Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN TUGAS AKHIR

SEMESTER 1
Dosen : Melri Deswina,S.Pd.,M.Pd.T
Mata Kuliah : Praktikum Fisika Terapan

DISUSUN OLEH
RANGGA RIZKY NUGRAHA (23346018)

PRODI INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2
TUGAS 1 Laporan Praktikum Multimeter ..................................................... 3
TUGAS 2 Laporan Praktikum Rangkaian Campuran .................................. 3
TUGAS 3 Menghitung Resistor ........................................................................ 3
TUGAS 4 Rangkaian Resistor .......................................................................... 3
TUGAS 5 Transformasi Delta Wye .................................................................. 3
TUGAS 6 Laporan Praktikum Rangkaian Seri, Paralel Dan Campuran .... 3
TUGAS 7 Hukum Kirchoff I ............................................................................. 3
TUGAS 8 Hukum Kirchoff II ........................................................................... 3
TUGAS 9 Garis Gaya Magnet .......................................................................... 3
TUGAS 10 Transformator ................................................................................ 3
TUGAS 11 Gaya Magnet ................................................................................... 3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Multimmeter

Multimeter atau sering juga disebut dengan istilah multitester merupakan salah satu
toolkit penting bagi para praktisi elektronika. Multimeter adalah gabungan dari
beberapa alat ukur elektronik yang dikemas dalam satu kemasan. Dengan multimeter
maka kita bisa mengetahui apakah aliran listrik yang kita ukur bermasalah atau tidak.
Tentunya jika bermasalah akan dapat membuat kita segera untuk memperbaikinya untuk
mencegah korsleting listrik bahkan kebakaran.

Alat ukur multimeter yang sering disebut juga dengan nama multitester atau
AVOmeter memiliki beberapa bagian penting dengan fungsi dan kegunaan berbeda-
beda juga. Alat ini sebenarnya sangat mudah sekali kita temui ditoko – toko elektronik
dengan berbagai merk dan tipe serta dapat dibeli dengan harga yang sangat terjangkau
sekali. Alat ukur multimeter ini adalah alat ukur dasar yang umum digunakan oleh para
teknisi, pratikan dan juga orang awam di rumah-rumah.

Multimeter terbagi menjadi 2 macam yaitu : multimeter analog dan multimeter


digital. Multimeter analog merupakan alat yang digunakan untuk mengukur berbagai jenis
besaran listrik, seperti tegangan, arus, dan resistansi. Multimeter analog sering disebut
multitester atau AVOmeter. “Multi” berarti alat ini bisa digunakan untuk mengukur
berbagai tegangan. sedangkan Multimeter digital adalah alat ukur yang digunakan untuk
mengukur besaran seperti tegangan, arus, dan hambatan dalam rangkaian listrik.

Selain itu, juga sebagai alat uji elektronik yang mengukur tegangan AC/DC dengan
memberikan pembacaan dalam mode numerik digital. Multimeter memiliki ukuran kecil,
ringan, dan juga menggunakan baterai. Multimeter digital ini memiliki akurasi yang tinggi
dengan kegunaan yang lebih banyak. Multimeter ini biasa dipakai pada penelitian atau
pekerjaan mengukur kecermatan tinggi. Namun kekurangannya adalah sulit memonitor
tegangan yang tidak stabil.
B. Macam macam multitester

1. Multimeter Analog

Papan Skala Kabel Probe

Jarum
Penunjuk
Zero Adjust
Screw

Range Selector Zero Ohm


Switch adjust Knop

Bagian bagian multimeter analog :


a. Jarum Pengukur
Jarum penunjuk berfungsi sebagai penunjuk besaran yang diukur. Jarum ini
akan bergerak sesuai dengan besaran yang sedang diukur, seperti tegangan, arus.
b. Papan Skala
Skala pada multimeter analog berfungsi sebagai skala pembacaan meter.
Skala ini terdiri dari skala tegangan, skala arus, dan skala resistor. Dengan
menggunakan skala yang tepat, kita dapat membaca nilai pengukuran dengan
akurat.

c. Zero Adjust Screw


Zero adjust screw adalah sekrup yang digunakan untuk mengatur
kedudukan jarum penunjuk pada posisi nol. Caranya dengan memutar sekrup ini
ke kanan atau ke kiri menggunakan obeng pipih kecil.
d. Zero Ohm Adjust Knop
Zero Ohm Adjust Knob berfungsi untuk mengatur jarum penunjuk pada
posisi nol saat mengukur resistansi. Caranya dengan memutar saklar pemilih pada
posisi ohm, kemudian hubungkan test lead merah dengan test lead hitam, lalu putar
knob ke kiri atau ke kanan sampai jarum penunjuk menjadi 0 Ohm.
e. Range Selector Switch
Range Selector Switch berfungsi untuk memilih posisi pengukuran dan
batas ukurannya. Pada multimeter analog, terdapat 4 posisi yang umumnya
digunakan, yaitu DCV (tegangan searah), DC mA (arus searah dalam milliampere),
ACV (tegangan bolak-balik), dan Ohm (resistansi).
f. Kabel probe
Kabel probe pada alat multimeter digunakan untuk mengukur tegangan,
arus, dan resistansi dalam suatu rangkaian listrik atau elektronik. Fungsi utama
kabel probe ini adalah untuk menghubungkan multimeter dengan komponen atau
titik yang ingin diukur. Terdapat dua jenis probe pada multimeter, yaitu probe
merah (positif) dan probe hitam (negatif), yang biasanya terhubung dengan
terminal merah dan hitam pada multimeter.

2. Multimeter Digital

LCD Screen
Hold

Range

Range Selector
Switch

Positive socket
10A Socket

Capacitance mA
Current Positive Negative socket
Socket
Bagian bagian multimeter digital :
a. Positive dan Negative socket
Lubang kutub tersebut berfungsi sebagai tempat masuknya test lead positif
(+) dengan warna merah dan negatif (–) dengan warna hitam.
b. Range Selector Switch
Range Selector Switch berfungsi untuk memilih posisi pengukuran dan
batas ukurannya. seperti pengukuran tegangan AC/DC, arus AC/DC, hambatan,
kapasitansi, dan lainnya.
c. LCD Screen
Menampilkan hasil pengukuran dalam bentuk angka digital. Dengan layar
ini, Anda dapat melihat nilai tegangan, arus, hambatan, dll.
d. Hold
Digunakan untuk menahan hasil pengukuran pada layar. Ini berguna ketika
Anda perlu membaca hasil pengukuran yang stabil.
e. Range
Dengan tombol ini, Anda dapat mengatur rentang pengukuran yang sesuai.
Misalnya, jika Anda ingin mengukur tegangan, Anda dapat memilih rentang yang
tepat, seperti 200V atau 500V.

