Anda di halaman 1dari 11

Simki-Pedagogia Vol. 01 No.

04 Tahun 2017 ISSN : AAAA-AAAA

JURNAL

MEGENGAN : TRADISI MASYARAKAT DALAM MENYAMBUT


RAMADHAN DI DESA BORO KECAMATAN KEDUNGWARU
KABUPATEN TULUNGAGUNG

MEGENGAN : TRADITION OF SOCIETY ON THE OCCASION OF


RAMADHAN AT BORO SUBDISTRICT KEDUNGWARU DISTRICT
TULUNGAGUNG

Oleh:
HARLINVIA MAULITHA INDAHSARI
13.1.01.02.0003

Dibimbing oleh :
1. Drs. HERU BUDIONO, M.Pd
2. Drs. SIGIT WIDIATMOKO, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
TAHUN 2017
Simki-Pedagogia Vol. 01 No. 04 Tahun 2017 ISSN : AAAA-AAAA
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Harlivia Maulitha Indahsari | 13.1.1.02.0003 simki.unpkediri.ac.id


FKIP-Sejarah || 1||
Simki-Pedagogia Vol. 01 No. 04 Tahun 2017 ISSN : AAAA-AAAA
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

MEGENGAN : TRADISI MASYARAKAT DALAM MENYAMBUT


RAMADHAN DI DESA BORO KECAMATAN KEDUNGWARU
KABUPATEN TULUNGAGUNG
Harlinvia Maulitha indahsari
13.1.01.02.0003
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan-Pendidikan Sejarah
Harlinviamaulitha@gmail.com
Drs.Heru Budiono,M.Pd dan Drs.Sigit Widiatmoko,M.Pd
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

ABSTRAK

Megengan diartikan orang jawa ngempet atau menahan dan yang berarti sebenarnya
mengingat bahwa sebentar lagi bulan puasa akan tiba. Megengan juga dimanfaatkan untuk
mendoakan sesepuh ahli kubur yang telah mendahului.Megengan juga diwarnai dengan tradisi
ungkapan rasa syukur (syukuran) dengan membagi-bagi makanan.
Permasalahan Peneliti ini adalah (1) Bagaimanakah tata cara pelaksanaan
selamatanmegengan ? (2) Bagaimanakah makna yang terkandung dalam setiap proses dan
makanan yang di sajikan dalam selamatan megengan ?(3) Bagaimanakah pandangan
masyarakat terhadap tradisi megengan?
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif. Untuk mencapai tujuan
tersebut, data dikumpulkan dengan cara wawancara, studi dokumentasi, serta observasi
pengamatan secara langsung. Untuk menjaga keabsahan data dilakukan teknik observasi
mendalam dan tri anggulasi sumber data dengan metode Prever Derieving.
Kesimpulan hasil penelitian ini adalah (1) Tata cara pelaksanaan selamatan megengan
yaitu : (A) Berziaroh ke makam leluhur, (B) Mempersiapkan acara untuk selamatan dan
kemudian mengumpulkan masyarakat, (C) setelah masyarakat terkumpul barulah pemandu
doa membacakan doa, (D) Membagikan makanan yang telah disajikan secara merata, (E)
meminum air di dalam kendi secara merata dan bergantian, (F) berjabat tangan dan
diperbolehkan pulang. (2) Makna yang terkandung dalam setiap proses dan makanan yang ada
dalam tradisi Selamatan megengan yaitu berbeda-beda arti namun yang perlu disajikan dalam
selamatan megengan antara lain Pisang Raja, Apem, Nasi gurih, Ingkung (ayam lodho bumbu
kuning), Sambel goreng, Ketimun, Kacang goreng, Srondeng (parutan kelapa yang digoreng),
Kacang panjang 2 irisan sepanjang 3 cm. (3) Pandangan dan presepsi masyarakat tentang
megengan yaitu sangat menjunjung tinggi tradisi selamatan megengan karena dianggap
penting dan kebudayaan yang wajib dilestarikan dan juga sebagai perwujudan penyambutan
bulan yang penuh berkah.

