Tahun pelajaran 2019/2020 nyaris berakhir. Ananda Sekalian telah menyelesaikan (Ujian).
Sebentar lagi Ananda meninggalkan Madrasah dan pondok ini. Waktu memang berlari begitu
cepat.
Sudah tiga tahun aku menjadi guru di madrasah dan di pondok ini. Salah satu momen yang
bisa terasa membanggakan atau terasa menyesakkan yaitu saat mengoreksi hasil ujian
Ananda. Saat Ananda mendapatkan nilai yang bagus, di situlah aku merasa senang dan
bangga. Sebaliknya, saat nilai Ananda tidak bagus, di situlah ada perasaan nyesek di dada.
Jika Ananda merasa kecewa dan kesal dengan nilai kurang bagus yang Ananda dapatkan,
sesungguhnya aku lebih merasa kecewa dan kesal. Bukan, bukan kecewa dan kesal kepada
Ananda. Tapi, aku merasa kecewa dan kesal dengan diriku sendiri. Seharusnya nilai Ananda
bisa bagus. Tapi, itu semua adalah kesalahanku sebagai guru yang tak bisa mengajar Ananda
dengan baik.
Mungkin selama di madrasah dan di pondok, Ananda pernah berbuat kesalahan: melanggar
tata tertib, menyakiti teman Ananda, tidak mematuhi guru atau ustdz dan ustadzah. Jika
Ananda pernah berbuat hal-hal kurang terpuji tersebut, sungguh aku merasa kecewa dan kesal.
Sekali,lagi kecewa dan kesal dengan diriku. Seharusnya Ananda tidak melakukan hal-hal yang
tak baik itu. Tapi, itu semua adalah kesalahanku yang tak bisa mendidik Annda dengan baik.
Terkadang aku berpikir dan merenung, pantaskah aku menjadi guru/ustadz. Pantaskah aku
mengajar dan mendidik Annda. Sedang, banyak sekali kekurangan pada diriku. Aku tak bisa
menjadi guru/ustadz ideal yang Ananda harapkan. Tak bisa menjadi guru/ustadz yang
mengajari Ananda banyak hal, tak bisa menjadi guru/ustadz yang mendidik Ananda dengan
teladan yang baik.
Aku berpikir, jika saja guru Ananda bukan aku, tentu Ananda akan memiliki prestasi yang lebih
baik. Mungkin Ananda akan menjadi pelajar teladan, mungkin Ananda akan menjadi orang yang
hebat. Sungguh sayang bagi Ananda sekalian, akulah yang menjadi guru ananda, yang tak bisa
mendidik Ananda sekalian dengan baik.
Bukan berarti selama ini Ananda kurang baik dan kurang berprestasi. Ananda telah menjadi
pelajar yang baik dan berprestasi. Tapi, aku tak berani menisbatkan keberhasilan Ananda
semua itu sebagai buah usahaku. Ada banyak guru-guru dan ustadz-ustadz lain yang berperan
di situ. Itulah keberuntunganmu. Ananda memiliki guru-guru ustadz-ustadz lain yang baik, dan
mulia, yang saleh-salehah, yang pandai sekali mengajar Ananda semua.
Aku selalu menitiskan harap semoga kebaikan dan kemuliaan guru-guru lain bisa menutupi
segala kekuranganku. Aku melayangkan harap semoga kelalaianku, kesalahanku, dan aibku
tak menghalangi turunnya berkah ilmu kepada Ananda semua.
Tinggal menghitung hari Ananda akan meninggalkan Madrasah dan pondok ini, Jika aku tak
dapat menjumpai Ananda di kemudian hari, maka pada kesempatan ini aku memohonkan maaf
untuk diriku kepada Ananda semua. Salahku, khilafku, kekuranganku, mohon kiranya Ananda
semua berlapang dada memaafkanku.
Anakku Percayalah..... Tak usah kau meneteskan airmata ataupun bersedih karenanya Bila
apa yang diharap belum jua memihakmu Tetaplah genggam sabar dihatimu Ingatlah! .... Akan
janji Allah Dia akan selalu memberimu yang terbaik Yang terbaik! Yang terbaik! Yang Terbaik!
Dan Akan memberi apa yang kita butuhkan Tak selalu memberi apa yang kita inginkan! Allah
akan selalu disisimu Tingkatkan kualitas dirimu Tingkatkan kualitas ibadahmu Tingkatkan
keilmuanmu Agar engkau mengerti Agar engkau mengetahui dibalik rahasia-Nya Bersabarlah
anakku.... ga usah kau bersedih hati ataupun melemah Ingatlah! Allah tidak pernah
mengajarkan kita untuk menjadi manusia yang lemah Justru Allah mengajarkan kita untuk
tetap kuat dan kokoh! Dan taukah anakku sayang.... Betapa besar pahala orang-orang yang
sabar itu? Allah akan memberikan pahala tanpa batas Diluar nalar kita Maka besabarlah .........
Jika masanya tlah tiba kesuksesan, Kebahagiaan akan kau raih jua Percayalah...... Tetaplah
berharap penuh pada allah Tegarkan hati........ Melangkah dan berjuanglah
Sahabatku Percayalah..... Tak usah kau meneteskan airmata ataupun bersedih karenanya
Bila apa yang diharap belum jua memihakmu Tetaplah genggam sabar dihatimu Ingatlah! ....
