Anda di halaman 1dari 6

BAB 1.

KASUS

Kebiasaan petani dalam menggunakan pestisida kadang-kadang menyalahi aturan,


selain dosis yang digunakan melebihi takaran, penggunaan pestisida yang dilarang beredar,
petani juga sering mencampur beberapa jenis pestisida, dengan alasan untuk meningkatkan
daya racunnya pada hama tanaman. Penyemprotan pestisida yang tidak memenuhi aturan
mengakibatkan dampak bagi kesehatan petani itu sendiri yaitu timbulnya keracunan pada
petani yang dapat dilakukan dengan jalan memeriksa aktifitas kholinesterase darah.
Pestisida yang banyak direkomendasikan untuk bidang pertanian adalah golongan
organofosfat yang mempengaruhi fungsi syaraf dengan jalan menghambat kerja enzim
kholinesterase.
Hasil penelitian menunjukkan dari pemeriksaan darah petani didapatkan petani yang
keracunan berat sebanyak 13 (26%) orang petani. Petani yang memiliki kadar
kholinesterase berpotensi keracunan (keracunan ringan) sebanyak 37 orang (74%). Faktor
risiko yang berpengaruh terhadap keracunan pestisida (P<0,05) yaitu variabel pengetahuan
sikap, dosis, lama penyemprotan, arah semprot terhadap arah angin, kebersihan badan dan
pemakaian APD.

BAB 2. ANALISIS PRAKTIKUM

2.1 Penyelesaian Kasus


Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa modus jenis APD yang dipakai responden
berdasarkan hasil jawaban kuesioner adalah 3 jenis, median 3,00 jenis dengan standar
deviasi 0,88 jenis. Nilai pemakaian APD terendah adalah 2 jenis dan pemakaian APD
terbanyak adalah sebanyak 4 jenis pemakaian APD yang terdiri dari baju lengan panjang,
celana panjang, topi dan sepatu bot, petani yang terbanyak adalah petani yang
menggunakan APD baik yaitu sebanyak 30 orang (60%). Menunjukkan bahwa
kecenderungan petani yang menggunakan APD buruk untuk terjadinya aktifitas
kholinesterase (zat akibat keracunan) pestisida ddalam darrah) dalam darah tidak normal
adalah 5 kali lebih besar dibandingkan dengan petani yang menggunakan APD baik.
Pada umumnya perilaku petani di daerah ini menggunakan APD yang tidak lengkap,
mereka pada umumnya hanya menggunakan rata-rata 3 APD yang berupa baju lengan
panjang, celana panjang dan topi. Pestisida umumnya adalah racun bersifat kontak, oleh
karenanya penggunaan alat pelindung diri pada petani waktu menyemprot sangat penting
untuk menghindari kontak langsung dengan pestisida. Pemakaian alat pelindung diri
lengkap ada 7 macam yaitu : baju lengan panjang, celana panjang, masker, topi, kaca mata,
kaos tangan dan sepatu boot. Pemakaian APD dapat mencegah dan mengurangi terjadinya
keracunan pestisida, dengan memakai APD kemungkinan kontak langsung dengan pestisida
dapat dikurangi sehingga resiko racun pestisida masuk dalam tubuh melalui bagian
pernafasan, pencernaan dan kulit dapat dihindari.

2.2 Kekurangan
a. Suasana selama praktikum kurang kondusif
b. Dalam kehidupan sehari-hari tidak semua hal dapat dijadikan materi eksperimen
2.3 Kelebihan
a. Ketersediaan alat untuk melakukan praktikum
b. Mengembangkan sikap berpikir ilmiah
c. Setelah demonstrasi, ada diskusi yang dapat digunakan sebagai evaluasi selama
praktikum

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyemprotan pestisida yang tidak memenuhi aturan mengakibatkan dampak bagi
kesehatan petani itu sendiri yaitu timbulnya keracunan pada petani yang dapat dilakukan
dengan jalan memeriksa aktifitas kholinesterase darah. . Pestisida umumnya adalah racun
bersifat kontak, oleh karenanya penggunaan alat pelindung diri pada petani waktu
menyemprot sangat penting untuk menghindari kontak langsung dengan pestisida.
Pemakaian alat pelindung diri lengkap ada 7 macam yaitu : baju lengan panjang, celana
panjang, masker, topi, kaca mata, kaos tangan dan sepatu boot. Pemakaian APD dapat
mencegah dan mengurangi terjadinya keracunan pestisida, dengan memakai APD
kemungkinan kontak langsung dengan pestisida dapat dikurangi sehingga resiko racun
pestisida masuk dalam tubuh melalui bagian pernafasan, pencernaan dan kulit dapat
dihindari.

3.2 Saran
Untuk mahasiswa sebagai calon perawat yang akan terjun kemasyarakat,
diharapkan dapat mengasah keterampilan dalam melakukan komunikai kepada
masyarakat guna memperbaikin kebiasaan yang kurang sehat menjadi lebih sehat
BAB 1. KASUS

Ny. S, 51 tahun, datang dengan keluhan mata kanan tertutup selaput berbentuk
segitiga yang terasa mengganjal. Keluhan ini dirasakan pasien sejak hampir 1 tahun
belakangan, yang makin lama mengganggu penglihatan. Pasien juga kadang merasa
matanya perih. Awal sebelum muncul selaput, mata pasien memang nampak merah
seperti urat-urat, lama kelamaan membentuk selaput, hingga sebesar sekarang.
Penglihatan ganda dan kesulitan menggerakkan bola mata disangkal oleh pasien. Pasien
adalah seorang buruh tani yang banyak bekerja dibawah sinar matahari dan sering
kelilipan debu-debu yang terbawa angin. Riwayat terkena bahan kimia disangkal.
Keadaan ini belum pernah diobati sebelumnya.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit ringan, compos mentis,
tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 82 kali per menit, frekuensi nafas 20 kali permenit,
suhu afebris. Dari pemeriksaan oftalmologis didapatkan pada occuli dextra (OD): visus
6/6, orthoforia, tampak pada konjungtiva bulbi selaput fibrovaskular berbentuk segitiga,
dengan daerah dasar segitiga dari sisi nasal dan bagian puncak melewati limbus sejauh 3
mm, tidak menutupi pupil. Pada occuli sinistra (OS) tidak ditemukan kelainan.

BAB 2. ANALISIS PRAKTIKUM

2.4 Penyelesaian Kasus


Pterigium adalah lipatan berbentuk sayap pada konjungtiva dan jaringan
fibrovaskular yang telah menginvasi kornea superficial. Kebanyakan pterigium
ditemukan di bagian nasal dan bilateral. Pterigium dibagi menjadi 3 bagian yaitu body,
apex (head), dan cap. Bagian segitiga yang meninggi pada pterigium dengan dasarnya
ke arah kantus disebut body, sedangkan bagian atasnya disebut apex, dan ke belakang
disebut cap. Subepitelial cap atau halo timbul pada tengah apex dan membentuk batas
pinggir pterigium (American Academy of Ophtalmology, 2008).
Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, derajat pertumbuhan
pterigium dibagi menjadi 4 derajat: derajat 1, jika pterigium hanya terbatas pada limbus
kornea; derajat 2, jika sudah melewati limbus kornea tetapi tidak lebih dari 2 mm
melewati kornea; derajat 3, sudah melebihi derajat 2 tetapi tidak melebihi pinggiran
pupil mata dalam keadaan cahaya normal (pupil dalam keadaan normal sekitar 3 – 4
mm); derajat 4, pertumbuhan pterygium melewati pupil sehingga mengganggu
penglihatan (Tjahjono dalam Laszuarni, 2009).
Pada kasus, pasien mengeluhkan adanya rasa mengganjal pada mata kanan dan
disertai gejala iritasi, yakni pasien kadang merasakan nyeri pada mata kanan disertai
mata yang berair. Selain itu pasien juga menyadari adanya selaput putih yang muncul di
mata kanannya dan semakin lama semakin membesar hingga menutupi sebagian biji
mata. Dari hasil pemeriksaan fisik juga ditemukan adanya selaput fibrovascular
berbentuk segitiga dari canthus medialis mata kanan dan meluas dengan puncak yang
telah melewati limbus kornea sejauh 2 milimeter. Dari perluasan tersebut, maka dapat
disimpulkan pasien memiliki pterigium derajat 3. Pada pasien ini kemudian diberikan
tetes mata steroid dan beberapa minggu kemudian dilakukan eksisi pterigium dengan
autograft konjungtiva.

2.5 Kekurangan
c. Suasana selama praktikum kurang kondusif
d. Pengetahuan tentang kasus, bagaimana cara penanganan dan pencegahannya
masih kurang
e. Dalam kehidupan sehari-hari tidak semua hal dapat dijadikan materi eksperimen
2.6 Kelebihan
d. Pemeriksaan fisik hanya berfokus pada organ yang sakit saja, sehingga
menghemat waktu
e. Peralatan yang diperlukan tidak terlalu rumit dan tersedia
f. Mengembangkan sikap berpikir ilmiah
g. Setelah demonstrasi, ada diskusi yang dapat digunakan sebagai evaluasi selama
praktikum
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pterigium adalah lipatan berbentuk sayap pada konjungtiva dan jaringan
fibrovaskular yang telah menginvasi kornea superficial. Derajat pertumbuhan pterigium
dibagi menjadi 4 derajat. Dari hasil pemeriksaan fisik juga ditemukan adanya selaput
fibrovascular berbentuk segitiga dari canthus medialis mata kanan dan meluas dengan
puncak yang telah melewati limbus kornea sejauh 2 milimeter. Dari perluasan tersebut,
maka dapat disimpulkan pasien memiliki pterigium derajat 3.

3.2 Saran
Untuk mahasiswa sebagai calon perawat yang akan terjun kemasyarakat,
diharapkan lebih memperluas pengetahuan tentang berbagai penyakit. Yang tidak kalah
penting yaitu meningkatkan keterampilan dalam melakukan screening terutama
pemeriksaan fisik yang tepat dan benar.

Anda mungkin juga menyukai