SEMESTER 1
Dosen : Melri Deswina,S.Pd.,M.Pd.T
Mata Kuliah : Praktikum Fisika Terapan
DISUSUN OLEH
RANGGA RIZKY NUGRAHA (23346018)
PRODI INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2
TUGAS 1 Laporan Praktikum Multimeter ..................................................... 3
TUGAS 2 Laporan Praktikum Rangkaian Campuran .................................. 3
TUGAS 3 Menghitung Resistor ........................................................................ 3
TUGAS 4 Rangkaian Resistor .......................................................................... 3
TUGAS 5 Transformasi Delta Wye .................................................................. 3
TUGAS 6 Laporan Praktikum Rangkaian Seri, Paralel Dan Campuran .... 3
TUGAS 7 Hukum Kirchoff I ............................................................................. 3
TUGAS 8 Hukum Kirchoff II ........................................................................... 3
TUGAS 9 Garis Gaya Magnet .......................................................................... 3
TUGAS 10 Transformator ................................................................................ 3
TUGAS 11 Gaya Magnet ................................................................................... 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Multimmeter
Multimeter atau sering juga disebut dengan istilah multitester merupakan salah satu
toolkit penting bagi para praktisi elektronika. Multimeter adalah gabungan dari
beberapa alat ukur elektronik yang dikemas dalam satu kemasan. Dengan multimeter
maka kita bisa mengetahui apakah aliran listrik yang kita ukur bermasalah atau tidak.
Tentunya jika bermasalah akan dapat membuat kita segera untuk memperbaikinya untuk
mencegah korsleting listrik bahkan kebakaran.
Alat ukur multimeter yang sering disebut juga dengan nama multitester atau
AVOmeter memiliki beberapa bagian penting dengan fungsi dan kegunaan berbeda-
beda juga. Alat ini sebenarnya sangat mudah sekali kita temui ditoko – toko elektronik
dengan berbagai merk dan tipe serta dapat dibeli dengan harga yang sangat terjangkau
sekali. Alat ukur multimeter ini adalah alat ukur dasar yang umum digunakan oleh para
teknisi, pratikan dan juga orang awam di rumah-rumah.
Selain itu, juga sebagai alat uji elektronik yang mengukur tegangan AC/DC dengan
memberikan pembacaan dalam mode numerik digital. Multimeter memiliki ukuran kecil,
ringan, dan juga menggunakan baterai. Multimeter digital ini memiliki akurasi yang tinggi
dengan kegunaan yang lebih banyak. Multimeter ini biasa dipakai pada penelitian atau
pekerjaan mengukur kecermatan tinggi. Namun kekurangannya adalah sulit memonitor
tegangan yang tidak stabil.
B. Macam macam multitester
1. Multimeter Analog
Jarum
Penunjuk
Zero Adjust
Screw
2. Multimeter Digital
LCD Screen
Hold
Range
Range Selector
Switch
Positive socket
10A Socket
Capacitance mA
Current Positive Negative socket
Socket
Bagian bagian multimeter digital :
a. Positive dan Negative socket
Lubang kutub tersebut berfungsi sebagai tempat masuknya test lead positif
(+) dengan warna merah dan negatif (–) dengan warna hitam.
b. Range Selector Switch
Range Selector Switch berfungsi untuk memilih posisi pengukuran dan
batas ukurannya. seperti pengukuran tegangan AC/DC, arus AC/DC, hambatan,
kapasitansi, dan lainnya.
c. LCD Screen
Menampilkan hasil pengukuran dalam bentuk angka digital. Dengan layar
ini, Anda dapat melihat nilai tegangan, arus, hambatan, dll.
d. Hold
Digunakan untuk menahan hasil pengukuran pada layar. Ini berguna ketika
Anda perlu membaca hasil pengukuran yang stabil.
e. Range
Dengan tombol ini, Anda dapat mengatur rentang pengukuran yang sesuai.
Misalnya, jika Anda ingin mengukur tegangan, Anda dapat memilih rentang yang
tepat, seperti 200V atau 500V.
Diatas adalah tabel resistor kode 4 warna buat memudahkan kita mengetahui nilai dari
resistor.