Akan janji Allah Dia akan selalu memberimu yang terbaik Yang terbaik! Yang terbaik! Yang
Terbaik! Dan Akan memberi apa yang kita butuhkan Tak selalu memberi apa yang kita
inginkan! Allah akan selalu disisimu Tingkatkan kualitas dirimu Tingkatkan kualitas ibadahmu
Tingkatkan keilmuanmu Agar engkau mengerti Agar engkau mengetahui dibalik rahasia-Nya
Bersabarlah anakku.... ga usah kau bersedih hati ataupun melemah Ingatlah! Allah tidak
pernah mengajarkan kita untuk menjadi manusia yang lemah Justru Allah mengajarkan kita
untuk tetap kuat dan kokoh! Dan taukah anakku sayang.... Betapa besar pahala orang-orang
yang sabar itu? Allah akan memberikan pahala tanpa batas Diluar nalar kita Maka
besabarlah ......... Jika masanya tlah tiba kesuksesan, Kebahagiaan akan kau raih jua
Percayalah...... Tetaplah berharap penuh pada allah Tegarkan hati........ Melangkah dan
berjuanglah
Aku menyapa dengan persona kata “Ananda” agar terasa lebih dekat dan lebih santai.
Tahun pelajaran 2019/2020 nyaris berakhir. Ananda telah menyelesaikan (Ujian). Sebentar lagi
Ananda lulus, meninggalkan Madrasah dan pondok ini. Waktu memang berlari begitu cepat.
Sudah tiga tahun aku menjadi guru di madrasah dan di pondok ini. Salah satu momen yang
bisa terasa membanggakan atau terasa menyesakkan yaitu saat mengoreksi hasil ujianmu.
Saat Ananda mendapatkan nilai yang bagus, di situlah aku merasa senang dan bangga.
Sebaliknya, saat nilaimu tidak bagus, di situlah ada perasaan nyesek di dada.
Jika Ananda merasa kecewa dan kesal dengan nilai kurang bagus yang Ananda dapatkan,
sesungguhnya aku lebih merasa kecewa dan kesal. Bukan, bukan kecewa dan kesal
kepadamu. Tapi, aku merasa kecewa dan kesal dengan diriku sendiri. Seharusnya nilai Ananda
bisa bagus. Tapi, itu semua adalah kesalahanku sebagai guru yang tak bisa mengajarmu
dengan baik.
Mungkin selama di madrasah dan di pondok, Ananda pernah berbuat kesalahan: melanggar
tata tertib, menyakiti temanmu, tidak mematuhi guru atau ustdz dan ustadzah. Jika Ananda
pernah berbuat hal-hal kurang terpuji tersebut, sungguh aku merasa kecewa dan kesal.
Sekali,lagi kecewa dan kesal dengan diriku. Seharusnya Ananda tidak melakukan hal-hal yang
tak baik itu. Tapi, itu semua adalah kesalahanku yang tak bisa mendidikmu dengan baik.
Terkadang aku berpikir dan merenung, pantaskah aku menjadi guru/ustadz. Pantaskah aku
mengajar dan mendidikmu. Sedang, banyak sekali kekurangan pada diriku. Aku tak bisa
menjadi guru/ustadz ideal yang Ananda harapkan. Tak bisa menjadi guru/ustadz yang
mengajarimu banyak hal, tak bisa menjadi guru/ustadz yang mendidikmu dengan teladan yang
baik.
Aku berpikir, jika saja gurumu bukan aku, tentu Ananda akan memiliki prestasi yang lebih baik.
Mungkin Ananda akan menjadi pelajar teladan, mungkin Ananda akan menjadi orang yang
hebat. Sungguh sayang bagimu, akulah yang menjadi gurumu, yang tak bisa mendidikmu
dengan baik.
Bukan berarti selama ini Ananda kurang baik dan kurang berprestasi. Ananda telah menjadi
pelajar yang baik dan berprestasi. Tapi, aku tak berani menisbatkan keberhasilanmu itu sebagai
buah usahaku. Ada banyak guru-guru dan ustadz-ustadz lain yang berperan di situ. Itulah
keberuntunganmu. Ananda memiliki guru-guru ustadz-ustadz lain yang baik, yang mulia, yang
saleh-salehah, yang pandai sekali mengajarmu.
Aku selalu menitiskan harap semoga kebaikan dan kemuliaan guru-guru lain bisa menutupi
segala kekuranganku. Aku melayangkan harap semoga kelalaianku, kesalahanku, dan aibku
tak menghalangi turunnya berkah ilmu kepadamu.
Kurang lebih Empat bulan ke depan Ananda akan mengikuti ujian Akhir Madrasah semoga
Ananda lulus dan meraih nilai yang terbaik dalam menghadapi ujian itu, dan tentu setelah lulus
Ananda akan di lepas dari madrasah/ pondok ini. Jika aku tak dapat menjumpai hari perpisahan
itu, maka pada kesempatan ini aku memohonkan maaf untuk diriku kepadamu. Salahku,
khilafku, kekuranganku, mohon kiranya Ananda berlapang dada memaafkanku.
semoga kedepan ada setitis kebaikan pada diriku yang bisa menjadi bekal untuk mengajar dan
mendidikmu.
Perlu kiranya aku ungkapkan pula yang kesekian kalinya bahwa aku menyayangimu. Ananda
memang bukan anakku. Aku pun orang lain bagimu. Tapi, aku menyayangimu. Sepetri aku
menyayangi keluargaku sendiri