KATA KUNCI : Tradisi, Megengan

Harlivia Maulitha Indahsari | 13.1.1.02.0003 simki.unpkediri.ac.id


FKIP-Sejarah || 2||
Simki-Pedagogia Vol. 01 No. 04 Tahun 2017 ISSN : AAAA-AAAA
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

I. LATAR BELAKANG lainya.Kekeluargaan disini mengandung


Masyarakat Jawa sangat terkenal banyak manfaat bagi masyarakat.Melalui
dengan berbagai bentuk budayanya, hingga peringatan atau perayaan itu keterkaitan
masyarakat Jawa sampai saat ini masih atau identitas sebagai muslim di
mengembangkan kebudayaanya sebagai ekspresikan melalui simbol-simbol
bentuk kebiasaan. Budaya merupakan hasil tertentu. Perilaku seperti itu dapat di lihat
pemikiran manusia yang dikembangkan pada kebanyakan masyarakat di
sehingga terwujud sebuah karya yang di Tulungagung khususnya di Desa
jadikan milik manusia dengan boro,Kecamatan Kedungwaru. Meraka
belajar(Koentjaraningrat,2009:144).Dalam melakukan sebuah tradisi megengan yang
islam terdapat bulan-bulan suci yaitu bulan biasanya menggunakan sistem selamatan.
Muharram (suro), Shafar (sapar), Rabiul Seiring berjalanya waktu tradisi
awal (maulud), Rajab (rejeb), Sya’ban megengan sendiri sudah mulai sedikit
(ruwah), dan Bulan Ramadhan (poso). ditinggalkan dan mengalami perubahan.
Pada bulan tersebut khususnya umat islam Perubahan itu disebabkan dengan
di Jawa melakukan banyak ritual atau perkembangan ilmu pengetahuan,
perayaan untuk memperingati dan dalam kemajuan tegnologi dan pengaruh dari
bulan tersebut mempunyai arti penting luar(asing).Megengan sebagai sebuah
sehingga harus di peringati. Tahap untuk perayaan dan rasa antusias dalam
memperingati dan mengadakan selamatan menyambut bulan yang penuh barokah,
harus dilalui dan dipersiapkan secara bulan yang di tunggu-tunggu dan bulan
matang.Mulai dari pemilihan hari dan yang di dalamnya terdapat malam “lailatul
tanggal pelaksanaan juga harus memenuhi qodar” yaitu satu malam yang lebih baik
syarat atau ketentuan yang ada. dari pada seribu bulan. Berdasarkan uraian
Menurut Muhamad Tawab di atas dan mengingat keistimewaan bulan
(2014:32), wujud akulturasi antara
Ramadhan inilah,tradisimegengan menjadi
nilai-nilai islam dan budaya Jawa,
ormas-ormas dan kaum puritan menarik untuk diteliti. Dalam penelitian ini
cenderung memusuhi masyarakat
penulis menggunakan judul: “Megengan :
muslim jawa bahkan berusaha
mengikis dan mencabut tradisi dari Tradisi Masyarakat Dalam Menyambut
tengah-tengah mereka.
Ramadhan Di Desa Boro Kecamatan
Tradisi selamatan juga dapat
Kedungwaru Kabupaten Tulungagung.
meningkatkan kekeluargaan tiap anggota
satu dengan anggota yang

Harlivia Maulitha Indahsari | 13.1.1.02.0003 simki.unpkediri.ac.id


FKIP-Sejarah || 3||
Simki-Pedagogia Vol. 01 No. 04 Tahun 2017 ISSN : AAAA-AAAA
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

