Dosen Pembimbing
Dr. Suyatno, M. Si
Dr. Lila Yuwana
Departemen Fisika
Fakultas Sains dan Analitika Data
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2021
TUGAS AKHIR - SF 184801
Dosen Pembimbing
Dr. Suyatno, M. Si
Dr. Lila Yuwana
Departemen Fisika
Fakultas Sains dan Analitika Data
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2021
i
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
ii
FINAL PROJECT - SF 184801
Advisors
Dr. Suyatno, M. Si
Dr. Lila Yuwana
Department of Physics
Faculty of Science and Data Analytics
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2021
iii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
iv
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar
Sarjana Sains pada:
Program Strata 1
Departemen Fisika
Fakultas Sains dan Analitika Data
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Oleh:
WINDI YANUAR RIYADI
NRP 01111740000071
Dosen Pembimbing I
Dr. Suyatno, M.Si
NIP. 19760620 200212 1 004 (……………………..)
Dosen Pembimbing II
Dr. Lila Yuwana
NIP. 19750908 200003 1 001 (…………………….)
v
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
vi
OPTIMALISASI PENCAHAYAAN DAN EFISIENSI
ENERGI DI RUANG SIDANG DEPARTEMEN FISIKA ITS
MENGGUNAKAN LIGHTING MANAGEMENT SYSTEM
Abstrak
Pencahayaan menjadi peranan penting untuk membantu
aktivitas belajar mengajar dalam suatu instansi pendidikan. Ruang
Sidang Fisika ITS menjadi salah satu fasilitas penunjang di ITS.
Kenyamanan visual pencahayaan dan kebutuhan intensitas cahaya
yang diperlukan di ruang sidang belum terpenuhi. Ruang sidang
Fisika ITS menjadi objek pada penelitian ini. Dengan tujuan
mengetahui desain pencahayaan paling optimal dan efisien
terhadap energi menggunakan lighting management system di
ruang sidang Fisika ITS. Standar acuan intensitas cahaya
minimum ialah 250 lux menurut SNI-03-6575-2001. Menggunakan
simulasi DIALux evo 9.2 untuk pengoptimalannya. Pengukuran
hanya dilakukan di bagian work area dengan luas 86.23 m2,
sehingga yang diolah data hanya 28 dari 40 titik pengukuran.
Pengukuran dilakukan dengan 2 variasi, yakni ketika lampu
menyala dan mati. Intensitas cahaya rata-rata ketika lampu
dinyalakan adalah 135.5 lux sedangkan ketika lampu mati
(mengukur daylighting) adalah 26.4 lux. Dari hasil tersebut,
menjadi penting adanya bukaan (jendela) agar ruangan memiliki
daylighting yang cukup. Validasi antara hasil simulasi yang senilai
132 lux dengan pengukuran, menghasilkan perbandingan 0.974,
artinya penggunaan simulasi untuk pengoptimalan hampir akurat.
Selanjutnya, dilakukan perhitungan dan didapatkan beberapa
variasi untuk desain optimal serta efisiensi energi. Dengan jumlah
titik lampu 7, 8, 12, 13 dan 16. Dipilih lampu SIMPLITZ Panel
vii
32W 3520 lumen L60x60 dari OSRAM untuk pengoptimalan
ataupun efisiensi energi. Intensitas cahaya rata-rata paling
optimal adalah pada titik lampu sebanyak 12. Karena senilai 337
lux, sudah sesuai dengan acuan rekomendasi dan tidak terlalu
terang serta persebaran cahaya yang merata. Dengan LMS, sensor
yang dibutuhkan berjumlah 6 sehingga menghasilkan efisiensi
energi kurang dari 384. Desain yang paling efisien adalah titik
lampu sebanyak 7. Total daya yang dibutuhkan 224 W dengan
intensitas cahaya rata-rata 208 lux. Dengan LMS, sensor yang
dibutuhkan sebanyak 5 dan menjadi lebih efisien karena konsumsi
daya kurang dari 224 W.
