Anda di halaman 1dari 4

Pengertian Kritik dan Esai

Kritik dan esai merupakan dua jenis tulisan yang hampir sama karena sama-sama
mengungkapkan argument atau pendapat.

Namun, penulis kritik dan esai harus melakukan analisis dan penilaian secara objektif terlebih
dahulu supaya dapat dipercaya.

Selain artikel, ulasan, dan resensi, kolom bebas (kolom yang biasa diisi oleh penulis lepas bukan
redaksi) juga memiliki kritik dan esai.

Kedua jenis teks tersebut cukup menarik untuk dipelajari karena dapat memberi wawasan
sekaligus melatih kita untuk berpikir kritis dalam menilai karya orang lain.

Kata ‘kritik’ memang cukup familiar didengar dalam kehidupan sehari-hari. Ketika
mendengarkan seseorang menyampaikan kritik, apa yang terlintas di benakmu?

Sebagian dari kamu mungkin ada yang beranggapan bahwa kritik merupakan celaan atau
pernyataan yang mengungkap kekurangan karya seseorang.

Tentu tidak salah jika kamu beranggapan seperti itu ketika seseorang tersebut menyampaikan
kritik tanpa dasar.

Namun, yang dimaksud dengan kritik di dalam pelajaran ini adalah kritik yang didasarkan atas
analisis yang mendalam terhadap suatu karya. Dimana karya yang dikritik biasanya berupa karya
seni, baik karya sastra, buku, lukis, ataupun musik.

Berbeda dengan kritik yang berfokus untuk menilai karya, esai lebih mengarah pada cara
pandang seseorang terhadap suatu objek atau peristiwa (tidak selalu terhadap karya).

Pemahaman tentang kritik dan esai sering kali rancu karena keduanya merupakan jenis teks yang
harus didasarkan pada suatu objek untuk dinilai.

Oleh karena itu, kritik dapat didefinisikan sebagai penilaian terhadap suatu karya secara
seimbang, baik kelemahan maupun kelebihannya.

Sementara, esai merupakan karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu
dari sudut pandang pribadi penulisnya.

Perbedaan Kritik dan Esai


Meskipun terlihat hampir sama, kritik dan esai memiliki perbedaan antara lain:

1. Perbandingan kitik dan esai berdasarkan pengetahuan yang disajikan:


 Objek kajian dari kritik adalah karya, misalnya seni musik, sastra, tari, drama, film,
pahat, dan lukis. Sementara, objek kajian dari esai dapat berupa karya atau fenomena.
 Kritik memiliki deskripsi karya (jika karya berwujud buku deskripsinya berupa sinopsis
atau novel). Sementara, esai tidak memiliki ringkasan atau deskripsi karya.
 Kritik menyajikan data obyektif, sementara esai tidak selalu membutuhkan data.

2. Perbandingan kitik dan esai berdasarkan pandangan penulisnya:

 Kritik melakukan penilaian terhadap karya secara objektif disertai data dan alasan yang
logis. Sementara, esai melakukan kajian secara subjektif menurut pendapat peribadi
penulis.
 Kritik umumnya memberikan penilaian menggunakan kajian teori yang sudah mapan.
Sementara, esai hampir tidak pernah mencantumkan kajian teori.
 Kritik melakukan pembahasan terhadap karya secara utuh dan menyeluruh. Sementara,
objek atau fenomena yang dikaji esai tidak dibahas secara menyeluruh, namun hanya
pada hal menarik menurut pandangan penulisnya saja.

Ciri-ciri Kritik dan Esai


1. Ciri-ciri kritik:

 Kritik umumnya bersifat menanggapi atau mengomentari karya orang lain


 Biasanya, kritik menunjukkan kelebihan dan kekurangan
 Kritik bertujuan untuk memberi saran perbaikan
 Kritik bertujuan menjembatani pemahaman pembaca

2. Ciri-ciri esai:

 Esai berbentuk seperti prosa, artinya dalam bentuk komunikasi biasa, menghindarkan
penggunaan bahasa dan ungkapan figur.
 Singkat, ini artinya esai dapat dibaca dengan santai dalam jangka waktu dua jam.
 Memiliki gaya pembeda. Seorang penulis esai biasanya akan menulis dengan ciri dan
gaya khasnya tersendiri sehingga dapat membedakan tulisannya dengan gaya penulis
lain.
 Selalu tidak utuh, artinya penulis memilih segi-segi yang penting dan menarik dari objek
dan subjek yang hendak ditulis,
 Memenuhi keutuhan penulisan, artinya meskipun esai adalah tulisan yang tidak utuh,
namun harus memiliki kesatuan, dan memenuhi syarat-syarat penulisan, mulai dari
pendahuluan, pengembangan sampai ke pengakhiran.
 Esai bersifat individu, hal ini yang membuat esai berbeda dengan jenis karya sastra
lainnya. Ciri personal esai adalah mengungkapkan cara pendang atau pikiran penulis.

