Anda di halaman 1dari 5

KIMIA ANALITIK

‘’TUGAS INDIVIDU’’

FITRI LAILA

F202101078

PROGRAM STUDI S1 FASMASI

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

TAHUN 2022
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan
kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan
yang lainnya pelarut organik.
Proses ekstraksi dapat berlangsung pada:

 Ekstraksi parfum, untuk mendapatkan komponen dari bahan yang wangi.


 Ekstraksi cair-cair atau dikenal juga dengan nama ekstraksi solven. Ekstraksi
jenis ini merupakan proses yang umum digunakan dalam skala laboratorium
maupun skala industri.
 Leaching, adalah proses pemisahan kimia yang bertujuan untuk memisahkan
suatu senyawa kimia dari matriks padatan ke dalam cairan.

Penyiapan bahan yang akan diekstrak dan pelarut


Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen
lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktik,terutama pada ekstraksi bahan-bahan alami,
sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan
ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus
dibersihkan, yaitu misalnya diekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.
Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar
(kebutuhan pelarut lebih sedikit).
Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut dalam
bahan ekstraksi.
Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan
yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fase
dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan
gaya berat). Bila beda kerapatannya kecil, sering kali pemisahan harus dilakukan
dengan menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).
Reaktivitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada
komponen-komponen bahan ekstraksi. Sebaliknya, dalam hal-hal tertentu diperlukan
adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan selektivitas
yang tinggi. Seringkali ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan
yang akan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan.
Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan,
destilasi atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat, dan
keduanya tidak membentuk ascotrop. Ditinjau dari segi ekonomi, akan menguntungkan
jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi (seperti juga halnya
dengan panas penguapan yang rendah).
Ekstraksi pelarut menghasilkan sebuah larutan melalui sebuah proses pemisahan suatu
zat berdasarkan perbedaan kelarutannya.
Hukum Distribusi atau partisi
Dengan Hukum Distribusi dapat diketahui bahwa zat tertentu lebih mudah larut dalam
pelarut-pelarut tertentu. Contohnya bila banyaknya iod diubah-ubah, angka banding
konsentrasi-konsentrasi itu selalu konstan dengana syarat temperaturnya konstan.
konsentrasi Iod dalam Karbon disulfida / konsentrasi iod dalam air = C2/C1 = Kd
Kd= dikenal dengan koefisien distribusi atau partisi. Hukum distribusi atau partisi dapat
dirumuskan: bila suatu zat terlarut terdistribusi antara dua pelarut yang tidak dapat
campur, maka suatu temperatur yang konstan untuk tiap spesi molekul terdapat angka
banding berubah dengan sifat dasar kedua pelarut itu. angaka banding distribusi ini
tidak tergantung pada spesi molekul lain Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan
suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut
yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya
Proses ekstraksi dapat berlangsung pada:

 Ekstraksi , untuk mendapatkan komponen dari bahan yang wangi.


 Ekstraksi cair-cair atau dikenal juga dengan nama ekstraksi solven. Ekstraksi
jenis ini merupakan proses yang umum digunakan dalam skala laboratorium
maupun skala industri.
 Leaching, adalah proses pemisahan kimia yang bertujuan untuk memisahkan
suatu senyawa kimia dari matriks padatan ke dalam cairan.

Penyiapan bahan yang akan diekstrak dan pelarut


Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen
lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktik,terutama pada ekstraksi bahan-bahan alami,
sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan
ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus
dibersihkan, yaitu misalnya diekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.
Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar
(kebutuhan pelarut lebih sedikit).
Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut dalam
bahan ekstraksi.
Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan
yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fase
dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan
gaya berat). Bila beda kerapatannya kecil, sering kali pemisahan harus dilakukan
dengan menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).
Reaktivitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada
komponen-komponen bahan ekstraksi. Sebaliknya, dalam hal-hal tertentu diperlukan
adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan selektivitas
yang tinggi. Seringkali ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan
yang akan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan.
Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan,
destilasi atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat, dan
keduanya tidak membentuk ascotrop. Ditinjau dari segi ekonomi, akan menguntungkan
jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi (seperti juga halnya
dengan panas penguapan yang rendah).

