PENDAHULUAN
dianggap sangat menarik untuk terus dijadikan penelitian, terlebih lagi jika
merupakan sesuatu yang tidak hanya bisa dipelajari, diteliti bahkan bisa
pondok pesantren bisa jadi karena strategi yang digunakan, tetapi juga karena
ciri atau sifatnya yang menonjol dari dalam diri pribadinya. Setiap organisasi
nonformal selalu ada seseorang yang dianggap lebih dari yang lain. Seseorang
1
Soekamto, Kepemimpinan Kyai Dalam Pesantren, (Jakarta: LP3ES), 1999, 19.
1
yang memiliki kemampuan lebih tersebut kemudian ditunjuk atau diangkat
orang seperti itu disebut pemimpin. Dari kata pemimpin itulah muncul istilah
kini. Untuk menjadi pemimpin yang sesuai dengan tuntutan era sekarang ini,
lagi, sehingga di dalam memutuskan suatu kebijakan dapat diterima baik oleh
dalam hal ini Kyai Misbahuddin Nashan. Ada suatu pandangan mengatakan
bahwa dalam memimpin sebuah pesantren, tidak ada pola atau gaya
kepemimpinan kyai yang spesifik yang berlaku dalam semua situasi, tetapi
pengembangan yang terjadi setiap saat dan menuntut sebuah organisasi untuk
2
Viethzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi,( Jakarta: Raja Grafindo
Persada), 2006, 1-2.
3
Viethzal Rivai, 4
2
berkembang serta terus melakukan perbaikan, maka kepemimpinan
kekinian.4
lain, bahkan pondok pesantren yang sudah lama berdiri juga tidak luput dari
maju dan berkembang. Karena itu, berbagai upaya terus dilakukan dalam
4
Imron Arifin, Kepemimpinan Kiyai: Kasus Pondok Pesantren Tebuireng.(Malang:
Kalimasahada press), 1993.
5
Pengasuh Pondok Misbah Alqur’an, Wawancara Pribadi, 20 Jan. 2019.
3
ustadzah/guru) untuk terus berusaha meningkatkan kinerja dan kualitas
keilmuan mereka, juga terhadap seluruh santri yang ada di dalam lingkungan
B. Fokus Penelitian
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
Mejobo Kudus
4
2. Untuk mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat
E. Metode Penelitian
Menjadi instrumen, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan
generalisasi.6
6
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
(Bandung: Alfabeta, 2014), 14-15.
5
2. Setting Penelitian
3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, terdiri dari sumber data
primer dan sumber data sekunder. Data primer atau data tangan pertama,
subyek sebagai sumber informasi yang dicari. 7 Untuk penelitian ini peneliti
dan santri.
Sedangkan data sekunder atau data tangan kedua adalah data yang diperoleh
lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh peneliti dari subyek penelitiannya.
a. Wawancara
7
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), 91.
6
Teknik ini peneliti tujukan pada pengasuh pondok, ustadz, dan santri
b. Pengamatan / Observasi
c. Dokumentasi
qur’an. Selain itu teknik ini digunakan untuk untuk mendapatkan data
7
untuk memperoleh hasil penelitian yang lengkap, tepat, dan benar.
Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini
adalah seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman, yang dikutip
di lapangan.
memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
8
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,
(Bandung: Alfabeta, 2006), 336.
8
yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dilukiskan dalam catatan
9
Sugiyono 341.
9
lapangan mengumpulkan data maka kesimpulan yang dikemukakan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
kekurangan atau kelebihan yang sudah ada. Selain itu, peneliti juga menggali
informasi yang ada sebelumnya tentang teori yang berkaitan dengan judul
satu judulpun yang sama dengan judul yang peneliti ajukan. Namun ada 3
10
Sugiyono 345.
10
1. Imron Arifin, 1992, Kepemimpinan Kyai dalam Sistem Pengajaran kitab-
Pendidikan Pesantren
khas pesantren dinilai sangat unik oleh para pemerhati pendidikan, mulai
11
kepemimpinan kyai, dan juga gaya hidup para santri yang sangat
Santri
membentuk etos kerja, dan peran Kyai dalam mengkonstruksi etos kerja
B. Deskripsi Teori
1. Kepemimpinan Kyai
12
suatu pesantren. Kemampuan Kyai menggerakkan massa yang
terhadap kehidupan santri tidak terbatas pada saat santri masih berada di
SDM. Kepemimpinan kyai harus memiliki visi yang jelas dan jauh ke
11
Imron Arifin, Kepemimpinan Kiyai: Kasus Pondok Pesantren Tebuireng.(Malang:
Kalimasahada press, 1993), 15.
