Anda di halaman 1dari 8

4.1.

Langkah-Langkah Melakukan Kritik Sastra Menurut buku Kitab Kritik


Sastra karya Maman. S Mahayana

4.2.Langkah-langkah Menyusun Kritik Sastra Menurut buku Kesusastraan


Indonesia Modern dalam Kritik dan Esai karya H.B. Jassin

4.3.Langkah-Langkah Kritik Menurut buku Kritik Sastra karya Hazlit

BAB IV

LANGKAH-LANGKAH KRITIK

Capaian Pembelajaran

Mahasiswa harus mampu memahami dan menjelaskan langkah-langkah kritik

4.1.Langkah-LangkahMelakukanKritikSastra Menurut bukuKitab Kritik


Sastra karya Maman. S Mahayana

Kritik sastra adalah disiplin menafsirkan, menganalisis Dan mengevaluasi karya


sastra. Kegiatan ini bisa termasuk mengkritik puisi, cerita, novel, drama, esai,
memoar, dan seterusnya. Namun, terdapat pertanyaan klasik ketika hendak
menulis kritik sastra: Bagaimana cara menulis kritik sastra? Bagaimana cara
memulai?

Maman. S Mahayana (2015) dalam bukunya Kitab Kritik Sastra membuat


sembilan langkah dalam menulis karya sastra.

1.Membaca secara tuntas karya yang hendak dikritik. Seorang pembaca


hendaknya menyelesaikan seluruh karya yang hendak dikritik secara tuntas tanpa
berpegang pada pemahaman karya berdasarkan informasi dari orang lain. Seorang
kritikus tidak boleh melakukan kritik terhadap karya sastra jika belum membaca
secara tuntas dan hanya mengandalkan informasi dari orang lain. Sebelum proses
pembacaan dilakukan, kritikus juga harus memiliki kesadaran bahwa menulis
kritik bukan mencela karya, tetapi menyampaikan apresiasi terhadap karya sastra.
Kritikus dalam menyampaikan kritik juga harus memiliki sisi objektivitas
terhadap penafsiran, pengalaman, penilaian dalam melakukan kritik.

2.Meminimalkan adanya miskomunikasi antara pembaca dan teks sastra ketika


proses pembacaan. Ketika melakukan pembacaan karya sastra, penikmat atau
kritikus tidak bisa menyelami dunia yang disajikan dalam teks, dapat dikatakan
sedang terjadi miskomunikasi. Tentu, dalam proses ini tidak boleh dipaksakan
oleh pembaca. Alternatif yang dapat dilakukan dengan cara mengganti karya
sastra tersebut atau dengan memberi jeda dalam proses pembacaan.

3.Memberikan tanda pada karya sastra. Catatan atau tanda yang diberikan ini akan
begitu berarti untuk menunjukkan suatu hal yang menonjol, khas, meragukan, dan
yang diduga sebagai sinyal‘ penulis karya sastra dalam menyampaikan tema,
pesan, atau estetika teks. Pada tahap ini, pembaca atau kritikus dituntut untuk
menjadi pembaca yang kritis. Selain menandai pada bagian yang dianggap
penting, perlu kiranya juga menyusun pertanyaan yang menjadi alat analisis dalam
menulis kritik.

4.Memahami secara kompleks karya yang bersangkutan. Proses ini sejatinya


memerlukan lebih dari dua kali pembacaan teks sastra. Proses ini guna
mendapatkan pemahaman yang tidak hanya berhenti pada kelebihan dan
kelemahan suatu karya saja, tetapi juga harus diungkapkan letak dan hal apa yang
menjadi kelebihan. Kelebihan ini dapat disampaikan dengan porsi yang lebih luas
dan mendalam dibandingkan kekurangannya. Proses pembacaan yang berulang
akan memunculkan makna lain atau makna baru yang terlewat dari pengamatan
saat melakukan pembacaan awal. Selain itu, pembacaan yang berulang ini juga
dapat menguatkan dan memeriksai temuan yang diperoleh dari pembacaan awal.