Ekstraksi Pelarut
Ekstraksi pelarut menghasilkan sebuah larutan melalui sebuah proses pemisahan suatu
zat berdasarkan perbedaan kelarutannya.
Hukum Distribusi atau partis
Dengan Hukum Distribusi dapat diketahui bahwa zat tertentu lebih mudah larut dalam
pelarut-pelarut tertentu. Contohnya bila banyaknya iod diubah-ubah, angka banding
konsentrasi-konsentrasi itu selalu konstan dengana syarat temperaturnya konstan.
konsentrasi Iod dalam Karbon disulfida / konsentrasi iod dalam air = C2/C1 = Kd
Kd= dikenal dengan koefisien distribusi atau partisi. Hukum distribusi atau partisi dapat
dirumuskan: bila suatu zat terlarut terdistribusi antara dua pelarut yang tidak dapat
campur, maka suatu temperatur yang konstan untuk tiap spesi molekul terdapat angka
banding berubah dengan sifat dasar kedua pelarut itu. angaka banding distribusi ini
tidak tergantung pada spesi molekul lain apapun yang mungkin ada. Harga angka
banding berubah dengan sifat dasar kedua pelarut, sifat dasar zat terlarut, dan
temperatur.
Penerapan ekstraksi pelarut dalam analisis kualitas

1. Mengeluarkan brom dari iod dari dalam larutan air, bila larutan iod dalam
air dikocok dengan karbon disulfida yang terjadi kira-kira 400 kali
konsentrasi dalam air.
2. Berbagai uji dalam analisis kualitatif (i) kromium pentoksida lebih dapat
larut dalam amil alkohol(eter) daripada dalam air, dengan mengocok
larutan encer dalam air dengan amil alkohol(eter). Diperoleh suatau
larutan pekat dengan amil alkohol dan adanya kromat atau hidrogen
peoksida yang dinyatakan oleh warna biru.
3. Studi hidrolisis, terdapat kesetimbangan antara garam, hidrolisis dapar
ditulis sebagai garam + air ←→ asam + basa. konsentrasi dapat
ditentukan dengan cara distribusi antara air dan pelarut lain, seperti
benzena atau klorofrom.
4. Penentuan susunan ion Halida yang kompleks, iod jauh lebih dapat larut
dalam Kallium iodida dalam air. hal ini disebabkan oleh terbentuknya ion
tri iodida
Pengukuran distribusi juga telah dilakukan untuk membuktikan adanya ion
tetraaminokuprat (II), dalam suatu larutan air beramoniak dari tembaga sulfida, dengan
diperiksannya perisi amonia bebas antara klorofrom dan air.
apapun yang mungkin ada. Harga angka banding berubah dengan sifat dasar kedua
pelarut, sifat dasar zat terlarut, dan temperatur.
Penerapan ekstraksi pelarut dalam analisis kualitatif.

1. Mengeluarkan brom dari iod dari dalam larutan air, bila larutan iod dalam
air dikocok dengan karbon disulfida yang terjadi kira-kira 400 kali
konsentrasi dalam air.
2. Berbagai uji dalam analisis kualitatif (i) kromium pentoksida lebih dapat
larut dalam amil alkohol(eter) daripada dalam air, dengan mengocok
larutan encer dalam air dengan amil alkohol(eter). Diperoleh suatau
larutan pekat dengan amil alkohol dan adanya kromat atau hidrogen
peoksida yang dinyatakan oleh warna biru.
3. Studi hidrolisis, terdapat kesetimbangan antara garam, hidrolisis dapar
ditulis sebagai garam + air ←→ asam + basa. konsentrasi dapat
ditentukan dengan cara distribusi antara air dan pelarut lain, seperti
benzena atau klorofrom.
4. Penentuan susunan ion Halida yang kompleks, iod jauh lebih dapat larut
dalam Kallium iodida dalam air. hal ini disebabkan oleh terbentuknya ion
tri iodida
Pengukuran distribusi juga telah dilakukan untuk membuktikan adanya ion
tetraaminokuprat (II), dalam suatu larutan air beramoniak dari tembaga sulfida, dengan
diperiksannya perisi amonia bebas antara klorofrom dan air.

Anda mungkin juga menyukai