability

Anda mungkin juga menyukai