Anda di halaman 1dari 3

Sepenggal Kisah Dari Cairo Sebuah Kota Indah Dipinggir Sungai Nil

https://www.kisahislam.net/2015/04/15/sepenggal-kisah-dari-cairo-sebuah-kota-
indah-dipinggir-sungai-nil/

Seorang Syekh yang bijak dan alim lagi berjalan-jalan santai bersama salah seorang di
antara murid-muridnya di sebuah taman…

Di tengah-tengah asyik berjalan sambil bercerita, keduanya melihat sepasang sepatu


yang sudah usang lagi lusuh. Mereka berdua yakin kalau itu adalah sepatu milik pekerja
kebun yang bertugas di sana, yang sebentar lagi akan segera menyelesaikan
pekerjaannya.

Sang murid melihat kepada syekhnya sambil berujar:

“Bagaimana kalau kita candai tukang kebun ini dengan menyembunyikan sepatunya,
kemudian kita bersembunyi di belakang pohon-pohon? Nanti ketika dia datang untuk
memakai sepatunya kembali, ia akan kehilangannya. Kita lihat bagaimana dia kaget dan
cemas!”

Syekh yang alim dan bijak itu menjawab:

“Ananda, tidak pantas kita menghibur diri dengan mengorbankan orang miskin. Kamu
kan seorang yang kaya, dan kamu bisa saja menambah kebahagiaan untuk dirinya.
Sekarang kamu coba memasukkan beberapa lembar uang kertas ke dalam sepatunya,
kemudian kamu saksikan bagaimana respon dari tukang kebun miskin itu”.

Sang murid sangat takjub dengan usulan gurunya. Dia langsung saja berjalan dan
memasukkan beberapa lembar uang ke dalam sepatu tukang kebun itu. Setelah itu ia
bersembunyi di balik semak-semak bersama gurunya sambil mengintip apa yang akan
terjadi dengan tukang kebun.

Tidak beberapa lama datanglah pekerja miskin itu sambil mengibas-ngibaskan kotoran
dari pakaiannya. Dia menuju tempat sepatunya ia tinggalkan sebelum bekerja. Ketika ia
mulai memasukkan kakinya ke dalam sepatu, ia menjadi terperanjat, karena ada sesuatu
di dalamnya. Saat ia keluarkan ternyata…….uang. Dia memeriksa sepatu yang satunya
lagi, ternyata juga berisi uang. Dia memandangi uang itu berulang-ulang, seolah-olah ia
tidak percaya dengan penglihatannya.
Setelah ia memutar pandangannya ke segala penjuru ia tidak melihat seorangpun.
Selanjutnya ia memasukkan uang itu ke dalam sakunya, lalu ia berlutut sambil melihat
ke langit dan menangis. Dia berteriak dengan suara tinggi, seolah-olah ia bicara kepada
Allah ar rozzaq :

“Aku bersyukur kepada-Mu wahai Robbku. Wahai Yang Maha Tahu bahwa istriku lagi
sakit dan anak-anakku lagi kelaparan.
Mereka belum mendapatkan makanan hari ini.
Engkau telah menyelamatkanku, anak-anak dan istriku dari celaka”.

Dia terus menangis dalam waktu cukup lama sambil memandangi langit sebagai
ungkapan rasa syukurnya atas karunia dari Allah Yang Maha Pemurah. Sang murid
sangat terharu dengan pemandangan yang ia lihat di balik persembunyiannya. Air
matanya meleleh tanpa dapat ia bendung.

Ketika itu Syekh yang bijak tersebut memasukkan pelajaran kepada muridnya :

“Bukankah sekarang kamu merasakan kebahagiaan yang lebih dari pada kamu
melakukan usulan pertama dengan menyembunyikan sepatu tukang kebun miskin itu?”

Sang murid menjawab:

“Aku sudah mendapatkan pelajaran yang tidak akan mungkin aku lupakan seumur
hidupku. Sekarang aku baru paham makna kalimat yang dulu belum aku pahami
sepanjang hidupku:
“Ketika kamu memberi kamu akan mendapatkan kebahagiaan yang lebih banyak dari
pada kamu mengambil”.

Sang guru melanjutkan pelajarannya.


Dan sekarang ketahuilah bahwa pemberian itu bermacam-macam :

• Memaafkan kesalahan orang di saat mampu melakukan balas dendam adalah suatu
pemberian.

• Mendo’akan temanmu muslim di belakangnya (tanpa sepengatahuannya) itu adalah


suatu pemberian.
• Berusaha berbaik sangka dan menghilangkan prasangka buruk darinya juga suatu
pemberian.

• Menahan diri dari membicarakan aib saudaramu di belakangnya adalah pemberian lagi.

Ini semua adalah pemberian, supaya kesempatan memberi tidak dimonopoli oleh orang-
orang kaya saja. jadikanlah semua ini pelajaran.

Sumber: Kajian Kisah dan Sejarah Islam via Status Nasehat

Anda mungkin juga menyukai