C. Menghitung nilai tahanan berdasarkan kode warna


Resistor adalah komponen elektronika yang bersifat menghambat arus listrik.
Resistor memiliki nilai resistansi tertentu yang diukur dalam ohm (Ω). Nilai resistansi
resistor menentukan besarnya hambatan yang diberikan resistor terhadap arus listrik.
1. Menghitung Resistor Kode 4 Warna

Diatas adalah tabel resistor kode 4 warna buat memudahkan kita mengetahui nilai dari
resistor.
A) Resistor 1

1) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang satu yaitu coklat yangbernilai: 1
2) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang kedua yaitu hijau yang
bernilai: 5
3) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang ketiga yaitu orange yangbernilai:
10³
4) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang keempat yaitu emas yang
bernilai: 5 %
Jadi resistor 1 mempunyai nilai = 15 x 10³= 15000 ohm dan memiliki toleransi
5%
B) Resistor 2

1) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang satu yaitu coklatyang

bernilai: 1

2) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang kedua yaitu hijau yang
bernilai: 5

3) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang ketiga yaitu orange yang
bernilai: 10¹

4) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang keempat yaitu emas yang
bernilai: 5 %

Jadi resistor 2 mempunyai nilai = 15 x 10¹= 150 ohm dan memiliki toleransi

5%

C) Resistor 3

1) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang satu yaitu coklat yang
bernilai: 1

2) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang kedua yaitu hitam yang
bernilai: 0

3) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang ketiga yaitu coklat yang
bernilai: 10¹

4) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang keempat yaitu emas yang
bernilai: 5 %

Jadi resistor 3 mempunyai nilai = 10 x 10¹= 100 ohm dan memiliki toleransi 5%

D) Menghitung Resistor 5 Warna

1) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang satu yaitu coklat yang bernilai:
1
2) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang kedua yaitu merah yang
bernilai: 2
3) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang ketiga yaitu hitam yang
bernilai: 1
4) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang keempat yaitu hitam bernilai:
1
5) Masukkan angka sesuai dengan warna gelang kelima yaitu coklat yang
bernilai: 1%
Jadi resistor 1 mempunyai nilai = 12 x 1= 12 ohm dan memiliki toleransi 1
D. Menghitung Hambatan Total pada Rangkaian Seri, Paralel, dan Campuran

1. Gambar 1

Diketahui: R1 = 100
R2 = 150
R3 = 330
Ditanya : Rtotal?
Jawab: Rtotal = R1+R2+R3
= 100+150+330
= 580 Ω

2. Gambar 2

1 1 1
Rp = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3
1 1 1
= 100 + 150 + 330
33 + 22 + 10 65 3300
= = = = 50,7 Ω
3300 3300 65

3. Gambar 3

1 1
Rp = 𝑅1 + 𝑅2
1 1 3+2 5 300
= 100 + 150 = = 300 = = 60 Ω
300 5

Rtotal = Rp + R3
= 60 + 330 = 390 Ω
4. Gambar 4

1 1 1
RP1 = 𝑅4 + 𝑅5 + 𝑅6

1 1 1
= 470 + 1000 + 2000

200 + 94 + 47 341 94000


= = = = 276 Ω
94000 94000 341

1 1
RP2 = 𝑅2 + 𝑅3

1 1
= 150 + 330

11+5 16 1650
= = 1650 = = 103 Ω
1650 16

Rtotal = R1+Rp1+Rp2
= 100+276+103
= 479 Ω

5. Gambar 5

1 1 1
RP = 𝑅4 + 𝑅5 + 𝑅3

1 1 1
= 470 + 1000 + 330
3300 + 1551 + 4700 9551 1551000
= = 1551000 = = 162 Ω
1551000 9551

RAB = R1 + R2 + RP

= 100 + 150 + 162

= 412 Ω

RAC = Rab + R6

= 412 + 2000

= 2412 Ω

6. Gambar 6

RS1 = R3 + R4
= 330 + 470
= 800 Ω

1 1
RP1 = + 𝑅8
𝑅𝑆1
1 1
= + 10
800
1+80 81 800
= = 800 = = 9,87 Ω
800 81

RS2 = RP1 + R1
= 9,87 + 100
= 109,87 Ω
𝑅𝑆2 . 𝑅2
RAB = 𝑅𝑆2 + 𝑅2
109,87 . 150
= 109,87 + 150
1480,5
= 159,87

= 9,26 Ω

RS3 = R1 + R2
= 100 + 150
= 250 Ω

𝑅𝑆3 . 𝑅8
RP2 = 𝑅𝑆3 + 𝑅8
250 𝑥 10
= 250 + 10
2500
= 260

= 9,61 Ω

𝑅𝑃2 𝑥 𝑅3
RBC = 𝑅𝑃2 + 𝑅3
9,61 𝑥 330
= 9,61 + 330
3171,3
= 339,61

= 9,33 Ω

RS4 = RP2 + R3
= 9,61 + 330
= 339,61 Ω

𝑅𝑆4 𝑥 𝑅4
RCD = 𝑅𝑆4 + 𝑅4
339,61 𝑥 470
= 339,61 + 470
159616,7
=
809,61

= 197,15 Ω

RS5 = RP1 + R2
= 9,87 + 150
= 159,87

𝑅𝑆5 𝑥 𝑅1
RAD = 𝑅𝑆5 + 𝑅1
159,87 𝑥 100
=
159,87 + 100
15987
= 259,87

= 61,51 Ω

No Rangkaian Hasil Pengukuran


1. Gambar 1 RAB = 580 Ω
2. Gambar 2 RAB = 50,7 Ω
3. Gambar 3 RAB = 390 Ω
4. Gambar 4 RAB = 479 Ω
RAB = 412 Ω
5. Gambar 5
RAC = 2412 Ω
RAB = 9,26 Ω
RBC = 9,33 Ω
6. Gambar 6
RCD = 197,15 Ω
RAD = 61,51 Ω

E. Menghitung Transformasi Delta Wye


1. Gambar 1

𝑅2𝑅3 + 𝑅3𝑅8 + 𝑅8𝑅2 (68100) + (100470) + (47068)