Struktur Penulisan Kritik dan Esai


1. Struktur penulisan kritik:
 Evaluasi: berisi pernyataan umum mengenai suatu yang akan disampaikan.
 Deskripsi Teks: berisikan informasi tentang data-data dan pendapat yang mendukung
pernyataan atau melemahkan pernyataan.
 Penegasan Ulang: berisikan penegasan ulang terkait suatu hal yang sudah dilakukan atau
diputuskan. Bagian ini merupakan bagian terakhir dari kritik.

2. Struktur penulisan esai:

 Pendahuluan: struktur awal pembangun kerangka dari esai. Biasanya, pendahuluan akan
mengungkapkan secara sekilas tema atau topik yang akan diangkat pada keseluruhan
esai.
 Bagian isi: merupakan bagian inti dari sebuah esai. Pada bagian ini, tema atau topik yang
telah dipilih sebelumnya akan dibahas dan dijabarkan secara merinci dan detail.
 Penutup atau Kesimpulan: Seperti namanya, bagian penutup merupakan bagian terakhir
dalam menyusun sebuah esai.

Kaidah Penulisan Kritik dan Esai


1. Kaidah kritik:

 Kalimat kompleks: kalimat yang mempunyai lebih dari 2 struktur dan 2 verbs.
 Konjungsi: kata penghubung yang menghubungkan setiap kata dan struktur.
 Kata Rujukan: sesuatu yang digunakan oleh penulis untuk memperkuat pernyataan
dengan tegas (dikenal juga dengan sebutan referensi).
 Pilihan Kata: pemilihan kata yang sesuai dalam penggunaan sekaligus pembuatan teks
tanggapan kritis.

2. Kaidah esai:

 Baku: struktur yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku, baik
mengenai struktur kalimat ataupun kata. Demikian juga pemilihan kata atau istilah dan
penulisan akan menyesuaikan dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
 Logis: ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa indonesia ragam ilmiah dapat
diterima akal.
 Ringkas: ide dan gagasan diungkapkan dengan kalimat pendek sesuai dengan kebutuhan,
pemakaian kata seperlunya, dan tidak berlebihan.
 Runtun: ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan dan tingkatannya, baik
dalam kalimat maupun dalam paragraf.
 Denotatif: kata yang diungkapkan dengan kalimat pendek sesuai dengan kebutuhan,
pemakaian kata seperlunya, dan tidak berlebihan.
Contoh Kritik dan Esai

Kebangkitan Tradisi Sastra Kaum Bersarung

Penulis: Purwana Adi Saputra

Selama ini, entah karena dinafikan atau justru karena menafikan fungsinya sendiri, kaum
pesantren seolah tersisih dari pergulatan sastra yang penuh gerak, dinamika, juga anomali.
Bahkan, di tengah-tengah gelanggang sastra lahir mereka yang menganggap bahwa kaum
santrilah yang mematikan sastra dari budaya bangsa. Di setiap pesantren, kedangkalan
pandangan membuat mereka menarik kesimpulan picik bahwa santri itu hanya percaya pada
dogma dan jumud.

Mereka melihat tradisi hafalan yang sebenarnyalah merupakan tradisi Arab yang
disinkretisasikan sebagai bagian dari budaya belajarnya, telah membuat kaum bersarung ini
kehilangan daya khayal dari dalam dirinya. Dengan kapasitasnya sebagai sosok yang paling
berpengaruh bagi transfusi budaya bangsa ini, dengan seenaknya ditarik hipotesis bahwa
pesantrenlah musuh pembudayaan sastra yang sebenarnya.

Kaum bersarung adalah kaum intelektualis yang memarjinalkan sisi imaji dari alam pikirnya
sendiri. Pesantren adalah tempat yang pas buat mematikan khayal. Pesantren adalah institut
tempat para kiai dengan santri.

Anda mungkin juga menyukai