Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Cara Membedakan Esai dengan Kritik


Keterampilan berbahasa memiliki 4 aspek, yaitu keterampilan menyimak, berbicara,
membaca dan menulis. Salah satu yang penting adalah keterampilan menulis. Keterampilan
menulis adalah keterampilan mengemukakan pikiran atau keterampilan menyampaikan perasaan
menggunakan bahasa tulis sebagai medianya. Salah satu keterampilan menulis adalah
kemampuan untuk membuat esai. Esai adalah suatu tulisan yang menggambarkan opini penulis
tentang subjek tertentu yang dicoba untuk dinilai dan bersifat subjektif.
Kita juga sering mendengar kata „kritik‟. Kata „kritik sering kita dengar dalam kehidupan
sehari-hari. Namun, konotasinya sering kali mengarah pada hal yang bersifat negatif. Sedangkan
yang dimasud dengan kritik yang sebenarnya adalah suatu pendapat yang didasarkan atas analisis
yang mendalam. Karya yang dikritik biasanya berupa karya seni, baik karya sastra, musik, lukis,
buku maupun film.
Esai dan kritik merupakan hal penting yang harus dikuasai setiap orang. Namun, banyak
orang masih belum bisa membedakannya. Oleh karena itu, disini kami akan membahas hal apa
saja yang membedakan kritik dan esai itu. Pada dasarnya kritik dan saran dapat dibedakan dari
segi pengertian, bahasa yang digunakan dan unsur lainya yang mendukung terbentuknya esai dan
kritik. Berikut ini adalah hal yang dapat membedakan antara kritik dan saran.
2.1.1 Pengertian
Dari segi pengertian kritik adalah proses analisis dan evaluasi terhadap sesuatu dengan
tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki
pekerjaan. Kritik menurut bahasa Yunani, “kritikos” diartikan sebagai “dapat berdiskusi”.
Sedangkan esai dapat diartikan sebagai karangan prosa yang membahas suatu massalah
secara sepintas dari sudut pandang pribadi penulisnya. Esai berisi tentang opini, pandangan
atau ekspresi pribadi dari penulis mengenai sebauah hal yang sedang terjadi atau berlangsung
di masyarakat.
2.1.2 Struktur
Seperti halnya sastra lain, kritik dan esai dibentuk melalui sebuah struktur. Berikut ini
struktur kritik yang dapat membedakannya dari esai.
a. Struktur Kritik
1) Tesis (Pernyataan Pendapat)
Pernyataan pendapat, tanggapan, atau komentar atas suatu hal. Komentar tersebut
akan berkaitan dengan teori yang akan diperkuat pada bagian argumen. Penulis
menyampaikan sudut pandang tentang masalah yang dibahas.
2) Argumentasi
Bukti atau alasan untuk memperkuat pernyataan dalam tesis. Argumentasi dapat
berupa pertanyaan umum/data hasil analisis, teori, pernyataan para ahli, maupun
fakta-fakta berdasarkan referensi yang bisa dipercaya.
3) Penegasan ulang
Mengungkapkan kembali tanggapan terhadap suatu objek atau subjek.
Tanggapan tersebut dapat berupa pujian, penilaian baik buruk, koreksi, atau saran.
b. Struktur Esai
1) Pendahuluan
Sama dengan tujuan pendahuluan pada tulisan ilmiah, dalam pendahuluan cara
membuat esai, penulis dapat memberikan sedikit pendapatnya mengenai tema yang
akan di bahas. Secara singkat, pengantar atau gambaran agar dapat memahami topik
yang akan di bawakan suatu essay ada pada pendahuluan. Adanya pendahuluan