R∆ = RA = = = 1261 Ω
𝑅2 68
𝑅2𝑅3 + 𝑅3𝑅8 + 𝑅8𝑅2 (68100) + (100470) + (47068)
RB = = = 857 Ω
𝑅3 100

𝑅2𝑅3 + 𝑅3𝑅8 + 𝑅8𝑅2 (68100) + (100470) + (47068)


RC = = = 182 Ω
𝑅8 470

1 1 1 1 1 1
= + 𝑅𝐴 = 𝑅𝑃1 = 47 + 1261
𝑅𝑃1 𝑅1

RP1 = 45 Ω

1 1 1 1 1
= + 𝑅𝐵 = 330 + 857
𝑅𝑃2 𝑅7

RP2 = 238 Ω

1 1 1 1
= + +
𝑅𝑃3 𝑅𝑃1 𝑅𝑃2 𝑅9

1 1 1
= 45 + 238 + 1000

RP3 = 99,7 Ω

2. Gambar 2

𝑅1𝑅8 (47470)
RAB = RY = RA = 𝑅1 + 𝑅7 + 𝑅8 = 47 + 470 + 330 = 26 Ω

𝑅8𝑅7 (470330)
RB = 𝑅1 + 𝑅7 + 𝑅8 = 47 + 470 + 330 = 183 Ω

𝑅7𝑅1 (47330)
RC = 𝑅1 + 𝑅7 + 𝑅8 = 47 + 470 + 330 = 18 Ω

R51 = R2 + RA = 26 + 68 = 94 Ω

R52 = R3 + RB = 100 + 183 = 283 Ω

1 1 1
= 94 + 283
𝑅𝑃1

RP1 = 70
R53 = RC + RP1 = 18 + 70 = 88 Ω

RCD = R54 = R1 + R7 = 47 + 330 = 377 Ω

R55 = R2 + R3 = 68 + 100 = 168 Ω

1 1 1 1
= 377 + 168 + 470
𝑅𝑃2

= 93 Ω

3. Gambar 3

(𝑅4𝑅6) +(𝑅6𝑅5) +(𝑅5𝑅4) (1010) + (1010) + (1010)


R∆ = RA = = = 30 Ω
𝑅6 10

(𝑅4𝑅6) +(𝑅6𝑅5) +(𝑅5𝑅4) (1010) + (1010) + (1010)


RB = = = 30 Ω
𝑅5 10

(𝑅4𝑅6) +(𝑅6𝑅5) +(𝑅5𝑅4) (1010) + (1010) + (1010)


RC = 𝑅4
= 10
= 30 Ω

1 1 1 1 1
= + = +
𝑅𝑃1 𝑅1 𝑅𝐴 47 30

RP1 = 18

1 1 1 1 1
= 𝑅2 + 𝑅𝐵 = 68 + 30
𝑅𝑃2

RP2 = 20

1 1 1 1 1
= 𝑅3 + 𝑅𝐶 = 100 + 30
𝑅𝑃3

RP2 = 23

R51 = RP2 + R3 = 20 + 100 + 120


𝑅51 . 𝑅𝑃1 120 . 18
RAB = 𝑅51 + 𝑅𝑃1 = 120 + 18 = 15 Ω

R52 = RP1 + RP2 = 38

𝑅52 . 𝑅𝑃3 38 . 23
RBC = = = 14 Ω
𝑅52 + 𝑅𝑃3 38+23

R53 = RP1 + RP3 = 18 + 23 = 41 Ω

𝑅53 . 𝑅𝑃2 41 . 20
RAC = 𝑅53 + 𝑅𝑃2 = 41 + 20 = 13 Ω

4. Gambar 4

𝑅2𝑅3 + 𝑅3𝑅8 + 𝑅3𝑅8 (68100) + (68470) + (10470)


A= = = 857 Ω
𝑅3 100
𝑅2𝑅3 + 𝑅2𝑅8 + 𝑅3𝑅8 (68100) + (68470) + (10470)
B= = = 1261 Ω
𝑅2 68
𝑅2𝑅3 + 𝑅2𝑅8 + 𝑅3𝑅8 (68100) + (68470) + (10470)
C= = = 182 Ω
𝑅8 470

𝑅1 . 𝐴 47 . 857
RP1 = 𝑅1 + 𝐴 = 47 + 857 = 44 Ω
𝑅7 . 𝐵 330 . 1261
RP2 = 𝑅7 + 𝐵 = 330 + 1261 = 261 Ω
𝑅9 . 𝐶 1000 . 182
RP3 = = 1000 + 182 = 153 Ω
𝑅9 + 𝐶

R51 + RP2 + RP3 = 261 + 153 = 414 Ω


𝑅51 . 𝑅𝑃1 414 . 44
RAB = 𝑅51 + 𝑅𝑃1 = 414 + 44 = 39 Ω

𝑅3𝑅7 + 𝑅3𝑅9 + 𝑅7𝑅4 (100330) + (1001000) + (33010)


A= = = 413 Ω
𝑅7 330
𝑅3𝑅7 + 𝑅3𝑅9 + 𝑅7𝑅4 (100330) + (1001000) + (33010)
B= = = 1363 Ω
𝑅3 100
𝑅3𝑅7 + 𝑅3𝑅9 + 𝑅7𝑅4 (100330) + (1001000) + (33010)
C= = = 1363 Ω
𝑅4 10
𝑅3 . 𝐴 100 . 413
RP1 = 𝑅3 + 𝐴 = 100 + 413 = 80 Ω
𝑅2 . 𝐵 68 . 1363
RP2 = 𝑅2 + 𝐵 = 68 + 1363 = 64 Ω
𝑅9 . 𝐶 1000 . 13630
RP3 = 𝑅9 + 𝐶 = 1000 + 13630 = 931 Ω

R51 = RP2 + RP3 = 64 + 931 = 995


𝑅51 . 𝑅𝑃1 995 . 413
RCD = 𝑅51 + 𝑅𝑃1 = 995 + 413 = 291

𝑅3𝑅7 + 𝑅3𝑅9 + 𝑅7𝑅9 (100330) + (1001000) + (3301000)


A= = = 1403 Ω
𝑅7 330
𝑅3𝑅7 + 𝑅3𝑅9 + 𝑅7𝑅9 (100330) + (1001000) + (3301000)
B= = = 4630 Ω
𝑅3 100
𝑅3𝑅7 + 𝑅3𝑅9 + 𝑅7𝑅9 (100330) + (1001000) + (3301000)
C= = = 463 Ω
𝑅9 1000

