Anda di halaman 1dari 5

PAPER

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA

Uni Eropa Boikot Impor Produk dari Negara yang melakukan Deforestasi

Disusun Oleh

Muhamad Fajri Nurachman

2006618076

Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia
2021

Classification: Public
I. PENDAHULUAN

Uni Eropa (UE) atau Europe Union (EU)


adalah organisasi antar pemerintahan yang
beranggotakan negara-negara di benua Eropa.
Sejak 31 Januari 2020, Uni Eropa beranggotakan
27 Negara.

Tercatat tingkat PDB Uni Eropa pada tahun


2020 tertinggi kedua setelah America dalam G20
yaitu sebesar USD 15,28 Triliun.1 Ekonomi Uni Eropa diharapkan tumbuh lebih
jauh dalam dekade berikutnya sejalan dengan lebih banyaknya negara-negara yang
bergabung.

Sebagai organisasi dengan anggotanya adalah banyak negara maju, maka


setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh Uni Eropa akan berdampak pada negara-
negara lainnya. Seperti yang terjadi baru-baru ini, Uni Eropa menolak produk hasil
pertanian, perkebunan hingga furnitur di lahan deforestasi masuk ke negara-negara
anggotanya.

Hutan sering digambarkan sebagai paru-paru bumi, salah urus atau


penyalahgunaan dan keserakahan akan mendorong pada bencana kemanusiaan
seperti pemanasan global, krisis udara bersih, hingga keberlangsungan hidup
manusia. Berdasarkan data yang diambil dari PBB (UN), Intergovernmental Panel
on Climate Change (IPCC) memperkirakan bahwa 23% dari semua emisi gas rumah
kaca berasal dari pertanian, kehutanan dan penggunaan lahan lainnya, termasuk
peternakan. Dalam 30 tahun terakhir, dunia telah kehilangan 420 juta hektar hutan
– wilayah yang lebih luas dari seluruh UE – karena deforestasi.2

Dalam proposal kebijakan rancangan undang-undang terbaru, Komisi Uni


Eropa berencana melarang masuknya komoditas pertanian dan turunannya jika
diproduksi di lahan hasil deforestasi atau pembabatan hutan setelah 31 Desember
2020. Komisi Eropa menginginkan aturan ini menjangkau kedelai, daging sapi,
minyak sawit, kayu, kakao, dan kopi, termasuk produk turunan seperti cokelat,
produk kulit, dan furnitur. Komisi Eropa menganggap konsumsi UE atas komoditas

1
https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_PDB_(nominal)
2
https://ec.europa.eu/commission/presscorner/detail/en/qanda_21_5919

Classification: Public
ini yang paling memperburuk deforestasi. Menurut World Wide Fund (WWF), blok
tersebut adalah pengimpor deforestasi terbesar kedua di dunia, hanya di belakang
China dan di atas India dan Amerika Serikat3

Keputusan Uni Eropa ini mengikuti janji internasional yang dibuat pada
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) COP26 UN Climate Change Conference di
Glasgow, Scotlandia pada 31 Oktober – 12 November 2021. COP26 memiliki
empat agenda yang merupakan penyempurnaan dari COP edisi sebelumnya demi
mencapai tujuan utama konfrensi tersebut, yaitu menekan laju pemanasan global,
dimana salah satunya mengakhiri deforestasi pada tahun 2030. Perubahan iklim
sangat berdampak kepada seluruh masyarakat di dunia sehingga perlu dilakukan
transisi menuju ekonomi rendah karbon.

II. ISI
Uni Eropa sebagai penginisiasi memberikan dorongan lebih lanjut untuk
menjadi gerakan global dengan memastikan produk yang dijual ke konsumen di
negara anggota UE benar-benar bebas deforestasi. Dalam rancangannya tersebut
UE menyiapkan kebijakan yaitu Bisnis dari semua ukuran, dari multinasional
hingga UKM yang memperdagangkan produk/komoditas dari pertanian mencakup
enam produk: kedelai, daging sapi, minyak sawit, kakao, kopi, dan kayu serta dan
turunannya seperti cokelat, bubuk kakao, kulit, kayu lapis, palet kotak, tong, dan
bingkai kayu untuk lukisan, cermin, dan foto dipaksa untuk mengikuti aturan impor
dan perdagangan dengan sistem keterlacakan.
Perusahaan akan diminta untuk mengumpulkan informasi rinci, termasuk
koordinat geografis, tentang pertanian atau perkebunan tempat barang mereka
diproduksi untuk membuktikan bahwa mereka mematuhi persyaratan peraturan.
Informasi ini akan disampaikan secara digital ke regulator nasional. Jika satu
perusahaan gagal menunjukkan produknya legal dan bebas deforestasi, perusahaan
itu akan dilarang menempatkannya di mana pun di dalam pasar Eropa, yang
mencakup 27 negara anggota.
Jika perusahaan mengabaikan aturan dan melanjutkan produk yang tidak
sesuai, regulator nasional dapat menjatuhkan hukuman atas dasar kerusakan