II. METODE mengenai suatu gejala atau fenomena.


Penelitian ini menggunakan metode Kehadiran peneliti yang berada di dalam
penelitian kualitatif.Penelitian kualitatif penelitian ini peneliti ialah bertindak
adalah penulisan yang ditunjukkan untuk sebagai instrument sekaligus pengumpul
mendeskripsikan dan menganalis data.Intrumen penelitian yang dikaitkan
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap adalah intrument angket wawancara untuk
kepercayaan, presepsi, pemikiran orang narasumber dan angket pedoman
secara individual maupun kelompok pengamatan untuk peneliti saat melakukan
kelompok (Syaodih, 2007 : 60). Dalam pengamatan secara langsung.Instrumen
penelitian ini, alasan peneliti menggunakan lain yang peneliti gunakan adalah buku
pendekatan kualitatif karena pendekatan catatan dan alat dokumentasi yang peneliti
kualitatif cocok digunakan dalam gunakan untuk merekam dan
penelitian mengenai tradisi dan presepsi mendokumentasikan pada saat observasi
masyarakat mengenai fenomena, wawancara kepada narasumber serta pada
pengetahuan sosialnya dan juga kawasan saat pelaksanaan proses selamatan
daerahnya dimana peneliti dalam megengan. Sedangkan tahapan penelitian
penelitianya menyangkut tentang yang digunakan adalah tahapan heuristik,
kebudayaan dan fenomenologis. verivikasi, interpretasi, penulisan.
Sedangkan tujuan dari pendekatan ini Tempat dan Waktu penelitian
adalah untuk mendapatkan data yang dilakukan di Desa Boro, Kecamatan
mendalam, suatu data yang mengandung Kedungwaru Kabupaten Tulungagung,
makna.Makna adalah data yang dengan waktu yang digunakan darimulai
sebenarnya, data yang pasti yang penyusunan sampai penelitian yaitu dari
merupakan suatu nilai di balik data yang bulan Desember 2016 sampai bulai Mei
tampak. 2017. Sumber data yang digunakan adalah
Jenis penelitian yang digunakan Sumber data Primer dan Sumber data
adalah penelitian kualitatif deskriptif. Sekunder. Prosedur pengumpulan data
Menurut Whitney yang dikutip Moh. Nazir yaitu dengan metode Observasi,
(1988: 63), deskriptif merupakan pencarian Interview/wawancara dan Dokumentasi.
fakta dengan interpretasi yang tepat. Jenis Menurut Sugiyono (2008 : 90),
penelitianya menggunakan penelitian Analisis data adalah proses mencari dan
deskripsi yang dilakukan dengan menyusun secara sistematis data yang
memberikan gambaran yang lebih detail diperoleh dari wawancara, catatan

Harlivia Maulitha Indahsari | 13.1.1.02.0003 simki.unpkediri.ac.id


FKIP-Sejarah || 4||
Simki-Pedagogia Vol. 01 No. 04 Tahun 2017 ISSN : AAAA-AAAA
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

lapangan dan bahan-bahan lain sehingga makam sesepuh atau saudara-saudara yang
mudah dipahami dan temuanya dapat di sudah meninggal, tujuanya untuk
informasikan kepada orang lain. Analisis mendoakan arwah mereka dan meminta
data dilakukan dengan mengorganisasikan restu kepada mereka agar yang berpuasa di
data, menjabarkanya kedalam unit-unit, beri kelancaran karena masyarakat
dan membuat kesimpulan dari hasil- menganggap bahwa mereka lah yang saat
hasilnya. Dengan demikian teknis analisis ini dengan yang maha kuasa.Langkah
data yang diperlukan adalah Analisis kedua adalah ketika hampir mendekati
Domains, Analisis Taksonomi, Analisis acara selamatan penyusunan tikar, dan
Kompenensial, dan Analisis Tema Budaya. mengumpulkan masyarakat atau
Keabsahan data digunakan untuk mengundang masyarakat (laki-laki) untuk
derajat kepercayaan data dari hadir melaksanakan selamatan
hasilpenelitian yang di dapat di Megengan.Langkah ke tiga, setelah
lapangan.Setelah data terkumpul dan masyarakat sudah berkumpul sesajen-
sebelum peneliti menulis laporan hasil sesajen seperti kembang boreh disiapkan
penelitian, maka peneliti mengecek untuk dikajadkan atau didoakan terlebih
kembali data-data yang telah diperoleh dahulu. Yang ke empat adalah
dengan mengkorek data yang telah didapat memasangkan Pisang Raja dan kue apem
dari hasil interview dan mengamati serta disamping kembang Boreh yang akan
melihat dokumen yang ada, dengan ini dikajadkan terlebih dahulu. Pisaang Raja
data yang didapat dalam penelitian dapat sangat dikenal sebagai salah satu hidangan
diuji keabsahanya dan dapat wajib dalam selamatan Megengan karena
dipertanggungjawabkan. Pisang Raja disimbulkan sebagai Raja
Fajar, yang dimaksut Raja Fajar adalah
III. HASIL DAN KESIMPULAN kita masyarakat melaksanakan puasa
Data Hasil Penelitian : sampai terbenamnya sang fajar. Yang ke
1. Tata Cara Pelaksanaan Selamatan lima, setelah Pisang Raja, Apem dan
Megengan ? kembang boreh dikajadkan atau didoakan
selanjutnya adalah menguluarkan
Dalam pelaksanaan Selamatan
makanan-makanan lain seperti ingkung,
Megengan ada beberapa tata caranya dan
sambel goreng, nasi, dan sebagainya
tidak sembarangan.Langkah pertama
keperluan untuk selamatan kemudian
sebelum sore diaadakan selamatan
setelah siap dan dihidangkan semua baru
Megengan masyarakat harus berziaroh ke
Harlivia Maulitha Indahsari | 13.1.1.02.0003 simki.unpkediri.ac.id
FKIP-Sejarah || 5||
Simki-Pedagogia Vol. 01 No. 04 Tahun 2017 ISSN : AAAA-AAAA
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