2
membuat pembaca lebih mudah untuk memahami isi essay yang akan di sampaikan.
Maka pendahuluan juga dapat di katakan sebagai awalan esai.
2) Pembahasan (Isi)
Pembahasan atau isi merupakan bagian yang menjelaskan mengenai tema atau
topik esai secara detail dan terperinci. Penulis akan menjabarkan pendapat secara
berturut-turut dengan ide yang disusun dalam kerangka. Pada bagian ini akan dibahas
dan dijelaskan secara lebih rinci dan mendetail mengenai topik atau tema yang telah
dipilih sebelumnya. Dasar-dasar dari penyusun argumentasi juga dijelaskan di bagian
isi. Misalnya saja teori atau pendapat para ahli yang dikombinasikan dengan data
serta fakta yang ada di lapangan. Pembaca akan mempercayai opini penulis yang
disampaikan dalam esai melalui teori, data, dan fakta yang dituliskan.
3) Penutup atau Kesimpulan
Menjadi bagian akhir dalam sebuah essay, penutup atau kesimpulan ini menjadi
poin berupa kalimat yang merangkum hal-hal penting yang sudah diulas pada bab
pendahuluan dan pembahasan. Pada bagian ini seharusnya penulis dapat menuliskan
dengan singkat, padat, dan tidak melebar ke topik lainnya. Di bagian ini juga penulis
juga dapat memberikan saran di beberapa esai untuk penulis pihak etika guna
menyikapi permasalahan yang dibahas pada bagian penutup.

2.1.3 Perbandingan Kritik dan Esai Berdasarkan Pengetahuan yang Disajikan


Berdasarkan pengetahuan (isi) yang dikaji di dalamnya, perbandingan kritik dan esai dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
No. Kritik Esai
1. Objek kajian adalah karya, misalnya Objek kajian berupa karya atau fenomena.
seni,musik, sastra, tari, drama, film,
pahat, dan lukis.
2. Ada deskripsi karya, bila karya Tidak ada ringkasan atau sinopsis karya.
berwujud buku deskripsinya berupa
sinopsis atau novel.
3. Menyajikan data objektif. Tidak selalu membutuhkan data.
2.1.4 Perbandingan Kritik dan Esai Berdasarkan Pandangan Penulisnya
Dilihat dari pandangan penulisnya, perbandingan kritik dan esai dapat diringkass sebagai
berikut.
No. Kritik Esai
1. Penilaian terhadap karya dilakukan Kajian dilakukan secara subjektif, menurut
secara objektif disertai data dan pendapat pribadi penulis esai.
alasan yang logis.
2. Dalam memberikan penilaian Jarang atau hampir tidak pernah
seringkali menggunakan kajian teori mencantumkan kajian teori.
yang sudah mapan.
3. Pembahasan terhadap karya secara Objek atau fenomena yang dikaji tidak
utuh dan menyeluruh. dibahas menyeluruh, tetapi hanya pada hal
yang menarik menurut pandangan
penulisnya. Meskipun demikian,
pembahasannya dilakukan secara utuh.

2.2 Menganalisis Kebahaaan dalam Kritik dan Esai


Sebagai teks eksposisi, teks kritik dan esai secara umum juga memiliki kaidah kebahasaan
yang hampir samadengan teks eksposisi. Berikut kebahasaan yang dimiliki oleh saran dan esai.

