Anda di halaman 1dari 15

Penerapan Peraturan tentang

Komoditas Bebas Deforestasi Uni


Eropa (EUDR)
Rekomendasi Masyarakat Sipil Menuju
Komoditas Berkelanjutan

Mardi Minangsari/Kaoem Telapak


The 42nd IPB Strategic Talks
Bogor, 13 Februari 2024

FOTO: OLEH SIAPA


Linimasa EUDR
April 2023
Deklarasi New York
tentang Hutan
(September 2014)

Perjanjian Paris 2015 Proposal Uji Tuntas


Komoditi Bebas Deforestasi
(September 2022)

Komunike Uni Eropa untuk


Menguatkan Aksi untuk Melindungi
Hutan dan Mengembalikan Hutan
Dunia (Juli 2019)

Kesepakatan Hijau Eropa Deklarasi Glasgow tentang


(Desember 2020) Tata Guna Hutan
dan Lahan (Desember 2021)
Apa Itu EUDR
Peraturan yang bersifat
mengikat (mandatory) terhadap
entitas bisnis (operator) di Uni
Eropa yang menempatkan
produknya ke pasar Uni Eropa,
atau mengekspor dari Uni Eropa.

Sebagai awal, ada tujuh (7)


komoditas pertanian yang diatur
di dalam EUDR: kayu, kopi,
kakao, sawit, karet, kedelai dan
hewan ternak serta sejumlah
produk turunannya FOTO: ANDI LEKTO/KAOEM TELAPAK
Kewajiban Uji Tuntas
Sebelum memasukkan atau mengekspor produk, operator
UE harus mengeluarkan pernyataan uji tuntas yang
mengonfirmasi:
1. Legalitas: Produk harus legal sesuai dengan hukum
perundang-undangan negara produksi, termasuk hak
asasi manusia dan hak buruh yang berlaku, serta
persetujuan bebas, didahulukan dan diinformasikan.
2. Bebas deforestasi: produk yang tidak diproduksi di
lahan yang mengalami deforestasi setelah tanggal
batas waktu (31 Desember 2020)
3. Ketertelusuran yang melacak komoditas ke sebidang
tanah di mana komoditas tersebut diproduksi.
Beberapa Potensi Dampak Peraturan
Uji Tuntas Uni Eropa terhadap Komoditas
Indonesia
• Tertutupnya pasar Uni Eropa bagi produk-produk komoditas
beresiko deforestasi yang tidak memenuhi level resiko nihil atau
dapat diabaikan dalam uji tuntas.
• Untuk komoditas sawit, petani swadaya dapat menjadi pihak
yang paling kena dampak dari peraturan ini, sehingga
penghidupan petani swadaya yang masuk dalam rantai suplai
sawit ke Uni Eropa juga dapat terancam
Bagaimana dengan Komoditas Indonesia?
• Uni Eropa merupakan pasar penting bagi komoditas Indonesia seperti kayu dan
kelapa sawit.

• Pada 2020-2022, Indonesia merupakan mitra dagang terbesar no. 7 bagi Uni
Eropa untuk komoditas kayu.

• Uni Eropa merupakan pasar tujuan nomor 2 untuk CPO dari Indonesia (2020-
2022)

• Dalam kaitannya dengan pengelolaan yang berkelanjutan, Indonesia memiliki


dua sistem nasional yang diberlakukan mandatori untuk sektor kayu dan kelapa
sawit.
Ekspor Kayu Indonesia
● Data KLHK menunjukan
bahwa sejak 2020, total
ekspor ke Uni Eropa
sebesar USD 3,468,608,010
atau 4,339,438 m3, sekitar
14.9% dari total ekspor
kayu Indonesia.

● Produk yang diekspor:

Furnitur kayu (41.89%),


Panel (26.21%), Paper
(19.62%), Woodworking
(9.67%), Kerajinan (1.66%),
Veneer (0.91%).
Situasi Komoditas Indonesia
• Untuk kayu, Indonesia memberlakukan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK)
sejak 2010, yang kini telah bertransformasi menjadi Sistem Verifikasi Legalitas
dan Kelestarian. SVLK telah diakui memenuhi standard legalitas kayu oleh Uni
Eropa melalui perjanjian FLEGT VPA yang berlaku penuh sejak 2016.
• Untuk Sawit, Indonesia memberlakukan Indonesian Sustainable Palm Oil
(ISPO) sejak 2011.
• Selain itu sejumlah kebijakan dan inisiatif telah dilakukan seperti penguatan
ISPO untuk membenahi tata Kelola sawit, moratorium izin baru sawit,
moratorium izin gambut dan hutan primer, restorasi gambut, reforestasi,
perhutanan sosial, mendata petani sawit melalui kebijakan Surat Tanda Daftar
Budidaya, penguatan SVLK, RAN Sawit Berkelanjutan, FOLU Netsink 2030, dan
lainnya.
Melihat EUDR Sebagai Peluang
• EU membutuhkan negara-negara produsen untuk memastikan EUDR dapat
dilaksanakan secara efektif, artinya Indonesia punya ruang negosiasi.
• Terbentuknya Gugus Tugas Bersama (JTF) yang melibatkan Indonesia,
Malaysia dan Uni Eropa merupakan upaya Indonesia bernegosiasi. JTF telah
menyepakati kerangka acuan dan ruang lingkup pembahasan termasuk
melibatkan petani dalam rantai pasok, mempertimbangkan sistem sertifikasi
nasional, memastikan ketertelusuran, menggunakan data ilmiah mengenai
deforestasi dan degradasi hutan, dan menangani perlindungan data.
• EUDR dapat membantu mengurangi deforestasi dan emisi GRK di Indonesia
(Purnomo dkk, 2022b) melalui potensi kontribusinya dalam mengintegrasikan
inisiatif perdagangan minyak sawit berkelanjutan ke dalam strategi mitigasi
perubahan iklim nasional (Kebijakan FOLU net sink 2030).
Melihat EUDR Sebagai Peluang

• Pelaksanaan EUDR juga memberi peluang Indonesia untuk:


(1) memperbaiki/memperkuat tata kelola hutan;
(2) memperbaiki tata kelola industri komoditas (sawit, kayu, kakao, karet, kopi);
(3) memperkuat sistem sertifikasi nasional SVLK dan ISPO,
(4) mewujudkan dan memajukan perlindungan hak masyarakat adat, masyarakat lokal,
buruh dan petani sawit mandiri dengan dukungan EU melalui mekanisme kerjasama
Indonesia – EU.
Dalam hal ini pengalaman Indonesia dalam pelaksanaan EU FLEGT-VPA dapat dijadikan
sebagai referensi pembelajaran.
• Perbaikan tata kelola industri komoditas hutan dan pertanian akan
meningkatkan reputasi komoditas Indonesia sehingga akan lebih
kompetitif di pasar global.
Tantangan Komoditas Berkelanjutan Indonesia
• Pembalakan liar dan perambahan hutan masih berlangsung - diperlukan
penguatan dalam penegakan hukum.
• Perizinan yang bermasalah serta tumpang tindih perizinan juga masih terjadi.
• Hambatan dalam pelaksanaan SVLK dan ISPO, termasuk pelanggaran-
pelanggaran standard legalitas dan kelestarian serta penanganan keluhan.
• Kurangnya dukungan dan fasilitasi bagi smallholders untuk memenuhi
persyaratan-persyaratan keberlanjutan terutama dari pemenuhan aspek legalitas..
• Masih kurangnya koordinasi baik secara horizontal antar Kementerian/Lembaga
terkait maupun secara vertical antara pemerintah pusat dan daerah dalam
pelaksanaan kebijakan terkait tata kelola hutan dan lahan.
Rekomendasi

Dalam konteks pembenahan tata kelola komoditas, di antaranya:


• Membangun dan memperkuat pelaksanaan sistem nasional komoditas berkelanjutan melalui proses
multi-stakeholder yang memastikan koordinasi dan kesepahaman dari para pihak:
• Penguatan standard keberlanjutan termasuk ketertelusuran dan transparansi rantai pasok
• Pelaksanaan yang kredibel dengan adanya pemantauan independent dan mekanisme keluhan
• Sistem informasi yang transparan dan dapat diakses publik

• Reformasi kebijakan terkait yang mengedepankan safeguards lingkungan dan sosial, temasuk
memastikan pemenuhan hak masyarakat adat dan lokal dan penyelesaian konflik tenurial.
• Memfasilitasi smallholders untuk dapat menerapkan praktik berkelanjutan
• Meningkatkan produktivitas lahan tanpa membuka hutan – melanjutkan moratorium dan evaluasi
perizinan
• Konsistensi penegakan hukum – penerapan sanksi bagi pelanggar dan sebaliknya memberi insentif bagi
pelaku usaha yang compliant.
Rekomendasi
Dalam konteks Pelaksanaan EUDR:

• Kerjasama dan pelibatan efektif segenap stakeholder (pemerintah pusat,


pemerintah daerah, korporasi, petani, Masyarakat sipil dan pihak
terdampak) untuk memanfaatkan berbagai peluang dalam EUDR.
• Keterlibatan para pihak dalam JTF dengan mengadopsi prinsip-prinsip:
transparansi, representasi, partisipasi, inklusivitas dan akuntabilitas.
• Mendorong EU untuk memberikan dukungan dan bantuan baik finansial
dan teknis untuk membantu pemenuhan persyaratan EUDR di Indonesia
• Mendorong EU untuk merekognisi sistem keberlanjutan nasional yang
diterapkan di Indonesia jika telah memenuhi persyaratan EUDR.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai