Anda di halaman 1dari 12

BAB III

VARIABEL

A. Pengertian Variabel

Di dalam penelitian kuantitatif, pengetahuan dan pemahaman tentang variabel sangat


diperlukan karena variabel berpengaruh terhadap: 1) desain penelitian yang akan dilakukan, 2)
jumlah rumusan masalah dan hipotesis penelitian, 3) teknik pengambilan data penelitian, dan 4)
teknik analisis data yang digunakan. Secara sederhana variabel diartikan sebagai segala sesuatu
yang dapat diamati, ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian diambil kesimpulan.
Kidder dalam Darmadi (2011) mengatakan variabel adalah suatu kualitas (qualities), di mana
penelitian ingin mempelajari dan menarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Creswell
(2012) mengatakan variabel memiliki dua pengertian dasar yakni, pertama: karakteristik atau
atribut dari individu, kelompok atau organisasi yang dapat diukur dan diamati dan kedua: variasi
karakteristik antara individu atau kelompok.

Latar
Belakang
Masalah

Rumusan
Analisis Masalah

Hipotesa

Variabel
Teknik
Pengumpulan
Data

Teori dan
Populasi dan Definisi
Sampling

Jenis
Penelitian

Gambar 3.1 Fungsi Variabel dalam Penelitian

Karakteristik individu atau kelompok sebagai variabel adalah apabila individu tersebut
dapat diukur dan kemudian diberikan ukuran secara kuantitatif. Karakteristik mengenai tinggi
seseorang, berat sebuah benda, lebar sebuah bangunan, tes hasil belajar, dan persepsi serta
motivasi merupakan variabel di dalam penelitian. Hal ini disebabkan karakteristik tersebut dapat
diamati dan diukur dengan menggunakan ukuran tertentu sehingga variabel dapat diberikan
atribut. Tinggi atau tidaknya seseorang atau lebarnya suatu bidang dapat diukur dengan satuan
meter, sedangkan berat suatu benda diukur dengan menggunakan ukuran kilogram. Satuan meter,
kilogram merupakan atribut bagi benda tersebut. Sedangkan karakteristik lainnya seperti hasil
belajar, persepsi dan motivasi, serta ukuran lainnya yang bersifat psikis, pengukuran tersebut
harus dibantu dengan alat bantu ukur lainnya seperti tes hasil belajar, lembar observasi dan
angket untuk dapat mengkuantifikasi karakteristik tersebut.
Disebut variabel apabila setiap individu atau kelompok memiliki variasi atau karakteristik
yang berbeda. Kecerdasan seseorang menjadi variabel ketika kecerdasan memiliki perbedaan
antar individu atau kelompok. Demikian pula persepsi dan motivasi dapat dikatakan variabel jika
kuantifikasi yang dihasilkan dari penghitungan persepsi dan motivasi memiliki variasi di
dalamnya. Sebaliknya, berdasarkan kedua contoh tersebut, kepintaran seseorang serta persepsi
dan motivasi tidak dapat menjadi variabel di dalam penelitian ketika angka atau skor yang
dihasilkan tidak memiliki perbedaan atau variasi yang signifikan.
Creswell (2012) secara sederhana memberi pengertian variabel sebagai karakteristik dan
varitasi sebagaimana tabel di bawah ini:

Tabel 3.2 Pengertian variabel


Variabel merupakan sesuatu yang dapat diukur dan
dapat dilihat variasinya

Variabel
(karaktersitik atau atribut)
Dapat di dan

diukur variasi

(dapat dinilai, diobrsevasi dan direkam (dapat mengasumsikan nilai dan skor yang
melalui instrumen) berbeda dari individu yang berbeda pula)

Dari tabel di atas dapat dideskripsikan bahwa variabel merupakan lambang atau simbol
berupa bilangan atau nilai. Bilangan itu memiliki dua makna subtansi yakni: 1) dapat dinilai,
diobservasi dan direkam melalui instrumen penelitian baik berupa tes atau non tes, dan 2) berasal
dari nilai dan skor yang berbeda. Jenis kelamin, status sosial, jenis pekerjaan, tingkat penghasilan
merupakan contoh variabel. Di dalam pendidikan beberapa variabel di antaranya latar belakang
pendidikan guru, kompetensi guru, kemampuan guru dalam mengajar, dan hasil belajar siswa.
B. Jenis-Jenis Variabel Penelitian
1. Variabel dependen dan independent
Istilah dan pengertian variabel independen dan dependen di dalam penelitian seringkali
diistilahkan dengan variabel X dan variabel Y. Pengertian kedua variabel tersebut sebagai
berikut:
Variabel dependen adalah atribut atau karakteristik yang bebas atau yang dipengaruhi
oleh variabel independen. Variabel ini menjadi objek utama dalam penelitian. Variabel dependen
disebut pula sebagai variabel Y, terikat, outcome, effek, kriterion, dan variabel konsekuensis.
Variabel independent adalah atribut atau karakteristik yang dapat memberikan pengaruh
atau dampak dari variabel dependen. Di dalam penelitian, variabel ini disebut pula variabel X,
bebas, faktor, treatment, prediktor, determinan, atau variabel anteseden.
Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa hubungan antara variabel independen dan
dependen diartikan sebagai hubungan sebab dan akibat. Variabel independen disebut sebagai
sebab dan variabel dependen sebagai akibat. Sebagai contoh, apabila ada judul penelitian
“Pengaruh Model Pembelajaran CTL terhadap Hasil Belajar”, dapat dijelaskan bahwa Model
Pembelajaran sebagai variabel X atau variabel penyebab, sedangkan Hasil Belajar disebut
sebagai variabel Y, atau variabel akibat.
Beberapa hubungan antara variabel X dan Y dapat dilihat pada jenis dan judul penelitian
di bawah ini:

a) Hubungan Lama Belajar (X) Terhadap Prestasi Siswa (Y) pada SMP kelas VIII di
Kecamatan...... kota......... Judul ini memiliki 1 variabel X dan 1 variabel Y sehingga
hubungannya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Variabel X Variabel Y
(Lama Belajar) (Prestasi Siswa)

Gambar 3.3 Hubungan antara 1 variabel X dan 1 variabel Y


b) Hubungan antara Lama Belajar (X1), Minat Belajar (X2) terhadap Prestasi Siswa (Y) pada
SMP kelas VIII Kecamatan...... Kota...... Judul penelitian ini memiliki 2 variabel X dan 1
variabel Y. Hubungan antar variabel dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Variabel X1
Lama Belajar Variabel Y
Prestasi Belajar
Variabel X2
Minat Belajar

Gambar 3.4 Hubungan antara 2 variabel X dan 1 variabel Y


c) Efektifitas Gaya Belajar terhadap Prestasi dan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas X
sekolah ........ Judul penelitian ini memiliki satu variabel X dan dua variabel Y. Hubungan
ketiga variabel ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Variabel Y1
(Prestasi Belajar)
Variabel X
(Gaya Belajar)
Variabel Y2
(Motivasi Belajar)
Gambar 3.5 Pengaruh antara 1 variabel X dan 2 variabel Y
d) Hubungan Antara Kecerdasan Intelektual (X1) dan Kecerdasan Emosional (X2) terhadap
Prestasi (Y1) dan Motivasi Belajar Siswa (Y2). Judul penelitian ini memiliki dua variabel X
dan dua variabel Y sehingga hubungan empat variabel ini dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:

X1 Y1
Kecerdasan Intelektual Prestasi Belajar

X2
Y2
Kecerdasan emosional
Motivasi Belajar

Gambar 3.6 Hubungan antara 2 variabel X dan 2 variabel Y

Dari keempat contoh di atas tentang variabel, secara garis besar hubungan antar variabel
berdasarkan banyaknya variabel adalah sebagai berikut: 1) bivariat, yaitu hubungan atau
pengaruh antara dua variabel (1 variabel X dan 1 variabel Y), 2) multivariat yaitu hubungan atau
pengaruh lebih dari 2 variabel (lebih dari satu variabel X dan satu variabel Y, atau satu variabel
X dan lebih dari satu variabel Y, atau lebih dari satu variabel X dan lebih dari satu variabel Y),
dan 3) univariat atau hubungan satu variabel (statistik deskriptif).

2. Variabel kontrol

Variabel kontrol merupakan jenis variabel di dalam penelitian yang berasal dari variabel
independen yang harus diukur dan dinilai oleh seorang peneliti. Variabel ini seringkali
digunakan apabila seorang peneliti menggunakan penelitian eksperimen di mana variabel kontrol
seringkali digunakan pada kelas kontrol. Kelas kontrol dimaknai sebagai kelas yang tidak
diberikan treatmen atau perlakuan dan berfungsi sebagai kelas pembanding dengan kelas yang
diberikan perlakuan (kelas eksperimen). Tuckman dalam Creswell (2012) menjelaskan bahwa
variabel kontrol merupakan variabel yang berpotensi mempengaruhi variabel dependen.
Sedangkan Mulyatiningsih (2012) mengatakan variabel kontrol dikategorikan ke dalam variabel
extraneous atau variabel yang tidak diikutsertakan dalam proses penelitian. Pengertian tidak
diikutsertakan adalah variabel ini menjadi nama bagi kelompok atau grup atau kelas yang tidak
diberikan perlakuan dalam penelitian. Dengan demikian, walaupun variabel kontrol tidak
disebutkan di dalam penelitian, data pada variabel kontrol sangat diperlukan sebagai data
pembanding dari kelas eksperimen.
Deskripsi mengenai karakteristik dari variabel kontrol berdasarkan definisinya adalah: 1)
variabel kontrol merupakan bagian variabel independen yang bersifat extraneous atau tidak
dijelaskan secara implisit di dalam penelitian, 2) variabel kontrol sering digunakan dalam
penelitian eksperimen dan 3) data variabel kontrol pada kelas yang tidak diberikan perlakuan
menjadi data pembanding pada kelas eksperimen. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dari judul
penelitian di bawah ini:

“Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar”
X Y

Variabel Independen yang di dalamnya


terdapat variabel kontrol Diartikan sebagai

Grup atau kelas yang tidak dilakukan treatmen atau perlakuan Model Pembelajaran
Cooperative Learning Tipe Jigsaw (X) untuk mengukur keberhasilan belajar (Y). Hasil
pengukuranGambar
kelas kontrol menjadi
3.2 Letak pembanding
variabel kontrolkelas
dalameksperimen.
variabel independen

Gambar 3.7 Letak Variabel Kontrol

Berdasarkan contoh judul di atas, variabel kontrol seringkali tidak disebut di dalam judul
penelitian. Hal ini disebabkan variabel ini merupakan bagian dari variabel independen sehingga
ketika disebutkan judul penelitian “Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Jigsaw Terhadap Hasil Belajar”, para peneliti dan yang membaca hasil penelitian sudah
memahami bahwa ada salah satu variabel lain yang disebut variabel kontrol di dalam penelitian
ini.

3. Variabel Moderator

Selain dua variabel di atas, salah satu jenis variabel lainnya adalah variabel moderator di
mana variabel ini merupakan variabel yang dapat mempengaruhi hubungan antara variabel
independen dan dependen. Multiyaningsih (2012) mengistilahkan variabel ini sebagai variabel
yang dapat memodifikasi hubungan antara kedua variabel ini. Kadir (2015) menjelaskan bahwa
variabel moderator merupakan variabel lain yang dianggap berpengaruh terhadap variabel terikat
tetapi tidak mempunyai pengaruh utama. Creswell menjelaskan, variabel moderator memberikan
“dampak” atau pada penelitian istilah dampak dikenal sebagai “pengaruh interaksi” atau
“interaction effect”. Penggunaan istilah pengaruh interaksi dapat dimaknai adanya variabel
moderator di dalam desain penelitian merupakan bentuk penelitian yang lebih kompleks dan
komprehensif dibandingkan dengan jenis penelitian lainnya yang hanya melibatkan variabel
independen dan dependen saja. Di dalam penelitian, variabel moderator dapat ditulis secara
eksplisit maupun implisit.
Sebagai contoh, sebuah penelitian berjudul “Hubungan antara Kualitas Soal Ujian dengan
Kemampuan Siswa Menjawab Soal”. Judul ini secara eksplisit terdiri dua variabel saja yakni
“Kualitas Soal Ujian” sebagai variabel X dan “Kemampuan Siswa Menjawab Soal” sebagai
variabel “Y”. Namun, secara implisit desain penelitian dengan menggunakan judul ini dapat
memasukkan unsur variabel moderator di dalamnya seperti: tingkat kecemasan siswa, desain
ruang kelas atau kemampuan guru dalam menjelaskan pelajaran. Untuk itu hubungan antara
variabel independen, dependen dan moderator dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independen (X) Variabel Independen (Y)


Kualitas Soal Kemampuan Siswa Menjawab Soal

Variabel Moderator (Z)


- Tingkat kecemasan, atau
- Desain ruang kelas, atau
- Kemampuan guru

Gambar 3.8 Letak variabel Moderator

Contoh penelitian lain yaitu “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan
Tingkat Kecerdasan terhadap Kemampuan Berpikir Kritis”, diperoleh deskripsi desain penelitian
yaitu: Model Pembelajaran sebagai variabel X, Tingkat Kecerdasan sebagai variabel moderator,
dan Kemampuan Berpikir Kritis sebagai variabel Y. Konstelasi desain pemikiran berdasarkan
judul ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Variabel Independen (X) Variabel Independen (Y)


Model Pembelajaran Berbasis Masalah Kemampuan Berpikir Kritis

Variabel Moderator (Z)


Tingkat Kecerdasan

Gambar 3.9 Tingkat Kecerdasan sebagai Variabel Moderator

Berdasarkan dua judul penelitian di atas, ada beberapa alternatif dan konsekuensi yang
dilakukan oleh peneliti berdasarkan variabel modrator, pertama; bisa saja peneliti hanya
menuliskan variabel independen dan dependen di dalam judul penelitiannya, atau peneliti
diperbolehkan menuliskan judul dengan menambahkan variabel moderator di dalamnya sehingga
judul penelitiannya adalah: “Hubungan antara Kualitas Soal Ujian dan Tingkat Kecemasan
Terhadap Kemampuan Siswa Menjawab Soal” sebagaimana judul kedua yaitu Pengaruh Model
Pembelajaran Berbasis Masalah dan Tingkat Kecerdasan terhadap Kemampuan Berpikir Kritis.
Kedua: banyaknya variabel moderator yang akan diteliti, tergantung dari kemauan dan
kemampuan peneliti. Konsekuensinya semakin banyak variabel yang diteliti, akan semakin
banyak pula teori yang digunakan, instrumen yang dipakai dan tingkat kesulitan dan kerumitan
analisis statistika yang tinggi.
4. Variabel Intervening
a. Pengertian variabel intervening
Kadir (2014) menjelaskan bahwa variabel intervening disebut sebagai variabel antara di
mana variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas kemudian dapat memengaruhi variabel tak
bebas. Creswell mengatakan bahwa variabel intervening adalah atribut atau karakteristik yang
berdiri di antara variabel independen dan dependen. Senada dengan Creswell, Sugiyono (2011)
mengatakan variabel antara atau intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi
hubungan antara variabel dependen dengan independen menjadi hubungan tidak langsung dan
tidak dapat diamati atau diukur.
Untuk memahami secara komprehensif pengertian variabel intervening, Creswell
menjelaskan berdasarkan gambar di bawah ini:

Tabel 3.10 Langkah membuat variabel intervening


dalam variabel independen dan dependen
Variabel Intervening di antara Variabel Independen dan Dependen

Langkah 1 Variabel Variabel

Independen Dependen

Contoh: pelayanan jam kantor Keinginan mahasiswa


yang nyaman bagi mahasiswa meminta bantuan dari
fakultas

Langkah 2 Variabel Variabel

Independen Intervening

Contoh: pelayanan jam kantor Keberanian mahasiswa


yang nyaman bagi mahasiswa mengambil resiko

Langkah 3 Variabel Variabel Variabel

Dependen
Independen Intervening

Contoh: pelayanan jam kantor Keberanian Keinginan


yang nyaman bagi mahasiswa mahasiswa mahasiswa
mengambil resiko meminta
bantuan dari
Tabel di atas menjelaskan bahwa pada tahap 1 ada hubungan antara pelayanan jam kantor
yang nyaman bagi siswa (X) dengan keinginan mahasiswa mencari informasi akademik (Y).
Kenyamanan jam kantor mampu membuat siswa merasa nyaman sehingga mereka membuat
keberanian untuk mendatangi kampus (tahap 2). Ketika para staf menawarkan pelayanan yang
nyaman, mahasiswa menjadi berani untuk datang ke kantor dan timbul keinginan untuk meminta
bantuan dari fakultas (tahap 3). Sebagai variabel intervening, keberanian siswa mengambil resiko
dipengaruhi oleh pelayanan jam kantor yang nyaman dan kemudian keberanian siswa mengambil
resiko mempengaruhi keinginan mahasiswa meminta bantuan dari fakultas. Skema anak panah di
atas menggambarkan: 1) kenyamanan jam kantor mempengaruhi keberanian mahasiswa
mengambil resiko, 2) keberanian mahasiswa mengambil resiko mempengaruhi keinginan
mahasiswa meminta bantuan fakultas, dan 3) karena ada variabel keberanian mahasiswa
mengambil resiko, maka hubungan antara kenyamanan jam kantor dan keinginan mahasiswa
meminta bantuan fakultas menjadi hubungan tidak langsung karena diperantarai oleh variabel
keberanian mahasiswa.
Contoh penelitian lain dengan menggunakan variabel intervening adalah: Pengaruh Gaya
Kepemimpinan, Tingkat Prestasi Kerja, dan Tingkat Penghargaan terhadap Motivasi Mengajar
Guru. Dengan judul ini dapat dideskripsikan bahwa: 1) gaya kepemimpinan memiliki pengaruh
terhadap motivasi mengajar, 2) tingkat prestasi kerja memiliki pengaruh terhadap motivasi kerja
guru, 3) tingkat penghargaan memiliki pengaruh terhadap motivasi mengajar guru, dan 4) karena
tingkat penghargaan merupakan variabel intervening, maka gaya kepemimpinan dan tingkat
prestasi memiliki hubungan tidak langsung dengan motivasi mengajar guru.

b. Persamaan dan Perbedaan antara variabel Moderator dan Intervening


Secara sederhana, persamaan kedua variabel ini secara bersama mempengaruhi variabel
independen dan dependen. Jose menjelaskan secara rinci persamaan dan perbedaannya.
Persamaan kedua variabel ini yaitu: 1) kedua variabel ini melibatkan sekurang-kurangnya tiga
variabel, 2) kedua variabel ini dapat dihitung dengan menggunakan regresi, dan 3) kedua
variabel ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dan dependen.
Sedangkan perbedaannya adalah variabel moderator merupakan variabel yang dapat
memodifikasi atau mempengaruhi baik variabel independen dan dependen sedangkan variabel
intervening mejelaskan hubungan secara langsung dan tidak langsung terhadap variabel.
Mengacu kepada contoh judul penelitian Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis
Masalah dan Tingkat Kecerdasan terhadap Kemampuan Berpikir Kritis, dapat diartikan bahwa
keberhasilan Pembelajaran Berbasis Masalah dan Kemampuan Berfikir Kritis dapat dipengaruhi
oleh Tingkat Kecerdasan. Sedangkan variabel intervening menjelaskan hubungan tidak langsung
antara variabel independen dan dependen. Dengan mengambil contoh judul penelitian Pengaruh
Gaya Kepemimpinan, Tingkat Prestasi Kerja, dan Tingkat Penghargaan terhadap Motivasi
Mengajar Guru, terlihat bahwa tingkat penghargaan menjadi variabel intervening. Kedua: desain
penelitian kedua variabel ini memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Apabila judul penelitian
Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Tingkat Kecerdasan terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis, maka desain penelitian sebagaimana pada gambar dibawah ini:
Tabel 3.11 Desain Penelitian dengan menggunakan variabel moderator
Tingkat Kecerdasan Perlakuan

Model Konvensional
Pembelajaran ( A2 )
Berbasis Masalah (
A1 )

Kontrol Kecerdasan Tinggi ( B1 A1 B 1 A2 B 1


)

Kecerdasan Rendah ( A1 B 2 A2 B 2
B2)

Keterangan:
A1 B 1 = Kelompok siswa yang memiliki kecerdasan tinggi yang diajarkan dengan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah
A2 B 1 = Kelompok siswa yang memiliki kecerdasan tinggi yang diajarkan dengan metode
konvensional
A1 B 2 = Kelompok siswa yang memiliki kecerdasan rendah yang diajarkan dengan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah
A2 B 2 = Kelompok siswa yang memiliki kecerdasan rendah yang diajarkan dengan metode
konvensional

Sedangkan pada judul penelitian Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Tingkat Prestasi Kerja,
dan Tingkat Penghargaan terhadap Motivasi Mengajar Guru, maka desain penelitiannya sebagai
berikut:

Variabel X1
ρ y1
ρ31
ρ y3 Variabel Y
ρ21 Variabel X3

Variabel X2 ρ32 ρ y2

Gambar 3.12 Desain Penelitian dengan menggunakan variabel intervening

Ketiga, walaupun sama sama tergolong statistika multivariat, akan tetapi kedua variabel
ini memiliki alat uji statistika yang berbeda. Untuk variabel moderator, uji statistik yang
digunakan adalah Analisis Varian atau Anava dan Analisis Covarian (Ancova) baik 1 jalur
maupun 2 jalur. Sedangkan untuk variabel intervening, uji statistiknya dengan menggunakan
path analysis atau analisis jalur.
C. Jenis Data

Selain statistika parametrik dan non parametrik yang mendasari dipilihnya uji statistik,
seorang peneliti harus pula memahami jenis data yang digunakan ketika akan dianalisis. Artinya
adalah ketepatan dalam mengidentifikasi data yang digunakan dalam penelitian, akan
memudahkan bagi peneliti untuk memilih uji statistik yang benar. Sebaliknya, kesalahan dan
kekeliruan dalam mengidentifikasi jenis data, berakibat kesalahan dan kesulitan dalam
menganalisis data.
Harus dipahami bahwa dalam penelitian, variabel yang telah diukur dengan
menggunakan kuantifikasi disebut sebagai data penelitian. Sedangkan data penelitian terdiri dari
empat jenis yaitu: 1) data berjenis nominal, 2) ordinal, 3) interval dan 4) rasio.

1. Data Nominal
Data nominal adalah data ketika objek penelitian diklasifikasikan ke dalam kategori-
kategori sehingga sampel terkelompokkan ke dalam kategori yang sama baik atribut dan
sifatnya. Kategori pada data nominal dikelompokkan dengan menggunakan kuantifikasi atau
pelabelan berdasarkan nomor atau angka. Sebagai contoh terdapat data seperti pria dan wanita,
jenis pendidikan: S1, S2 dan S3, atau jenis pekerjaan seperti: petani, pedagang, wiraswasta, PNS,
TNI/Polri. Untuk data berdasarkan jenis kelamin, data ini dikelompokkan menjadi pria = 1,
wanita = 0. Data berdasarkan stratifikasi tingkat pendidikan, S1 = 1, S2 = 2, dan S3 = 3.
Sedangkan berdasarkan jenis pekerjaan, petani= 1, pedagang=2, wiraswasta=3, PNS=4, dan
TNI/Polri = 5
Karakteristik lainnya pada data nominal adalah data ini tidak bisa dijumlah atau dikali
dan dibagi. Artinya adalah jika berdasarkan jenis kelamin pria=1 wanita= 0, bukan berarti 1+0 =
1, atau 1 – 0 = 1, atau 1 x 0 = 0. Demikian pula pada data stratifikasi tingkat pendidikan maupun
jenis pekerjaan. Data berjenis nominal hanya berfungsi untuk mengelompokkan data berdasarkan
atribut atau sifat. Artinya adalah angka 0 dan 1 pada jenis kelamin, 1,2, dan 3 pada jenis
pendidikan, dan 1,2,3,4 dan 5 pada stratifikasi pekerjaan hanya bersifat pengkodean angka saja
untuk memudahkan analisis statistiknya.

2. Data ordinal

Data ordinal adalah data yang dibuat secara bertingkat atau dengan kata lain data ini
disusun berdasarkan peringkat yaitu dari peringkat terendah sampai tertinggi. Pada data ini
biasanyanya semakin kecil angkanya, maka semakin besar nilainya. Sebagai contoh siswa yang
mendapatkan ranking 1 tentu memiliki prestasi yang lebih bagus dari ranking 2. Siswa yang
memperoleh ranking 2 tentunya lebih baik daripada ranking 3. Perbedaan ini mengisyaratkan
bahwa 1 > 2 > 3 bukan berarti menunjukkan adanya perbedaan kuantitatif antara 1 dan 2, atau 2
dan 3. Perbedaan tersebut hanya bersifat kualitatif sebagaimana yang telah disebutkan tadi
bahwa peringkat 1 lebih baik dari peringkat 2 dan seterusnya. Untuk itu data ordinal sama
dengan data nominal yaitu tidak dapat dihitung secara matematis.
Ada dua model dalam data ordinal yaitu data tidak berpasangan dan berpasangan. Disebut
data tidak berpasangan, apabila data yang diperoleh oleh sampel tidak memiliki kesamaan satu
dengan yang lainnya. Sebaliknya, apabila data yang diperoleh dari sampel memiliki persamaaan
skor pada datanya, maka data ini disebut berpasangan. Untuk memahami lebih lanjut dapat
dilihat pada contoh Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mahasiswa di perguruan tinggi X di bawah
ini:

Tabel 3.13 Data ordinal pada data tidak berpasangan dan berpasangan
Tidak berpasangan Berpasangan

IPK Ranking IPK Ranking

4,0 1 4,0 (1) 1

3,9 2 3,9 (2) 2,5

3,8 3 3,9 (3) 2,5

3,4 4 3,8 (4) 4

3,3 5 3,5 (5) 6

3,0 6 3,5 (6) 6

2,9 7 3,5 (7) 6

2,7 8 3,0 (8) 8

Pada tabel di atas, pada data tidak berpasangan, dari ke 8 mahasiswa yang dicatat IPKnya
tidak ditemukan data yang sama (dari IPK 4,0 sampai IPK 2,7 tidak ada IPK yang sama). Ini
memudahkan peneliti untuk mengurutkan ranking terkecil (1) dengan IPK 4,0 sampai ranking
terendah (8) dengan IPK 2,7. Sedangkan pada data yang berpasangan, ditemukan ada nilai IPK
yang sama yaitu 3,9 dengan rangking 2 dan rangking 3, serta IPK 3,5 dengan rangking 5, 6 dan
7. Apabila pada data penelitian menunjukkan angka yang sama, maka perankingan pada data
ordinal dengan cara membagi data tersebut seperti (2+3/2=2,5) untuk IPK 3,9 dan (5+6+7/3=6)
pada IPK 3,5.

3. Data interval

Data interval memiliki memiliki pengertian yang sama dengan data ordinal di mana data
interval. Jika pada data ordinal tidak memiliki jarak yang tetap, pada data interval telah memiliki
jarak yang tetap. Jadi apabila ada data berupa 1,3,5,7,9 dan 11, dapat diartikan bahwa jarak 1 – 3
sama jaraknya dengan 5 – 7 atau 7 – 9. Skala ini tidak memiliki angka nol (0) mutlak. Sebagai
contoh, angka 0 0C berbeda interpretasinya dengan 0 0F. Contoh lain, jika suatu sekolah memiliki
interval penskoran 0 – 100, apabila siswa A memperoleh skor 40 dan siswa B memperoleh skor
80, bukan berarti tingkat kecerdasan siswa B dua kali lebih baik dari siswa A. Nilai 0 sampai 100
hanya merupakan interval penilaian yang mungkin berbeda dengan interval penilaian lainnya.
Namun demikian data interval memiliki karakteristik dapat dilakukan operasi bilangan
matematika baik penjumlahan, pengurangan, pembagian dan perkalian seperti: 300 C + 500 C =
0
80 C.
4. Data rasio

Pada ilmu statistika, data rasio merupakan data yang tertinggi jika dibandingkan dengan
tiga jenis data sebelumnya. Data rasio memiliki persamaan dengan skala interval yaitu di mana
kedua data ini dapat dioperasikan secara matematis (bisa ditambah, dikurang, dikali dan dibagi).
Perbedaannya adalah pada skala rasio telah memiliki angka nol (0) mutlak sehingga angka ini
merupakan titik nol yang absolut. Angka pada data rasio menunjukkan angka yang
sesungguhnya, bukan hanya sebagai simbol. Sebagai contoh, apabila ada siswa yang
mendapatkan angka nol, ini berarti siswa tersebut benar-benar mendapatkan nilai 0. Contoh
lainnya adalah apabila ada nilai rata-rata raport tiga siswa yaitu siswa A= 90, B= 80, dan siswa
C=70. Maka jika dilihat secara rasio, siswa B memiliki nilai rata-rata kurang 10 dari siswa A.
Siswa C memiliki nilai rata-rata kurang dari 20 dari siswa A. Beberapa contoh lainnya dengan
menggunakan data rasio seperti berat sebuah benda, luas, kecepatan dsbnya.
Penggunaan keempat jenis data dalam analisis kuantitatif yaitu pada data berjenis
nominal dan ordinal menggunakan uji statistika non parametrik, data interval dan rasio
digunakan untuk statistika parametrik. Akan tetapi pada beberapa kasus penelitian, data interval
dan rasio bisa dirubah ke dalam bentuk data nominal dan ordinal. Sebagai contoh interval nilai
dari 0 sampai dengan 100, dapat dirubah menjadi dua kategori baik ≥ 60 = 1 dan tidak baik < 60
= 0. Sebaliknya, data nominal dan ordinal tidak dapat dirubah menjadi data interval dan rasio.

Anda mungkin juga menyukai