3
https://www.euronews.com/2021/11/17/explained-how-the-eu-plans-to-ban-products-linked-to-deforestation

Classification: Public
lingkungan, menyita barang dagangan yang melanggar hukum dan bahkan menyita
pendapatan yang diperoleh dari penjualannya. Regulator juga berhak melakukan
inspeksi di tempat jika mereka mencurigai adanya kesalahan. Komisi Eropa akan
menetapkan peringkat negara-negara yang dibagi menurut risiko deforestasi
mereka: rendah, standar, dan tinggi. Produk yang dibuat di negara berisiko tinggi
akan tunduk pada pengawasan yang lebih ketat dan aturan yang lebih ketat. Daftar
tersebut akan dipublikasikan dengan tujuan mengarahkan konsumen dan investor
menuju pasar yang berkelanjutan.
Tujuan dari aturan baru ini adalah untuk mencegah deforestasi dan
degradasi hutan. Ini juga berarti melakukan pengurangan setidaknya 31,9 juta
metrik ton emisi karbon ke atmosfer setiap tahun karena konsumsi UE dan produksi
komoditas yang relevan, yang dapat diterjemahkan ke dalam penghematan ekonomi
setidaknya € 3,2 miliar per tahun.4
Negara Anggota UE akan bertanggung jawab atas penegakan yang efektif,
dengan memastikan bahwa perusahaan menerapkan Peraturan dengan benar.
Pertukaran informasi wajib antara bea cukai dan otoritas lainnya, dan kewajiban
untuk menegakkan otoritas untuk bereaksi terhadap kekhawatiran yang diajukan
oleh masyarakat sipil.

III. KESIMPULAN
Rancangan kebijakan yang disusun oleh komis Uni Eropa memiliki
dasar yang sangat baik dan didukung kuat oleh sebagian besar masyarakat Eropa.
Sebuah konsultasi publik mencatat telah menerima lebih dari 1,2 Juta tanggapan.
Organisasi lingkungan international seperti Greenpeace juga sangat mendukung
keseriusan Uni Eropa dalah mengatasi perubahan iklim.
Inisiatif ini merupakan inovatif yang diambil oleh Uni Eropa, hal ini
menunjukkan bahwa Uni Eropa ingin memimpin dengan memberi contoh, yaitu
mengambil langkah maju untuk mengatasi deforestasi yang didorong oleh ekspansi
pertanian dalam menghasilkan komoditas yang memperparah deforestasi. Hal
meresahkan dengan alasannya yang bermacam-macam, Pertama, bukti yang ada
menegaskan bahwa bagian dari deforestasi adalah konversi penggunaan lahan yang

4
What would be the main benefits from this regulation?
https://ec.europa.eu/commission/presscorner/detail/en/qanda_21_5919

Classification: Public
sah menurut hukum negara produksi. Kedua, fokus hanya pada legalitas akan
membuat Peraturan bergantung pada ketatnya aturan negara ketiga, berpotensi
mendorong perlombaan di negara-negara yang sangat bergantung pada ekspor
pertanian yang mungkin tergoda untuk menurunkan perlindungan lingkungan
mereka dengan maksud untuk memfasilitasi akses produk mereka ke pasar UE.
Dengan adanya kebijakan progresif ini maka harapannya semakin
banyak produk yang dimasukan ke dalam daftar larangan impor serta negara-negara
lainnya mengikuti, sehingga tujuan melindungi Bumi dari keserakahan manusia
dapat dihentikan dan terkontrol agar Bumi selalu menjadi tempat yang layak huni
dan berkelanjutan untuk generasi mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

European Comission, ‘Questions and Answers on new rules for deforestation-free


products.’ (17 November 2021).

https://ec.europa.eu/commission

Liboreiro, Jorge, ‘How the EU plans to ban products linked to deforestation’ (17
November 2021).

https://www.euronews.com/2021/11/17/explained-how-the-eu-
plans-to-ban-products-linked-to-deforestation.

World Wildlife Funds, ‘deforestation and forest degradation’

https://www.worldwildlife.org/threats/deforestation-and-forest-
degradation

Saputra, Yudha Eka, ‘Apa Saja Poin Kesepakatan yang Dihasilkan dalam KTT
COP26?’

https://dunia.tempo.co/read/1528642/apa-saja-poin-kesepakatan-
yang-dihasilkan-dalam-ktt-cop26

Classification: Public

Anda mungkin juga menyukai