12
Sartono Kartodirjo, Religious Movement of Java in the 19th and 20th Centuries
(Yogyakarta: Gajah Mada University,1970), 114.
13
kepemimpinan yang dapat diteladani dan dicontoh dengan baik,
Allah SWT dalam segala perilaku dan tindakannya baik yang lahir
14
tersebut, maka yang paling penting dalam pengaplikasian konsep
kinerja produktif.
1) Metode keteladanan
15
Mendidik perilaku dengan latihan dan pembiaasaan adalah
kiai dan ustadz. Latihan dan pembiasaan ini pada akhirnya akan
menjadi akhlak yang terpatri dalam diri dan menjadi yang tidak
diridhai"13
13
Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Jilid III , (Dar-al-Mishri: Beirut : 2005), 61.
16
teladan, fenomena alam atau peristiwa-peristiwa yang terjadi, baik
dan kebenaran dengan jalan apa yang dapat menyentuh hanti dan
dan kebenaran yang harus dilakukan oleh seseorang, dalam hal ini
c). Peringatan tentang dosa atau bahaya yang bakal muncul dari
14
Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, Jilid II, (Mesir; Maktabah al-Qahirah, tt), 404
17
bagi pelanggar, sementara kebijaksanaan mengharuskan sang
satu sama lain; targhib dan tahzib. Targhib adalah janji disertai
18
menjauhi kejahatan. Tahzib adalah ancaman untuk menimbulkan
dan tujuan yang hendak dicapai. Targhib dan tahzib berakar pada
bandongan.
19
Organisasi, Aplikasi dan Penelitian menyatakan beberapa fungsi
1. Menciptakan Visi
3. Menciptakan Sinergis
4. Menciptakan Perubahan
6. Memberdayakan Pengikut
8. Manajer Konflik
9. Memberlajarkan Organisasi
1. Tipe Otokratik
2. Tipe Paternalistik
3. Tipe Kharismatik
expetation).
mitra kerjanya.
pekerjaannya.
agar mereka bisa maju dan berkembang dalam karir dan kehidupan
22
mewujudkan sebuah cita-cita bersama agar hidup dan karya mereka
menjadi bermakna.
Watak karisma yang dimiliki oleh seorang Kyai, timbul oleh sifat
19
Sukamto, Kepemimpinan Kyai Dalam Pesantren, 78-79.
23
Abdurahman Wahid menegaskan terlepas dari sifat
cara atau upaya yang dipakai oleh para santri atau penghafal al-Qur’an
Qur’an dengan tepat dan benar agar selalu ingat dan dapat
dari dua kata yang berasal dari bahasa Arab, yaitu tahfidz dan Al-
20
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Kyai, 56.
21
Gagne dan Briggs ( 1979:3 )
24
Qur‟an. Kata tahfidz merupakan bentuk isim mashdar dari fiil madhi (
Al-Qur’an berasal dari kata qara`a artinya bacaan atau yang dibaca,
ibadah.22
Pekerjaan apapun jika sering diulang pasti menjadi hafal.24 Jika arti
bahasa tidak berbeda dengan arti istilah dari segi membaca diluar
22
Muhammad Adnan, (Ke Nuan MTs/SMP Kelas VIII, LP NU: 2009), 9.
23
Ulin Nuha Mahfudhon, Jalan Penghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Kompas Gramedia,
2017). 18.
24
Abdul Aziz Abdul Rauf, Kiat Sukses Menjadi Hafidz Qur;an Daiyah, (Bandung:
Syamil Cipta Media, 2004), 49.
25
kepala, maka menghafal Al-Quran berbeda dengan penghafal hadist,
(orang yang berpredikat hafal Al- Quran) adalah mutlak bagi orang
yang masyhur.
Maka apabila ada orang yang telah hafal kemudian lupa atau lupa
seperti ketuaan atau sakit, maka tidak dikatakan hafidz dan tidak
25
Abdu al-Rabb Nawabudin, Metode Efektif Menghafal al-Quran, (Jakarta: Tri Daya Inti,
1988), 17.
