Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta
usaha yang penulis lakukan sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan. Pada makalah
ini penulis membahas mengenai “Mengungkit kritik dan essay”
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan yang
sangat berharga dari berbagai pihak, termasuk bimbingan Bapak/Ibu guru yang selalu setia
membimbing kami. Karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu hingga diselesaikanya makalah ini. Semoga bantuan dan amal baik yang
mereka berikan kepada penulis akan memperoleh pahala yang berlipat ganda dari Allah
SWT. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kritik yang membangun selalu
penulis harapkan guna kesempurnaan makalah ini.

Sungguminasa,

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Esai mulai dikenal pada tahun 1500-an dimana seorang filsuf Perancis, Montaigne,
menulis sebuah buku yang mencantumkan beberapa anekdot dan observasinya. Buku
pertamanya ini diterbitkan pada tahun 1580 yang berjudul Essais yang berarti attempts atau
usaha. Montaigne menulis beberapa cerita dalam buku ini dan menyatakan bahwa bukunya
diterbitkan berdasarkan pendapat pribadinya. Esai ini, berdasarkan pengakuan Montaigne,
bertujuan mengekspresikan pandangannya tentang kehidupan.
Di Indonesia bentuk esai dipopulerkan oleh HB Jassin melalui tinjauan-tinjauannya
mengenai karya-karya sastra Indonesia yang kemudian dibukukan (sebanyak empat jilid)
dengan judul Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei (1985), tapi Jassin tidak
bisa menerangjelaskan rumusan esai.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :


 Pengertian Essai dan Kritik
 Jenis- jenis Essai
 Bagian-bagian Essai
 Perbedaan Essai dan Kritik
 Pandangan penulis terhadap Essai dan Kritik
BAB II
PEMBAHASAN