5.Menuliskan kritik dengan tidak memunculkan konteks karya. Dalam tahap ini,
penulis kritik telah mencapai syarat untuk menuliskan kritik. Namun, dalam
menuliskan kritik seyogianya penulis tidak menempatkan konteks karya agar
tidak menjadi kajian yang lebih luas. Misalnya saja, penulis kritik melakukan
penyelidikan atau membandingkan karya yang akan dikritik dengan karya lain
atau melihat kebaharuan karya. Tentu pada tataran ini penulis kritik membutuhkan
kajian yang lebih mendalam karena membandingkan konteks karya yang akan
dikritik dengan karya yang ada sebelumnya

6.Memilih jenis kritik dalam menyampaikan kritik sastra. Kritikus sastra bebas
memilih jenis kritik apa yang akan digunakan dalam menuliskan kritik terhadap
karya yang dibaca. Kritikus yang memilih jenis kritik sastra ilmiah tinggal
menentukan teori, pendekatan, atau disiplin ilmu lain yang dianggap sesuai
dengan proses yang telah dilakukan sebelumnya. Kritikus dapat menuangkan
menjadi bahan analisis dalam mengungkapkan kekayaan teks yang dikaji. Pada
bagian ini, kritikus dapat mengutip bagian teks yang sudah ditandai atau menarik
dengan menjelaskan berdasarkan teori, metode, pendekatan, atau bidang ilmu
lainnya. Dengan demikian, teks yang dikaji dengan alat ‗bedah‘ yang digunakan
akan menyatu.

7.Kritikus yang memilih jenis kritik apresiatif dapat diawali dengan membuat
deskripsi tentang resume, sinopsis, atau ikhtisar dari karya yang sudah dibaca.
Deskripsi ini agar pembaca mendapatkan gambaran tentang karya sastra beserta
isinya. Pada bagian ini, kritikus dapat memasukkan berbagai hal yang menarik,
unik, dan unggul sebagai kelebihan karya tersebut. Setelah itu, kritikus melakukan
analisis berdasarkan bahan yang sudah disiapkan.

8.Kritikus menyajikan deskripsi, analisis, interpretasi, dan evaluasi. Pada tahap


awal berupa deskripsi, kritikus mengenalkan karya secara objektif. Pada tahap ini
belum ada penafsiran, tetapi hanya sajian mengenai muatan isi, pengarang,
gambaran umum tentang karya guna mengantarkan pembaca pada tahap
selanjutnya. Setelah itu, tahap analisis dilakukan oleh kritikus. Kadang kala, tahap
analisis ini disertai dengan penafsiran atau interpretasi. Dalam praktiknya,
kegiatan menganalisis selalu disertai dengan interpretasi, begitu pula sebaliknya.
Pada tahap ini, kapasitas analisis dan analisis memiliki kedudukan yang lebih
banyak dari pada deskripsi dan evaluasi. Pada tahap evaluasi, terdapat kontradiksi
didalam-Nya. Ada beberapa kritikus yang menggunakan bagian ini, tetapi ada
juga yang tidak menggunakan. Bagi sebagian kritikus, karya yang baik dan besar
tanpa diberikan evaluasi tetap tampak keagungannya berdasarkan analisis dan
penafsiran. Di sisi lain, sebagian kritikus memandang bahwa hakikat kritik sastra
adalah penilaian. Hal itu membuat praktik kritik sastra perlu dan harus terdapat
penilaian bersifat evaluasi terhadap karya sastra.

9.Menampilkan kutipan untuk memperkuat analisis dan penafsiran. Penyajian


kutipan ini penting dilakukan untuk menunjukkan alat bukti analisis, baik berupa
argumentasi, teks sastra, ataupun sumber teori yang digunakan. Kegiatan kritik
sastra tidak terlepas dari kegiatan menafsirkan, menganalisis, dan mengevaluasi.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menimbulkan pertanyaan yang berbeda guna
mendapatkan pemahaman mendalam tentang karya yang akan dikaji. Ketiga
pertanyaan tersebut dapat menggiring pada suatu proses melakukan kritik sastra
secara mendalam. Pertanyaan Interpretif. Apa arti karya sastra ini? Ketika
seseorang melakukan penafsiran terhadap suatu karya, maka perlu menetapkan
satu atau lebih dari makna yang memungkinkan. Proses ini dapat dikatakan mirip
dengan seorang penulis yang membawa kata-kata, sedangkan pembaca membawa
maknanya. Karya sastra menyajikan isi yang berbeda kepada pembaca dengan
cara yang berbeda.