𝑅2 . 𝐴 68 . 1403
RP1 = = = 64 Ω
𝑅2+ 𝐴 68 + 1403
𝑅1 . 𝐵 47 . 4603
RP2 = 𝑅1 + 𝐵 = 47 + 4603 = 43 Ω
𝑅8 . 𝐶 470 . 463
RP3 = 𝑅8 + 𝐶 = 470 + 463 = 233 Ω

𝑅1𝑅2 + 𝑅2𝑅9 + 𝑅1𝑅9 (4768) + (681000) +(471000)


A= = = 1738 Ω
𝑅2 68
𝑅1𝑅2 + 𝑅2𝑅9 + 𝑅1𝑅9 (4768) + (681000) +(471000)
B= 𝑅1
= 47
= 2514 Ω
𝑅1𝑅2 + 𝑅2𝑅9 + 𝑅1𝑅9 (4768) + (681000) +(471000)
C= = = 118 Ω
𝑅9 1000

𝑅7 . 𝐴 330 . 1738
RP1 = = = 277 Ω
𝑅7+ 𝐴 330 + 1738
𝑅3 . 𝐵 100 . 2514
RP2 = 𝑅3+ 𝐵 = 100 + 2514 = 96 Ω
𝑅8 . 𝐶 470 . 118
RP3 = 𝑅8 + 𝐶 = 470 + 118 = 94 Ω

R51 = RP2 + RP3 = 96 + 94 = 190


𝑅51 . 𝑅𝑃1 190 . 277
RAD = 𝑅51 + 𝑅𝑃1 = 190 + 277 = 112 Ω
5. Gambar 5

𝑅4 . 𝑅7 10 . 330
A = 𝑅4 + 𝑅6 + 𝑅7 = 10 +330
=9Ω
𝑅6 . 𝑅7 10 . 330
B= = =9Ω
𝑅4 + 𝑅6 + 𝑅7 10 +330
𝑅4 . 𝑅6 10 . 10
C= = =5Ω
𝑅4 + 𝑅6 + 𝑅7 10 + 10
𝑅2 . 𝑅3 68 . 100
D = 𝑅3 + 𝑅2 + 𝑅5 = = 40 Ω
68 +100
𝑅2 . 𝑅5 68 . 100
E = 𝑅2 + 𝑅3 + 𝑅5 = =8Ω
68 +100
𝑅3 . 𝑅5 100 . 10
F = 𝑅2 + 𝑅3 + 𝑅5 = 100 + 10 = 9 Ω

R51 = C + E = 5 + 8 = 13 Ω
R52 = R1 + D = 68 + 40 = 108 Ω
R53 = R8 + B = 470 + 9 = 479 Ω
𝑅52 . 𝐴 108 . 9
G= = =7Ω
𝑅51 + 𝐴 + 𝐴 108 + 9 + 9
𝑅51 . 𝑅52 13 . 108
H = 𝑅51 + 𝑅52 + 𝐴 = 13+ 108 + 9 = 10 Ω
𝑅51 . 𝐴 13 . 9
I = 𝑅51 + 𝑅52 + 𝐴 = 13 + 108 + 9 = 1 Ω

R54 = H + F = 10 + 9 = 19 Ω
R55 = R53 + 1 = 479 + 1 = 480 Ω
𝑅54 . 𝑅55 19 . 480
RP1 = 𝑅54 + 𝑅55 = 19 + 480 = 18 Ω

RAB = RP1 + G = 18 + 7 = 25 Ω
R56 = R1 + A = 47 + 9 = 56 Ω
R57 = R8 + F = 470 + 9 = 479 Ω
R52 = E + F = 8 + 9 = 17 Ω
𝑅57 . 𝐷 479 . 40
K = 𝑅57 + 𝑅56 + 𝐷 = 479 + 56 + 40 = 33 Ω
𝑅56 . 𝐷 56 . 40
J = 𝑅57 + 𝑅56 + 𝐷 = 479 + 56 + 40 = 4 Ω
𝑅57 . 𝑅56 479 . 56
L = 𝑅57 + 𝑅56 + 𝐷 = 479 + 56 + 40 = 46 Ω

R58 = R57 + K = 479 + 33 = 512 Ω


R59 = B + L = 9 + 46 + 55 Ω
𝑅59 . 𝑅58 512 . 55
RP2 = 𝑅59 + 𝑅58 = 512 + 55 = 49 Ω

RCD = RP2 + J = 49 + 4 = 53 Ω

F. Hukum Ohm
Pada tahun 1827 seorang ahli fisika Jerman, George Simon Ohm menemukan hubungan
antar arus listrik (I) yang mengalir melalui suatu rangkaian dengan tegangan yang di pasang
dalam rangkaian (V). Hukum ohm menyatakan bahwa arus yang mengalir pada suatu
konduktor pada suhu tetap sebanding dengan beda potensial antara kedua ujung-ujung
konduktor. Hukum menyatakan bahwa tegangan pada terminal-terminal material penghantar
berbanding lurus terhadap arus yang mengalir melalui material ini, secara matematis hal ini
dirumuskan sebagai berikut :
V=IxR
Dimana : V = tegangan (Volt)
I = Kuat arus (Ampere)
R = Hambatan (Ohm)

Contoh perhitungan Hukum Ohm:


Diketahui: R1 = 100 Ω
R2 = 330 Ω
R3 = 470 Ω
R4 = 1000 Ω
R5 = 150 Ω
R6 = 220 Ω
R7 = 47 Ω
1. Gambar 1

Diketahui: R1 = 100 Ω
R2 = 330 Ω
E =6
𝑅1
Vab = 𝑅1 + 𝑅2 x E
100 Ω
= 100 + 330 x 6
100 Ω 60
= x6= = 1.39
430 Ω 43
𝑅2
Vbc = 𝑅1 + 𝑅2 x E
330 Ω
= 100 + 330 x 6
330 Ω 198
= 430 Ω x 6 = = 4,60
43
𝐸 6
IT = 𝑅𝐴𝐶 = 430 = 0,0139

2. Gambar 2

Diketahui:
R1 = 100 Ω
R2 = 330 Ω
R3 = 470 Ω
E=6
1 1 1 1 1 1 1
= 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 = 100 + 330 + 470
𝑅𝐴𝐵
1 2351
= 155100 = 65,9
𝑅𝐴𝐵