mulai dikajadkan atau di doakan lagi. memiliki makna filosofis tertentu. Seperti
Yang ke enam, adalah setelah selesai misalnya adalah pada waktu pembukaan
dikajadkan makanan-makanan atau selamatan yang akan di Mulai, pengajad
hidangan tersebut dibagikan kepada Doa membacakan sambutan dan juga
masyarakat dan peserta yang sudah menerangkan bahwa makanan yang
menghadiri acara selamatan megengan disajikan dalam selamatan megengan ini
tersebut. Setelah selasai dibagikan orang yang utama adalah Kue Apem, Mbah
tua yang bertugas sebagai pembaca doa Nambar selaku tokoh Pengajad doa
membacakan doa penutup dan memberi menyebutkan bahwa kue apem
salam. melambangkan kesucian, karena kue apem
2. Makna Yang Terkandung Dalam Setiap putih bersih. Mbah Nambar juga
Proses Dan Makanan Yang Disajikan menuturkan bahwa selamatan lainya tidak
Dalam Selamatan Megengan ? memakai Kue Apem selain Selamatan
Masyarakat boro melaksanakan Megengan.
megengan dengan menerapkan metode Dalam pelaksanaan selamatan
Selamatan.Metode Selamatan ini adalah Megengan terdapat beberapa macam
metode turun temurun yang dilaksanakan makanan yang wajib disajikan. Mbah
pada acara megengan atau menyambut Mujiati mengatakan bahwa Makanan yang
bulan Suci Ramadhan.Menurut mbah wajib disajikan adalah :Pisang Raja,
Mujiati selaku wanita penggerak tradisi di Apem, Nasi gurih, Ingkung (ayam lodho
Desa Boro sekaligus sebagai juru masak bumbu kuning), Sambel goreng,Ketimun,
mengatakan bahwa tradisi selamatan ini Kacang goreng, Srondeng (parutan kelapa
merupakan tradisi turun temurun yang yang digoreng), Kacang panjang 2 irisan
harus dilestarikan, tujuanya dalam sepanjang 3 cm.
selamatan tersendiri merupakan bentuk Dalam makanan-makanan yang
penghayatan keagamaan dan wujud syukur disajikan dalam Selamatan Megengan satu
kepada Alloh SWT. Secara khusus tradisi persatu makanan mempunyai arti dan
Selamatan merupakan upaya yang makna sendiri-sendiri. Dipaparkan oleh
dilakukan oleh masyarakat muslim Jawa mbah Mujiati bahwa Apem melambangkan
sebagai permohonan, perencanaan, dan kesucian karena berwarna putih dan bahan
kepercayaan terhadap sesuatu yang baik di dasarnya juga berwarna putih, pisang Raja
kemudian hari. Tradisi Selamatan yang melambangkan bentuk kehormatan kepada
dilakukan di masyarakat Muslim jawa semesta bahwa semuanya harus taat dan

Harlivia Maulitha Indahsari | 13.1.1.02.0003 simki.unpkediri.ac.id


FKIP-Sejarah || 6||
Simki-Pedagogia Vol. 01 No. 04 Tahun 2017 ISSN : AAAA-AAAA
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

memperbaiki diri, Nasi Gurih yang bijaksana. Sambel goreng yang berarti
dimasak dengan santan dan garam hingga masakan kentang dan tahu yang di goreng
rasanya menjadi gurih ini bermakna bersama bumbu merah atau bumbu sambel
sebagai mengirim doa kepada Nabi melambangkan bahwa semua macam
Muhammad SAW karena pada zaman manusia selalu memiliki kesulitan dan
dahulu Nabi Muhammad dipercaya makan masalah sendiri-sendiri, tidak boleh saling
nasi suci atau nasi Wudlu. Ingkung adalah iri atau menjatuhkan namun harus tetap
ayam yang dimasak secara utuh setelah bisa berpegangan.Srondneg adalah parutan
dibersihkan bulu dan kotoranya, dalam dari kelapa yang digoreng aroma dari
penyajianya ayam diikat sehingga rapi, srondeng ini dipercaya menyengat sampai
dari siti masyarakat Jawa sering menyebut ke akhirat, untuk itu dibuat srondeng agar
diingkung artinya ayamnya di tali, Ingkung arwah leluhur datang ke acara selamatan
sebagai perlambang dalam ibadah, kata atau kenduri. Dan yang terakir adalah
Mbah Mujiati orang tua jaman dulu kacang goreng melambangkan bentuk
memaknai “manembaho ingkang pikiran-pikiran manusia yang disatukan
linangkung” yang berarti manusia dalam kemudian dipecahkan secara bersama-
beribadah kepada Alloh SWT sebaiknya sama tanpa ada perselisih pahaman karena
bersegeralah dan beribadahlah dengan kacang yang digoreng dalam minyak itu
khusuk seakan engkau akan mayi besok. panas dan mereka tetap bersatu dalam
Sedangkan makna ayam di tali tadi panasnya minyak goreng, begitu pula otak
menggambarkan bahwa manusia dalam manusia, walaupun bermacam macam
aklak dan perilaku kehidupanya sebaiknya pikiran dan jika ada masalah yang
mengendalikan nafsunya agar tidak memanas hrus diselesaikan secara damai
berlebihan dan terlalu ambisius dalam dan bersama-sama.
berbagai bidang kehidupan. 2 irisan kacang 3. Pandangan Masyarakat Terhadap
panjang melambangkan dalam kehidupan Tradisi Megengan ?
sehari-hari sememstinya manusia selalu Dalam setiap tradisi tentu saja
berpikir panjang : nalar kang mulur, dan setiap masyarakat mempunyai pandangan
jangan memikirkan pikiran yang picik, yang berbeda-beda. Namun Menurut
intinya harus memikirkan positif Bapak Iswandi selaku masyarakat Desa
negatifnya sebelum bertindak sehingga Boro, berpendapat bahwa orang Jawa
akan selalu dapat menanggapi segala hal melahirkan tradisi dalam berkomunikasi
dan keadaan dengan penuh kesadaran dan ataupun berbahasa yang bertingkat-tingkat,

Harlivia Maulitha Indahsari | 13.1.1.02.0003 simki.unpkediri.ac.id


FKIP-Sejarah || 7||
Simki-Pedagogia Vol. 01 No. 04 Tahun 2017 ISSN : AAAA-AAAA
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

tradisi dalam kesenian, tradisi dalam tata beberapa hal yang dapat disimpulkan
krama, maupun tradisi dalam selamatan- diantaranya :
selamatan itu semua sebagai perwujudan 1. Masyarakat Desa Boro selalu
menghargai tradisi, dan itu masih sangat di mengadakan Selamatan Megengan
pegang oleh masyarakat Desa Boro. dalam penyambutan Bulan Ramadhan
Sedangkan dalam Megengan sendiri mereka. Megengan diartikan orang jawa
masyarakat Desa Boro menganggapnya ngempet atau menahan dan yang berarti
sebagai tradisi yang sangat penting karena sebenarnya mengingat bahwa sebentar
itu berhubungan dengan bulan suci, yang lagi bulan puasa akan tiba. Megengan
dimaksud dalam bulan suci adalah bulan juga dimanfaatkan untuk mendoakan
Ramadhan. Masyarakat Desa Boro sesepuh ahli kubur yang telah
beranggapan bahwa Megengan wajib mendahului. Megengan juga diwarnai
dilaksanakan karena itu salah satu dengan tradisi ungkapan rasa syukur
pendekatan diri mereka kepada Alloh (syukuran) dengan membagi-bagi
SWT, kepada sesepuh yang sudah makanan. Megengan biasanya disebut
meninggal, dan penyambutan serta dengan Mapak atau menjemput, yaitu
penghormatan akan datangnya Bulan Suci menyambut kedatangan bulan yang
Ramadhan, “Dibanding Selamatan- penuh rahmat dan ampunan. Dengan
selamatan lain mungkin selamatan segala bentuk perkembangan zaman
Megengan antusias masyarakat lebih tinggi yang serba modern ini, ada berbagai
dibanding dengan selamatan-selamatan cara-cara khusus untuk melestarikan
lainya, karena mereka menganggap tradisi yang dipunyai ini, sebagai
selamatan ini bertujuan untuk mendoakan sasaran utamanya adalah para muda
diri sendiri, dan orang lain untuk mudi. Para pemuda-pemudi diajak
kepentingan bersama, serta menyucikan untuk bersma-sama menghandiri acara
hati dari segala dosa-dosa”, kata Bapak Megengan dan memperkenalkan apa
Iswandi. Megengan itu sebenarnya, membantu
mereka mempelajari dan mengajak
KESIMPULAN mereka untuk melestarikan kebudayaan
Dari penelitian tentang Tradisi tradisi yang telah dimiliki agar tidak
Selamatan Megengan dalam menyambut punah.
Ramadhan di Desa Boro Kecamatan 2. Dalam selamatan Megengan ini di Desa
Kedungwaru Kabupaten Tulungagung, ada Boro ini masing-masing Dusun berbeda

Harlivia Maulitha Indahsari | 13.1.1.02.0003 simki.unpkediri.ac.id


FKIP-Sejarah || 8||
Simki-Pedagogia Vol. 01 No. 04 Tahun 2017 ISSN : AAAA-AAAA
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

dalam pemanfaatan tempat. Ada yang mengundang warga lainya, bisa saling
mengadakan Selamatan di Mushola Bersodaqoh dengan memasak bersama-
bahkan di Masjid, ada yang sama dan memberikan nasi berkat
melaksanakan Selamatan di dalam sebagai ucapan terimakasih karena
rumah, dan ada juga yang mengadakan sudah berkenan hadir dan menjadi
selamatan di halaman rumah yang luas. tetangga yang baik selama ini,
Namun dari segi pelaksanaan dan tata selamatan megengan juga sebagai
cara serta tujuannya memiliki perwujudan saling memaafkan, tradisi
kesamaan. Dalam pelaksanaan ini juga dapat mempererat tali
selamatan Megengan terdapat beberapa silaturahmi dengan tetangga sekitar, dan
macam makanan yang wajib disajikan juga melestarikan kebudayaan lokal
yaitu : Pisang Raja, Apem, Nasi gurih, maupun islami yang diciptakan oleh
Ingkung (ayam lodho bumbu kuning), wali songo. Masyarakat Desa Boro
Sambel goreng, Ketimun, Kacang mengharapkan agar Tradisi Megengan
goreng, Srondeng (parutan kelapa yang ini tetap dilestarikan.
digoreng), Kacang panjang 2 irisan
sepanjang 3 cm. IV. DAFTAR PUSTAKA
3. Untuk meningkatkan minat masyarakat
untuk melestarikan tradisi Jawa yang Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu
turun temurun ini tidaklah susah, semua Antropologi. Jakarta : PT Rineka
hanya saling mengingatkan dan Cipta.
menjaga, memberi pengalaman dan
pandangan kepada anak-anak muda Sugiono.2008. MetodePenelitian
tentang pentingnya tradisi nenek Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D.
moyang, saling berkomunikasi, saling Bandung; Penerbit Alfabeta.
berkumpul dengan warga lain dan selalu
mengadakan kegiatan tradisi-tradisi jika Syaodih. 2007. Penelitian Kualitatif.
memang sudah pada saatnya. Dalam Jakarta : PT. Gramedia.
tradisi Selamatan Megengan ada
beberepa manfaat yang dapat kita ambil Tawab Muhammad. 2014. Pemikiran K.H.
yaitu, kita dapat mendoakan arwah Muhammad Sholikhin Tentang
leluhur yang sudah meninggal secara Tradisi Selamatan. Skripsi.Tidak
bersama-sama karena telah

Harlivia Maulitha Indahsari | 13.1.1.02.0003 simki.unpkediri.ac.id


FKIP-Sejarah || 9||
Simki-Pedagogia Vol. 01 No. 04 Tahun 2017 ISSN : AAAA-AAAA
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

dipublikasikan.Yogyakarta : FUPI acara Selamatan di Dusun


UIN Sunan Kalijaga. Plandangan Desa Boro, pada hari
Sabtu, 6 Mei 2017, pukul 13.20
Wawancara dengan Bapak Iswandi selaku WIB.
salah satu masyarakat di Desa
Boro, pada hari Minggu, 7 Mei Wawancara dengan Mbah Nambar Selaku
2017, pukul 10.40 WIB tokoh pembaca doa pelaksanaan
Selamatan di Dusun Plandangan
Wawancara dengan Bapak Suyanto selaku Desa Boro, pada hari Sabtu, 6 Mei
Ketua RW Dusun Plandangan Desa 2017, pukul 16.30 WIB.
Boro, pada hari Kamis, 4 Mei 2017,
pukul 15.30 WIB.

Wawancara dengan Mbah Katilah dan


Mbah Mujiati selaku Juru masak

Harlivia Maulitha Indahsari | 13.1.1.02.0003 simki.unpkediri.ac.id


FKIP-Sejarah || 10||

Anda mungkin juga menyukai