1) Pengertian Essai dan Kritik


1.1 Essai
Sebuah esai adalah sebuah komposisi prosa singkat yang mengekspresikan opini
penulis tentang subyek tertentu. Sebuah esai dasar dibagi menjadi tiga bagian: pendahuluan
yang berisi latar belakang informasi yang mengidentifikasi subyek bahasan dan pengantar
tentang subyek; tubuh esai yang menyajikan seluruh informasi tentang subyek; dan terakhir
adalah konklusi yang memberikan kesimpulan dengan menyebutkan kembali ide pokok,
ringkasan dari tubuh esai, atau menambahkan beberapa observasi tentang subyek.
Apa yang membedakan esai dan bukan esai? Untuk menjawab pertanyaan ini dapat
dilakukan dengan merujuk pendapat-pendapat atau rumusan-rumusan yang telah ada, tetapi
pendapat-pendapat atau rumusan-rumusan yang telah ada sering kali masih tidak lengkap dan
kadang bertolak belakang sehingga masih mengandung kekurangan juga. Misal mengenai
ukuran esai, ada yang menyatakan bebas, sedang, dan dapat dibaca sekali duduk; mengenai
isi esai, ada yang menyatakan berupa analisis, penafsiran dan uraian (sastra, budaya, filsafat,
ilmu); dan demikian juga mengenai gaya dan metode esai ada yang menyatakan bebas dan
ada yang menyatakan teratur.
Penjelasan mengenai esai dapat lebih "aman dan mudah dimengerti" jika ditempuh
dengan cara meminjam pembagian model penalaran ala Edward de Bono. Menurut De Bono,
penalaran dapat dibagi menjadi dua model. Pertama, model penalaran vertikal (memusatkan
perhatian dan mengesampingkan sesuatu yang tidak relevan) dan kedua model penalaran
lateral (membukakan perhatian dan menerima semua kemungkinan dan pengaruh).
Dari pembagian model penalaran ini, esai cenderung lebih mengamalkan penalaran
lateral karena esai cenderung tidak analitis dan acak, melainkan dapat melompat-lompat dan
provokatif. Sebab, esai menurut makna asal katanya adalah sebuah upaya atau percobaan
yang tidak harus menjawab suatu persoalan secara final, tetapi lebih ingin merangsang.
Menurut Francis Bacon, esai lebih sebagai butir garam pembangkit selera ketimbang sebuah
makanan yang mengenyangkan.
1.2. Kritik
Bagi seseorang yang mempunyai kemampuan untuk memahami sesuatu karya sastra,
berusaha mengungkapkan segala sesuatu yang terselubung didalam karya sastra yang
dibacanya seperti masalah makna, nilai, dan hakikat karya sastra itu secara umum. Semuanya
dilakukan secara sistematis dengan metode kerja yang cukup jelas dapat dinamakan suatu
kritik sastra. Dalam melakukan kritik sastra, biasanya kritikus bertindak dalam suatu
kerangka berpikir yang jelas dengan tujuan untuk membina dan menumbuhkan kehidupan
dunia kesastraan yang lebih baik, walaupun didalam kritik yang dilakukan ditemui adanya
unsur “kecaman” atau memperlihatkan kekurangan dan kelemahan yang terdapat dalam
sebuah karya sastraa.
Kritik sastra adalah salah satu cabang studi sastra disamping teori sastra dan sejarah sastra.
Kritik sastra memang sering diidentikan dengan istilah timbangan, bedah karya, sorotan,
tintingan dan ulasan. Inti dari kegiatan kritik sastra ialah memahami sastra secara kritis.
Banyak yang merunut etimologi kritik sastra. Etimologi ini yang menuntun keharusan kritik
sastra itu perlu ada atau tidak. Kata kritik ini berasal dari bahasa Yunani Kuno krites yang
berarti hakim, dari kata kerja krinein yang artinya dasar menghakimi, yang merupakan
pangkal kata kritikas yang berarti penghakiman, dan dari sini timbul kata kritikos yang berarti
hakim karya sastra (Hardjana, 2013:2).
Kritik sastra merupakan kegiatan atau perbuatan mencari dan menentukan nilai hakiki karya
sastra lewat pemahaman dan penafsiran sistematik yang dinyatakan dalam bentuk tertulis
(Harjana dalam Semi, 1990:16).
Kritik diartikan sebagai kecaman atau tanggapan yang terkadang disertai uraian dan
pertimbangan baik buruknya suatu hasil karya (KBBI, 2005:601). Dalam hal ini kaitannya
dengan karya sastra, kritik sastra diartikan sebagai tanggapan atau respon pembaca terhadap
hasil karya sastra, baik itu berupa karya puisi ataupun prosa seperti cerpen maupun novel.
Kritik sastra ditulis secara sistematis dan di dalamnya terdapat penilaian baik buruk. Panjang
pendeknya sebuah tulisan kritik tidaklah ditentukan. Kritik sastra bisa ditulis panjang atau
pendek sesuai dengan kebutuhan dan kedalaman isi. Meskipun mengungkapkan pandangan
penulis, kritik tetap harus ditulis secara objektif karena berlandaskan sebuah hasil karya yang
real.
Lain halnya dengan pendapat di atas, H.B. Jassin mengemukakan bahwa kritik kesusastraan
adalah pertimbangan baik atau buruk suatu hasil kesusastraan. Pertimbangan itu disertai
dengan alasan mengenai isi dan bentuk karya sastr\, dengan alasan-alasan mengenai isis dan
bentuk hasil kesusastraan (dalam Endraswara, 2013:3).
Senada dengan pendapat H.B. Jassin, Widyamartaya dan Sudiati (2004:117) berpendapat
bahwa kritik sastra adalah pengamatan yang teliti, perbandingan yang tepat, dan
pertimbangan yang adil terhadap baik-buruknya kualitas, nilai, kebenaran suatu karya sastra.
Memberikan kritik dan esai dapat beromanfaat untuk memberikan panduan yang memadai
kepada pembaca tentang kualitas sebuah karya. Di samping itu, penulis karya tersebut akan
memperoleh masukan, terutama tentang kelemahannya.
Lebih terperinci lagi Endraswara (2013:4) menjelaskan dalam melakukan kritik terhadap
sebuah karya sastra itu, kritikus menetapkan pengertian, menggolong-golongkan,
menguraikan atau memecah-mecah sebuah karya sastra ke dalam unsur-unsur pembentuknya
atau norma-normanya, disertai tafsiran-tafsiran, dan pada akhirnya menerangkan karya satra
yang di kritik tersebut, bagaimana kelebihan-kelebihannya dan bagaimana cacat-cacat atau
kekurangannya dengan alasan-alasan dan komentar-komentar yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Dalam melacaki sastra, atau katakanlah dalam melakukan kritik sastra, seorang kritikus tidak
bertindak melakukan semaunya. Ia mesti melalui suatu proses penghayatan keindahan yang
serupa dengan proses yang dilalui pengarang dalam melahirkan karyanya. Perbedaan antara
perbuatan mengkritik dan perbuatan mengarang terletak pada pangkal tolak dan titik
akhirnya. Proses penghayatan pengarang dalam menceritakan karyanya berpangkal atau
bersumber pada persepsi, baik persepsi alaamiah faktual lewat daya indra dan daya khayal,
maupun persepsi khayali yang semata-mata menggunakan daya angan-angan. Kedua persepsi
itu oleh pengrang dipadukan menjad satu pengarang baru yang bergerak di dalam batinnya
yang kemudian mendorongnya untuk mengungkapkan pengalamaan batin itu dalam bentuk
karya yang menggunakan bahasa mediumnya. Proses keindahan yang dialami oleh seorang
kritikus sastra bermula dari pengamatan dan pencernaan suatu karya sastra. Dalam
penghaayatan itu seorang kritikus juga dapat larut lewat persepsinya atas karya yang
dihadapinya. Meskipun persepsinya juga tergantung pula pada ketajaman imajinasi,
penghayatan itu tidak terlepas dari fakta yang dihadapinya yaitu karya sastra itu sendiri.

2) Jenis-jenis Essai
2.1 Esai Deskriptif
Esai deskriptif biasanya bertujuan menciptakan kesan tentang seseorang, tempat, atau
benda. Bentuk esai ini mencakup rincian nyata untuk membawa pembaca pada visualisasi
dari sebuah subyek. Rincian pendukung disajikan dalam urutan tertentu (kiri ke kanan, atas
ke bawah, dekat ke jauh, arah jarum jam, dll). Pola pergerakan ini mencerminkan urutan
rincian yang dirasakan melalui penginderaan.
2.2 Esai Ekspositori
Esai ini menjelaskan subyek ke pembaca. Biasanya dilengkapi dengan penjelasan
tentang proses, membandingkan dua hal, identifikasi hubungan sebab-akibat, menjelaskan
dengan contoh, membagi dan mengklasifikasikan, atau mendefinisikan. Urutan penjelasannya
sangat bervariasi, tergantung dari tipe esai ekspositori yang dibuat. Esai proses akan
menyajikan urutan yang bersifat kronologis (berdasarkan waktu); esai yang membandingkan
akan menjelaskan dengan contoh-contoh; esai perbandingan atau klasifikasi akan
menggunakan urutan kepentingan (terpenting sampai yang tak penting, atau sebaliknya); esai
sebab-akibat mungkin mengidentifikasi suatu sebab dan meramalkan akibat, atau sebaliknya,
mulai dengan akibat dan mencari sebabnya
2.3 Esai Naratif
Menggambarkan suatu ide dengan cara bertutur. Kejadian yang diceritakan biasanya
disajikan sesuai urutan waktu. Esai persuasif bersuaha mengubah perilaku pembaca atau
memotivasi pembaca untuk ikut serta dalam suatu aksi/tindakan. Esai ini dapat menyatakan
suatu emosi atau tampak emosional. Rincian pendukung biasanya disajikan berdasarkan
urutan kepentingannya
Contoh :
SadarkahAndaWahai Para Perokok?
Tahukahandabahwakebiasaanmerokoksetelahmakandapatmenambahdaftarburukpenyaki
t yang akanandaderita? Merokoksetelahmakansepertinyasudahmenjadikebiasaanbagi para
perokok. Dan tanpadisadaritelahmenjadiketergantunganpsikologis.
Ternyatakebiasaanmerokoksetelahmakandapatmengakibatkangangguanpercernaan. Hal
inidiakibatkanolehtertelannyaudarasewaktumerokoksehinggaudara/gas
dalamsalurancernaakanberlebih. Gejaladankeluhan yang seringditemukanantara lain: rasa
mual/muntah, perutkembung, rasa penuhsetelahmakan, bloating (begah) danterkadang pula
disertaidengankeseringanbersendawa.
Tentukeluhanituakansangatmenggangudansayangnyakeluhantersebutkadangdianggapsebagai
penyakitmaag (gastritis).
Olehdoktersekalipunkeluhaniniseringdidiagnosasebagaimaagkarenakurangnyamenanya
kanriwayatpenyakit (anamnesa). Dengandemikianpemberianobat-
obatanuntukmengatasimaagtidakakanmengatasimasalahini.
Begitupulapemberiansuplemenenzimpencernaantidakakanbanyakmembantukarenapemberian
suplemenenzimpencernaanhanyaterutamauntukmengatasikeluhanpercernaanseperti di
atasakibatmakanterlalucepat, makanterlalubanyakkarbohidratdanmakanmakanan yang
tinggilemak.
Tampaknyamemangmerokokakanlebihbanyakmenimbulkandampaknegatifbagipecandunyada
ripadapositifnya, belumkitasebutkanberbagaidampakburukrokoklainnyabagikesehatankita
yang bahkandapatmengancamjiwa. Akan
sangatsulitmemangmeninggalkankebiasaanmerokokapalagikalaurokoktelahmenimbulkankete
rgantunganfisikdanpsikis.
Ada seseorangmisalnya yang sulituntukbekerjaapabilatidakmerokok.
Tapiitutidakbisamenjadialasan (excuse) untuktetapmerokok. Sudahbanyak orang yang
berhasilberhentimerokokdanmendapatkankehidupan yang sangatsehatsekarangini.
Tidakhanyaitu, orang-orang yang
beradadisekitarnyajugamenjadisemakinnyamandengantidakadanya asap rokok.