viii
OPTIMALIZATION LIGHTING AND EFFICIENCY
ENERGY IN SESSION ROOM DEPARTMENT OF
PHYSICS ITS USING LIGHTING MANAGEMENT
SYSTEM
Abstract
Lighting being an important role to help teaching and
learning activities in an educational institution. The ITS Physics
courtroom is one of the supporting facilities at ITS. The visual
comfort of lighting and light intensity not required in the
courtroom. The ITS Physics courtroom is the object of this
research. To know the most optimal and energy-efficient lighting
design using a lighting management system in the ITS Physics
courtroom. The minimum light intensity reference standard is 250
lux according to SNI-03-6575-2001. Using DIALux evo 9.2
simulations for optimization. Measurements were only carried out
in the work area with an area of 86.23 m2, so that only 28 of the 40
measurement points were processed. Measurements are carried
out with 2 variations, namely when the lights are on and off. The
average light intensity when the lamp is turned on is 135.5 lux
while when the lamp is off (measuring daylighting) it is 26.4 lux.
From these results, it is important to have openings (windows) so
that the room has sufficient daylighting. The validation between the
simulation results which are worth 132 lux with the measurement,
results in a comparison of 0.974, meaning that the use of
simulation for optimization is almost accurate. Furthermore,
calculations are carried out and several variations are obtained
for optimal design and energy efficiency. With the number of light
points 7, 8, 12, 13, and 16. The SIMPLITZ Panel 32W 3520 lumen
ix
L60x60 lamp was selected from OSRAM for optimization or energy
efficiency. The most optimal average light intensity is at 12 light
points. Because it is worth 337 lux, it is by with the
recommendation reference and is not too bright and the light
distribution is even. With LMS, 6 sensors are needed, resulting in
an energy efficiency of less than 384. The most efficient design is 7
light points. The total power required is 224 W with an average
light intensity of 208 lux. With LMS, 5 sensors are needed, and it
becomes more efficient because the power consumption is less than
224 W.
x
KATA PENGANTAR
xi
7. Penanggung Jawab Komting (PJK) dan Komting angkatan
2017 yang telah menemani masa-masa kelam Radiasi
2017.
8. Bukan grup tapi multichat yang berisikan manusia-
manusia pengangguran, yakni M. Iqbal Rachamdana, M.
Hanif Faisalludin, Affandi Putra, M. Amru, Thoriq
Cholidy dan Raditya Bagus yang telah bersedia menemani
cangkruk di Cengengesan, berbagi tempat tidur, saling
hutang tidak bayar, saling pinjam tidak dikembalikan dan
lain sebagainya.
9. Deutron ITS 2017 yakni angkatan Fisika ITS 2017 F-35
yang telah saling menggandengkan tangan dan saling
membantu dikala kesulitan selama menempuh perjalanan
di jurusan Fisika.
10. Para pemalu yakni teman-teman SMA Negri 16 Surabaya
berisikan 12 orang yang selalu muncul disaat
membutuhkan, saling dukung satu sama lain meskipun
jarang bertemu.
11. Rekan-rekan kantor Javadwipa Lighting yang selalu
membantu dan memberikan suasana gelak tawa.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Adapun dalam Tugas Akhir ini penulis menyadari masih
banyak kekurangan. Maka dari itu, kritik dan saran dari pembaca
agar dapat digunakan sebagai perbaikan di penelitian selanjutnya.
Semoga adanya Tugas Akhir ini memberikan manfaat bagi semua
pihak.