3
2.2.1 Menggunakan Pernyataan-Pernyataan Persuasif
Contoh:
Oleh karena itu, berhadapan dengan novel model ini, kita (pembaca) mesti memulainya
tanpa prasangka dan menghindar dari jejalan pikiran yan berpretensi pada sejumlah horison
harapan. Bukankah banyak pula novel kanon yang peristiwa-peristiwa awalnya dibangun
melalui narasi yang lambat?
2.2.2 Menggunakan Pernyataan yang Menyatakan Fakta
Untuk mendukung atau membuktikan kebenaran argumentasi penulis/penuturnya.
Mungkin pula diperkuat oleh pendapat ahli yang dikutipnya ataupun pernyataan-pernyataan
pendukung lainnya yang bersifat menguatkan.
2.2.3 Menggunakan Pernyataan atau Ungkapan yang Bersifat Menilai atau Mengomentari
Contoh :
Pemanfaatan –atau lebih tepat eksplorasi–setiap kata dan kalimat tampak begitu cermat
dalam usahanya merangkai setiap peristiwa. Eka seperti hendak menunjukkan dirinya sebagai
”eksperimental” yang sukses bukan lantaran faktor kebetulan. Ada kesungguhan yang luar
biasa dalam menata setiap peristiwa dan kemudian mengelindankannya menjadi struktur
cerita. Di balik itu, tampak pula adanya semacam kekhawatiran untuk tidak melakukan
kelalaian yang tidak perlu.
2.2.4 Menggunakan Istilah Teknis Berkaitan dengan Topik yang Dibahasnya
Topik contoh teks kritik adalah novel, dan istilah-istilah yang digunakan juga berkaitan
dengan novel, misalnya narator, antologi, eksplorasi, eksperimen, mitos, biografi , dan alur.
Topik pada teks esai adalah film, terutama film ”Batman”. Istilah-istilah film yang digunakan
antara lain orisinalitas, trilog Nolan, planetary, remote control, alegori, dan candide.
2.2.5 Menggunakan Kata Kerja Mental
Hal ini terkait dengan karakteristik teks eksposisi yang bersifat argumentatif dan bertujuan
mengemukakan sejumlah pendapat. Kata kerja yang dimaksud, antara lain, memendam,
mengandalkan, mengidentifikasi, mengingatkan, menegaskan, dan menentukan.
Contoh:
a) Sebuah novel yang juga masih memendam semangat eksperimen.
b) Dengan hanya mengandalkan sebuah alinea dan 21 kalimat, Eka bercerita tentang sebuah
tragedi pembantaian yang terjadi di negeri antah-berantah (Halimunda).
c) Kadang kala muncul di sana-sini pola kalimat yang mengingatkan kita pada style penulis
Melayu Tionghoa.
Teks kritik sastra dan esai juga memiliki karakter khas yaitu gaya bahasa berupa pilihan
kata, struktur kalimat, dan gaya penulisannya merupakan hal yang berkaitan erat dengan penulis
kritik sastra dan esai secara pribadi. Setiap penulis kritik sastra dan esai, memiliki gaya bahasa
yang khas yang membedakannya dengan penulis kritik sastra dan esai yang lain. Sebagai contoh,
esai yang ditulis Gunawan Muhammad pasti berbeda dengan gaya bahasa esai yang ditulis oleh
A.S. Laksana, Bakdi Sumanto, dan Umar Kayam. Bahkan bagi penikmat esai, ketika membaca
satu paragraf teks esai tanpa nama penulisnya, ia akan dapat menebak siapa penulisnya.
2.3 Menganalisis Kriteria Menulis Esai dan Kritik
Berikut merupakan beberapa panduan dalam menulis esai. Esai didefinisikan ketika kita
harus menyusun suatu laporan yang membutuhkan lebih dari beberapa paragraph, diaman
didalamnya bia saja terdapat pengumpulan data, analisis data, dan kesimpulan. Panduan ini dapat
diterapkan dalam berbagai tahap yang dapat dilakukan berkali-kali dalam menulis esai.
Misalnya, kembali membaca dan menatat beberapa bagian penting ketika menemukn teks
yang berguna. Yang terpenting adalah untuk menulis secepatnya, dimana dalam proses menulis
biasanya akan menemukan ide-ide baru yang dapat dikembangkan oleh penulis selanjutnya.
Ketika sudah mulai menulis, selanjutnya kegiatan menulis akan menjadi lebih mudah dan tidak