Kegiatan kritik sastra tidak terlepas dari kegiatan menafsirkan, menganalisis, dan
mengevaluasi. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menimbulkan pertanyaan
yang berbeda guna mendapatkan pemahaman mendalam tentang karya yang akan
dikaji. Ketiga pertanyaan tersebut dapat menggiring pada suatu proses melakukan
kritik sastra secara mendalam

Pertanyaan Interpretif. Apa arti karya sastra ini? Ketika seseorang melakukan
penafsiran terhadap suatu karya, maka perlu menetapkan satu atau lebih dari
makna yang memungkinkan. Proses ini dapat dikatakan mirip dengan seorang
penulis yang membawa kata-kata, sedangkan pembaca membawa maknanya.
Karya sastra menyajikan isi yang berbeda kepada pembaca dengan cara yang
berbeda.
Pertanyaan Analitik. Bagaimana cara karya sastra bekerja? Ketika kritikus mulai
menganalisis teks, ia harus masuk dan menyelami bagaimana setiap bagian yang
ada dalam karya tersebut. Analisis bersifat teknis dengan memisahkan hal-hal,
mencari hubungan, dan menemukan efeknya. Pada tahap ini, kritikus tidak lagi
mempertanyakan apa arti puisi, tetapi bagaimana penulis membuatnya sesuai
dengan berbagai kelebihannya.

Pertanyaan Evaluatif. Apakah karya sastra ini bagus? Ketika mengevaluasi suatu
karya sastra, kritikus atau pembaca membentuk penilaian pribadi tentang karya
yang dibaca. Apakah novel yang hebat atau buruk? Mengapa? Apakah puisi ini
cukup bernilai? Mengapa? Apa yang memberikan pembaharuan? Tentunya proses
ini disertai dengan keobjektifan dan keluasan pandangan seorang pembaca atau
kritikus.

Menurut sumber buku Kitab Kritik Sastra karya Maman S.Mahayana langkah-
langkah menulis kritik sastra sebagai berikut:

1.Menentukan penyair atau pengarang atau karya sastra yang kita anggap
menarik. Kesukaan dan ketertarikan kita terhadap satu pengarang atau satu karya
sastra akan membuat kita lebih mudah dalam menulis kritiknya.

2.Memahami struktur karya yang telah kita pilih. Prosa memiliki unsur yang
terdiri atas unsur intrinsik dan ekstrinsik. Jika yang krtik adalah puisi kita harus
memahami unsur-unsur fisik dan batin puisi. Struktur fisik terdiri atas tema,nada
dan amanat.

3.Lakukan penilaian berdasarkan unsur-unsur tersebut secara objektif dengan


menampilkan dua penilaian, yaitu kelebihan dan kekurangannya. Selain melalui
unsur-unsurnya,penilaian juga dapat dilakukan berdasarkan sisi kepengarangan.
Namun, dalam hal menilai dari sisi kepengarangan, sastrawan seperti Sapardi
Joko Damono mengatakan bahwa menilai dari sisi kepengarangan tidaklah adil
karena baginya, karya sastra dan pengarang adalah dua entitas yang berbeda.
Gunakanlah metode penelitian yang paling dikuasai.
4.Mulailah menulis kritik dan tetapkanlah teorinya. Jika telah menetapkan tujuan
dan motivasi, segeralah menulis. Jangan ditunda karena dengan terus berusaha
menulis ide-ide akan muncul, mengalir sedikit demi sedikit. Penguasaan materi
perlu juga dipertimbangkan dalam pembuatan kritik sastra. Sebab, dengan itu kita
dapat mengesplorasi pendapat kita dengan landasan yang tepat sehingga dapat
dipertanggungjawabkan dan diterima oleh semua pihak.

Berdasarkan uraian tersebut, langkah-langkah membuat kritik sastra dapat


dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1.Memilih pengarang yang disukai agar membuat kritik sastra mudah dilakukan

2.Memilih materi yang dikuasai agar dapat mengeksplorasi pendapat kita dengan
landasan yangbtepat sehingga dapat dipertanggungjawabkan dan diterima oleh
semua pihak

3.Memasukan beberapa pandangan orang terhadap karya tersebut agar membantu


mempertajam kritik sastra dan tepat sasaran.

4.Mulai menulis kritik sastra setelah menetapkan tujuan dan motivasi.