2.4 Esai Dokumentatif


Memberikan informasi berdasarkan suatu penelitian di bawah suatu institusi atau otoritas
tertentu. Esai ini mengikuti panduan dari MLA, APA, atau panduan Turabian

2.5 Essai Tajuk

Esai jenis ini dapat dilihat dalam surat kabar dan majalah. Esai ini mempunyai satu fungsi
khusus, yaitu menggambarkan pandangan dan sikap surat kabar/majalah tersebut terhadap
satu topik dan isyu dalam masyarakat. Dengan Esai tajuk, surat kabar tersebut membentuk
opini pembaca. Tajuk surat kabar tidak perlu disertai dengan nama penulis

2.6 Esai Cukilan Watak.

Esai ini memperbolehkan seorang penulis membeberkan beberapa segi dari kehidupan
individual seseorang kepada para pembaca. Lewat cukilan watak itu pembaca dapat
mengetahui sikap penulis terhadap tipe pribadi yang dibeberkan. Disini penulis tidak
menuliskan biografi. Ia hanya memilih bagian-bagian yang utama dari kehidupan dan watak
pribadi tersebut.

2.7 Essai pribadi

hampir sama dengan esai cukilan watak. Akan tetapi esai pribadi ditulis sendiri oleh pribadi
tersebut tentang dirinya sendiri. Penulis akan menyatakan “Saya adalah saya. Saya akan
menceritakan kepada saudara hidup saya dan pandangan saya tentang hidup”. Ia membuka
tabir tentang dirinya sendiri.

2.8 Esai Reflektif.

Esai reflektif ditulis secara formal dengan nada serius. Penulis mengungkapkan dengan
dalam, sungguh-sungguh, dan hati-hati beberapa topik yang penting berhubungan dengan
hidup, misalnya kematian, politik, pendidikan, dan hakikat manusiawi. Esai ini ditujukan
kepada para cendekiawan.
3.bagian-bagian essai

3.1 Pendahuluan
pendahuluan yang berisi latar belakang informasi yang mengidentifikasi subyek bahasan dan
pengantar tentang subyek yang akan dinilai oleh si penulis tersebut.
3.2 tubuh Essai
tubuh esai yang menyajikan seluruh informasi tentang subyek.
3.3 bagian akhir
yang memberikan kesimpulan dengan menyebutkan kembali ide pokok, ringkasan dari tubuh
esai, atau menambahkan beberapa observasi tentang subyek yang dinilai oleh si penulis.

4. PERBEDAAN ESSAI DAN KRITIK


 Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1997 : 531 ), disebutkan kritik
adalah kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan
baik buruk terhadap sesuatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya.
 Sedangkan esai adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas
lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya (Depdikbud, 1997: 270 ).
Berdasarkan pengertian di atas, kritik dan esai merupakan sebuah karangan yang berisi
ulasan dan pembahasan tentang suatu masalah dari sudut pandang seseorang. Apa yang
membedakan kritik dan esai dari karya-karya lain?
Tentunya masing-masing memiliki perbedaan tersendiri
sebagai berikut.
4.1. Kritik
a. bersifat menanggapi/mengomentari karya orang lain
b. menunjukkan kelebihan dan kekurangan
c. memberi saran perbaikan
d. bertujuan menjembatani pemahaman pembaca/apresiator/apresian dengan karya sastra
bersangkutan
4.2. Essai
a. membahas suatu masalah secara sepintas sesuai pandangan atau pribadi pengarangnya
b. pengembangan gagasan secara bebas variatif sesuai keinginan pengarangnya
c. disajikan secara ringan dan santai
d. bertujuan membahas suatu masalah secara ringan tanpa harus sampai pada
penyelesaian secara tuntas.

Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam menyusun kritik dan esai, di
antaranya sebagai berikut.
1. Pokok persoalan yang dibahas harus layak untuk diulas dan hasil ulasannya harus
memberikan keterangan atau memperlihatkan sebab musabab yang berkaitan dengan
suatu peristiwa yang nyata. Jadi yang terpenting bukan apa yang diulas, tetapi bagaimana
cara penulis memberikan ulasannya.
2. Pendekatan yang digunakan harus jelas, apakah persoalan didekati dengan pendekatan
faktual atau imajinatif? Pendekatan faktual maksudnya mendekati pokok persoalan
berdasarkan fakta dan datanya sebagaimana diserap pancaindra. Pendekatan imajinatif
maksudnya mendekati pokok persoalan berdasarkan apa yang dibayangkan atau
diangankan.
3. Ulasan yang menggunakan pendekatan faktual harus didukung oleh fakta yang nyata
dan objektif. Penulis tidak boleh mengubah fakta untuk mendukung pandangannya.
4. Pernyataan yang diungkapkan harus jelas, jangan samar-samar, harus dapat dipercaya,
tidak disangsikan atau disangkal, dan dapat dibuktikan kebenarannya.
BAB III
PENUTUP

3.1 keSimpulan
Berdasarkan makalah yang telah kami buat dapat disimpulkan bahwa Esai adalah karangan
prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi
penulisnya. Pengarang esai disebut esais. Esai sebagai satu bentuk karangan dapat bersifat
informal dan formal sedangkan Kritik adalah kecaman atau tanggapan, kadang-kadang
disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap sesuatu hasil karya, pendapat, dan
sebagainya.
Esai sastra, dengan demikian, bagian dari kritik sastra yang memunyai ciri dan karakteristik
sendiri. Hal ini dimaksudkan agar kita dapat membedakan yang mana kritik dan yang mana
esai sastra, ketika kita membutuhkan referensi untuk kepentingan penelitian ataupun
penambah wawasan dalam mengasah karya esai kita. Dalam hal ini esai sastra hanya bersifat
mengemukakan masalah atau persoalan kepada khalayak ramai, dan bagaimana penyelesaian
tersebut terarah kepada pembaca. Sedangkan kritik sastra adalah penilaian terhadap suatu
karya sastra melalui proses dengan menggunakan kriteria tertentu.
Esai sastra mempunyai persamaan yang erat dengan kritik sastra teoretis, yang banyak
membicarakan tentang konsep, teori, dan metodologi. Dengan begitu, yang membedakan
esai dengan kritik adalah: esei sastra merupakan telah sastra yang menyangkut aspek teorotis
sedangkan kritik sastra menyangkut telaahan dan praktis. Tegasnya, esei sastra menyaangkut
bahasan tentang sejarah, teori sastra, sastra bandingan, proses kreatif, konsepsi estetik,
periodisasi, dan lain. Didalam sebuah esei, sedikit banyaknya aktivitas kritik seperti aspek
penghayatan, pengapresiasian, penganalisisan, dan penilaian juga dilakukan tetapi sacara
umum dengan lebih menitikberatkan perhatian kepada nilai akademik atau teorotisnya.
Sebenarnya, apa saja yang dibicarakan tentang sastra boleh dinamakan esai sastra.
Memberikan kritik dan esai dapat bermanfaat untuk memberikan panduan yang memadai
kepada pembaca tentang kualitas sebuah karya. Di samping itu, penulis karya tersebut akan
memperoleh masukan, terutama tentang kelemahannya.

3.2 Saran-saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan dapat menjadi
referensi bagi para pembaca dalam penulisan esai dan kritik dengan baik dan benar. Selain
itu, saran dan kritik dari para pembaca juga sangat dibutuhkan demi perkembangan bahasan
makalah ini selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Endraswara, Suwardi.2013.Teori Kritik Sastra.Yogyakarta:CAPS (Center for Academic


Publishing Service)
Hardjana, Andre. 2013. Kritik Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama. Jassin H. B. 1945. Sastra Indonesia Modern dalam Kritik dan Essay.
Semi, Atar.1990. Metode Penelitian Sastra.Bandung:Angkasa
Rampan, Korrie Layun.2010.Antologi Apresiasi Sastra Indonesia Moderen.
Yogyakarta:Narasi (Anggota IKAPI)
Rokhmansyah, Alfian.2014.Studi dan Pengkajian Sastra.Yogyakarta:Graha Ilmu
http://www.menulisesai.com/2012/09/apa-itu-artikel.html diunduh 15/09/2015
http://www.pemustaka.com/pengertian-esai-dan-ciri-cirinya.html diunduh 16/09/2015
http://pritowindiarto.blogspot.co.id/2014/11/menulis-kritik-sastra.html diunduh 16/09/2015
http://irfarazak.blogspot.co.id/2013/05/kritik-dan-esai.html diunduh 17/09/2015
http://riniintama.wordpress.com/esai-dan-kritik-sastra/ diunduh 16/09/2015
http://fahmi-faisol.blogspot.co.id/2013/07/kritik-dan-esai-sastra-cerpentangisan.html diunduh
18/9/2015

Anda mungkin juga menyukai