4
terlalu membingungkan. Biasanya, tulisan yang telah dibuat juga dapat diuji kembali untuk
kemudian ditambah atau pun diperbaiki menjadi esai final.
2.3.1 Definisikan Pertanyaan dan Analisis Tugas yang Diberikan
Pastikan dalam menulis esai, kita sudah memahami maksud dari pertanyaan dengan
baik.Identifikasi kata-kata kuni yang terkandung di dalam pertanyaan tersebut, lalu analisa
apa saja kira-kira jawaban yang diinginkan oleh pertanyaan tersebut.
2.3.2 Lakukan Penelitian Mengenai Topik
Dalam penyusunan esai bisa diawali dengan membaca untuk keperluan esai 4 sampai 5
minggu sebelum waktu pengumpulan. Ini akan mempermudah untuk mempelajari topik yang
akan dibahas sekaligus mengembangkan argumen penulis.
2.3.3 Menacatat Referensi Buku
Mancatat seluruh referensi dari buku yang di baa adalh suatu hal yang sangat penting.
Sertakan nama pengarang, tanggal, judul, penerbit serta tempat penerbitan. Untuk artikel
jurnal, sertakan volume dan nomor terbit. Fotokopi bagian-bagian baaan yang bermanfaat.
Ketika sedang mencatat, perhatikan perbedaan antara merangkum dan memfrase
ulang.memfrase ulang dan merangkum dapat berguna sebagai alternatif dalam menggunakan
kutipan-kutipan langsung. Memfrase ulang mengulang bagian paling banyak dari sebuah
bacaan, dimana rangkuman hanya berisi poin-poin utama. Dalam kedua hal, bagaimanapun,
anda harus mereferensi informasi tersebut ke pengarang aslinya. Ini untuk mencegah adanya
dugaan plagiarisme.
2.3.4 Menyusun Ide dalam Menulis Esai
Kaji catatan yang telah dibuat sebelumnya dan sertakan contoh- contoh yang dapat
mendukung atau memperkuat argumen. Tentukan poin mana yang akan dibahas terlebih
dahulu. Catatan ini dapat digunakan sebagai rancangan kasar dari Esai yang akan dibuat.
Seluruh esai usahakan disusun dalam struktur berikut:
a. Pendahuluan
Pendahuluan adalah bagian yang menyediakan rangkumandari isi argumen
penulis. Bersifat mempertegas argumen kepada pembaca. Buatlah pendahuluan singkat
dan padat, tapi jangan lupa menampilkan semua ide di dalamnya
b. Isi
Isi adalah bagian yang menjawab pertanyaan dengan cara mengembangkan
argumen-argumen penulis. Di sini adalah tempat untuk mencurahkan segala gagasan
dan pegetahuan yang berkaitan dengan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
sebelumnya. Gunakan contoh- contoh yang relevan serta kutipan-kutipan untuk
mendunkung argumen. Sangat penting untuk menyusun isi dengan struktur yang benar.
c. Kesimpulan
Kesimpulan harus merujuk pada bagian pendahuluan serta menunjukkan bahwa
semua pertanyaan yang ada sudah terjawab. Sambungkan kembali dengan argumen-
argumen yang berkaitan dengan jawaban. Jangan pernah menampilkan informasi baru
pada kesimpulan.
2.3.5 Memperbaiki Esai
Baca kembali esai yang telah di buat untuk menemuka kesalahan-kesalahan yang mungkin
terjadi. Jangan kecewa jika menemukan beberapa kesalan dalam esai, karena itulah gunanya
memperbaiki esai ini. Jika ternyata membutuhkan informasi yang lebih, coba cari lagi
kekurangna tersebut.
2.3.6 Membuat Referensi dari Esai
Membuat referensi mmerupakan keahlian yang sangat penting karena berhubungan dengan
plagitisme. Plagiatisme dapat dianggap sebagai suatu tindak pidana yang serius dalam bidang
pendidikan.