4.2.Langkah-langkah Menyusun Kritik SastraMenurut buku Kesusastraan


Indonesia Modern dalam Kritik dan Esai karyaH.B. Jassin

Berikut ini penjelasan langkah-langkah menyusun kritik dan esai: Tokoh yang
berpengaruh dan memberi sumbangsih besar dalam dunia sastra dan bahasa
Indonesia adalah H.B. Jassin. Melalui buku Kesusastraan Indonesia Modern
dalam Kritik dan Esai (1967), ia mengenalkan esai dan kritik sastra. Kritik sastra
ialah karangan yang ditujukan untuk menanggapi karya sastra. Sedangkan esai
ialah karangan opini pribadi.
H.B. Jassin menekankan, menulis esai maupun kritik sastra sangat diperlukan
dalam dunia literasi. Karena dapat membangun ruang diskusi dan mengantarkan
dunia sastra Indonesia ke arah yang lebih baik.

Langkah-langkah menyusun kritik sastra antara lain:

1.Memilih karya sastra

Sebelum menulis kritik sastra, terlebih dulu kita menentukan karya mana yang
akan dibahas. Menentukan pengarang, jenis karya sastra (puisi, prosa, atau
drama), menentukan tema, dan memilih judul. Sebisa mungkin, pilih karya yang
memiliki kedekatan dengan kehidupan pribadi kita. Hal ini berguna agar
tanggapan kita dalam kritik sastra semakin valid.

2.Melakukan interpretasi

Pada langkah ini, penulis kritik sastra menafsirkan makna yang ia dapat setelah
membaca sebuah karya sastra.

4.3.Langkah-Langkah Kritik Menurut buku Kritik Sastra karya Hazlit

Hazlit telah mengantisipasi dengan menulis bahwa penulisan kritik sastra harus
dibarengi dengan sejumlah alasan dan data. Untuk menulis kritik sastra harus
memahami langkah-langkah kritik yang sistematis dan operasional sebagai
berikut.

1.Langkah deskripsi karya sastra merupakan tahap kegiatan memaparkan data apa
adanya, misalnya mengklasifikasikan data sebuah cerpen atau novel berdasarkan
urutan cerita, mendeskripsikan nama-nama tokoh utama dan tokoh-tokoh
bawahan yang menjadi ciri fisik maupun psikisnya, mendata latar fisik ruang dan
waktu atau latar social tokoh-tokohnya dan mendeskripsikan alur setiap bab atau
setiap episode.

2.Langkah penafsiran karya sastra merupakan penjelasan atau penerangan karya


sastra. Menafsirkan karya sastra berarti menangkap makna karya sastra,tidak
hanya menurut apa adanya ,tetapi menerangkan juga apa yang tersirat dengan
mengemukakan pendapat sendiri.

3.Langkah analisis merupakan tahap kritik yang sudah menguraikan data. Pada
tahap ini kritikus sudah mencari makna dan membanding-bandingkan dengan
karya sastra lain dengan sejarah atau dengan yang ada dimasyarakat.

4.Langkah evaluasi merupakan tahap akhir suatu kritik sastra. Dalam suatu
evaluasi dapat dilakukan melaluipujian,sepertiberbobot,baik,buruk,menarik dan
unik. Sebaliknya dapat pula dilakukan pencemohan,ejekan,dianggap jelek dan
tidak bermutu, serta tidak menyentuh nilai-nilai kemanusiaan. Jadi kritik sastra
mencapai kesempurnaan setelah diadakan evaluasi atau penilaian.

Langkah-LangkahKritik Sastra:

Langkahinterprestasi, yaitu upaya memberikan tafsiran berdasarkan sifat-sifat


karya sastra. Interprestasi adalah usaha untuk memperjelas karya sastra melalui
analisis, paraphare dan komentar. Interprestasi dipusatkan pada
kekaburan,ambiguitas dan kiasan-kiasan. Interprestasi menafsirkan makna karya
sastra berdasarkan unsur-unsur(aspek-aspek yang lain)

Langkah analisis, yaitu penguraian bagian-bagian karya sastra atau norma-norma


karya sastra. Karya sastra adalah satu struktur yang rumit dan kompleks itulah
sebabnya perlu dilakukan penguraian aspek-aspeknya. Penjelasan bagian-bagian
yang membangun karya sastra (novel: latar,tokoh,alur,tema). Analisis artinya
memahami tubuh karya sastra.

Anda mungkin juga menyukai