Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas hutan multi-fungsi UE,
dengan membalikan tren negatif dan meningkatkan ketahanan hutan terhadap
tingginya ketidakpastian akibat perubahan iklim. Strategi ini telah memicu perdebatan
sengit diantara berbagai pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan.
Strategi deforestasi UE
Peraturan UE tentang bebas deforestasi merupakan bagian dari Kesepakatan Hijau UE
dan strategi UE yang lebih luas untuk melindungi hutan dunia. Hal ini berkaitan erat
dengan tindakan yang dicanangkan oleh Peraturan Kayu UE dan Peraturan Penegakan
Hukum, Pemerintahan dan Perdagangan Kehutanan (FLEGT).
EU Biodiverity Strategy 2030
(Strategi Keanekaragaman Hayati UE )
Sasaran
Memastikan bahwa pada tahun 2030 setidaknya 30 persen kawasan ekosistem
darat, perairan darat, laut, dan pesisir yang terdegradasi telah menjalani
restorasi yang efektif, guna meningkatkan keanekaragaman hayati dan fungsi
serta jasa ekosistem, integritas dan konektivitas ekologiumi. Ini bertujuan untuk
membangun masyarakat kita.
Kebijakan Umum UE
Hutan: lahan yang luasnya lebih dari 0,5 hektar dengan tinggi pepohonan
lebih dari 5 meter dan tutupan kanopi lebih dari 10%, atau pepohonan
mampu mencapai ambang batas in situ, tidak termasuk lahan yang
sebagian besar berada di bawah naungan penggunaan lahan pertanian
atau perkotaan.
Persyaratan EU DR
Article 3
Prohibition/Larangan
Komoditas dan produk terkait yang tidak boleh ditempatkan atau disediakan
di pasar atau diekspor ke EU, kecuali seluruh kondisi berikut terpenuhi:
a) komoditas dan produk tersebut bebas deforestasi ;
b) komoditas dan produk tersebut diproduksi sesuai dengan aturan negara
tempat produksinya; dan
c) komoditas dan produk tersebut memilki pernyataan due diligent
Definisi | Perundang-undangan yang relevan di negara
produsen (akan dilakukan DD)
Karet diproduksi oleh lebih dari 92% adalah petani dari lahan petani, karena
legalitas dan traceability adalah persyaratan yang tidak bisa dilanggar maka
GAPKINDO perlu mendata petani, legalitas lahan, lokasi, jumlah pekerja, jenis
karet yang diproduksi dan produktifitas.
Untuk mengetahui berapa banyak petani yang legal atau tidak legal (lahan
tidak bersertifikat) perlu melakukan pendaftaran STDB walau instrumen sesuai
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
98/Permentan/OT.140/9/2013 dan KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN
NOMOR: 105/Kpts/PI.400/2/2018 TENTANG PEDOMAN PENERBITAN SURAT TANDA
DAFTAR USAHA PERKEBUNAN UNTUK BUDIDAYA (STD-B).
Usaha Budidaya Tanaman Perkebunan STD-B
Surat Tanda Daftar Usaha Perkebunan untuk Budidaya yang selanjutnya disebut STD-B adalah keterangan
budidaya yang diberikan kepada pekebun.
- Lokasi/Titik Koordinat kebun
(desa/kecamatan) : ..............................................................
- Status kepemilikan lahan : (sertipikat hak milik/ girik / SKT /sewa/…)
- Nomor : ..............................................................
- Luas areal : ................................................... hektar
- Jenis tanaman : ................................., ..............................,
- Produksi per ha per tahun : ..............................................................
- Asal Benih : ..............................................................
- Jumlah Pohon : ……………………………………………..
- Pola Tanam : (monokultur/campuran dengan tanaman …)
- Jenis Pupuk : ...........................................................
- Mitra pengolahan : ……………………………………………..
- Jenis tanah : (mineral/gambut/mineral+gambut)
- Tahun tanam : ……………………………………………..
- Usaha lain di lahan kebun
KEBIJAKAN SISTEM SUSTAINABILITY
Pentingnya Penerapan Sustainability
Definisi Sustainability :
Kemanusiaan memiliki kemampuan untuk menyelenggarakan pembangunan
berkelanjutan/Sustainability Development agar dapat memastikan pemenuhan
kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi dimasa
mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Penerapan sustainability dipelajari oleh J.Elkington dan menjelaskan bahwa
sustainability memiliki 3 pillar yaitu Planet, People dan Profit yang disebut Triple
Bottom Lines dikenal sebagai Sosial, Lingkungan, dan Keuangan, penerapan ini
dilaksanakan pada Corporate Social Responsibility (CSR).
Sustainability dibuat sebagai Standar atau Regulasi Teknis sesuai dengan
ketentuan ISO dan WTO karena Indonesia adalah anggota aktif.
ISO/TR 24699 was prepared by Technical Committee
ISO/TC 45, Rubber and rubber products.
Pada saat ini belum tersedia standar atau regulasi teknis untuk karet dan
produknya yang ada adalah draf Guidelines for Sustainable Development of
Natural Rubber yang hasil konsultasi Uni Eropa. Draf ini mulanya diusulkan
China Chamber of Commerce of Metals, Minerals & Chemicals Importers &
Exporters (CCCMC), memulai untuk membuat Guidelines for Sustainable
Development of Natural Rubber (hereinafter referred to as “Guidelines”)
Berdasarkan pengembangan karakteristik industri karet yang merujuk kepada
Guidedance ISO 26000 Guidance on Social Responsibility juga merujuk
kepada ketentuan dan regulasi, perjanjian internasional,standard
tanggungjawab sosial, prinsip, inisiatif dan dokumen yang relevan.
