Kelompok :
Tanggal praktikum :
N i l a i: .....................................
Laporan
A. Tujuan Praktikum:
Dapat menggunakan Multimeter sesuai dengan aturan.
B. Teori Dasar
Multimeter merupakan suatu piranti elektronik yang digunakan untuk mengukur
besaran-besaran listrik. Besaran-besaran ini biasanya berupa arus searah (I DC), tegangan
searah (VDC), tegangan bolak-balik (VAC) dan hambatan (R). Pada beberapa mulimeter
tertentu dilengkapi untuk pengukuran dilengkapi untuk pengukuran arus bolak-balik (I AC),
tegangan potong diode (cut-in volage of diode, Vcut) penentuan kaki dan jenis transistor serta
nilai penguatannya (hfe). Multimeter mempunyai saklar pemilih fungsi, yaitu untuk :
1. Arus searah (DC mA)
2.Tegangan searah (V. DC)
3.Tegangan bolak-balik (V. AC)
4.Tahanan (Ohm)
Multimeter
Ohmmeter
Resistor
D. Langkah Kerja
1. Mengukur tegangan DC
o Atur Selektor pada posisi DCV.
o Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika
tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V.
o Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka atur batas ukur pada
posisi tertinggi supaya multimeter tidak rusak.
o Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek, probe
warna merah pada posisi (+) dan probe warna hitam pada titik (-) tidak boleh terbalik.
o Baca hasil ukur pada multimeter.
2. Mengukur tegangan AC
o Atur Selektor pada posisi ACV.
o Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika
tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V.
o Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka atur batas ukur pada
posisi tertinggi supaya multimeter tidak rusak.
o Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek.
Pemasangan probe multimeter boleh terbalik.
o Baca hasil ukur pada multimeter.
E. Data Pengukuran
Analog Digital
Alat untuk mengukur arus listrik (disebut amperemeter), tegangan (disebut voltmeter),
dan hambatan listrik (disebut ohmmeter). Baik amperemeter, voltmeter, dan ohmmeter terdiri
dari dua jenis : analog dan digital.
R2 = x 10 = 3,72 Ω
R3 = x 10 = 1,935 Ω
R4 = x 10 = 4,90 Ω
R5 = x 1 = 0,0025 Ω
R2 = x 10 = 0,13 V
R3 = x 10 = 0,14 V
V2 = x 10 = 0,135 V
V3 = x 10 = 0,14 V
I3 = x 500 = 30 A
I4 = x 500 = 50 A
I5 = x 500 = 110 A
I2 = x 20 = 0,0408 A
I3 = x 20 = 0,5384 A
I4 = x 200 = 21,04 A
I5 = x 10 = 0,0004 A
G. Kesimpulan
Multimeter dapat di operasikan dengan sakelar banyak posisi, meter dapat di ubah
menjadi Amperemeter, Voltmeter dan Ohmmeter secara cepat dan mudah. Multimeter analog
biasanya di gunakan untuk mengetahui baik atau tidaknya suatu komponen di karenakan
apabila mengukur nilai suatu komponen, multimeter analog kurang akurat dalam hasil
pengukurannya. Kalibrasi adalah cara yang di lakukan untuk mengembalikan kedudukan
jarum pada kedudukan nol.
Multimeter digital memiliki akurasi yang tinggi, dan kegunaan yang lebih banyak jika
dibandingkan dengan multimeter analog. Yaitu memiliki tambahan-tambahan satuan yang
lebih teliti, dan juga opsi pengukuran yang lebih banyak, tidak terbatas pada ampere, volt,
dan ohm saja
LAPORAN PRAKTIKUM
Kelompok :
Tanggal praktikum :
N i l a i: .....................................
Laporan
A. Tujuan Praktikum:
1. Membaca kode warna dan mengukur nilai hambatan serta membandingkan harga
terukur terhadap kode warna.
B. Teori Dasar
Resistor adalah komponen elektronika yang berfungsi sebagai pembagi arus dan tegangan,
juga alat yang digunakan untuk menghambat arus listrik. Satuan resistor adalah Ohm
(W).Alat ukurnya Ohm-meter. Sebuah resistor dapat didesain sedemikian rupa sehingga
dapat mempunyai nilai hambatan tertentu. Berdasarkan nilai hambatannya, resistor dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu resistor tetap (yang mempunyai nilai hambatan
tertentu/tetap) dan resistor variabel (resistor yang nilai hambatannya dapat diubah-
ubah/diatur).
Resistor juga dapat dikelompokkan berdasarkan bahan pembuatannya, yaitu resistor lilitan
kawat dan resistor karbon.Resistor lilitan kawat digunakan untuk berbagai keperluan yang
membutuhkan akurasi cukup tinggi dan peralatan yang menggunakan variasi arus yang besar,
sedangkan resistor karbon merupakan resistor yang paling banyak beredar di pasaran.Resistor
karbon mempunyai nilai hambatan yang tetap karena itu disebut juga resistor tetap.
Untuk mengetahui nilai resistor 4 gelang warna: dapat menggunakan resistor calor code
(tabel code warna) diatas, dimana gelang 1 dan dua merupakan nilai notasi, gelang ke 3
merupakan kelipatan (perkalian) dari notasi 1 dan 2, sedangkan gelang ke 4 merupakan nilai
toleransi. Untuk mengetahui nilai resistor 5 gelang warna: dapat menggunakan resistor calor
code (tabel code warna) diatas, dimana gelang 1,2 dan 3 merupakan nilai notasi, gelang ke 4
merupakan kelipatan (perkalian) dari notasi 1, 2 dan 3, sedangkan gelang ke 5 merupakan
nilai toleransi.
C. Alat Dan Bahan Yang Diperlukan
Multimeter
Resistor
D. Langkah Kerja
2. Tulislah warna cincin – cincin pada penghambat dengan urutan yang benar (cincin
untuk toleransi adalah yang paling kanan biasanya berwarna emas atau perak).
E. Data Pengukuran
G. Kesimpulan
Perhitungan besar daripada resistor / hambatan bias dilakukan dengan cara
menghitung secara manual yaitu dengan membaca lingkaran warna pada resistor sesuai
dengan nilai/harga dari warna yang ada atau bisa juga dilakukan dengan menggunakan alat
ukur tegangan multitester.
Adjust ohms meter berfungsi sebagai pengatur agar jarum meter unit tepat pada posisi
simpangan skala penuh, dalam pemindahan batas ukur dapat mempermudah pembacaan nilai
resistor, jika batas ukur diganti maka ohms meter adjust harus kita pertimbangkan atau
diatur agar jarum penunjuk pada meter unit berada pada simpangan skala penuh. Dalam
pembacaan pada sudut yang berbeda akan mempengaruhi pembacaan nilai hambatan resistor
serta kehilangan muatan saat pengukuran. Hasil pengukuran bisa saja berbeda antara
pengukuran dengan cara membaca kode warna dengan pengukuran menggunakan alat
multitester, hal ini disebabkan oleh beberapa factor diantaranya bisa karena sudut pandang
yang berbeda, jarum yang tidak diatur hingga titik nol ataupun bisa juga karena kesalahan
terhadap pembacanya.
LAPORAN PRAKTIKUM
Kelompok :
Tanggal praktikum :
N i l a i: .....................................
Laporan
A. Tujuan Praktikum:
Memahami prinsip – prinsip pengukuran tegangan dan arus
Mengetahui teknik pengukuran tegangan dan arus menggunakan multitester
B. Teori Dasar
Hubungan antara tegangan dan arus secara umum dinyatakan dengan hukum
ohm,yaitu : V=IR. Dimana: V=tegangan (volt), i= arus (ampermeter), dan R=hambatan
(ohm). Hasil pengukuran arus dan tegangan dengan menggunakan alat ukur harus memenuhi
hasil rumusan hukum ohm. Tegangan adalah suatu beda potensial antara dua titik yang
mempunyai perbedaaan jumlah muatan dalam satuan volt. Multimeter juga dapat digunakan
sebagai pengukur arus. Cara memasangnya adalah seri terhadap beban yang akan diukur
arusnya, pengukur arus ampermeter ini juga mempunyai hambatan dalam seperti halnya
voltmeter yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran arus suatu rangkain. Arus listrik
timbul karena adanya suatu elektron satu arah dari suatu beban atau zat akibat pengaruh gaya
dari luar dalam ampere. Satu ampere adalah jumlah muatan listrik dari 6.24 X elektron yang
mengalir melalui sautu titik tertentu selama 1 detik.
D. Langkah Kerja
1. Susun rangkaian sesuai gambar
E. Data Pengukuran
LAPORAN PRAKTIKUM
Judul Praktikum : Mengukur Dioda
Kelompok :
Tanggal praktikum :
N i l a i: .....................................
Laporan
A. Tujuan Praktikum:
Mengukur besar diode germanium
Menentukan diode tersebut termasuk Forward Biased atau Reverse Biased
B. Teori Dasar
Dioda adalah komponen elektronik yang terbuat dari unsur semikonduktor. Bahan ini
adalah silikon atau germanium. Dioda silikon bekerja pada tegangan 0.6 VDC dan dioda
germanium bekerja pada tegangan 0,2 VDC.
Fungsi Dioda :
• Sebagai penyearah
• Sebagai pengaman rangkaian dari kemungkinan terbaliknya polaritas
D. Langkah Kerja
Putar batas ukur pada Ohmmeter X10 / X100
E. Data Pengukuran
G. Kesimpulan
Jika diberi arah maju (tegangan positif => anoda dan tegangan negatif =>
katoda) akan menghantarkan arus
Jika diberi arah mundur (tegangan positif =>katoda dan tegangan negatif =>
anoda) tidak akan menghantarkan arus.
LAPORAN PRAKTIKUM
Judul Praktikum : Karakteristik Diode P-N
Kelompok :
Tanggal praktikum :
N i l a i: .....................................
Laporan
A. Tujuan Praktikum:
Menggambarkan kurva karakteristik dari diode P-N dan pengalaman menggunakan
peralatan ukur.
B. Teori Dasar
Hukum ohm yaitu:
E=I.R I=E/R R=I/E
Sehingga dapat disimpulkan:
- Tegangan dinyatakan dengan nilai volts disimbolkan dengan E atau V
- Arus dinyatakan dengan ampere, dan diberi simbol I
- Hambatan dinyatakan dengan ohms diberi simbol R
Besarnya daya pada suatu rangkaian dapat dihitung dengan rumus:
Suatu diode yang diberi tegangan tertentu akan memiliki tegangan diode (V D) dan arus
diode
(ID) yang saling berhubungan sehingga membentuk karakteristik dari diode tersebut.
Karakteristik diode umumnya dinyatakan dengan grafik hubungan antara tegangan pada
diode (VD) dengan arus yang melewatinya (ID) sehingga disebut karakteristik tegangan-
arus
(V-I).
Secara teoritis, hubungan antara tegangan diode dan arus diode dinyatakan oleh suatu
Persamaan:
ID = Is (e VD / ή vT – 1 )
dimana:
ID = arus diode, positif jika di dalam diode arahnya dari anode ke katode
IS = arus mundur jenuh ( 10-8 s.d 10-14 A)
VT= tegangan kesetaraan suhu
ή = koefisien emisi, antara 1 – 2 dan untuk silicon pada arus normal mendekati 2
e = bilangan natural = 2,72
G. Kesimpulan
Semakin besar tegangan pada diode, maka akan semakin besar pula nilai arus
pada diode
Pada saat forward bias besar hambatan tergantung pada besar tegangan dan
arus yang melewati diode
Pada saat reverse bias hambatan pada diode sangat besar sehingga arus yang
mengalir menjadi sangat kecil
Diode merupakan komponen elektronika yang berfungsi sebagai penyearah
arus listrik
Pada saat diode diberi forward bias maka diode dapat mengalirkan arus
LAPORAN PRAKTIKUM
Judul Praktikum : Mengukur Tegangan Kerja Dioda Zener
Kelompok :
Tanggal praktikum :
N i l a i: .....................................
Laporan
A. Tujuan Praktikum:
Menggambarkan kurva karakteristik dari diode Zener dan pengalaman menggunakan
peralatan ukur.
B. Teori Dasar
hukum ohm yaitu: E = I . R
Sehingga dapat disimpulkan:
- Tegangan dinyatakan dengan nilai volts disimbolkan dengan E atau V
- Arus dinyatakan dengan ampere, dan diberi simbol I
- Hambatan dinyatakan dengan ohms diberi simbol R
- Besarnya daya pada suatu rangkaian dapat dihitung dengan rumus:
D. Langkah Kerja
1. Hubungkan rangkaian seperti gambar-1 dibawah.
2. Saat S terbuka, atur tegangan sumber VAA pada nol
3. Hubungkan saklar S, amati arus diode I pada mA meter, dengan VAA tetap pada 0 Volt
4. Catatlah pada tabel dan buat grafik arus- tegangan dari hasil pengamatan tersebut.
E. Data Pengukuran
1. Hasil pengukuran diode Zener 6 V
Semakin besar tegangan nya maka semakin besar juga arus yang dihasilkan
LAPORAN PRAKTIKUM
Kelompok :
Tanggal praktikum :
N i l a i: .....................................
A. Tujuan Praktikum:
1. Dapat Menentukan Kaki Basis
2. Dapat Menentukan Kaki Colector NPN
3. Dapat Mengukur Transistor Dengan Multitester (Batas ukur pada Ohmmeter X10 /
X100)
TRANSISTOR PNP
1. Mengukur transistor NPN dan Mengukur transistor NPN
2. Percobaan Transistor Sebagai saklar
B. Teori dasar
Transistor adalah termasuk komponen utama dalam elektronika. Transistor terbuat dari 2
dioda germanium yang disatukan. Tegangan kerja transistor sama dengan dioda yaitu 0,6 volt.
D. Langkah Kerja
PERCOBAAN:
1. Buat rangkaian seperti pada gambar diatas. Dengan Vcc = 6 Vdc, Rb=4K7,
RC= 220 Ohm, Transistor C1061 dan LED.
2. Setelah selesai merangkai dan dipastikan benar, sambung saklar S sehingga lampu
LED akan menyala.
3. Amati tegangan pada Ujung-ujung lampu, tegangan pada Colektor ke Emitor
(VCE), dan tegangan antara Emitor ke Basis (VBE).
4. Ganti RB dengan ukuran 47K, 100K dan 1M Ohm. Dan amati tegangan pada Ujung-
ujung lampu, tegangan pada Colektor ke Emitor (VCE), dan tegangan antara Emitor
ke Basis (VBE) pada masing-masing nilai resistor tersebut.
5. Masukkan hasil pengukuran tersebut pada tabel dibawah ini.
E. Data Pengukuran
Tabel: Mengukur transistor PNP
1 Probe merah ---- basis Jarum bergerak
Prob hitam----- emitor tidak menunjuk Jarum bergerak
2 Probe merah ---- basis nol menunjuk nol
Prob hitam-----kolektor
3 Prob hitam ---- basis RUSAK
Probe merah -----emitor Jarum tidak BAIK Jarum bergerak
4 Prob hitam ---- basis bergerak menunjuk nol atau
Probe merah ---kolektor
5 Prob hitam ----- emitor SORT
Probe merah ---kolektor Jarum tidak Jarum bergerak SIRKUIT
6 Prob hitam----- kolektor bergerak menunjuk nol
Probe merah ----- emitor
d) TRANSISTOR NPN
Tabel: Mengukur transistor NPN
1 Probe merah ---- basis
Prob hitam ----- emitor Jarum tidak Jarum
2 Probe merah --- basis bergerak bergerak
Prob hitam ---- kolektor menunjuk nol
3 Prob hitam ---- basis RUSAK
Jarum bergerak
Probe merah ---- emitor Jarum
tidak menunjuk BAIK atau
4 Prob hitam ---- basis bergerak
nol
Probe merah --- kolektor menunjuk nol
5 Prob hitam ----- emitor SORT
Probe merah -- kolektor Jarum tidak Jarum SIRKUIT
6 Prob hitam ---- kolektor bergerak bergerak
Probe merah ---- emitor menunjuk nol
Lakukan pengukuran Mengukur transistor NPN.
G. Kesimpulan
- Bila probe merah => kaki A dan probe lainnya => 2 kaki lainnya secara bergantian
jarum bergerak semua dan jika dibalik posisi hubungnya tidak bergerak semua maka
itulah kaki BASIS, dan tipe transistornya PNP.
- Bila probe hitam => kaki A dan probe lainnya => 2 kaki lainnya secara bergantian
jarum bergerak semua dan jika dibalik posisi hubungnya tidak bergerak semua maka
itulah kaki BASIS, dan tipe transistornya NPN.
- Jika pada penghitungan transistor sebagai saklar (posisi switch off). Jika nilai V LED
dan nilai VEB nol maka LED dalam keadaan mati
- Jika pada penghitungan transistor sebagai saklar (posisi switch on). Jika nilai V LED
dan nilai VEB tidak sama dengan nol maka LED dalam keadaan menyala
LAPORAN PRAKTIKUM
Kelompok :
Tanggal praktikum :
N i l a i: .....................................
A. Tujuan Praktikum:
1. mengetahui nilai resistor potensio SAKLAR DENGAN LDR (saat lampu
menyala)
2. mengetahui nilai resistor potensio SAKLAR DENGAN LDR (saat lampu
menyala)
B. Teori dasar
Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) adalah salah satu jenis resistor yang dapat
mengalami perubahan resistansi apabila mengalami perubahan cahaya. Besarnya nilai
hambatan pada LDR (Light Dependent Resistor) tergantung pada besar kecilnya cahaya yang
diterima oleh LDR itu sendiri. LDR merupakan sensor yang berupa resistor yang peka
terhadap cahaya. Biasanya LDR terbuat dari cadmium sulfida yaitu merupakan bahan
semikonduktor yang resistansnya berupah-ubah menurut banyaknya cahaya (sinar) yang
mengenainya. Resistansi LDR pada tempat yang gelap
biasanya mencapai sekitar 10 MΩ, dan ditempat terang
LDR mempunyai resistansi yang turun menjadi sekitar
150 Ω. Seperti halnya resistor konvensional,
pemasangan LDR dalam suatu rangkaian sama persis
seperti pemasangan resistor biasa. Simbol LDR dapat
dilihat seperti pada gambar.
E. Data Pengukuran
Saklar dengan LDR saat lampu meyala dan Saklar dengan LDR saat lampu mati nilai resistor
potensio 100 Ω
Dari hasil pengukuran saklar dengan LDR (Saat lampu menyala) diperoleh data V LED =
2V , VCE = 0V, VB = 0,6 V
Dari hasil pengukuran saklar dengan LDR (Saat lampu menyala) diperoleh data V LED =
0V , VCE = 4,4V, VB = 0,2 V
G. Kesimpulan
Saklar dengan LDR saat lampu meyala dan Saklar dengan LDR saat lampu mati nilai resistor
potensio 100 Ω
LAPORAN PRAKTIKUM
Kelompok :
Tanggal praktikum :
N i l a i: .....................................
A. Tujuan Praktikum:
1. mengetahui keadaan LED saat FET menjadi saklar
B. Teori dasar
Field Effect Transistor atau transistor efek medan atau yang lebih dikenal dengan FET,
adalah suatu komponen semi konduktor yang bekerja berdasarkan pengaturan arus dengan
medan listrik. FET termasuk jenis komponen aktif. FET disebut unifolar junction
transistor atau UJT, karena cara kerjanya hanya berdasarkan aliran pembawa muatan
mayoritas, sedangkan transistor yang telah dibahas merupakanbipolar junction
transistor atau BJT karena bekerja berdasarkan aliran pembawa muatan mayoritas dan
minoritas.
Pada penggunaan normal, FET disambungkan di dalam rangkaian dengan cara yang
sama sebagaimana halnya sebuah BJT. Terminal source adalah terminal yang paling
negatif dan terminal drain adalah yang paling positif. Ketika tegangan diberikan ke
terminal gate, arus yang disebut arus drain akan mengalir masuk melewati terminal drain
dan keluar melalui terminal source. Dibawah ini simbol FET, saluran N (N - channel) dan
saluran P (P - channel)
Dari keluarga transistor, kita mengenal ada jenis BJT dan UJT. sedangkan FET termasuk
jenis UJT. Ada dua macam FET, yaitu:
Junction Field Effect Transistor (JFET) atau cukup dengan FET, dan Metal Oxide
Semiconductor FET (MOSFET)
Diperlukan
3. FED
4. LED
D. Langkah Kerja
1. Buat rangkaian seperti pada gambar diatas (gambar-a) Dengan VDD = 6 Vdc,
RG1=1K,
RD=220 Ohm, MOSFET K2700, potensio RG2 50K dan LED.
2. Setelah selesai merangkai dan dipastikan benar, atur potensio RG2 pada kondisi
minimum (0 ohm), seperempat putaran, setengah putaran tiga perempat putaran
dan putaran maksimum.
3. Amati tegangan pada Ujung-ujung lampu, tegangan pada D ke S (VDS), dan
tegangan antara G ke S (VGS) dan amati kondisi lampu LED pada posisi RG2
minimum (0 ohm), seperempat putaran, setengah putaran tiga perempat putaran
dan putaran maksimum. Masukkan hasil pengukuran tersebut pada tabel –a
dibawah.
4. Ulangi Buat rangkaian seperti pada gambar-b, langkah poin 2,3 dan 4, catat
pada table-b.
E. Data Pengukuran
Pada percobaan ini dilakukan pemberian besar nilai tertentu untuk vgs dan kemudian
mengubah nilai vds menggunakan potensiometer sehingga keluaran Id dilihat setiap
perubahan nilai vds.
G. Kesimpulan
Karakter JFET terdiri dari tiga kaki, kaki gate. Prinsip kerja JFET menggunakan dua buah
power supply.
LAPORAN PRAKTIKUM
Judul Praktikum : Mengukur SCR ( Silicon Controle Rectifier)
Kelompok :
Tanggal praktikum :
N i l a i: .....................................
A. Tujuan Praktikum:
1. mengukur SCR
B. Teori dasar
Prinsip Kerja Thyristor
Thyristor berakar kata dari bahasa Yunani yang berarti ‘pintu'. Dinamakan demikian
barangkali karena sifat dari komponen ini yang mirip dengan pintu yang dapat dibuka dan
ditutup untuk melewatkan arus listrik. Ada beberapa komponen yang termasuk thyristor
antara lain PUT (programmable uni-junction transistor), UJT (uni-junction transistor),
GTO (gate turn off switch), photo SCR dan sebagainya. Namun pada kesempatan ini, yang
akan kemukakan adalah komponen-komponen thyristor yang dikenal dengan sebutan
SCR (silicon controlled rectifier).
Struktur Thyristor
Ciri-ciri utama dari sebuah thyristor adalah komponen yang terbuat dari bahan
semiconductor silicon. Walaupun bahannya sama, tetapi struktur P-N junction yang
dimilikinya lebih kompleks dibanding transistor bipolar atau MOS. Komponen thyristor
lebih digunakan sebagai saklar (switch) ketimbang sebagai penguat arus atau tegangan
seperti halnya transistor.
Struktur dasar thyristor adalah struktur 4 layer PNPN seperti yang ditunjukkan pada gambar
diatas a. Jika dipilah, struktur ini dapat dilihat sebagai dua buah struktur junction PNP dan
NPN yang tersambung di tengah seperti pada gambar diatas b. Ini tidak lain adalah dua buah
transistor PNP dan NPN yang tersambung pada masing-masing kolektor dan base. Jika
divisualisasikan sebagai transistor Q1 dan Q2, maka struktur
thyristor ini dapat diperlihatkan
seperti pada gambar berikut ini.
sehingga akan muncul penguatan pada pada arus kolektor transistor Q1. Arus kolektor
transistor Q1 tdak lain adalah arus base bagi transistor Q2. Demikian seterusnya sehingga
makin lama sambungan PN dari thyristor ini di bagian tengah akan mengecil dan hilang.
Tertinggal hanyalah lapisan
P dan N dibagian luar.
Jika keadaan ini tercapai, maka struktur yang demikian todak lain adalah struktur dioda PN
(anoda-katoda) yang sudah dikenal. Pada saat yang demikian, disebut bahwa thyristor dalam
keadaan ON dan dapat mengalirkan arus dari anoda menuju katoda seperti layaknya sebuah
dioda.
E. Data Pengukuran
Tabel 9-1. Hasil percobaan mengukur transistor SCR
Saat prob menyambung dengan gate Jarum ohm tidak menyimpang dan saat prob tidak
menyambung dengan gate maka jarum menyimpang
G.KESIMPULAN:
X Gate
Y Anoda
Z Katoda
LAPORAN PRAKTIKUM
Judul Praktikum : Mengukur TRIAC
Kelompok :
Tanggal praktikum :
N i l a i: .....................................
A. Tujuan Praktikum:
Mengukur TRIAC
B. Teori dasar
Triac
Struktur TRIAC sebenarnya adalah sama dengan
dua buah SCR yang arahnya bolak-balik dan kedua
gate-nya disatukan. Simbol TRIAC ditunjukkan pada
gambar. TRIAC biasa juga disebut thyristor bi-
directional, bekerja mirip seperti SCR yang paralel
bolak-balik, sehingga dapat melewatkan arus dua arah,
dengan demikian maka Triac dapat digunakan untuk
melakukan pensaklaran dalam dua arah (arus bolak
balik, AC). Simbol dan struktur Triac adalah seperti ditunjukan dalam Gambar di bawah.
Karena secara prinsip adalah ekivalen dengan dua buah SCR yang disusun secara paralel
dengan salah SCR dibalik maka Triac memiliki sifat-sifat yang mirip dengan SCR.
Gambar 6 adalah gambar karakteristik volt-amper dan skema aplikasi dari Triac.
D. Langkah Kerja
1. Kaki TRIAC yang terhubung dengan probe hitam atau merah dan saat di lepas
Ohm meter masih menyimpang itu adalah kaki gate.
2. Sedangkan kaki yang lain adalah MT1 atau MT2.
E. Data Pengukuran
Pada saat menghubungkan probe hitam ohm meter ke x dan probe merah ohm meter ke y
dan kemudian kaki gate kita sentuhkan pada probe hitam, jarum hitam tidak menyimpang,
dst.
G. Kesimpulan:
LAPORAN PRAKTIKUM
Judul Praktikum : Melihat Bentuk Gelombang
Kelompok :
Tanggal praktikum :
N i l a i: .....................................
A. TUJUAN
Selesai melaksanakan kegiatan praktikum, diharapkan mahasiswa dapat
1. Mengetahui cara penggunaan CRO untuk mengukur tegangan AC maupun DC.
2. Menghitung tegangan efektif dari besaran yang diukur dengan CRO dan
membandingkan dengan Voltmeter
B. TEORI DASAR
Penggunaan CRO sebagai pengukur tegangan, sebelumnya CRO tersebut
harus ditera atau dikalibrasi. Seperti diketahui besaran yang diukur CRO
adalah besaran/ harga puncak ke puncak (peak to peak). Sedangkan besaran
praktis adalah dalam nilai atau harga efektif. Hubungan antara kedua besaran
nilai tersebut adalah sebagai berikut
1 Vp-p = 2 √2 Veff
= 2 x 1,414 Veff
1 Vp-p = 2 Vp
1 Vp = √2 Veff = 1,414 Veff
1 Veff = 1/√2 Vp = 0,707 Vp
Kalibrasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu kalibrasi interal (tanpa
bantuan alat lain) dan eksternal (dengan bantuan alat lain, yaitu LFG) yang
hubungan peralatannya dapat digambarkan sebagai berikut
D. KESELAMATAN KERJA
1. Memakai pakaian praktek
2. Bekerja pada posisi yang aman dan nyaman
3. Menggunakan alat sesuai fungsinya
4. Periksa dan tanyakan dulu pada Instruktur sebelum mulai mengukur
E. LANGKAH KERJA
KALIBRASI TEGANGAN
1. Operasikan LFG dan CRO
2. Atur saklar LFG pada bentuk Sinus
3. Atur saklar frekuensi pada x100 dan jarum penunjuk frekuensi pada 10 (1 kHz)
4. Pasang AVO pada output LFG dan atur Gain LFG sehingga tegangan LFG 1 volt
5. Hubungkan output LFG ke Vertical input CRO atur saklar pada Vin 1 (terlihat Sinus)
6. Atur V/Div CRO pada kedudukan angka 1
7. Atur saklar ke EXT (akan terjadi garis tegak)1
8. Atur Vertical Gain sehingga tingginya 2,828 kotak.(Setelah tercapai, jangan diubah-
ubah untuk setiap pengaturan, karena tegangan telah terkalibrasi)
1. Pengukuran tegangan
a) Teg.LFG (Veff) = 3 volt
Perhitungan Teg.eff
Vpp/2 = 1,8
1,8 x 0,707 = 1,27
Selisih (veff)
teg.LFG - Teg.eff
3 – 1,27 = 1,73
Perhitungan Teg.eff
Vpp/2 = 13,6
Selisih (veff)
teg.LFG - Teg.eff
4,5 – 4,8 = 0,3
Perhitungan Teg.eff
Vpp/2 = 18
18 x 0,707 = 6,4
Selisih (veff)
teg.LFG - Teg.eff
6 – 6,4 = 0,4
Perhitungan Teg.eff
Vpp/2 = 22
22 x 0,707 = 7,77
Selisih (veff)
teg.LFG - Teg.eff
H. KESIMPULAN
1. Pengukuran tegangan dengan osiloskop dilakukan dengan mengamati jumlah kotak dari
atas kebawah yang dilalui oleh gelombang tersebut dengan mengalikan dengan volt/div
nya yang telah diatur sebelumnya
2. Osiloskop merupakan alat ukur yang dapat menganalisis dan menampilkan suatu
gelombang AC,DC,dan lissajous pada layar
3. Cara penggunaan osiloskop dengan baik yaitu dengan cara dikalibrasi atau
mengembalikan kearah nol sebelum memulai percobaan
LAPORAN PRAKTIKUM
Judul Praktikum : Pengukuran Frekuensi
Kelompok :
Tanggal praktikum :
N i l a i: .....................................
A. TUJUAN
Selesai melaksanakan kegiatan praktikum, diharapkan mahasiswa dapat
Mengetahui cara penggunaan CRO untuk mengukur frekuensi secara
langsung maupun dengan cara Lissaoyous
B. TEORI DASAR
Jika akan mengukur frekuensi dari output LFG, maka output LFG dihubungkan
dengan Vertical input pada CRO, dan saklar ditempatkan pada posisi AC.
Agar gejala/gelombang dapat jelas diamati, amplitudo LFG diatur disesuaikan
dengan Vertical Gain atau V/Div yang dipakai.
Selanjutnya frekuensi LFG diatur pada sembarang frekuensi, dan saklar Time/
Div atau Sweep freq pada CRO diatur agar gejala/gelombang yang akan
diukur dapat jelas terbaca lebarnya.
Jika misalnya lebar periode gelombang yang terlihat pada CRO adalah X div,
sedangkan saklar/pengatur Time/Div pada posisi Y detik, maka besarnya
waktu T = X . Y detik. Dengan demikian, maka besarnya frekuensi dapat
dihitung , yaitu F = 1/T = 1/X.Y hertz.
D. KESELAMATAN KERJA
1. Memakai pakaian praktek
2. Bekerja pada posisi yang aman dan nyaman
3. Menggunakan alat sesuai fungsinya
4. Periksa dan tanyakan dulu pada Instruktur sebelum mulai mengukur
E. LANGKAH KERJA
KALIBRASI FREKUENSI (Cara eksternal)
1. Atur saklar frekuensi LFG pada x100 dan jarum penunjuk frekuensi 10 (1 kHz)
2. Hubungkan output LFG pada CRO
3. Atur saklar Time/Div CRO pada 1 ms atau Frequency pada 1 K
4. Atur Horizontal Gain sehingga lebar gelombang 1 periode menjadi 1 kotak. (Bila
sudah tercapai, jangan diubah-ubah karena frekuensinya sudah terkalibrasi).
100 100 0
Untuk LFG 1 = 200 Hz Untuk LFG 2 = 400 Hz
Amati perbandingan grekuensi LFG1 dengan LFG2 sbb, catat bentul gelombangnya.
a. LFG1=100Hz, LFG2 300 Hz
b. LFG1=100Hz, LFG2 400 Hz
c. LFG1=300Hz, LFG2 100 Hz
d. LFG1=400Hz, LFG2 100 Hz
2. Penguukuran frekuensi
a) Frek LFG 3000 Hz
Lebar gelombang 1 periode 1,8
Posisi time/div 0,5ms
Perhitungan frekuensi
1/ x.t/div
1/ 1,8.0,5ms = 0,9
Selisih (Hz)
1/0,9ms = 1110
Frek LFG – frek Hz
3000-1110 = 1890
b) Frek LFG 5000 Hz
Lebar gelombang 1 periode 2
Posisi time/div 1 x 10^ -4
Perhitungan frekuensi
1/ x.t/div
1/ 2. 1 x 10^-4 = 5000
Selisih (Hz)
Frek LFG – frek Hz
5000 – 5000 = 0
c) Frek LFG 10.000 Hz
Lebar gelombang 1 periode 1
Posisi time/div 1 x 10^ -4
Perhitungan frekuensi
1/ x.t/div
1/ 1. 1 x 10^-4 = 10000
Selisih (Hz)
Frek LFG – frek Hz
10000 – 10000 = 0
d) Frek LFG 25000 Hz
Lebar gelombang 1 periode 2
Posisi time/div 2 x 10^ -4
Perhitungan frekuensi
1/ x.t/div
1/ 2. 2 x 10^-4 = 25000
Selisih (Hz)
Frek LFG – frek Hz
25000 – 25000 = 0
e) Frek LFG 75000 Hz
Lebar gelombang 1 periode 1,4
Posisi time/div 1 x 10^ -5
Perhitungan frekuensi
1/ x.t/div
1/ 1,4. 1 x 10^-5 = 71428,5
Selisih (Hz)
Frek LFG – frek Hz
75000 – 71428,5 =3571,5
H. KESIMPULAN