Penulis
Windi Yanuar Riyadi
xii
DAFTAR ISI
xiii
2.6.2 Ballast ........................................................................ 12
2.7 Lighting Management System ...................................... 13
2.8 Standar Acuan .............................................................. 13
2.8.1 SNI-16-7062-2004 ..................................................... 13
2.8.2 SNI-03-6575-2001 ..................................................... 15
2.9 DIALux evo 9.2 ........................................................... 16
BAB III METODOLOGI ............................................................17
3.1 Diagram Alir Penelitian ............................................... 17
3.2 Peralatan ....................................................................... 18
3.2.1 Lasermeter ................................................................. 18
3.2.2 Luxmeter.................................................................... 18
3.2.3 DIALux evo 9.2 ......................................................... 18
3.3 Tahap Observasi Awal ................................................. 18
3.4 Tahap Pengambilan Data ............................................. 20
3.5 Tahap Pengolahan Data ............................................... 21
3.6 Tahap Simulasi ............................................................. 21
3.7 Tahap Perancangan Lighting Management System ...... 21
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ...............................23
4.1 Pengukuran Kuat Pencahayaan .................................... 23
4.2 Pemetaan Pencahayaan ................................................ 24
4.3 Perbandingan Kuat Pencahayaan Lampu Menyala dan
Lampu Mati .................................................................. 26
4.4 Perbandingan Hasil Pengukuran dengan Hasil Simulasi
DIALux evo 9.2 ........................................................... 27
4.5 Optimalisasi Pencahayaan............................................ 30
4.6 Efisiensi Energi Daya Pencahayaan ............................. 32
4.7 Simulasi DIALux evo 9.2 ............................................ 32
4.8 Perancangan Lighting Management System ................. 35
4.9 Pembahasan.................................................................. 36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................39
5.1 Kesimpulan .................................................................. 39
5.2 Saran ............................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................40
LAMPIRAN ................................................................................43
BIODATA PENULIS ..................................................................52
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Spektrum Gelombang Elektromagnetik (IESNA,
2000).............................................................................................. 5
Gambar 2. 2 Hukum Pemantulan Cahaya (IESNA, 2000) ............ 6
Gambar 2. 3 Penggambaran Luminasi pada Objek ....................... 8
Gambar 2. 4 Grafik Lamp Lumen Depreciation.......................... 11
Gambar 2. 5 Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum
dengan Luas Kurang dari 10 m2 (SNI-16-7062-2004). ............... 14
Gambar 2. 6 Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum
dengan Luas antara 10 m2 – 100 m2 (SNI-16-7062-2004). ......... 14
Gambar 2. 7 Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum
dengan Luas Lebih dari 100 m2 (SNI-16-7062-2004). ................ 15
Gambar 2. 8 Contoh Tampilan Hasil Simulasi DIALux evo 9.2 16
Gambar 3. 1 Diagram Alir Penelitian……………………………17
Gambar 3. 2 Tampak Ruang Sidang Bagian Kiri ........................ 19
Gambar 3. 3 Tampak Ruang Sidang Bagian Kanan .................... 19
Gambar 3. 4 Titik Pengukuran, Titik Lampu dan Work Area ..... 20
Gambar 3. 5 Komponen Lighting Management System (a) DALIeco
BT control (b) OTi DALI Ballast (c) LS/PD sensor (d) Simplitz
Panel L60x60............................................................................... 21
Gambar 4. 1 Plot Distribusi Kuat Pencahayaan untuk lampu
Mati……………………………………………………………..24
Gambar 4. 2 Plot Distribusi Kuat Pencahayaan untuk Lampu
Menyala ....................................................................................... 25
Gambar 4. 3 Grafik Kuat Pencahayaan Ruang Sidang Fisika ITS
..................................................................................................... 26
Gambar 4. 4 Tampilan Desain 2 Dimensi Ruang Sidang ............ 27
Gambar 4. 5 (a) Simulasi Ruang Sidang Fisika ITS Seluruh
Ruangan....................................................................................... 28
Gambar 4. 6 Simulasi Efisiensi Energi dengan 7 Titik Lampu ... 33
Gambar 4. 7 Simulasi Optimalisasi Cahaya dengan 12 Titik Lampu
..................................................................................................... 34
Gambar 4. 8 Lighting Management System 12 Titik Lampu....... 35
Gambar 4. 9 Lighting Management System 7 Titik Lampu......... 36
xv
Gambar 1 Work Area……………………………………………49
Gambar 2 Tampilan 2D dengan 8 Titik Lampu .......................... 49
Gambar 3 Tampilan 2D dengan 13 Titik Lampu ........................ 50
Gambar 4 Tampilan 2D dengan 16 Titik Lampu ........................ 50
Gambar 5 Codingan MATLAB untuk Distribusi Cahaya dari Hasil
Pengukuran .................................................................................. 51
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Room Surface Dirt Depreciation Jenis Penerangan ... 10
Tabel 2. 2 Rekomendasi Tingkat Pencahayaan dan Renderasi
Warna .......................................................................................... 15
Tabel 4. 1 Hasil Pengukuran di Ruang Sidang Fisika ITS……….23
Tabel 4. 2 Perbedaan Pengukuran Lampu Menyala dengan Hasil
Simulasi ....................................................................................... 29
Tabel 4. 3 Hasil Simulasi untuk Pengoptimalan dan Efisiensi
Energi .......................................................................................... 32
Tabel 1 Data Pengukuran Ruang Sidang Fisika ITS pada 40 titik
……………………………………………………………..........43
Tabel 2 Data Pengukuran Ruang Sidang Fisika ITS pada 28 Titik
di Work Area. .............................................................................. 45
Tabel 3 Data Plot Contour Menggunakan Matlab Versi 2014.... 46
xvii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
xviii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian tugas akhir ini adalah
1. Mengetahui desain pencahayaan yang paling optimal
menggunakan lighting management system di ruang
sidang Departemen Fisika ITS dengan standar acuan
melalui software DIALux evo 9.2.
2. Mengetahui efisiensi energi pencahayaan di ruang sidang
Departemen Fisika ITS.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cahaya
Cahaya biasa disebut sebagai sinar tampak dimana terdiri dari
kisaran sempit panjang gelombang radiasi elektromagnetik yang
tampak oleh mata manusia. Panjang gelombang radiasi akan
dirasakan oleh mata manusia sebagai sebuah warna, sedangkan
gabungan dari semua panjang gelombang tampak seperti sinar
putih, memiliki kisaran panjang gelombang 400-700 nm (Harvey,
2000). Model gelombang, cahaya adalah gelombang
elektromagnetik yang berasal dari perpaduan medan listrik dan
medan magnet yang dapat dilihat oleh mata (Suwarno, 2009).
Gambar 2. 1 menunjukkan posisi Panjang gelombang dari cahaya
tampak dalam gelombang elektromagnetik.
2.2 Pencahayaan
Pencahayaan merupakan penerapan cahaya dengan maksud
untuk penerangan serta estetika. Pencahayaan terbagi menjadi 2
jenis yang dikenal oleh manusia, yakni pencahayaan alami dan
pencahayan buatan. Tampak seperti berikut (Sutanto, 2017):
2.3.1 Iluminasi
Iluminasi adalah total banyaknya arus cahaya yang datang
pada suatu bidang (Satwiko,2004). Kuat penerangan atau
kepadatan arus cahaya yang jatuh pada permukaan satuan luas
dengan satuan lux (lx) (Kartono, 2005).
E=Φ/A……………………….(2.1)
dengan:
E = illuminasi, dalam satuan lux (lx)
Φ = fluks cahaya, dalam satuan lumen (lm)
A = luas bidang, dalam satuan meter persegi (m2)
2.3.2 Luminasi
Luminasi adalah ukuran jumlah cahaya yang dipancarkan,
dipantulkan, atau diteruskan oleh satu unit bidang yang diterangi
atau secara sederhana adalah perginya cahaya dari suatu obyek.
Seperti tampak pada Gambar 2.3 (Satwiko,2004). Satu-satunya
parameter pencahayaan yang dapat dirasakan oleh mata dengan
8
Φ = Q /t………………………(2.4)
dengan:
Φ = Fluks cahaya dalam lumen (lm)
Q = Energi cahaya dalam lumen jam atau lumen detik
t = waktu dalam jam atau detik
2.6.1 Lampu
Lampu merupakan sumber pencahayaan buatan yang sering
digunakan oleh semua orang (Jimi Harto 2013). Penggunaan jenis
lampu penerangan yang berbeda juga akan menghasilkan besar
daya yang berbeda (Mansoer, Faried Wijaya, 2007). Karakter yang
berbeda-beda dengan memperhatikan daya serta keluaran
pencahayaan yang menyebabkan terdapat berbagai jenis lampu
12
2.6.2 Ballast
Menurut SNI-03-6575-2001, Ballast merupakan komponen
pembatas arus. Ballast terdiri dari ballast resistor, ballast induktif
atau choke dan ballast elektronik. Ballast resistor sangatlah boros,
sekitar 50% daya listrik diboroskan oleh ballast. Ballast induktif
lebih ramah lingkungan daripada tipe resistor yang mana terdiri
dari sejumlah lilitan kawat tembaga pada inti besi yang dilaminasi
dengan prinsip kerja induktansi. Sedangkan ballast elektronik
13
2.8.1 SNI-16-7062-2004
Titik pengukuran berdasarkan acuan dari SNI-16-7062-2004
tentang pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja.
Pengambilan data kuat pencahayaan ditentukan berdasarkan luas
ruangan yang diukur. Titik potong garis horizontal Panjang dan
14
lebar ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari
lantai. Jarak tertentu tersebut dibedakan berdasarkan luas ruangan:
1. Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi: titik potong garis
antara panjang dan lebar adalah setiap 1 meter. Tampak pada
Gambar 2. 5.
1 meter
1 meter
3. Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong garis
antara panjang dan lebar adalah setiap jarak 6 meter. Tampak
pada Gambar 2. 7.
15
6 meter
6 meter
Gambar 2. 7 Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum dengan
Luas Lebih dari 100 m2 (SNI-16-7062-2004).
2.8.2 SNI-03-6575-2001
Acuan kuat pencahayaan suatu ruangan berdasarkan dari SNI-
03-6575-2001 yang berisikan tentang tata cara perancangan sistem
pencahayaan buatan pada bangunan gedung (SNI-03-6575-2001).
Pada Tabel 2. 2 dijelaskan terkait rekomendasi tingkat
pencahayaan minimum dan renderasi warna pada lembaga
pendidikan menurut SNI-03-6575-2001. Nilai tersebut didasarkan
dari letak bidang kerja (work plane) yakni setinggi 75 cm dari
lantai.
Pencahayaan
Ruang gambar 750 1 setempat pada
meja gambar
Kantin 200 1
16
BAB III
METODOLOGI
3.2 Peralatan
Digunakan peralatan dan bahan pada penelitian sebagai
berikut:
3.2.1 Lasermeter
Digunakan untuk pengukuran suatu panjang benda. Dengan
cara kerja laser ditembakkan dari alat dan akan terdeteksi panjang
dari alat sampai permukaan yang dikenai laser.
3.2.2 Luxmeter
Digunakan untuk pengukuran intensitas cahaya. Baik sumber
cahaya buatan ataupun alami
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 3. 5 Komponen Lighting Management System
(a) DALIeco BT control (b) OTi DALI Ballast
(c) LS/PD sensor (d) Simplitz Panel L60x60
22
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
jendela berada di bagian atas. Bukan hanya itu, terlihat pada bagian
pojok bawah kiri dan kanan gambar terdapat bagian yang
menjorok. Hal ini dikarenakan dibagian bawah terdapat pintu di
sebelah kiri dan kanan. Sebenarnya ruang sidang tidak berbentuk
persegi panjang, namun terdapat lekukan khususnya dibagian
bawah dekat pintu. Sehingga terlihat di gambar bagian bawah tidak
ada kuat pencahayaan yang terplot. Begitu juga dengan bagian
samping kanan dan kiri.
Gambar 4. 2 menunjukkan distribusi kuat pencahayaan ketika
lampu dinyalakan. Dalam pengukuran ini, juga dibantu
pencahayaan alami yakni dari sinar matahari. Terlihat dari gambar
pada sumbu x = 8 dan sumbu y = 4, kuat pencahayaan berbentuk
melengkung hal ini terbentuk dikarenakan kondisi eksistingnya
250.0
200.0
Lux
150.0
100.0
50.0
0.0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
Titik pengukuran
Lampu menyala Lampu mati
Gambar 4. 3 Grafik Kuat Pencahayaan Ruang Sidang Fisika ITS
27
(a) (b)
Gambar 4. 5 (a) Simulasi Ruang Sidang Fisika ITS Seluruh Ruangan
(b) Simulasi Ruang Sidang Fisika ITS pada Work Area.
135.5 𝑥 86.23
𝐶𝑈 =
0.78 𝑥 (26300)
11684.165
𝐶𝑈 = = 0.57
20514
58184.89
N lux 300 =
3520
N lux 300 = 16.5 = 16 𝑙𝑎𝑚𝑝𝑢
47576.55
N lux 250 =
3520
32
Agar efisien dari kondisi sebelumnya, daya total harus kurang dari
252 Watt:
Total Daya 252 Watt
= 7.8
Daya Lampu Simplitz Panel 32 Watt
Sehingga total lampu yang digunakan agar efisien adalah 7 dengan
total daya 224 watt.
akan lebih efisien yakni kurang dari 384 Watt. Karena lampu
menyala hanya sesuai kebutuhan. Fungsi lainnya adalah
menghilangkan faktor eror dari manusia yang sering lupa untuk
mematikan lampu ketika meninggalkan ruangan. Manfaat lainnya
adalah lampu dapat dikendalikan melalui handphone dan dapat
diatur besar kecilnya intensitas cahaya.
Hal ini juga berlaku untuk desain pencahayaan dengan 7 titik
lampu. Tampak pada Gambar 4. 9.
4.9 Pembahasan
Penelitian dengan tujuan mengetahui desain pencahayaan
paling optimal dan efisien terhadap energi menggunakan lighting
37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah:
1. Desain pencahayaan paling optimal yang memenuhi
standar rekomendasi minimal 250 lux yakni menggunakan
12 titik lampu dengan nilai intensitas cahaya rata-ratanya
337 lux. Penerapan lighting management system dengan 6
sensor, dimana tiap sensornya mewakili 2 lampu
memperoleh nilai efisiensi energi kurang dari 384 Watt.
2. Desain pencahayaan efisiensi energi terpenuhi dengan
jumlah titik lampu 7. Intensitas cahaya rata-rata sampai
208 lux lebih baik dari kondisi eksisting. Dengan
penerapan lighting management system berjumlah 5
sensor, penggunaan daya lebih efisien yakni maksimal 224
Watt dan dapat kurang berdasarkan kebutuhan aktivitas.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian Tugas Akhir ini, terdapat
beberapa evaluasi serta saran untuk perbaikan penelitian
selanjutnya, antara lain:
1. Dilakukan mockup atau pemasangan lampu sesuai hasil
desain pengoptimalan dan efisiensi energi. Untuk
mengetahui bagaimana fungsi dari penerapan lighting
management system. Selanjutnya dilakukan pengukuran
menggunakan luxmeter untuk mengetahui kuat intensitas
cahayanya.
2. Pengukuran juga dilakukan ketika malam hari, agar
mendapatkan data kuat intensitas cahaya yang lebih
akurat.
40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
11.07 0 0 11.07 0 0
13.07 0 0 13.07 0 0
14.07 0 0 14.07 0 0
1 1.34 12.93 1 1.34 39.73
3 1.34 6.53 3 1.34 54.53
5 1.34 9.67 5 1.34 80.7
6.6 1.34 12.4 6.6 1.34 103.23
7.47 1.34 11.67 7.47 1.34 119.33
9.07 1.34 11.57 9.07 1.34 137.7
11.07 1.34 10.47 11.07 1.34 137.83
13.07 1.34 14.5 13.07 1.34 70.33
1 3.34 8.97 1 3.34 48.47
3 3.34 11.13 3 3.34 76.63
5 3.34 15.57 5 3.34 130.7
6.6 3.34 17.1 6.6 3.34 131.83
7.47 3.34 15.2 7.47 3.34 127
9.07 3.34 15.87 9.07 3.34 136.37
11.07 3.34 15.57 11.07 3.34 159.07
13.07 3.34 11.13 13.07 3.34 122.13
1 5.34 16.23 1 5.34 51.03
3 5.34 16.67 3 5.34 89.3
5 5.34 24.9 5 5.34 154.33
6.6 5.34 25.97 6.6 5.34 168.33
7.47 5.34 23.43 7.47 5.34 154.73
9.07 5.34 27.5 9.07 5.34 151.03
11.07 5.34 29.6 11.07 5.34 163.67
13.07 5.34 20.57 13.07 5.34 125.07
1 7.34 30.57 1 7.34 57.23
3 7.34 39.97 3 7.34 88.23
48
BIODATA PENULIS
Email: wyriyadi@gmail.com