A) Resistor 1
1) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang satu yaitu coklat yangbernilai: 1
2) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang kedua yaitu hijau yang
bernilai: 5
3) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang ketiga yaitu orange yangbernilai:
10³
4) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang keempat yaitu emas yang
bernilai: 5 %
Jadi resistor 1 mempunyai nilai = 15 x 10³= 15000 ohm dan memiliki toleransi
5%
B) Resistor 2
bernilai: 1
2) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang kedua yaitu hijau yang
bernilai: 5
3) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang ketiga yaitu orange yang
bernilai: 10¹
4) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang keempat yaitu emas yang
bernilai: 5 %
Jadi resistor 2 mempunyai nilai = 15 x 10¹= 150 ohm dan memiliki toleransi
5%
C) Resistor 3
1) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang satu yaitu coklat yang
bernilai: 1
2) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang kedua yaitu hitam yang
bernilai: 0
3) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang ketiga yaitu coklat yang
bernilai: 10¹
4) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang keempat yaitu emas yang
bernilai: 5 %
Jadi resistor 3 mempunyai nilai = 10 x 10¹= 100 ohm dan memiliki toleransi 5%
1) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang satu yaitu coklat yang bernilai:
1
2) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang kedua yaitu merah yang
bernilai: 2
3) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang ketiga yaitu hitam yang
bernilai: 1
4) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang keempat yaitu hitam bernilai:
1
5) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang kelima yaitu coklat yang
bernilai: 1%
Jadi resistor 1 mempunyai nilai = 12 x 1= 12 ohm dan memiliki toleransi 1
D. Menghitung Hambatan Total pada Rangkaian Seri, Paralel, dan Campuran
1. Gambar 1
Diketahui: R1 = 100
R2 = 150
R3 = 330
Ditanya : Rtotal?
Jawab: Rtotal = R1+R2+R3
= 100+150+330
= 580 Ω
2. Gambar 2
1 1 1
Rp = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3
1 1 1
= 100 + 150 + 330
33 + 22 + 10 65 3300
= = = = 50,7 Ω
3300 3300 65
3. Gambar 3
1 1
Rp = 𝑅1 + 𝑅2
1 1 3+2 5 300
= 100 + 150 = = 300 = = 60 Ω
300 5
Rtotal = Rp + R3
= 60 + 330 = 390 Ω
4. Gambar 4
1 1 1
RP1 = 𝑅4 + 𝑅5 + 𝑅6
1 1 1
= 470 + 1000 + 2000
1 1
RP2 = 𝑅2 + 𝑅3
1 1
= 150 + 330
11+5 16 1650
= = 1650 = = 103 Ω
1650 16
Rtotal = R1+Rp1+Rp2
= 100+276+103
= 479 Ω
5. Gambar 5
1 1 1
RP = 𝑅4 + 𝑅5 + 𝑅3
1 1 1
= 470 + 1000 + 330
3300 + 1551 + 4700 9551 1551000
= = 1551000 = = 162 Ω
1551000 9551
RAB = R1 + R2 + RP
= 412 Ω
RAC = Rab + R6
= 412 + 2000
= 2412 Ω
6. Gambar 6
RS1 = R3 + R4
= 330 + 470
= 800 Ω
1 1
RP1 = + 𝑅8
𝑅𝑆1
1 1
= + 10
800
1+80 81 800
= = 800 = = 9,87 Ω
800 81
RS2 = RP1 + R1
= 9,87 + 100
= 109,87 Ω
𝑅𝑆2 . 𝑅2
RAB = 𝑅𝑆2 + 𝑅2
109,87 . 150
= 109,87 + 150
1480,5
= 159,87
= 9,26 Ω
RS3 = R1 + R2
= 100 + 150
= 250 Ω
𝑅𝑆3 . 𝑅8
RP2 = 𝑅𝑆3 + 𝑅8
250 𝑥 10
= 250 + 10
2500
= 260
= 9,61 Ω
𝑅𝑃2 𝑥 𝑅3
RBC = 𝑅𝑃2 + 𝑅3
9,61 𝑥 330
= 9,61 + 330
3171,3
= 339,61
= 9,33 Ω
RS4 = RP2 + R3
= 9,61 + 330
= 339,61 Ω
𝑅𝑆4 𝑥 𝑅4
RCD = 𝑅𝑆4 + 𝑅4
339,61 𝑥 470
= 339,61 + 470
159616,7
=
809,61
= 197,15 Ω
RS5 = RP1 + R2
= 9,87 + 150
= 159,87
𝑅𝑆5 𝑥 𝑅1
RAD = 𝑅𝑆5 + 𝑅1
159,87 𝑥 100
=
159,87 + 100
15987
= 259,87
= 61,51 Ω
1 1 1 1 1 1
= + 𝑅𝐴 = 𝑅𝑃1 = 47 + 1261
𝑅𝑃1 𝑅1
RP1 = 45 Ω
1 1 1 1 1
= + 𝑅𝐵 = 330 + 857
𝑅𝑃2 𝑅7
RP2 = 238 Ω
1 1 1 1
= + +
𝑅𝑃3 𝑅𝑃1 𝑅𝑃2 𝑅9
1 1 1
= 45 + 238 + 1000
RP3 = 99,7 Ω
2. Gambar 2
𝑅1𝑅8 (47470)
RAB = RY = RA = 𝑅1 + 𝑅7 + 𝑅8 = 47 + 470 + 330 = 26 Ω
𝑅8𝑅7 (470330)
RB = 𝑅1 + 𝑅7 + 𝑅8 = 47 + 470 + 330 = 183 Ω
𝑅7𝑅1 (47330)
RC = 𝑅1 + 𝑅7 + 𝑅8 = 47 + 470 + 330 = 18 Ω
R51 = R2 + RA = 26 + 68 = 94 Ω
1 1 1
= 94 + 283
𝑅𝑃1
RP1 = 70
R53 = RC + RP1 = 18 + 70 = 88 Ω
1 1 1 1
= 377 + 168 + 470
𝑅𝑃2
= 93 Ω
3. Gambar 3
1 1 1 1 1
= + = +
𝑅𝑃1 𝑅1 𝑅𝐴 47 30
RP1 = 18
1 1 1 1 1
= 𝑅2 + 𝑅𝐵 = 68 + 30
𝑅𝑃2
RP2 = 20
1 1 1 1 1
= 𝑅3 + 𝑅𝐶 = 100 + 30
𝑅𝑃3
RP2 = 23
𝑅52 . 𝑅𝑃3 38 . 23
RBC = = = 14 Ω
𝑅52 + 𝑅𝑃3 38+23
𝑅53 . 𝑅𝑃2 41 . 20
RAC = 𝑅53 + 𝑅𝑃2 = 41 + 20 = 13 Ω
4. Gambar 4
𝑅1 . 𝐴 47 . 857
RP1 = 𝑅1 + 𝐴 = 47 + 857 = 44 Ω
𝑅7 . 𝐵 330 . 1261
RP2 = 𝑅7 + 𝐵 = 330 + 1261 = 261 Ω
𝑅9 . 𝐶 1000 . 182
RP3 = = 1000 + 182 = 153 Ω
𝑅9 + 𝐶
𝑅2 . 𝐴 68 . 1403
RP1 = = = 64 Ω
𝑅2+ 𝐴 68 + 1403
𝑅1 . 𝐵 47 . 4603
RP2 = 𝑅1 + 𝐵 = 47 + 4603 = 43 Ω
𝑅8 . 𝐶 470 . 463
RP3 = 𝑅8 + 𝐶 = 470 + 463 = 233 Ω
𝑅7 . 𝐴 330 . 1738
RP1 = = = 277 Ω
𝑅7+ 𝐴 330 + 1738
𝑅3 . 𝐵 100 . 2514
RP2 = 𝑅3+ 𝐵 = 100 + 2514 = 96 Ω
𝑅8 . 𝐶 470 . 118
RP3 = 𝑅8 + 𝐶 = 470 + 118 = 94 Ω
𝑅4 . 𝑅7 10 . 330
A = 𝑅4 + 𝑅6 + 𝑅7 = 10 +330
=9Ω
𝑅6 . 𝑅7 10 . 330
B= = =9Ω
𝑅4 + 𝑅6 + 𝑅7 10 +330
𝑅4 . 𝑅6 10 . 10
C= = =5Ω
𝑅4 + 𝑅6 + 𝑅7 10 + 10
𝑅2 . 𝑅3 68 . 100
D = 𝑅3 + 𝑅2 + 𝑅5 = = 40 Ω
68 +100
𝑅2 . 𝑅5 68 . 100
E = 𝑅2 + 𝑅3 + 𝑅5 = =8Ω
68 +100
𝑅3 . 𝑅5 100 . 10
F = 𝑅2 + 𝑅3 + 𝑅5 = 100 + 10 = 9 Ω
R51 = C + E = 5 + 8 = 13 Ω
R52 = R1 + D = 68 + 40 = 108 Ω
R53 = R8 + B = 470 + 9 = 479 Ω
𝑅52 . 𝐴 108 . 9
G= = =7Ω
𝑅51 + 𝐴 + 𝐴 108 + 9 + 9
𝑅51 . 𝑅52 13 . 108
H = 𝑅51 + 𝑅52 + 𝐴 = 13+ 108 + 9 = 10 Ω
𝑅51 . 𝐴 13 . 9
I = 𝑅51 + 𝑅52 + 𝐴 = 13 + 108 + 9 = 1 Ω
R54 = H + F = 10 + 9 = 19 Ω
R55 = R53 + 1 = 479 + 1 = 480 Ω
𝑅54 . 𝑅55 19 . 480
RP1 = 𝑅54 + 𝑅55 = 19 + 480 = 18 Ω
RAB = RP1 + G = 18 + 7 = 25 Ω
R56 = R1 + A = 47 + 9 = 56 Ω
R57 = R8 + F = 470 + 9 = 479 Ω
R52 = E + F = 8 + 9 = 17 Ω
𝑅57 . 𝐷 479 . 40
K = 𝑅57 + 𝑅56 + 𝐷 = 479 + 56 + 40 = 33 Ω
𝑅56 . 𝐷 56 . 40
J = 𝑅57 + 𝑅56 + 𝐷 = 479 + 56 + 40 = 4 Ω
𝑅57 . 𝑅56 479 . 56
L = 𝑅57 + 𝑅56 + 𝐷 = 479 + 56 + 40 = 46 Ω
RCD = RP2 + J = 49 + 4 = 53 Ω
F. Hukum Ohm
Pada tahun 1827 seorang ahli fisika Jerman, George Simon Ohm menemukan hubungan
antar arus listrik (I) yang mengalir melalui suatu rangkaian dengan tegangan yang di pasang
dalam rangkaian (V). Hukum ohm menyatakan bahwa arus yang mengalir pada suatu
konduktor pada suhu tetap sebanding dengan beda potensial antara kedua ujung-ujung
konduktor. Hukum menyatakan bahwa tegangan pada terminal-terminal material penghantar
berbanding lurus terhadap arus yang mengalir melalui material ini, secara matematis hal ini
dirumuskan sebagai berikut :
V=IxR
Dimana : V = tegangan (Volt)
I = Kuat arus (Ampere)
R = Hambatan (Ohm)
Diketahui: R1 = 100 Ω
R2 = 330 Ω
E =6
𝑅1
Vab = 𝑅1 + 𝑅2 x E
100 Ω
= 100 + 330 x 6
100 Ω 60
= x6= = 1.39
430 Ω 43
𝑅2
Vbc = 𝑅1 + 𝑅2 x E
330 Ω
= 100 + 330 x 6
330 Ω 198
= 430 Ω x 6 = = 4,60
43
𝐸 6
IT = 𝑅𝐴𝐶 = 430 = 0,0139
2. Gambar 2
Diketahui:
R1 = 100 Ω
R2 = 330 Ω
R3 = 470 Ω
E=6
1 1 1 1 1 1 1
= 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 = 100 + 330 + 470
𝑅𝐴𝐵
1 2351
= 155100 = 65,9
𝑅𝐴𝐵
𝑅𝐴𝐵 = 65,9 = 66 Ω
𝐼𝑇 0,09
Vab = =
𝑅𝐴𝐵 66
6 1
IT = = 11 = 0,09 A
66
3. Gambar 3
Diketahui: R1 = 100 Ω
R2 = 330 Ω
R3 = 470 Ω
R4 = 1000 Ω E=6
R51 = R1 + R2 R52 = R3 + R4
= 100 + 330 = 470 + 1000
= 430 Ω = 1470 Ω
𝑅1 𝑅2
Vab = 𝑅1 + 𝑅4 x E Vbc = 𝑅2 + 𝑅3 x E
100 330
= 100 + 1000 x 6 = 330 + 470 x 6
100 330
= x 6 = 0,54 volt = x 6 = 2,4 volt
1100 800
𝑅3 𝑅4
Vcd = xE Vda = xE
𝑅2 + 𝑅3 𝑅1 + 𝑅4
470 1000
= 330 + 470 x 6 = 100 + 1000 x 6
470 1000
= 800 x 6 = 3,5 volt = 1100 x 6 = 5,3 volt
5. Gambar 5
R5 = R3 + R1
= 15,18 + 100 = 165,18 Ω
IT = E/RT = 6/165,18 = 0,036 MA
𝑅1 100 600
Vab = 𝑅𝑇 x E = 165,18 x 6 = 165,18 = 3,36 v
𝑅3 470
Vbd = 𝑅𝑇 x E = 165,18 x 6 = 17,072 v
𝑅1 130,43
Vbc = 𝑅51 x Vbd = 177,43 x 17,072 = 12,549 v
𝑅7 470
Vcd = 𝑅𝑇 x Vbd = 177,43 x 17,072 = 4,52 v
Tabel Pengukuran
A) Rangkaian Seri
Rangkaian Seri adalah rangkaian yang arusnya hanya memiliki satu jalan. Pada
gambar rangkaian seri yang kedua terdapat 3 lampu yang artinya semakin banyak lampu
yang digunakan, maka tegangannya dibagi untuk ke tiga lampu, dan cahayanya meredup.
Pada gambar rangkaian seri yang ketigajika 1 lampu mati maka lampu yang lainnya akan
ikut mati.
B) Rangkaian Paralel
Rangkaian Campuran adalah gabungan dari Rangkaian Seri dan Paralel. Pada
gambar ke 2 terdapat 1 buah lampu dimatikan, maka lampu yang lainnya akan hidup dan
disebut rangkaian paralel. Pada gambar ketiga terdapat
2 buah lampu yang ada ditengah, dimana saklar pada lampu tersebut dimatikan, maka
hasilnya lampu yang ditengah tidak menyala karena searus,dan hal ini disebut rangkaian
seri.
I. Hukum Kirchoff 1
Hukum Kirchhoff merupakan salah satu hukum dalam ilmu Elektronika yang
berfungsi untuk menganalisis arus dan tegangan dalam rangkaian. Hukum Kirchhoff
pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli fisika Jerman yang bernama Gustav Robert
Kirchhoff (1824-1887) pada tahun 1845.
Hukum Kirchhoff terdiri dari 2 bagian yaitu Hukum Kirchhoff 1 (Arus) dan
Hukum Kirchhoff 2 (Tegangan). Hukum Kirchhoff 1 merupakan Hukum Kirchhoff yang
berkaitan dengan dengan arah arus dalam menghadapi titik percabangan. Hukum
Kirchhoff 1 ini sering disebut juga dengan Hukum Arus Kirchhoff atau Kirchhoff’s Current
Law (KCL). Bunyi Hukum Kirchhoff 1 adalah “Arus Total yang masuk melalui suatu titik
percabangan dalam suatu rangkaian listrik sama dengan arus total yang keluar dari titik
percabangan tersebut.” Rumus Hukum Kirchhoff 1 adalah I1 + I2 + I3 = I4 + I5 + I6.
Contoh perhitungan hukum Kirchhoff 1:
1. Gambar 1
𝑅1 . 𝑅2 . 𝑅3
Rtotal = 𝑅1 . 𝑅2 + 𝑅2 . 𝑅3 + 𝑅1 . 𝑅3
100 . 330 . 470
= 100 . 330 + 330 . 470 + 100 . 470
15.500.000
= = 66 Ω
235.000
𝐸 6
I1 = 𝑅1 = 100 = 0,06 A = 6 MA
𝐸 6
I2 = 𝑅2 = 330 = 0,018 A = 18 MA
𝐸 6
I3 = 𝑅3 = 470 = 0,012 A = 12 MA
𝐸 6
Itotal = 𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 66 = 0,090 A = 90 MA
2. Gambar 2
Rtotal = RP1 + R1
= 193,8 + 100
= 293,8 Ω
I1 = Itotal Itotal = 18 MA
𝑅3 470
I2 = 𝑅2 + 𝑅3 x 18 = 800 x 18 = 10,8 MA
𝑅2 330
I3 = 𝑅2 + 𝑅3 x 18 = 800 x 18 = 7,42 MA
3. Gambar 3
4. Gambar 4
𝐸 6
Itotal = 𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 136 = 0,44 = 44 MA
𝑅53 354 354
I6 = 𝑅53 + 𝑅6 =354 + 220 = 574 = 0,6 MA
𝑅6 220 220
I7 = 𝑅53 + 𝑅6 =354 + 220 = 574 = 0,4 MA
𝑅52 444 444
I4 = 𝑅52 + 𝑅4 x I7 =444 + 1000 x 0,4 = 1444 x 0,4 = 0,112 MA
𝑅2 330 330
I3 = x I1 = x 0,3 = x 0,3 = 0,12 MA
𝑅2 + 𝑅3 330 + 470 800
𝑅3 470 470
I2 = 𝑅2 + 𝑅3 x I3 =330 + 470 x 0,3 = 800 x 0,3 = 0,17 MA
TABEL PENGUKURAN
IT =18 MA
2. Gambar 2 E=6
I1 = 18 MA I2 = 10,8 MA I3 = 7,42 MA
IT = 84 MA
3. Gambar 3 E=6
I3 I7 I1 I5
5,96 68,04 40,8 27,2
IT =
4. Gambar 4 E=6
I6 I8 I3 I2 I1 I5
4,48 8,19 2,12 2,67 3,48 3,48
IT =
5. Gambar 5 E=6
I6 I7 I4 I2 I3 I1 I5 I8
0,6 0,4 0,11 0,17 0,12 0,13 0,14 0,7
2. Hukum KIRCHHOFF 2
Hukum Kirchhoff 2 merupakan Hukum Kirchhoff yang digunakan untuk
menganalisis tegangan (beda potensial) komponen-komponen elektronika pada suatu
rangkaian tertutup. Hukum Kirchhoff 2 ini juga dikenal dengan sebutan Hukum
Tegangan Kirchhoff atau Kirchhoff’s Voltage Law (KVL).
Bunyi Hukum Kirchhoff 2 adalah sebagai berikut :
“Total tegangan (beda potensial) pada suatu rangkaian tertutup adalah nol.
∑E = ∑IR
Dengan aturan-aturan yang harus dipenuhi :
1. Semua tahanan (R) diberi tanda positif.
2. Arus (I) diberi tanda positif jika searah dengan arah loop dan sebaliknya.
3. Tegangan sumber (E) diberi tanda positif jika searah dengan arah loop dan
sebaliknya.
Untuk menentukan tegangan diantara dua titik, misalkan A dan B dalam suatu
rangkaian tertutup dapat digunakan persamaan :
VAB =∑IR - ∑E
E1 = 6 V
E2 = 3 V
R1 = 100
R2 = 150
R3 = 330
=> ∑𝑬 + ∑𝑰 𝑹 = 𝟎
=> (−𝟔 𝑽 − 𝟑 𝑽 ) + 𝟏 (𝟏 𝟎 𝟎 + 𝟏 𝟓 𝟎 + 𝟑 𝟑 𝟎 ) = 𝟎
=> −𝟗 𝑽 + 𝟓 𝟖 𝟎 𝑰 = 𝟎
=> 𝟓 𝟖 𝟎 𝑰 = 𝟗 𝑽
𝟗
=> 𝑰 =
𝟓𝟖𝟎
=> 𝑰 = 𝟎 , 𝟎 𝟏 𝟓 𝑨 = 𝟏 𝟓 𝒎 𝑨
𝑽 𝑨 𝑩 = ∑𝑬 + ∑𝑰 𝑹
𝑽 𝑨 𝑩 = −𝟑 𝑽 + 𝟎 , 𝟎 𝟏 𝟓 𝑨 (𝟏 𝟓 𝟎 + 𝟑 𝟑 𝟎 )
𝑽 𝑨 𝑩 = −𝟑 𝑽 + 𝟎 , 𝟎 𝟏 𝟓 𝑨 . 𝟒 𝟖 𝟎
𝑽𝑨𝑩 =𝟒,𝟐𝑽
𝑽𝑹𝟏 =𝟏.𝑹𝟏
𝑽𝑹𝟏 =𝟎,𝟎𝟏𝟓𝑨 +𝟏𝟎𝟎𝜴
𝑽𝑹𝟏 =𝟏,𝟓𝑽
𝑽𝑹𝟐 =𝟏.𝑹1
𝑽 𝑹 𝟐 = 𝟎 , 𝟎 𝟏 𝟓 𝑨 .𝟏 𝟓 𝟎 𝜴
𝑽𝑹𝟐 =𝟐,𝟐𝟓𝑽
𝑽 𝑹 𝟑 = 𝟎 , 𝟎 𝟏 𝟓 𝑨 .𝟑 𝟑 𝟎 𝜴
𝑽𝑹𝟑 =𝟒,𝟗𝟓V
2. Gambar 2
E1 = 6 V
E2 = 3 V
R1 = 100
R2 = 150
R3 = 330
𝜮𝑰𝒎𝒂𝒔𝒖𝒌 =𝜮𝑰𝒌𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓
𝑰𝟏 +𝑰𝟑 =𝑰𝟐
𝑰 𝟏 = 𝑰 𝟐 − 𝑰 𝟑 ………….(1)
𝒍𝒐𝒐𝒑 𝟏
∑𝑬 + ∑𝑰 𝑹 = 𝟎
−𝟔 𝑽 + 𝟑 𝑽 + 𝑰 𝟏 .𝑹 𝟏 + 𝑰 𝟐 .𝑹 𝟐 = 𝟎
−𝟑 𝑽 + 𝟏 𝟎 𝟎 𝑰 𝟏 + 𝟏 𝟓 𝟎 𝑰 𝟐 = 𝟎 ………….(2)
𝒍𝒐𝒐𝒑 𝟐
∑𝑬 + ∑𝑰 𝑹 = 𝟎
−𝟔 𝑽 + 𝑰 𝟐 .𝑹 𝟐 + 𝑰 𝟑 .𝑹 𝟑 = 𝟎
−𝟔 𝑽 + 𝑰 𝟐 . 𝟏 𝟓 𝟎 + 𝑰 𝟑 . 𝟑 𝟑 𝟎 = 𝟎
−𝟔 𝑽 + 𝟏 𝟓 𝟎 𝑰 𝟐 + 𝟑 𝟑 𝟎 𝑰 𝟑 = 𝟎
−𝟐 𝑽 + 𝟓 𝟎 𝑰 𝟐 + 𝟏 𝟏 𝟎 𝑰 𝟑 = 𝟎 ………(3)
−𝟑 𝑽 + 𝟏 𝟎 𝟎 (𝑰 𝟐 − 𝑰 𝟑
)+𝟏𝟓𝟎𝑰𝟐 =𝟎
−𝟑 𝑽 + 𝟏 𝟎 𝟎 𝑰 𝟐 − 𝟏 𝟎 𝟎 𝑰 𝟑 + 𝟏 𝟓 𝟎 𝑰 𝟐 = 𝟎
−𝟑 𝑽 + 𝟐 𝟓 𝟎 𝑰 𝟐 − 𝟏 𝟎 𝟎 𝑰 𝟑 = 𝟎 ………(4)
−𝟐 𝑽 + 𝟓 𝟎 𝑰 𝟐 + 𝟏 𝟏 𝟎 𝑰 𝟑 = 𝟎 … … |𝒙 𝟓 |
−𝟑 𝑽 + 𝟐 𝟓 𝟎 𝑰 𝟐 − 𝟏 𝟎 𝟎 𝑰 𝟑 = 𝟎 … . |𝒙 𝟏 |
−𝟏 𝟎 𝑽 + 𝟐 𝟓 𝟎 𝑰 𝟐 + 𝟓 𝟓 𝟎 𝑰 𝟑 = 𝟎
−𝟑 𝑽 + 𝟐 𝟓 𝟎 𝑰 𝟐 − 𝟏 𝟎 𝟎 𝑰 𝟑 = 𝟎 −
−𝟕 𝑽 + 𝟔 𝟓 𝟎 𝑰 𝟑 = 𝟎
𝟔𝟓𝟎𝑰𝟑 =𝟕𝑽
𝑰 𝟑 = 𝟎 , 𝟎 𝟏 𝑨 => 𝟏 𝟎 𝒎 𝑨
−𝟐 𝑽 + 𝟓 𝟎 𝑰 𝟐 + 𝟏 𝟏 𝟎 𝑰 𝟑 = 𝟎
−𝟐 𝑽 + 𝟓 𝟎 𝑰 𝟐 + 𝟏 𝟏 𝟎 .𝟎 , 𝟎 𝟏 = 𝟎
−𝟐 𝑽 + 𝟓 𝟎 𝑰 𝟐 + 𝟏 ,𝟏 𝑽 = 𝟎
𝟓𝟎𝑰𝟐 =𝟎,𝟗𝑽
𝑰 𝟐 = 𝟎 , 𝟎 𝟏 𝟖 𝑨 => 𝟏 𝟖 𝒎 𝑨
𝑰𝟏 =𝑰𝟐 −𝑰𝟑
𝑰𝟏 =𝟎,𝟎𝟏𝟖 − 𝟎, 𝟎𝟏
𝑰 𝟏 = 𝟎 , 𝟎 𝟎 𝟖 𝑨 => 𝟖 𝒎 𝑨
𝑽 𝑹 𝟏 = 𝑰 𝟏 .𝑹 𝟏 => 𝟎 , 𝟎 𝟎 𝟖 . 𝟏 𝟎 𝟎 = 𝟎 , 𝟖 𝑽
𝑽 𝑹 𝟐 = 𝑰 𝟐 .𝑹 𝟐 => 𝟎 , 𝟎 𝟏 𝟖 . 𝟏 𝟓 𝟎 = 𝟐 , 𝟕 𝑽
𝑽 𝑹 𝟑 = 𝑰 𝟑 .𝑹 𝟑 => 𝟎 , 𝟎 𝟏 . 𝟑 𝟑 𝟎 = 𝟑 , 𝟑 𝑽
𝑽 𝑨 𝑩 = ∑𝑬 + ∑𝑰 𝑹
𝑽𝑨𝑩 =𝑬𝟐 +𝑰𝟏𝑹𝟏
𝑽𝑨𝑩 =𝟑,𝟖𝑽
𝑽 𝑪 𝑫 = ∑𝑬 + ∑𝑰 𝑹
𝑽 𝑪 𝑫 = −𝟏 𝑬 𝟏 + 𝑰 𝟏 𝑹 𝟏 + 𝑰 𝟐 𝑹 𝟐 + 𝑰 𝟑 𝑹 𝟑
𝑽 𝑪 𝑫 = −𝟔 𝑽 + 𝟎 ,𝟖 𝑽 + 𝟐 , 𝟕 𝑽 + 𝟑 , 𝟑 𝑽
𝑽 𝑪 𝑫 = 𝟎 ,𝟖 V
3. Gambar 3
E1 = 6 V
E2 = 3 V
R1 = 100
R2 = 150
R3 = 330
R4 = 470
R5 = 68
4. Gambar 4
E1 = 6 V
E2 = 3 V
R1 = 330
R2 = 150
R3 = 68
R4 = 330
R5 = 150
TABEL PENGUKURAN
2. Sifat-sifat Garis
Gaya magnet memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a. Tidak Saling Berpotongan Garis
Gaya magnet tidak saling berpotongan karena tiap garis punya orbit
masing-masing dan tidak akan melewati orbit garis medan magnet lain. Hal ini
menunjukan bahwa di setiap titik magnet terdapat medan magnet yang unik dan
tidak ada arahnya yang sama.
b. Kepadatan Garis Menunjukkan Kuat Medan Pada
Garis gaya magnet terdapat garis yang berdempetan, dimana
menunjukkan kalau garisnya padat, artinya medan magnetnya kuat. Sebaliknya,
jika garis-garis gaya magnetnya renggang, maka makin lemah pula medan atau
gaya magnetnya.
c. Kedua Kutub Tak Bisa Dipisahkan Magnet memiliki kutub, yakni daerah yang
berada pada ujung-ujung magnet dengan kekuatan magnet paling besar. Setiap
magnet memiliki dua kutub yang pasti berbeda. Ada kutub utara (N) dan kutub
selatan (S). Maksud dari kedua kutub tidak bisa dipisahkan adalah garis gaya
magnet tidak akan berhenti di satu titik. Garis-garis gaya magnet akan terus
membuat loop atau lingkaran yang berulang-ulang, teman-teman.
J. Transformator
Ditanya : 𝑬 𝟐 ?
E2 = 50V
Tabel pengukuran
K. Gaya Magnet
Gambar Rangkaian
Tabel Pengukuran
Terminal
L (cm) LB (cm) I (A)
Konduktor CFB
1 8 1 0,4
2 6 0,75 0,47
3 4 0,5 0,47
4 2 0,3 0,44