26
Menghafal al-Qur’an bukan usaha yang dapat dianggap mudah
untuk dilakukan semua orang, hal ini karena banyaknya materi dan
W. Al-Hafidz, ialah :
metode kitabah, hanya saja pada kitabah lebih berfungsi untuk uji
Nawabuddin, yaitu :
26
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta : Bumi Aksara,
1994), 22-24.
27
satu dengan bagian lainnya dalam satu kesatuan materi yang
dihafal. Hal ini dapat dikaji dari pernyataan berikut ini: “Dalam
sepuluh baris, satu halaman, atau satu hizb. Apabila telah selesai
yang terpadu dalam satu surat. Sebagai contoh seorang murid yang
menghafal surat al-Hujurat menjadi dua tau tiga tahap, surat al-
sekali.”
sebagai berikut :
28
a) Sebuah riwayat Al Baihaqi dari Abu Aliyah berkata: Nabi
b) Metode ini lebih utama atau lebih tepat untuk anak-anak dan
al- Qur’an.
27
Abdurrab Nawabuddin, Tekhnik Menghafal Al-Qur’an, (Bandung: Sinar Baru, 1991), 59.
29
sampai benar-benar hafal. Penjelasan tersebut berasal dari
materi hafalan itu lebih baik dari pada terus menerus tanpa henti-
28
HM. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan
Keluarga Sebagai Pola Pengembangan Metodologi, (Jakarta: Bulan Bintang,1976), 206.
30
Menurut beberapa hadits, salah satu kenikmatan dunia adalah hafal
اَل َح َس َد ِإاَّل ِفي اْثَنَتْيِن َر ُج ٌل َع َّلَم ُه ُهَّللا اْلُقْر آَن َفُهَو َيْتُلوُه آَناَء الَّلْيِل َو آَناَء الَّنَهاِر َفَسِمَعُه َج اٌر
َلُه َفَقاَل َلْيَتِني ُأوِتيُت ِم ْثَل َم ا ُأوِتَي ُفاَل ٌن َفَعِم ْلُت ِم ْثَل َم ا َيْع َمُل َو َر ُج ٌل آَتاُه ُهَّللا َم ااًل َفُهَو ُيْهِلُك ُه
ِفي اْلَح ِّق َفَقاَل َر ُج ٌل َلْيَتِني ُأوِتيُت ِم ْثَل َم ا ُأوِتَي ُفاَل ٌن َفَعِم ْلُت ِم ْثَل َم ا َيْع َمُل
29
Allah pun akan lipat gandakan pahala ini bagi orang-orang yang
rajin.
29
HR. Bukhari.
31
َعْن َع ْبِد ِهَّللا ْبَن َم ْسُعوٍد َيُقوُل َقاَل َر ُس وُل ِهَّللا َقَر َأ َح ْر ًفا ِم ْن ِك َتاِب ِهَّللا َفَلُه ِبِه َح َس َنٌة َو اْلَح َس َنُة
ِبَعْش ِر َأْم َثاِلَها اَل َأُقوُل الم َح ْر ٌف َو َلِكْن َأِلٌف َح ْر ٌف َو اَل ٌم َح ْر ٌف َو ِم يٌم َح ْر ٌف30
Tasyrif Nabawi
sholat berjamaah.
”Aku hafal surat ini.. surat ini.. dan surat Al Baqarah.” Benarkah
harta, orang yang berilmu senantiasa punya jabatan lebih. Dalam Al-
َبْل ُهَو آَياٌت َبِّيَناٌت ِفي ُص ُدوِر اَّلِذ يَن ُأوُتوا اْلِع ْلَم ۚ َو َم ا َيْج َح ُد ِبآَياِتَنا ِإاَّل الَّظاِلُم وَن31
31
QS. Al-Ankabut 29:49.
33
َو َم َثُل اَّلِذ ى َيْقَر ُأ اْلُقْر آَن، َم َثُل اَّلِذ ى َيْقَر ُأ اْلُقْر آَن َو ْه َو َح اِفٌظ َلُه َم َع الَّس َفَر ِة اْلِكَر اِم
BAB III
A. Sejarah Berdiri
B. Letak Geografis
D. Struktur Organisasi
BAB IV
32
HR. Bukhari.
34
1.
2.
BAB V
A. Simpulan
B. Saran
35