𝑅𝐴𝐵 = 65,9 = 66 Ω

𝐼𝑇 0,09
Vab = =
𝑅𝐴𝐵 66
6 1
IT = = 11 = 0,09 A
66

3. Gambar 3

Diketahui: R1 = 100 Ω
R2 = 330 Ω
R3 = 470 Ω
R4 = 1000 Ω E=6
R51 = R1 + R2 R52 = R3 + R4
= 100 + 330 = 470 + 1000
= 430 Ω = 1470 Ω

𝑅51 . 𝑅52 430 . 1470 63200


RT = 𝑅51 + 𝑅52 = 430 + 1470 = 1900
= 32,26
𝑅1 100 Ω
Vab = 𝑅51 x E = 430 Ω x 6 = 1,39
𝑅2 330
Vbc = 𝑅51 x 6 = 430 x 6 = 4,60

IT = 6/RT = 6/32,26 = 0,180


4. Gambar 4

𝑅1 𝑅2
Vab = 𝑅1 + 𝑅4 x E Vbc = 𝑅2 + 𝑅3 x E
100 330
= 100 + 1000 x 6 = 330 + 470 x 6
100 330
= x 6 = 0,54 volt = x 6 = 2,4 volt
1100 800
𝑅3 𝑅4
Vcd = xE Vda = xE
𝑅2 + 𝑅3 𝑅1 + 𝑅4
470 1000
= 330 + 470 x 6 = 100 + 1000 x 6
470 1000
= 800 x 6 = 3,5 volt = 1100 x 6 = 5,3 volt

5. Gambar 5

𝑅4 . 𝑅5 1000 . 150 150000


RP1 = 𝑅4 + 𝑅5 = 1000 + 150 = = 130,43 Ω
1150
𝑅2 . 𝑅3 . 𝑅6 330 . 470 . 220
RP2 = (𝑅2.𝑅3) + (𝑅3.𝑅6) + (𝑅6.𝑅2) = (330 . 470) + (470 . 220) + (220 . 330)
34.122.000 34.122.000
= (155 = = 103,05 Ω
. 100) + (103 . 400) + 73600 331.100

R5 = R3 + R1
= 15,18 + 100 = 165,18 Ω
IT = E/RT = 6/165,18 = 0,036 MA
𝑅1 100 600
Vab = 𝑅𝑇 x E = 165,18 x 6 = 165,18 = 3,36 v
𝑅3 470
Vbd = 𝑅𝑇 x E = 165,18 x 6 = 17,072 v
𝑅1 130,43
Vbc = 𝑅51 x Vbd = 177,43 x 17,072 = 12,549 v
𝑅7 470
Vcd = 𝑅𝑇 x Vbd = 177,43 x 17,072 = 4,52 v

Tabel Pengukuran

No Rangkaian E Tegangan Arus Total


VAB = 1,39
1. Gambar 1 E=6 IT = 0,139
VBC = 4,60
2. Gambar 2 E=6 VAB = 0,0013 IT = 0,09
VAB = 1,39
3. Gambar 3 E=6 IT = 0,18
VBC = 4,60
VAB = 0,52
VBC = 2,4
4. Gambar 4 E=6 IT = 0,0139
VCD = 3,5
VAD = 5,4
VAB = 3,63
VBC = 17,072
5. Gambar 5 E=6 IT = 0,036 MA
VCD = 12,549
VBD = 4,52
G. Ragkaian Seri, Paralel Dan Campuran Menggunakan Circuit Construction Kit
1. Rangkaian Seri
2. Rangkaian Paralel
3. Rangkaian Campuran
Kesimpulan:

A) Rangkaian Seri

Rangkaian Seri adalah rangkaian yang arusnya hanya memiliki satu jalan. Pada
gambar rangkaian seri yang kedua terdapat 3 lampu yang artinya semakin banyak lampu
yang digunakan, maka tegangannya dibagi untuk ke tiga lampu, dan cahayanya meredup.
Pada gambar rangkaian seri yang ketigajika 1 lampu mati maka lampu yang lainnya akan
ikut mati.
B) Rangkaian Paralel

Rangkaian Paralel adalah rangkain yang arusnya bercabang. Didalam gambar


kedua terdapat 1 lampu yang dimatikan tetapi lampu yang lain tetap hidup, karena konsep
rangkaian paralel jika 1 lampu dimatikan maka lampu yang lain tetap hidup.
C) Rangkaian Campuran

Rangkaian Campuran adalah gabungan dari Rangkaian Seri dan Paralel. Pada
gambar ke 2 terdapat 1 buah lampu dimatikan, maka lampu yang lainnya akan hidup dan
disebut rangkaian paralel. Pada gambar ketiga terdapat
2 buah lampu yang ada ditengah, dimana saklar pada lampu tersebut dimatikan, maka
hasilnya lampu yang ditengah tidak menyala karena searus,dan hal ini disebut rangkaian
seri.

H. Hukum Khirchoff 1 dan 2

I. Hukum Kirchoff 1
Hukum Kirchhoff merupakan salah satu hukum dalam ilmu Elektronika yang
berfungsi untuk menganalisis arus dan tegangan dalam rangkaian. Hukum Kirchhoff
pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli fisika Jerman yang bernama Gustav Robert
Kirchhoff (1824-1887) pada tahun 1845.
Hukum Kirchhoff terdiri dari 2 bagian yaitu Hukum Kirchhoff 1 (Arus) dan
Hukum Kirchhoff 2 (Tegangan). Hukum Kirchhoff 1 merupakan Hukum Kirchhoff yang
berkaitan dengan dengan arah arus dalam menghadapi titik percabangan. Hukum
Kirchhoff 1 ini sering disebut juga dengan Hukum Arus Kirchhoff atau Kirchhoff’s Current
Law (KCL). Bunyi Hukum Kirchhoff 1 adalah “Arus Total yang masuk melalui suatu titik
percabangan dalam suatu rangkaian listrik sama dengan arus total yang keluar dari titik
percabangan tersebut.” Rumus Hukum Kirchhoff 1 adalah I1 + I2 + I3 = I4 + I5 + I6.
Contoh perhitungan hukum Kirchhoff 1:
1. Gambar 1

𝑅1 . 𝑅2 . 𝑅3
Rtotal = 𝑅1 . 𝑅2 + 𝑅2 . 𝑅3 + 𝑅1 . 𝑅3
100 . 330 . 470
= 100 . 330 + 330 . 470 + 100 . 470
15.500.000
= = 66 Ω
235.000

𝐸 6
I1 = 𝑅1 = 100 = 0,06 A = 6 MA
𝐸 6
I2 = 𝑅2 = 330 = 0,018 A = 18 MA
𝐸 6
I3 = 𝑅3 = 470 = 0,012 A = 12 MA
𝐸 6
Itotal = 𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 66 = 0,090 A = 90 MA

2. Gambar 2

𝑅2 . 𝑅3 330 . 470 155100


RP1 = = = = 193,8 Ω
𝑅2 + 𝑅3 330 + 470 800

Rtotal = RP1 + R1
= 193,8 + 100
= 293,8 Ω
I1 = Itotal  Itotal = 18 MA
𝑅3 470
I2 = 𝑅2 + 𝑅3 x 18 = 800 x 18 = 10,8 MA
𝑅2 330
I3 = 𝑅2 + 𝑅3 x 18 = 800 x 18 = 7,42 MA

3. Gambar 3

𝑅1 . 𝑅5 100 . 150 15.000


RP1 =𝑅1 + 𝑅5 = 100 + 150 = = 60 Ω
250

R51 = RP1 + R7 = 60 + 47 = 107 Ω


𝑅51 107 107
I3 = 𝑅3 + 𝑅51 x Itotal = 470 + 107 x 84 = 577 x 84 = 0,9 x 84 = 5,96 MA
𝑅5 150 150
I1 = 𝑅2 + 𝑅5 x Itotal = 100 + 150 x 68,04 = 250 x 68,04 =0,6 x 68,04 = 40,8 MA
𝑅1 100 100
I5 = 𝑅1 + 𝑅5 x Itotal = 100 + 150 x 68,04 = 250 x 68,04 =0,4 x 68,04 = 27,2 MA
𝑅3 470 470
I7 = 𝑅3 + 𝑅51 x Itotal = 470 + 107 x 84 = 577 x 84 =0,81 x 84 = 68,4 MA
𝑅1 . 𝑅3 107 . 470 50290
Rtotal = 𝑅1 + 𝑅3 = 107 + 470 = = 87 Ω
577

4. Gambar 4

R51 = R1 + R51 = 100 + 150 = 250


𝑅51 . 𝑅2 250 . 330 82500
RP1 = 𝑅51 + 𝑅2 = 250 + 330 = = 142 Ω
580
𝑅𝑃1 . 𝑅3 142 . 470 66740
RP2 = 𝑅𝑃1 + 𝑅3 = 147 + 470 = = 109 Ω
612

R52 = RP2 + R8 = 109 + 10 = 119 Ω


𝑅𝑃2 . 𝑅6 119 . 220 26180
Rtotal = 𝑅𝑃2 + 𝑅6 = 119 + 220 = = 77 Ω
339

𝑅52 119 119


I6 = 𝑅6 + 𝑅52 x Itotal =220 + 119 x 12,8 = 339 x 12,8 = 0,35 x 12,8 = 4,48 MA
𝑅6 220 220
I8 = 𝑅6 + 𝑅52 x Itotal =220 + 119 x 12,8 = 339 x 12,8 = 0,64 x 12,8 = 8,19 MA
𝑅𝑃1 142 142
I3 = 𝑅𝑃1 + 𝑅3 x I8 =142 + 470 x 8,19 = 612 x 8,19 = 0,23 x 8,19 = 2,12 MA
𝑅3 470 470
IRP1 = 𝑅𝑃1 + 𝑅3 x I8 =142 + 470 x 8,19 = 612 x 8,19 = 0,76 x 8,19 = 6,22 MA
𝑅51 250 250
I2 = x IRP1 = x 6,22 = x 6,22 = 0,43 x 6,22 = 2,67 MA
𝑅51 + 𝑅2 250 + 330 580
𝑅2 330 330
I1 = I5 = 𝑅51 + 𝑅2 x IRP1 =250 + 330 x 6,22 = 580 x 6,22 = 0,56 x 6,22 = 3,48 MA
5. Gambar 5

R51 = R1 + R5 = 100 + 150 = 250 Ω


R52 = R51 + RP1 = 240 + 194 = 444 Ω
R53 = RP2 + R7 = 307 + 47 = 354 Ω
𝑅2 . 𝑅3 330 . 470 155100
RP1 = 𝑅2 + 𝑅3 = 330 + 470 = = 194 Ω
800
𝑅52 . 𝑅4 444 . 1000 444000
RP2 = 𝑅52 + 𝑅4 = 444 + 1000 = 1444
= 307 Ω
𝑅53 . 𝑅6 354 . 220 77880
RP3 = = = = 136 Ω
𝑅53 + 𝑅6 354 + 220 574

𝐸 6
Itotal = 𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 136 = 0,44 = 44 MA
𝑅53 354 354
I6 = 𝑅53 + 𝑅6 =354 + 220 = 574 = 0,6 MA
𝑅6 220 220
I7 = 𝑅53 + 𝑅6 =354 + 220 = 574 = 0,4 MA
𝑅52 444 444
I4 = 𝑅52 + 𝑅4 x I7 =444 + 1000 x 0,4 = 1444 x 0,4 = 0,112 MA
𝑅2 330 330
I3 = x I1 = x 0,3 = x 0,3 = 0,12 MA
𝑅2 + 𝑅3 330 + 470 800
𝑅3 470 470
I2 = 𝑅2 + 𝑅3 x I3 =330 + 470 x 0,3 = 800 x 0,3 = 0,17 MA

TABEL PENGUKURAN

No Rangkaian Tegangan Arus (mA)


IT = 90 MA
1. Gambar 1 E=6
I1 = 6 MA I2 = 18 MA I3 = 12 MA

IT =18 MA
2. Gambar 2 E=6
I1 = 18 MA I2 = 10,8 MA I3 = 7,42 MA
IT = 84 MA
3. Gambar 3 E=6
I3 I7 I1 I5
5,96 68,04 40,8 27,2
IT =
4. Gambar 4 E=6
I6 I8 I3 I2 I1 I5
4,48 8,19 2,12 2,67 3,48 3,48
IT =
5. Gambar 5 E=6
I6 I7 I4 I2 I3 I1 I5 I8
0,6 0,4 0,11 0,17 0,12 0,13 0,14 0,7

2. Hukum KIRCHHOFF 2
Hukum Kirchhoff 2 merupakan Hukum Kirchhoff yang digunakan untuk
menganalisis tegangan (beda potensial) komponen-komponen elektronika pada suatu
rangkaian tertutup. Hukum Kirchhoff 2 ini juga dikenal dengan sebutan Hukum
Tegangan Kirchhoff atau Kirchhoff’s Voltage Law (KVL).
Bunyi Hukum Kirchhoff 2 adalah sebagai berikut :
“Total tegangan (beda potensial) pada suatu rangkaian tertutup adalah nol.
∑E = ∑IR
Dengan aturan-aturan yang harus dipenuhi :
1. Semua tahanan (R) diberi tanda positif.
2. Arus (I) diberi tanda positif jika searah dengan arah loop dan sebaliknya.
3. Tegangan sumber (E) diberi tanda positif jika searah dengan arah loop dan
sebaliknya.

Untuk menentukan tegangan diantara dua titik, misalkan A dan B dalam suatu
rangkaian tertutup dapat digunakan persamaan :
VAB =∑IR - ∑E

Dengan aturan-aturan yang harus dipenuhi :


1. Arus (I) dan tegangan (E) diberi tanda positif jika searah dengan arah loop dan
sebaliknya.
2. R selalu diberi tanda positif.
1. Gambar 1

E1 = 6 V
E2 = 3 V
R1 = 100
R2 = 150
R3 = 330

=> ∑𝑬 + ∑𝑰 𝑹 = 𝟎
=> (−𝟔 𝑽 − 𝟑 𝑽 ) + 𝟏 (𝟏 𝟎 𝟎 + 𝟏 𝟓 𝟎 + 𝟑 𝟑 𝟎 ) = 𝟎
=> −𝟗 𝑽 + 𝟓 𝟖 𝟎 𝑰 = 𝟎
=> 𝟓 𝟖 𝟎 𝑰 = 𝟗 𝑽
𝟗
=> 𝑰 =
𝟓𝟖𝟎
=> 𝑰 = 𝟎 , 𝟎 𝟏 𝟓 𝑨 = 𝟏 𝟓 𝒎 𝑨
𝑽 𝑨 𝑩 = ∑𝑬 + ∑𝑰 𝑹
𝑽 𝑨 𝑩 = −𝟑 𝑽 + 𝟎 , 𝟎 𝟏 𝟓 𝑨 (𝟏 𝟓 𝟎 + 𝟑 𝟑 𝟎 )
𝑽 𝑨 𝑩 = −𝟑 𝑽 + 𝟎 , 𝟎 𝟏 𝟓 𝑨 . 𝟒 𝟖 𝟎
𝑽𝑨𝑩 =𝟒,𝟐𝑽
𝑽𝑹𝟏 =𝟏.𝑹𝟏
𝑽𝑹𝟏 =𝟎,𝟎𝟏𝟓𝑨 +𝟏𝟎𝟎𝜴
𝑽𝑹𝟏 =𝟏,𝟓𝑽
𝑽𝑹𝟐 =𝟏.𝑹1
𝑽 𝑹 𝟐 = 𝟎 , 𝟎 𝟏 𝟓 𝑨 .𝟏 𝟓 𝟎 𝜴
𝑽𝑹𝟐 =𝟐,𝟐𝟓𝑽
𝑽 𝑹 𝟑 = 𝟎 , 𝟎 𝟏 𝟓 𝑨 .𝟑 𝟑 𝟎 𝜴
𝑽𝑹𝟑 =𝟒,𝟗𝟓V

2. Gambar 2

E1 = 6 V
E2 = 3 V
R1 = 100
R2 = 150
R3 = 330

𝜮𝑰𝒎𝒂𝒔𝒖𝒌 =𝜮𝑰𝒌𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓
𝑰𝟏 +𝑰𝟑 =𝑰𝟐
𝑰 𝟏 = 𝑰 𝟐 − 𝑰 𝟑 ………….(1)
𝒍𝒐𝒐𝒑 𝟏
∑𝑬 + ∑𝑰 𝑹 = 𝟎
−𝟔 𝑽 + 𝟑 𝑽 + 𝑰 𝟏 .𝑹 𝟏 + 𝑰 𝟐 .𝑹 𝟐 = 𝟎
−𝟑 𝑽 + 𝟏 𝟎 𝟎 𝑰 𝟏 + 𝟏 𝟓 𝟎 𝑰 𝟐 = 𝟎 ………….(2)
𝒍𝒐𝒐𝒑 𝟐
∑𝑬 + ∑𝑰 𝑹 = 𝟎
−𝟔 𝑽 + 𝑰 𝟐 .𝑹 𝟐 + 𝑰 𝟑 .𝑹 𝟑 = 𝟎
−𝟔 𝑽 + 𝑰 𝟐 . 𝟏 𝟓 𝟎 + 𝑰 𝟑 . 𝟑 𝟑 𝟎 = 𝟎
−𝟔 𝑽 + 𝟏 𝟓 𝟎 𝑰 𝟐 + 𝟑 𝟑 𝟎 𝑰 𝟑 = 𝟎
−𝟐 𝑽 + 𝟓 𝟎 𝑰 𝟐 + 𝟏 𝟏 𝟎 𝑰 𝟑 = 𝟎 ………(3)
−𝟑 𝑽 + 𝟏 𝟎 𝟎 (𝑰 𝟐 − 𝑰 𝟑
)+𝟏𝟓𝟎𝑰𝟐 =𝟎
−𝟑 𝑽 + 𝟏 𝟎 𝟎 𝑰 𝟐 − 𝟏 𝟎 𝟎 𝑰 𝟑 + 𝟏 𝟓 𝟎 𝑰 𝟐 = 𝟎
−𝟑 𝑽 + 𝟐 𝟓 𝟎 𝑰 𝟐 − 𝟏 𝟎 𝟎 𝑰 𝟑 = 𝟎 ………(4)
−𝟐 𝑽 + 𝟓 𝟎 𝑰 𝟐 + 𝟏 𝟏 𝟎 𝑰 𝟑 = 𝟎 … … |𝒙 𝟓 |

−𝟑 𝑽 + 𝟐 𝟓 𝟎 𝑰 𝟐 − 𝟏 𝟎 𝟎 𝑰 𝟑 = 𝟎 … . |𝒙 𝟏 |
−𝟏 𝟎 𝑽 + 𝟐 𝟓 𝟎 𝑰 𝟐 + 𝟓 𝟓 𝟎 𝑰 𝟑 = 𝟎
−𝟑 𝑽 + 𝟐 𝟓 𝟎 𝑰 𝟐 − 𝟏 𝟎 𝟎 𝑰 𝟑 = 𝟎 −
−𝟕 𝑽 + 𝟔 𝟓 𝟎 𝑰 𝟑 = 𝟎
𝟔𝟓𝟎𝑰𝟑 =𝟕𝑽
𝑰 𝟑 = 𝟎 , 𝟎 𝟏 𝑨 => 𝟏 𝟎 𝒎 𝑨
−𝟐 𝑽 + 𝟓 𝟎 𝑰 𝟐 + 𝟏 𝟏 𝟎 𝑰 𝟑 = 𝟎
−𝟐 𝑽 + 𝟓 𝟎 𝑰 𝟐 + 𝟏 𝟏 𝟎 .𝟎 , 𝟎 𝟏 = 𝟎
−𝟐 𝑽 + 𝟓 𝟎 𝑰 𝟐 + 𝟏 ,𝟏 𝑽 = 𝟎
𝟓𝟎𝑰𝟐 =𝟎,𝟗𝑽
𝑰 𝟐 = 𝟎 , 𝟎 𝟏 𝟖 𝑨 => 𝟏 𝟖 𝒎 𝑨
𝑰𝟏 =𝑰𝟐 −𝑰𝟑
𝑰𝟏 =𝟎,𝟎𝟏𝟖 − 𝟎, 𝟎𝟏
𝑰 𝟏 = 𝟎 , 𝟎 𝟎 𝟖 𝑨 => 𝟖 𝒎 𝑨
𝑽 𝑹 𝟏 = 𝑰 𝟏 .𝑹 𝟏 => 𝟎 , 𝟎 𝟎 𝟖 . 𝟏 𝟎 𝟎 = 𝟎 , 𝟖 𝑽
𝑽 𝑹 𝟐 = 𝑰 𝟐 .𝑹 𝟐 => 𝟎 , 𝟎 𝟏 𝟖 . 𝟏 𝟓 𝟎 = 𝟐 , 𝟕 𝑽
𝑽 𝑹 𝟑 = 𝑰 𝟑 .𝑹 𝟑 => 𝟎 , 𝟎 𝟏 . 𝟑 𝟑 𝟎 = 𝟑 , 𝟑 𝑽
𝑽 𝑨 𝑩 = ∑𝑬 + ∑𝑰 𝑹
𝑽𝑨𝑩 =𝑬𝟐 +𝑰𝟏𝑹𝟏
𝑽𝑨𝑩 =𝟑,𝟖𝑽
𝑽 𝑪 𝑫 = ∑𝑬 + ∑𝑰 𝑹
𝑽 𝑪 𝑫 = −𝟏 𝑬 𝟏 + 𝑰 𝟏 𝑹 𝟏 + 𝑰 𝟐 𝑹 𝟐 + 𝑰 𝟑 𝑹 𝟑
𝑽 𝑪 𝑫 = −𝟔 𝑽 + 𝟎 ,𝟖 𝑽 + 𝟐 , 𝟕 𝑽 + 𝟑 , 𝟑 𝑽
𝑽 𝑪 𝑫 = 𝟎 ,𝟖 V
3. Gambar 3

E1 = 6 V
E2 = 3 V
R1 = 100
R2 = 150
R3 = 330
R4 = 470
R5 = 68

4. Gambar 4

E1 = 6 V
E2 = 3 V
R1 = 330
R2 = 150
R3 = 68
R4 = 330
R5 = 150

TABEL PENGUKURAN

No Rangkaian Tegangan Arus dan Tegangan


E1 E2 Arus (mA) 15 mA
6V 3V Tegangan (Volt)
1. Gambar 1
VR1 VR2 VR3
VAB= 4,2 V
1,5V 2,25V 4,95V
E1 E2 Arus (mA)
I1 I2 I3
6V 3V 8mA 18mA 10mA
2. Gambar 2
Tegangan (Volt)
VAB VCD VR1 VR2 VR3
3,8V 0,8V 0,8V 2,7V 3,3V
E1 Arus (mA)
I1 I2 I3 I4 I5
6V 15mA 19mA 1mA 6mA 8mA
3. Gambar 3
Tegangan (Volt)
VR1 VR2 VR3 VR4 VR5
VAB= 1V
2,1V 3,6V 1,2V 4,8B 1V
E1 E2 Arus (mA)
I1 I2 I3 I4 I5 I6
6V 3V 8mA 2mA 15mA 5mA 4mA 12mA
4. Gambar 4
Tegangan (Volt)
VR1 VR2 VR3 VR4 VR5 VR6
VAB= 2V
4V 0,4V 1,7V 3,2V 1,5V

I. Garis Gaya Magnet


1. Pengertian
Garis-garis gaya magnet adalah kumpulan garis yang merepresentasikan
atau menggambarkan medan magnet. Garis-garis gaya magnet berupa garis
lengkung yang muncul dari kutub utara magnet dan melengkung menuju kutub
selatan magnet. Garis tersebut kemudian keluar lagi dari kutub selatan,
melengkung, dan menuju ke arah kutub utara magnet. Garis-garis ini berfungsi
untuk membantu memvisualisasikan medan magnet yang ada disekitar magnet.

2. Sifat-sifat Garis
Gaya magnet memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a. Tidak Saling Berpotongan Garis
Gaya magnet tidak saling berpotongan karena tiap garis punya orbit
masing-masing dan tidak akan melewati orbit garis medan magnet lain. Hal ini
menunjukan bahwa di setiap titik magnet terdapat medan magnet yang unik dan
tidak ada arahnya yang sama.
b. Kepadatan Garis Menunjukkan Kuat Medan Pada
Garis gaya magnet terdapat garis yang berdempetan, dimana
menunjukkan kalau garisnya padat, artinya medan magnetnya kuat. Sebaliknya,
jika garis-garis gaya magnetnya renggang, maka makin lemah pula medan atau
gaya magnetnya.
c. Kedua Kutub Tak Bisa Dipisahkan Magnet memiliki kutub, yakni daerah yang
berada pada ujung-ujung magnet dengan kekuatan magnet paling besar. Setiap
magnet memiliki dua kutub yang pasti berbeda. Ada kutub utara (N) dan kutub
selatan (S). Maksud dari kedua kutub tidak bisa dipisahkan adalah garis gaya
magnet tidak akan berhenti di satu titik. Garis-garis gaya magnet akan terus
membuat loop atau lingkaran yang berulang-ulang, teman-teman.

J. Transformator

Ditanya : 𝑬 𝟐 ?
E2 = 50V
Tabel pengukuran
K. Gaya Magnet

Gambar Rangkaian

Tabel Pengukuran
Terminal
L (cm) LB (cm) I (A)
Konduktor CFB
1 8 1 0,4
2 6 0,75 0,47
3 4 0,5 0,47
4 2 0,3 0,44

Anda mungkin juga menyukai