Prinsip dan kriteria Sustainability
Prinsip Planet
Hal ini terkait environment yaitu emisi terkait dengan climate change,
hilangnya hutan dan lahan dengan carbon stok tinggi dan hilangnya biodiversitas.
Penerapan sustainability
Pada dasarnya penerapan sustainability adalah menerapkan suatu sistem yang dimulai dari
kebun dan mungkin dari :
1. Standar atau regulasi teknis
2. Memiliki supply chain atau rantai pasok yang dapat terdiri dari kebun besar ataupun
kebun kecil yang diikuti oleh chain of custody. Kebun besar dan petani sebagai
pemasok harus mampu telusur atau traceable dari jumlah petani yang memasok
kepabrik 90% harus mampu telusur, metoda yang biasa digunakan adalah milik The
Forest Trust atau ISCC yang sesuai ketentuan Uni Eropa (UE).
3. Dengan menerapkan traceability dapat diketahui asal usul dari bahan baku tersebut ,
apakah dari hutan yang tadinya hutan lindung, taman nasional, hutan primer atau
lahan gambut.
Lanjutan
4. Transparancy kegiatan yang mengasilkan bahan baku atau bahan intermediate dari
produksi suatu paberik yang disertifikasi prosesnya dan hasilnya harus tranparan harus
terbuka, terkecuali yang perlu dirahasiakan seperti masalah keuangan
5. Mode sertifikasi rantai pasok untuk ekspor ada dua mode yaitu :
a. Segregasi adalah ekspor produk yang bebas deforestasi tidak tercampur dengan
lainnya dan memenuhi persyaratan UE due diligent
b. Mass balance adalah ekspor produk yang merupakan campuran dari produk bebas
deforestasi dan produk yang tidak bebas deforestasi, oleh karena itu mass balance
tidak dapat digunakan dalam ekspor produk bebas deforestasi sesuai dengan EU DR.
Prinsip dan kriteria terkait Sustainability
Dari 3P yang diusulkan oleh Elkington penjelasannya dari Planet sebagai berikut :
Variabel lingkungan diukur melalui pengukuran sumber daya alam yang mencerminkan pengaruh
potensial terhadap kelangsungan hidup lingkungan tersebut. Hal ini dapat mencakup kualitas udara
(termasuk emisi), air, konsumsi energi, sumber daya alam, limbah padat dan beracun, dan penggunaan
lahan/tutupan lahan.
Contoh spesifik meliputi emisi GHG dari kegiatan, terdapat pada daftar dibawah ini :
• Konsentrasi sulfur dioksida
• Konsentrasi nitrogen oksida
• Konsentrasi CO2
• Methan CH4
• Polutan prioritas terpilih
• Nutrisi yang berlebihan
• Penggunaan listrik
• Konsumsi bahan bakar fosil
• Pengelolaan limbah padat
• Pengelolaan limbah berbahaya
• Perubahan penggunaan/penutupan lahan
Tindakan Sosial
Variabel sosial mengacu pada dimensi sosial suatu komunitas atau wilayah dan
dapat mencakup ukuran pendidikan, pemerataan/kesetaraan dan sumber daya
sosial, kesehatan dan kesejahteraan, kualitas hidup, dan modal sosial.
Contoh yang tercantum dibawah ini adalah cuplikan kecil dari variabel potensial:
▪ Upah yang diterima sesuai atau ; lebih dari upah minimumprovinsi
▪ Tingkat pengangguran
▪ Keberadaan koperasi pekerja
▪ Tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan dan masalah gender
▪ Pendapatan rumah tangga rata-rata
▪ Kemiskinan relatif
Lanjutan
EU level
Regulation (EU) 2023/1115 (EU Deforestation Regulation –“EUDR”)
EU Implementing Regulation on Benchmarking
Agreement on Technical Barriers to Trade (TBT Agreement)
• Article 2.1–prohibits technical regulations that discriminate between like imported and
domestic products and between like products from different WTO Members
• Article 2.2–prohibits technical regulations that are more trade-restrictive than necessary
• Article 2.4 –requires that technical regulations be based on international standards
Product characteristics
✓ Characteristic ‘intrinsic’ or ‘extrinsic’ to the product (ABR, EC –Asbestos)
✓ In either ‘positive’ or ‘negative’ form (ABR, EC –Asbestos)
✓ The quality of a given product being produced (or not) from a specific raw material or input (EU
1. Kenapa komoditi cacao, coffee, karet, minyak sawit diperlakukan berbeda dengan
komoditi lainnya, sesuai perjanjian TBT WTO tdk boleh menerapkan hambatan yang
menyulitkan komoditi yang akan masuk ke pasar Eropa ( unnecessry trade barrier)
2. Kenapa ke cacao, coffee dan karet dikaitkan kepada deforestasi, mereka ini terdiri
dari petani kecil yang luasnya dibawah satu ha, menurut Komisi Brundlandt (tujuan
sustainability) mereka yang miskin atau pendapat rendah harus dibantu, bukan
ditekan terus
3. Kalau legitimate objective dari EUDR ini deforestation dan illegal timber hal tersebut
hampir tidak terjadi dengan komoditi yang dihasilkan petani. Karena karet tanaman
berkayu dan tanaman hutan dimana carbon stocknya cukup tinggi .
4. Pembagian peran antara operator, trader dan operator under the supply
chain tidak jelas
5. Permintaan penjelasan mengenai risk assessment ( Artikel 10 ) dan Risk
mitigation ( artikel 11)
6. Apakah STDB dapat diterima oleh EU? Pada STDB ada geo location ?
7. Apakah FPIC dapat diganti dengan aturan lokal ?
8. Sistem sertifikasi mana yang dapat digunakan untuk geolocation ? ISCC
atau EN juga ISO belum ada dalam hal ini yang penting traceability