5
Sebelum mengumpulkan esai, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam menulis dan menyusun esai diantaranya sebagai berikut.
1. Menentukan tema yang menarik, sehingga pembaca nanti akan tertarik untuk melihatnya.
2. Melakukan penelitian (research), baik dalam bentuk wawancara, survei, maupun studi
pustaka, untuk mengupulkan teori dan data-data valid untuk meyakinkan para pembacanya.
3. Membuat kerangka (outline) agar isi tidak keluar dariesensi esai itu sendiri.
4. Memperhatikan pemilihan kata atau diksi yang sesuai dengan konteks tema yang diangkat
pada esai.
5. Menemukan gagasan utama agar dapat mengembangkan kata-kata dalam pembuatan esai.
2.3.7 Hal Penting yang Harus Diperhatikan dalam Menyusun Kritik Sastra
Menurut guru besar Universitas Indonesia, Manneke Budiman, S.S., M.A., Ph.D. ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menulis dan menyusun kritik sastra. Seorang
kritikus harus mengetahui terlebih dahulu esensi atau konsep dari kritik sastra itu sendiri. Hal
ini diperlukan sebagai fondasi awal dalam penulisan kritik sastra yang sesuai dengan kaidah
sebagai bagian dari kegiatan Sayembara Kritik Sastra. Pada dasarnya, kritik sastra itu
bertujuan untuk memudahkan pembaca memahami karya sastra secara mendalam, khususnya
hal yang belum terungkap dengan intensitas tinggi. Kritik sastra tidak hanya mencari
informasi, tetapi merekonstruksi makna yang dibangun dari informasi yang ada dalam karya
sastra. Kritik sastra sebisa mungkin mengungkapkan hal tersirat yang bernilai untuk
dijelaskan kepada pembaca. Namun, hal bernilai itu merupakan sesuatu yang belum pernah
dibahas atau diulas oleh kritikus lainnya. Dengan begitu, kritik sastra dapat dinilai berbobot
karena menampilkan sisi lain dari sebuah karya sastra yang berbeda dari yang lainnya.
Meskipun demikian, kritikus dilarang untuk menghakimi karya sastra. Hal tersebut sama
saja dengan menghancurkan karya sastra itu sendiri. Kritikus perlu menulis kritik sastra
dengan kerendahan hati supaya hasil dari kritik sastra bukan menjelekkan karya sastra,
melainkan lebih dapat menggali kekayaan atau kompleksitas karya sastra. Hal yang tidak
kalah penting adalah penulisan kritik sastra jangan menyesatkan. Keintiman antara kritikus
dengan penulis karya sastra pun perlu dibangun dalam tulisan kritik sastra sehingga maksud
dan tujuan kritikus tersampaikan dengan baik. Di sisi lain, kritik sastra dapat memperpanjang
usia karya sastra. Hal ini disebabkan setiap kritikus sastra selalu menampilkan atau
menciptakan hal-hal baru dari suatu karya sastra sehingga karya sastra tersebut selalu tampil
dengan berbagai sudut pandang yang berbeda. Panjang atau tidaknya usia karya sastra juga
ditentukan dari jumlah kritik sastra. Semakin banyak kritik sastra, semakin panjang pula usia
karya sastra. Sebaliknya, bila tidak ada kritik pada suatu karya sastra, karya sastra tersebut
dapat dengan mudah hilang dari peredaran tanpa ada rekam jejak.
Kritik sastra dimulai dari tahap apresiasi. Tahap apresiasi berarti pembaca menilai
kemasan dengan menampilkan unsur intrinsik dan ekstrinsik dari sebuah karya sastra.
Penilaian pun lebih banyak didominasi oleh deskripsi dan eksplanasi. Biasanya, tahap
apresiasi ini dilakukan oleh pelajar SMP dan SMA. Para pelajar baru diperkenalkan dengan
karya sastra sehingga penilaian pelajar terhadap karya sastra itu hanya sebatas menilai
kemasan yang tertulis tanpa kedalaman dan intensitas tinggi. Tahap apresiasi ini juga dikenal
dengan resensi. Perbedaan resensi dengan kritik sastra adalah tingkat kedalaman
pembahasannya.
Tahap berikutnya adalah pemberian tanggapan pada karya sastra. Tahap ini sudah dapat
dikategorikan sebagai aktivitas kritik sastra. Akibat dari kemasan terhadap makna menjadi
titik tolak kritik sastra. Hal ini dilakukan karena ada hal yang tidak diungkapkan secara jelas
dalam karya sehingga pembaca dapat turut andil menciptakan kembali karya (re-kreasi) yang
tidak terjadi terhadap pembacaan secara umum. Penciptaan kembali suatu hal baru yang
tersimpan dalam karya sastra harus dapat diungkapkan dengan utuh, runut, dan jelas. Terlebih
lagi, tidak ada format khusus dalam kritik sastra. Semua gagasan dalam penulisan kritik sastra
6
harus saling berkaitan dan saling menguatkan satu sama lain sehingga menjadi sebuah
kesatuan yang dapat memudahkan pembaca dalam memahami maksud dari kritik sastra.
2.4 Mengkontruksi Kritik dan Esai
Mengkontruksi berarti membedah kritik dan esai dengan memperhatikan sistematika dan
kebahasaanya. Artinnya, suatu teks yang akan dibedah tersebut dapat dibuat ringkasannya.
2.4.1 Mengkontruksi Kritik Sastra
Dapat dibuat ramngkuman dari identitas karya sastra (judul dan penulis), ringkasan (tokoh,
perwatakan, alur, latar, amanat, dan lain-lain), pembahasan (teori, analisi, sudut pandang, dan
lain-lain), serta penilaian (penilaian dan argumen).
2.4.2 Mengkontruksi Esai
Dapat dibuat ringkasan dari topik permasalahan, pendahuluan (tesis), konteks, masalah,
solusi dari masalah, serta kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai