Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PRAKTIKUM

Judul Praktikum : Mengukur Menggunakan Multimeter

Matakuliah / Kode : Elektronika

Semester / SKS : 1 (satu)

Nama Praktikan / NIM : Irfanudin Labib / 5301417024

Kelompok :

Tanggal praktikum :

Tanggal Penyerahan Laporan : 15 Desember 2017

Dosen Pengampu : Drs.Suryono, M.t.,

N i l a i: .....................................
Laporan

A. Tujuan Praktikum:
Dapat menggunakan Multimeter sesuai dengan aturan.

B. Teori Dasar
Multimeter merupakan suatu piranti elektronik yang digunakan untuk mengukur
besaran-besaran listrik. Besaran-besaran ini biasanya berupa arus searah (I DC), tegangan
searah (VDC), tegangan bolak-balik (VAC) dan hambatan (R). Pada beberapa mulimeter
tertentu dilengkapi untuk pengukuran dilengkapi untuk pengukuran arus bolak-balik (I AC),
tegangan potong diode (cut-in volage of diode, Vcut) penentuan kaki dan jenis transistor serta
nilai penguatannya (hfe). Multimeter mempunyai saklar pemilih fungsi, yaitu untuk :
1. Arus searah (DC mA)
2.Tegangan searah (V. DC)
3.Tegangan bolak-balik (V. AC)
4.Tahanan (Ohm)

C. Alat Dan Bahan Yang Diperlukan

 Multimeter
 Ohmmeter
 Resistor

D. Langkah Kerja
1. Mengukur tegangan DC
o Atur Selektor pada posisi DCV.
o Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika
tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V.
o Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka atur batas ukur pada
posisi tertinggi supaya multimeter tidak rusak.
o Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek, probe
warna merah pada posisi (+) dan probe warna hitam pada titik (-) tidak boleh terbalik.
o Baca hasil ukur pada multimeter.

2. Mengukur tegangan AC
o Atur Selektor pada posisi ACV.
o Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika
tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V.
o Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka atur batas ukur pada
posisi tertinggi supaya multimeter tidak rusak.
o Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek.
Pemasangan probe multimeter boleh terbalik.
o Baca hasil ukur pada multimeter.

3. Mengukur kuat arus DC


o Atur Selektor pada posisi DCA.
o Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar arus yang akan di cek, misal : arus
yang di cek sekitar 100mA maka atur posisi skala di batas ukur 250mA atau 500mA.
o Perhatikan dengan benar batas maksimal kuat arus yang mampu diukur oleh
multimeter karena jika melebihi batas maka fuse (sekring) pada multimeter akan putus
dan multimeter sementara tidak bisa dipakai dan fuse (sekring) harus diganti dulu.
o Pemasangan probe multimeter tidak sama dengan saat pengukuran tegangan DC dan
AC, karena mengukur arus berarti kita memutus salah satu hubungan catu daya ke
beban yang akan dicek arusnya, lalu menjadikan multimeter sebagai penghubung.
o Hubungkan probe multimeter merah pada output tegangan (+) catu daya dan probe (-)
pada input tegangan (+) dari beban/rangkaian yang akan dicek pemakaian arusnya.
o Baca hasil ukur pada multimeter.

4. Mengukur nilai hambatan sebuah resistor tetap


o Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
o Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai resistor yang akan diukur.
o Batas ukur ohmmeter biasanya diawali dengan X (kali), artinya hasil penunjukkan
jarum nantinya dikalikan dengan angka pengali sesuai batas ukur
o Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung resistor boleh terbalik.
o Baca hasil ukur pada multimeter, pastikan nilai penunjukan multimeter sama dengan
nilai yang ditunjukkan oleh gelang warna resistor.

E. Data Pengukuran

a. Multimeter sebagai Ohmmeter

No. Nilai Kode Warna Resistor Nilai Hambatan Diukur dengan


Multimeter
Analog Digital
1. Kuning(4), ungu(7), emas(-), emas(-) 0,70 Ω 0,025 Ω

2. Coklat(1), hitam(-), hijau(5), emas(-) 6,20 Ω 3,72 Ω


3. Orange(3), orange(3), putih(9), 2,40 Ω 1,93 Ω
hitam(-), coklat(1)

4. Coklat(1), hitam(-), merah(2), emas 0 ,30 Ω 4,9 Ω


(-)
5. Kuning(4), ungu(7), emas(-), emas(-) 7Ω 0,0025 Ω
b. Multimeter sebagai Voltmeter

Tegangan DC Batas Ukur (V) Harga Terukur (V)


Analog Digital
10 V 200 V 0,11 V 0,10 V
10 V 200 V 0,13 V 0,13 V
10 V 200 V 0,14 V 0,14 V

c. Multimeter sebagai Amperemeter DC (DC. mA)

No. Nilai Kode Warna Resistor Arus Diukur dengan Multimeter

Analog Digital

1. Kuning(4), ungu(7), emas(-), emas(-) 7A 0,0216 A

2. Coklat(1), hitam(-), hijau(5), emas(-) 350 A 0,0408 A

3. Orange(3), orange(3), putih(9), 30 A 0,5384 A


hitam(-), coklat(1)

4. Coklat(1), hitam(-), merah(2), emas(-) 50 A 21,04 A

5. Kuning(4), ungu(7), emas(-), emas(-) 110 A 0,0004 A

F. Analisis Dan Pembahasan


Arus listrik adalah aliran patrikel-partikel bermuatan positif yang melalui konduktor
(walau sesungguhnya elektron-elektron bermuatan negatiflah yang mengalir pada konduktor.

Alat untuk mengukur arus listrik (disebut amperemeter), tegangan (disebut voltmeter),
dan hambatan listrik (disebut ohmmeter). Baik amperemeter, voltmeter, dan ohmmeter terdiri
dari dua jenis : analog dan digital.

a. Multimeter sebagai Ohmmeter


menggunakan Multimeter Analog
Resistor 1 (kuning, ungu, emas, emas) R1 = x 1 = 0,70 Ω
Resistor 2 (coklat, hitam, hijau, emas) R2 = x 10 = 6,20 Ω

Resistor 3 (orange, orange, putih, hitam, coklat) R3 = x 10 = 2,40 Ω

Resistor 4 (cokelat, hitam, merah, emas) R4 = x 1 = 0,3 Ω

Resistor 5 (kuning, ungu, emas, emas) R5 = x 10 = 7 Ω

menggunakan Multimeter Digital


R1 = x 1 = 0,025 Ω

R2 = x 10 = 3,72 Ω

R3 = x 10 = 1,935 Ω

R4 = x 10 = 4,90 Ω

R5 = x 1 = 0,0025 Ω

b. Multimeter sebagai Voltmeter


menggunakan Multimeter Analog
R1 = x 10 = 0,11 V

R2 = x 10 = 0,13 V

R3 = x 10 = 0,14 V

menggunakan Multimeter Digital


V1 = x 10 = 0,10 V

V2 = x 10 = 0,135 V

V3 = x 10 = 0,14 V

c. Multimeter sebagai Amperemeter


menggunakan Multimeter Analog
I1 = x 25 DCmA = 7 A

I2 = x 500 DCmA = 350 A

I3 = x 500 = 30 A

I4 = x 500 = 50 A

I5 = x 500 = 110 A

menggunakan Multimeter Digital


I1 = x 20 = 0,0216 A

I2 = x 20 = 0,0408 A

I3 = x 20 = 0,5384 A

I4 = x 200 = 21,04 A

I5 = x 10 = 0,0004 A

G. Kesimpulan
Multimeter dapat di operasikan dengan sakelar banyak posisi, meter dapat di ubah
menjadi Amperemeter, Voltmeter dan Ohmmeter secara cepat dan mudah. Multimeter analog
biasanya di gunakan untuk mengetahui baik atau tidaknya suatu komponen di karenakan
apabila mengukur nilai suatu komponen, multimeter analog kurang akurat dalam hasil
pengukurannya. Kalibrasi adalah cara yang di lakukan untuk mengembalikan kedudukan
jarum pada kedudukan nol.

Kelebihannya adalah mudah dalam pembacaannya dengan tampilan yang lebih


simple. Sedangkan kekurangannya adalah akurasinya rendah, jadi untuk pengukuran yang
memerlukan ketelitian tinggi sebaiknya menggunakan multimeter digital.

Multimeter digital memiliki akurasi yang tinggi, dan kegunaan yang lebih banyak jika
dibandingkan dengan multimeter analog. Yaitu memiliki tambahan-tambahan satuan yang
lebih teliti, dan juga opsi pengukuran yang lebih banyak, tidak terbatas pada ampere, volt,
dan ohm saja
LAPORAN PRAKTIKUM

Judul Praktikum : Mengetahui Nilai Resistor

Matakuliah / Kode : Elektronika

Semester / SKS : 1 (satu)


Nama Praktikan / NIM : Irfanudin Labib / 5301417024

Kelompok :

Tanggal praktikum :

Tanggal Penyerahan Laporan : 15 Desember 2017

Dosen Pengampu : Drs.Suryono, M.t.,

N i l a i: .....................................

Laporan

A. Tujuan Praktikum:

1. Membaca kode warna dan mengukur nilai hambatan serta membandingkan harga
terukur terhadap kode warna.

2. Membandingkan hasil pengukuran dengan pembacaan.

B. Teori Dasar
Resistor adalah komponen elektronika yang berfungsi sebagai pembagi arus dan tegangan,
juga alat yang digunakan untuk menghambat arus listrik. Satuan resistor adalah Ohm
(W).Alat ukurnya Ohm-meter. Sebuah resistor dapat didesain sedemikian rupa sehingga
dapat mempunyai nilai hambatan tertentu. Berdasarkan nilai hambatannya, resistor dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu resistor tetap (yang mempunyai nilai hambatan
tertentu/tetap) dan resistor variabel (resistor yang nilai hambatannya dapat diubah-
ubah/diatur).

Resistor juga dapat dikelompokkan berdasarkan bahan pembuatannya, yaitu resistor lilitan
kawat dan resistor karbon.Resistor lilitan kawat digunakan untuk berbagai keperluan yang
membutuhkan akurasi cukup tinggi dan peralatan yang menggunakan variasi arus yang besar,
sedangkan resistor karbon merupakan resistor yang paling banyak beredar di pasaran.Resistor
karbon mempunyai nilai hambatan yang tetap karena itu disebut juga resistor tetap.
Untuk mengetahui nilai resistor 4 gelang warna: dapat menggunakan resistor calor code
(tabel code warna) diatas, dimana gelang 1 dan dua merupakan nilai notasi, gelang ke 3
merupakan kelipatan (perkalian) dari notasi 1 dan 2, sedangkan gelang ke 4 merupakan nilai
toleransi. Untuk mengetahui nilai resistor 5 gelang warna: dapat menggunakan resistor calor
code (tabel code warna) diatas, dimana gelang 1,2 dan 3 merupakan nilai notasi, gelang ke 4
merupakan kelipatan (perkalian) dari notasi 1, 2 dan 3, sedangkan gelang ke 5 merupakan
nilai toleransi.
C. Alat Dan Bahan Yang Diperlukan

 Multimeter
 Resistor

D. Langkah Kerja

1. Persiapkan alat dan bahannya.

2. Tulislah warna cincin – cincin pada penghambat dengan urutan yang benar (cincin
untuk toleransi adalah yang paling kanan biasanya berwarna emas atau perak).

3. Tulis harga hambatan termasuk besar toleransinya menurut kode warna.


4. Pilihlah atau atur kedudukan batas ukur/skala yang tepat untuk mengukur setiap
hambatan/resistor.
5. Sebelum pengkuran dimulai, mengatur jarum penunjuk tepat pada titik nol dengan cara
memutar sekrup pengatur jarum /titik nol, catat batas ukur/skala yang dipakai.
6. Lalu ukurlah resistor tersebut dengan menghubungkan hasil pengukurannya, jangan
memegang kedua ujung penghambat dengan tangan pada waktu pengukuran. Lalu catatlah
hasil pengukuran.

E. Data Pengukuran

No. Harga Pembacaan Resistor Harga Pengukuran Resistor


1. 33.104 ± 5% 3,3.100K Ω
2. 56.102 ± 5% 5,6.1 K Ω
3. 47.102± 5% 4,7.1 K Ω
4. 27.102± 5% 2,7 K / 2K7 Ω
5. 100.103± 1% 1.100 K Ω

F. Analisis Dan Pembahasan

1. Harga R Pembacaan dan Pengukturan


a. Resistor 1 = Lingkaran warna orange = 3
Lingkaran warna orange = 3
Lingkaran warna kuning = 104
Lingkaran warna emas = 5% +
33.104 ± 5% Ω
330.000 ± 5% .330.000 Ω
313.500 s/d 346500 Ω (batas atas dan bawah)
Hasil pengukuran= 33.100 K

b. Resistor 2 = Lingkaran warna hijau = 5


Lingkaran warna biru = 6
Lingkaran warna merah = 102
Lingkaran warna emas = 5% +
56.102 ± 5% Ω
5600 ± 5% . 5600 Ω
5320 s/d 5880 Ω (batas atas dan bawah)
Hasil pengukuran= 5,6.1 K

c. Resistor 3 = Lingkaran warna kuning = 4


Lingkaran warna ungu =7
Lingkaran warna merah = 102
Lingkaran warna emas = 5% +
47.102 ± 5% Ω
4700 ± 5% . 4700 Ω
4465 s/d 4935 Ω (batas atas dan bawah)
Hasil pengukuran= 5,6.1 K

d. Resistor 4 = Lingkaran warna merah = 2


Lingkaran warna ungu = 7
Lingkaran warna merah = 102
Lingkaran warna emas = 5% +
27.102 ± 5% Ω
2700 ± 5% . 2700 Ω
2565 s/d 2835 Ω (batas atas dan bawah)
Hasil pengukuran= 2,7.1 K

e. Resistor 2 = Lingkaran warna coklat = 1


Lingkaran warna hitam = 0
Lingkaran warna hitam = 0
Lingkaran warna Oranye= 103
Lingkaran warna Coklat = -% +
100.103 ± 1% Ω
100.000 ± 1% Ω
Hasil pengukuran= 1.100 K

G. Kesimpulan
Perhitungan besar daripada resistor / hambatan bias dilakukan dengan cara
menghitung secara manual yaitu dengan membaca lingkaran warna pada resistor sesuai
dengan nilai/harga dari warna yang ada atau bisa juga dilakukan dengan menggunakan alat
ukur tegangan multitester.
Adjust ohms meter berfungsi sebagai pengatur agar jarum meter unit tepat pada posisi
simpangan skala penuh, dalam pemindahan batas ukur dapat mempermudah pembacaan nilai
resistor, jika batas ukur diganti maka ohms meter adjust harus kita pertimbangkan atau
diatur agar jarum penunjuk pada meter unit berada pada simpangan skala penuh. Dalam
pembacaan pada sudut yang berbeda akan mempengaruhi pembacaan nilai hambatan resistor
serta kehilangan muatan saat pengukuran. Hasil pengukuran bisa saja berbeda antara
pengukuran dengan cara membaca kode warna dengan pengukuran menggunakan alat
multitester, hal ini disebabkan oleh beberapa factor diantaranya bisa karena sudut pandang
yang berbeda, jarum yang tidak diatur hingga titik nol ataupun bisa juga karena kesalahan
terhadap pembacanya.

LAPORAN PRAKTIKUM

Judul Praktikum : Mengukur Arus Dan Tegangan Listrik

Matakuliah / Kode : Elektronika

Semester / SKS : 1 (satu)


Nama Praktikan / NIM : Irfanudin Labib / 5301417024

Kelompok :

Tanggal praktikum :

Tanggal Penyerahan Laporan : 15 Desember 2017

Dosen Pengampu : Drs.Suryono, M.t.,

N i l a i: .....................................

Laporan

A. Tujuan Praktikum:
 Memahami prinsip – prinsip pengukuran tegangan dan arus
 Mengetahui teknik pengukuran tegangan dan arus menggunakan multitester

B. Teori Dasar
Hubungan antara tegangan dan arus secara umum dinyatakan dengan hukum
ohm,yaitu : V=IR. Dimana: V=tegangan (volt), i= arus (ampermeter), dan R=hambatan
(ohm). Hasil pengukuran arus dan tegangan dengan menggunakan alat ukur harus memenuhi
hasil rumusan hukum ohm. Tegangan adalah suatu beda potensial antara dua titik yang
mempunyai perbedaaan jumlah muatan dalam satuan volt. Multimeter juga dapat digunakan
sebagai pengukur arus. Cara memasangnya adalah seri terhadap beban yang akan diukur
arusnya, pengukur arus ampermeter ini juga mempunyai hambatan dalam seperti halnya
voltmeter yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran arus suatu rangkain. Arus listrik
timbul karena adanya suatu elektron satu arah dari suatu beban atau zat akibat pengaruh gaya
dari luar dalam ampere. Satu ampere adalah jumlah muatan listrik dari 6.24 X elektron yang
mengalir melalui sautu titik tertentu selama 1 detik.

C. Alat Dan Bahan Yang Diperlukan


 Catu daya
 Multimeter
 Resistor
 Kabel penghubung

D. Langkah Kerja
1. Susun rangkaian sesuai gambar

2. Pastikan hubungan rangkaian, periksa polaritas catu daya, multimeter


3. Pastikan selector fungsi pada DCV
4. Nyalakan catu daya

E. Data Pengukuran

Resistor 1 Resistor 2 Tegangan Pengukuran


(Ω) (Ω) Power Supplay VR1
1K 1K 10 Volt 5
1K 100 8 Volt 0,72
12K 100 6 Volt 0,05
12K 1K 4 Volt 0,308

F. Analisis Dan Pembahasan


G. Kesimpulan
 Besarnya arus dan tegangan dalam suatu rangkaian dipengaruhi oleh besar dan posisi
tahanan
 Semakin besar tahanan yang diberikan dalam suatu ranngkaian maka arus yang
mengalir juga akan semakin besar
 Jika tegangan yang diinput dalam suatu rangkaian semakin besar, maka arusnya juga
akan semakin besar dengan catatan besarnya tahanan tidak diubah

LAPORAN PRAKTIKUM
Judul Praktikum : Mengukur Dioda

Matakuliah / Kode : Elektronika

Semester / SKS : 1 (satu)

Nama Praktikan / NIM : Irfanudin Labib / 5301417024

Kelompok :

Tanggal praktikum :

Tanggal Penyerahan Laporan : 15 Desember 2017

Dosen Pengampu : Drs.Suryono, M.t.,

N i l a i: .....................................

Laporan
A. Tujuan Praktikum:
 Mengukur besar diode germanium
 Menentukan diode tersebut termasuk Forward Biased atau Reverse Biased

B. Teori Dasar
Dioda adalah komponen elektronik yang terbuat dari unsur semikonduktor. Bahan ini
adalah silikon atau germanium. Dioda silikon bekerja pada tegangan 0.6 VDC dan dioda
germanium bekerja pada tegangan 0,2 VDC.
Fungsi Dioda :
• Sebagai penyearah
• Sebagai pengaman rangkaian dari kemungkinan terbaliknya polaritas

C. Alat Dan Bahan Yang Diperlukan


 Ohmmeter
 Dioda Germanium

D. Langkah Kerja
Putar batas ukur pada Ohmmeter X10 / X100

a. Probe merah => katoda, probe hitam => anoda.


- Jarum bergerak ( berarti dioda dalam
kondisi BAIK).
- Jarum tidak bergerak ( berarti dioda dalam
kondisi RUSAK/PUTUS).

b. Probe merah => anoda, probe hitam =>


katoda.
- Jarum tdk bergerak ( berarti dioda dalam
kondisi BAIK).
- Jarum bergerak ( berarti dioda dalam
kondisi RUSAK/SHORT).

E. Data Pengukuran

Posisi probe ohm meter Hasil Pengukuran Kesimpulan


probe merah => katoda 300Ω Forward Biased
probe hitam => anoda
probe merah => anoda 0Ω Reverse Biased
probe hitam => katoda

F. Analisis Dan Pembahasan


 Pada probe merah yang disambungkan katoda dan probe hitam anoda maka
hasil pengukuran :
3 X 100 = 300Ω
 Pada probe merah yang disambungkan anoda dan probe hitam katoda maka
hasil pengukuran
0 X 100 = 0Ω

G. Kesimpulan
 Jika diberi arah maju (tegangan positif => anoda dan tegangan negatif =>
katoda) akan menghantarkan arus
 Jika diberi arah mundur (tegangan positif =>katoda dan tegangan negatif =>
anoda) tidak akan menghantarkan arus.

LAPORAN PRAKTIKUM
Judul Praktikum : Karakteristik Diode P-N

Matakuliah / Kode : Elektronika

Semester / SKS : 1 (satu)

Nama Praktikan / NIM : Irfanudin Labib / 5301417024

Kelompok :

Tanggal praktikum :

Tanggal Penyerahan Laporan : 15 Desember 2017

Dosen Pengampu : Drs.Suryono, M.t.,

N i l a i: .....................................

Laporan
A. Tujuan Praktikum:
Menggambarkan kurva karakteristik dari diode P-N dan pengalaman menggunakan
peralatan ukur.

B. Teori Dasar
Hukum ohm yaitu:
E=I.R I=E/R R=I/E
Sehingga dapat disimpulkan:
- Tegangan dinyatakan dengan nilai volts disimbolkan dengan E atau V
- Arus dinyatakan dengan ampere, dan diberi simbol I
- Hambatan dinyatakan dengan ohms diberi simbol R
Besarnya daya pada suatu rangkaian dapat dihitung dengan rumus:

P=V.I atau P = I2 . R atau P = V2 / R


Dimana: P = daya, dengan satuan watt,
V = tegangan dengan satuan volt,
I = arus dengan satuan ampere.

Suatu diode yang diberi tegangan tertentu akan memiliki tegangan diode (V D) dan arus
diode
(ID) yang saling berhubungan sehingga membentuk karakteristik dari diode tersebut.
Karakteristik diode umumnya dinyatakan dengan grafik hubungan antara tegangan pada
diode (VD) dengan arus yang melewatinya (ID) sehingga disebut karakteristik tegangan-
arus
(V-I).
Secara teoritis, hubungan antara tegangan diode dan arus diode dinyatakan oleh suatu
Persamaan:
ID = Is (e VD / ή vT – 1 )
dimana:
ID = arus diode, positif jika di dalam diode arahnya dari anode ke katode
IS = arus mundur jenuh ( 10-8 s.d 10-14 A)
VT= tegangan kesetaraan suhu
ή = koefisien emisi, antara 1 – 2 dan untuk silicon pada arus normal mendekati 2
e = bilangan natural = 2,72

C. Alat Dan Bahan Yang Diperlukan


1. Exsperimen board 1 buah
2. Multimeter 1 buah
3. Power Supply 1 buah
4. Kabel konektor secukupnya
5. Diode Germanium P-N 1 buah
6. Diode Silikon P-N 1 buah
D. Langkah Kerja
1. Mengambil salah satu diode P-N germanium atau silicon, dan menghubungkan
seperti gambar rangkaian.
2. Merangkai seperti gambar, dimana V adalah pengatur tegangan DC, sedangkan
mA meter untuk mengukur arus DC.
3. Mengatur tegangan power supply mulai 0 Volt hingga 6 Volt. catat penunjukan
mA meternya dalam tabel 1.
4. Membalik hubungan diode, sehingga diberi tegangan balik (reverse voltage)
kemudian mengatur lagi VAA mulai 0 Volt hingga 6 Volt , amati penunjukan mA
meter dan mencatat pada tabel.
5. Menggunakan hukum ohm, hitunglah nilai resistansi diodenya (saat forward bias
maupun reverse bias). Mencatat hasilnya dalam tabel.
Keterangan:
VAA = sumber tegangan yang dapat diatur tegangannya,
S = sakelar/switch
R = resistor
A = Ampere meter
V = Volt meter
D = diode silicon/germanium
1. Dioda diberi tegangan forward

2. Dioda diberi tegangan reverse

3. Karakteristik diodaSilikon/Germanium diberi tegangan forward.


E. Data Pengukuran

Tabel : Hasil pengamatan pada saat tegangan forward

Jenis Dioda VAA ID V R = VAA / ID LED


Dioda Silikon 3 Volt 1,4 A 2,6 V 2,14 Ω Menyala
Dioda Germanium 3 Volt 1,6 A 2,7 V 1,875 Ω Menyala

Tabel : Hasil pengamatan pada saat tegangan reverse

Jenis Dioda VAA ID V R = VAA/ID LED


Dioda Silikon 3 Volt 0 0 ∞ Mati
Dioda Germanium 3 Volt 0 0 ∞ mati

Tabel : Hasil pengamatan karakteristik diode forward.


VAA ID V VA-K R = VAA / ID LED
0 Volt 0 0 0 0 Mati
2 Volt 0,4 A 2V 2,3 V 5Ω Redup
4 Volt 2,2 A 3,6 V 4,2 V 1,82 Ω Menyala
6 Volt 4,2 A 5,5 V 6V 1,43 Ω Menyala

Tabel : Hasil pengamatan karakteristik diode Reverse.


VAA ID V VA-K R = VAA/ID LED
0 Volt 0 0 0 ∞ Mati
2 Volt 0 0 0 ∞ Mati
4 Volt 0 0 0 ∞ Mati
6 Volt 0 0 0 ∞ Mati

F. Analisis Dan Pembahasan


Jika saat tegangan forwarward maka LED akan menyala namun apabila tegangan
reverse maka LED tidak menyala.

G. Kesimpulan
 Semakin besar tegangan pada diode, maka akan semakin besar pula nilai arus
pada diode
 Pada saat forward bias besar hambatan tergantung pada besar tegangan dan
arus yang melewati diode
 Pada saat reverse bias hambatan pada diode sangat besar sehingga arus yang
mengalir menjadi sangat kecil
 Diode merupakan komponen elektronika yang berfungsi sebagai penyearah
arus listrik
 Pada saat diode diberi forward bias maka diode dapat mengalirkan arus

LAPORAN PRAKTIKUM
Judul Praktikum : Mengukur Tegangan Kerja Dioda Zener

Matakuliah / Kode : Elektronika

Semester / SKS : 1 (satu)

Nama Praktikan / NIM : Irfanudin Labib / 5301417024

Kelompok :

Tanggal praktikum :

Tanggal Penyerahan Laporan : 15 Desember 2017

Dosen Pengampu : Drs.Suryono, M.t.,

N i l a i: .....................................

Laporan
A. Tujuan Praktikum:
Menggambarkan kurva karakteristik dari diode Zener dan pengalaman menggunakan
peralatan ukur.

B. Teori Dasar
hukum ohm yaitu: E = I . R
Sehingga dapat disimpulkan:
- Tegangan dinyatakan dengan nilai volts disimbolkan dengan E atau V
- Arus dinyatakan dengan ampere, dan diberi simbol I
- Hambatan dinyatakan dengan ohms diberi simbol R
- Besarnya daya pada suatu rangkaian dapat dihitung dengan rumus:

P = V.I atau P = I2. R atau P = V2 / R

Dimana: P = daya, dengan satuan watt,


V = tegangan dengan satuan volt,
I = arus dengan satuan ampere.

C. Alat Dan Bahan Yang Diperlukan


1. Unit Karakteristik diode Zener 1 buah
2. Multimeter 1 buah
3. Power Supply 1 buah
4. Kabel konektor secukupnya
5. Diode Zener 12 V 1 buah
6. Diode Zener 7,5 V 1 buah

D. Langkah Kerja
1. Hubungkan rangkaian seperti gambar-1 dibawah.
2. Saat S terbuka, atur tegangan sumber VAA pada nol
3. Hubungkan saklar S, amati arus diode I pada mA meter, dengan VAA tetap pada 0 Volt
4. Catatlah pada tabel dan buat grafik arus- tegangan dari hasil pengamatan tersebut.

Gambar. Rangkaian percobaan mengukur tegangan kerja diode Zener


Keterangan:
VAA = sumber tegangan yang dapat diatur tegangannya,
S = sakelar/switch
R = resistor
A = Ampere meter
V = Volt meter
D = diode Zener

E. Data Pengukuran
1. Hasil pengukuran diode Zener 6 V

Tabel 5.Hasil pengamatan diode Zener 6 V saat Forward

No VAA ( Volt ) V ( Volt ) A (mA)


1 0 Volt 0 0
2 1 Volt 1,2 0
3 2 Volt 2,2 0
4 3 Volt 3,2 0
5 4 Volt 4,2 0
6 5 Volt 5,2 0
7 6Volt 6,2 0
8 7 Volt 7,2 0.005
9 8 Volt 8 0,01
10 9 Volt 9 0,025
11 10 Volt 10 0,45
12 11 Volt 11 0,7
13 12 Volt 12 1

F. Analisis Dan Pembahasan

Tabel-6. Grafik pengukuran tegangan kerja zinner diode


G. Kesimpulan

Semakin besar tegangan nya maka semakin besar juga arus yang dihasilkan
LAPORAN PRAKTIKUM

Judul Praktikum : Mengukur Transistor Bipolar

Matakuliah / Kode : Elektronika

Semester / SKS : 1 (satu)

Nama Praktikan / NIM : Irfanudin Labib / 5301417024

Kelompok :

Tanggal praktikum :

Tanggal Penyerahan Laporan : 15 Desember 2017

Dosen Pengampu : Drs.Suryono, M.t.,

N i l a i: .....................................
A. Tujuan Praktikum:
1. Dapat Menentukan Kaki Basis
2. Dapat Menentukan Kaki Colector NPN
3. Dapat Mengukur Transistor Dengan Multitester (Batas ukur pada Ohmmeter X10 /
X100)
TRANSISTOR PNP
1. Mengukur transistor NPN dan Mengukur transistor NPN
2. Percobaan Transistor Sebagai saklar

B. Teori dasar
Transistor adalah termasuk komponen utama dalam elektronika. Transistor terbuat dari 2
dioda germanium yang disatukan. Tegangan kerja transistor sama dengan dioda yaitu 0,6 volt.

Transistor memiliki 3 kaki yaitu :


EMITOR (E)
BASIS (B)
COLECTOR (C)

Jenis transistor ada 2 yaitu :


1. Transistor PNP;
2. Transistor NPN
Contoh transistor : C 828, FCS 9014, FCS 9013, TIP 32, TIP 31, C5149, C5129, C5804,
BU2520DF, BU2507DX, dll

Simbol dan bentuk transistor :

C. Alat Dan Bahan Yang Diperlukan


1. Transistor PNP
2. Transistor NPN

D. Langkah Kerja

1. Menentukan Kaki Basis

Putar batas ukur pada Ohmmeter X10 atau X100.


Misalkan kaki transistor kita namakan A, B, dan C.
- Bila probe merah => kaki A dan probe lainnya => 2 kaki lainnya secara bergantian
jarum bergerak semua dan jika dibalik posisi hubungnya tidak bergerak semua maka
itulah kaki BASIS, dan tipe transistornya PNP.
- Bila probe hitam => kaki A dan probe lainnya => 2 kaki lainnya secara bergantian
jarum bergerak semua dan jika dibalik posisi hubungnya tidak bergerak semua maka
itulah kaki BASIS, dan tipe transistornya NPN.
2. Menentukan Kaki Colector NPN

Putar batas ukur pada Ohmmeter X1K atau X10K.


Bila probe hitam => kaki B dan probe merah => kaki C. Kemudian kaki A (basis) dan kaki B
dipegang dengan tangan tapi antar kaki jangan sampai terhubung. Bila jarum bergerak sedikit
berarti kaki B itulah kaki COLECTOR. Jika kaki basis dan colector sudah diketahui berarti
kaki satunya adalah emitor. (Isikan hasil pengamatan ke dalam tabel dibawah)

3. Percobaan Transistor Sebagai saklar

Gambar : Rangkaian transistor BJT sebagai switch

PERCOBAAN:
1. Buat rangkaian seperti pada gambar diatas. Dengan Vcc = 6 Vdc, Rb=4K7,
RC= 220 Ohm, Transistor C1061 dan LED.
2. Setelah selesai merangkai dan dipastikan benar, sambung saklar S sehingga lampu
LED akan menyala.
3. Amati tegangan pada Ujung-ujung lampu, tegangan pada Colektor ke Emitor
(VCE), dan tegangan antara Emitor ke Basis (VBE).
4. Ganti RB dengan ukuran 47K, 100K dan 1M Ohm. Dan amati tegangan pada Ujung-
ujung lampu, tegangan pada Colektor ke Emitor (VCE), dan tegangan antara Emitor
ke Basis (VBE) pada masing-masing nilai resistor tersebut.
5. Masukkan hasil pengukuran tersebut pada tabel dibawah ini.
E. Data Pengukuran
Tabel: Mengukur transistor PNP
1 Probe merah ---- basis Jarum bergerak
Prob hitam----- emitor tidak menunjuk Jarum bergerak
2 Probe merah ---- basis nol menunjuk nol
Prob hitam-----kolektor
3 Prob hitam ---- basis RUSAK
Probe merah -----emitor Jarum tidak BAIK Jarum bergerak
4 Prob hitam ---- basis bergerak menunjuk nol atau
Probe merah ---kolektor
5 Prob hitam ----- emitor SORT
Probe merah ---kolektor Jarum tidak Jarum bergerak SIRKUIT
6 Prob hitam----- kolektor bergerak menunjuk nol
Probe merah ----- emitor

Lakukan pengukuran sesuai tabel.

d) TRANSISTOR NPN
Tabel: Mengukur transistor NPN
1 Probe merah ---- basis
Prob hitam ----- emitor Jarum tidak Jarum
2 Probe merah --- basis bergerak bergerak
Prob hitam ---- kolektor menunjuk nol
3 Prob hitam ---- basis RUSAK
Jarum bergerak
Probe merah ---- emitor Jarum
tidak menunjuk BAIK atau
4 Prob hitam ---- basis bergerak
nol
Probe merah --- kolektor menunjuk nol
5 Prob hitam ----- emitor SORT
Probe merah -- kolektor Jarum tidak Jarum SIRKUIT
6 Prob hitam ---- kolektor bergerak bergerak
Probe merah ---- emitor menunjuk nol
Lakukan pengukuran Mengukur transistor NPN.

Tabel :. Hasil percobaan mengukur transistor PNP ( A 671 )

1 Probe merah ---- basis Jarum bergerak Jarum bergerak


Prob hitam----- emitor tidak menuju Baik tidak
2 Probe merah ---- basis nol menunjuk nol
Prob hitam-----kolektor
3 Prob hitam ---- basis Jarum tidak Baik Jarum tidak
Probe merah -----emitor bergerak bergerak
4 Prob hitam ---- basis
Probe merah ---kolektor
5 Prob hitam ----- emitor Jarum tidak Baik Jarum tidak
Probe merah ---kolektor bergerak bergerak
6 Prob hitam----- kolektor
Probe merah ----- emitor

Tabel :. Mengukur transistor NPN


1 Probe merah ---- basis Jarum tidak Baik Jarum tidak
Prob hitam ----- emitor bergerak C1081 bergerak

2 Probe merah --- basis


Prob hitam ---- kolektor
3 Prob hitam ---- basis Baik Jarum bergerak
Jarum bergerak
Probe merah ---- emitor tidak menuju
4 Prob hitam ---- basis nol
Probe merah --- kolektor
C1081
5 Prob hitam ----- emitor Jarum tidak Baik Jarum tidak
Probe merah -- kolektor bergerak C1081 bergerak
6 Prob hitam ---- kolektor
Probe merah ---- emitor

Tabel : Transistor sebagai saklar (posisi switch OFF)

No. RB VCC V LED VCE VBE Keadaan LED


1 1K 6 Volt 0V 4,7 V 0V Mati
2 2K2 6 Volt 0V 4,7 V 0V Mati
3 4K7 6 Volt 0V 4,7 V 0V Mati
4 100K 6 Volt 0,2 V 4,7 V 0V Mati
5 1M 6 Volt 0,2 V 4,7 V 0V Mati

Tabel : Transistor sebagai saklar (posisi switch ON)

No. RB VCC V LED VCE VBE Keadaan LED


1 1K 6 Volt 2,2 V 0V 0,8 V Menyala
2 2K2 6 Volt 2,2 V 0V 0,8 V Menyala
3 4K7 6 Volt 2,2 V 0V 0,8 V Menyala
4 100K 6 Volt 2V 3,1 V 0,7 V Menyala
5 1M 6 Volt 2V 4,4 V 0,6 V Menyala

F. Analisis dan Pembahasan


- Bila probe merah => kaki A dan probe lainnya => 2 kaki lainnya secara bergantian
jarum bergerak semua dan jika dibalik posisi hubungnya tidak bergerak semua maka
itulah kaki BASIS, dan tipe transistornya PNP.
- Bila probe hitam => kaki A dan probe lainnya => 2 kaki lainnya secara bergantian
jarum bergerak semua dan jika dibalik posisi hubungnya tidak bergerak semua maka
itulah kaki BASIS, dan tipe transistornya NPN.
- Jika pada penghitungan transistor sebagai saklar (posisi switch off). Jika nilai V LED
dan nilai VEB nol maka LED dalam keadaan mati
- Jika pada penghitungan transistor sebagai saklar (posisi switch on). Jika nilai V LED
dan nilai VEB tidak sama dengan nol maka LED dalam keadaan menyala

G. Kesimpulan
- Bila probe merah => kaki A dan probe lainnya => 2 kaki lainnya secara bergantian
jarum bergerak semua dan jika dibalik posisi hubungnya tidak bergerak semua maka
itulah kaki BASIS, dan tipe transistornya PNP.
- Bila probe hitam => kaki A dan probe lainnya => 2 kaki lainnya secara bergantian
jarum bergerak semua dan jika dibalik posisi hubungnya tidak bergerak semua maka
itulah kaki BASIS, dan tipe transistornya NPN.
- Jika pada penghitungan transistor sebagai saklar (posisi switch off). Jika nilai V LED
dan nilai VEB nol maka LED dalam keadaan mati
- Jika pada penghitungan transistor sebagai saklar (posisi switch on). Jika nilai V LED
dan nilai VEB tidak sama dengan nol maka LED dalam keadaan menyala
LAPORAN PRAKTIKUM

Judul Praktikum : Menghidupkan atau mematikan lampu dengan cahaya

Matakuliah / Kode : Elektronika

Semester / SKS : 1 (satu)

Nama Praktikan / NIM : Irfanudin Labib / 5301417024

Kelompok :

Tanggal praktikum :

Tanggal Penyerahan Laporan : 15 Desember 2017

Dosen Pengampu : Drs.Suryono, M.t.,

N i l a i: .....................................
A. Tujuan Praktikum:
1. mengetahui nilai resistor potensio SAKLAR DENGAN LDR (saat lampu
menyala)
2. mengetahui nilai resistor potensio SAKLAR DENGAN LDR (saat lampu
menyala)

B. Teori dasar

Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) adalah salah satu jenis resistor yang dapat
mengalami perubahan resistansi apabila mengalami perubahan cahaya. Besarnya nilai
hambatan pada LDR (Light Dependent Resistor) tergantung pada besar kecilnya cahaya yang
diterima oleh LDR itu sendiri. LDR merupakan sensor yang berupa resistor yang peka
terhadap cahaya. Biasanya LDR terbuat dari cadmium sulfida yaitu merupakan bahan
semikonduktor yang resistansnya berupah-ubah menurut banyaknya cahaya (sinar) yang
mengenainya. Resistansi LDR pada tempat yang gelap
biasanya mencapai sekitar 10 MΩ, dan ditempat terang
LDR mempunyai resistansi yang turun menjadi sekitar
150 Ω. Seperti halnya resistor konvensional,
pemasangan LDR dalam suatu rangkaian sama persis
seperti pemasangan resistor biasa. Simbol LDR dapat
dilihat seperti pada gambar.

C. Alat Dan Bahan Yang Diperlukan


1. batterey
2. LDR
3. Potensio
4. LED
D. Langkah Kerja

1. buat rangkaian seperti pada gambar


2. Hubungkan ke sumber baterey
3. Tutup LDR dan atur potensio agar LED menyala
4. Buka tutup LDR atur potensio agar LED mati (bila sulit
padam seter pake lampu hp)

E. Data Pengukuran

Tabel-18a SAKLAR DENGAN LDR (saat lampu menyala)

VCC V LED VCE VB Nilai Resistor Potensio


6 Volt 2V 0V 0,6 V 100Ω

Tabel-18b SAKLAR DENGAN LDR (saat lampu mati)

VCC V LED VCE VB Nilai Resistor Potensio


6 Volt 0V 4,4 V 0,2 V 100Ω

F. Analisis dan Pembahasan

Saklar dengan LDR saat lampu meyala dan Saklar dengan LDR saat lampu mati nilai resistor
potensio 100 Ω
Dari hasil pengukuran saklar dengan LDR (Saat lampu menyala) diperoleh data V LED =
2V , VCE = 0V, VB = 0,6 V
Dari hasil pengukuran saklar dengan LDR (Saat lampu menyala) diperoleh data V LED =
0V , VCE = 4,4V, VB = 0,2 V

G. Kesimpulan

Saklar dengan LDR saat lampu meyala dan Saklar dengan LDR saat lampu mati nilai resistor
potensio 100 Ω
LAPORAN PRAKTIKUM

Judul Praktikum : Mengukur FET (Field Effect Transistor)

Matakuliah / Kode : Elektronika

Semester / SKS : 1 (satu)

Nama Praktikan / NIM : Irfanudin Labib / 5301417024

Kelompok :

Tanggal praktikum :

Tanggal Penyerahan Laporan : 15 Desember 2017

Dosen Pengampu : Drs.Suryono, M.t.,

N i l a i: .....................................
A. Tujuan Praktikum:
1. mengetahui keadaan LED saat FET menjadi saklar
B. Teori dasar
Field Effect Transistor atau transistor efek medan atau yang lebih dikenal dengan FET,
adalah suatu komponen semi konduktor yang bekerja berdasarkan pengaturan arus dengan
medan listrik. FET termasuk jenis komponen aktif. FET disebut unifolar junction
transistor atau UJT, karena cara kerjanya hanya berdasarkan aliran pembawa muatan
mayoritas, sedangkan transistor yang telah dibahas merupakanbipolar junction
transistor atau BJT karena bekerja berdasarkan aliran pembawa muatan mayoritas dan
minoritas.

Terdapat FET-FET untuk aplikasi daya rendah, daya


menengah, dan daya tinggi yang semuanya memiliki
kemasan yang menyerupai BJT. FET memiliki tiga buah
terminal, yaitu Source (sumber), Drain (buangan),
dan Gate (gerbang). Ketiga terminal ini dapat disetarakan
dengan terminal emitor, kolektor, dan basis pada sebuah
BJT, namun terdapat beberapa perbedaan yang cukup
penting. Perbedaan terpenting dari sudut pandang praktis,
antara kedua kelompok ini adalah bahwa hampir tidak ada arus yang mengalir menuju
terminal gate sebuah FET.

Pada penggunaan normal, FET disambungkan di dalam rangkaian dengan cara yang
sama sebagaimana halnya sebuah BJT. Terminal source adalah terminal yang paling
negatif dan terminal drain adalah yang paling positif. Ketika tegangan diberikan ke
terminal gate, arus yang disebut arus drain akan mengalir masuk melewati terminal drain
dan keluar melalui terminal source. Dibawah ini simbol FET, saluran N (N - channel) dan
saluran P (P - channel)

Dari keluarga transistor, kita mengenal ada jenis BJT dan UJT. sedangkan FET termasuk
jenis UJT. Ada dua macam FET, yaitu:

Junction Field Effect Transistor (JFET) atau cukup dengan FET, dan Metal Oxide
Semiconductor FET (MOSFET)

Sedangkan MOSFET dapat dibedakan menjadi


 Depletion Enhancement MOSFET (DEMOSFET), dan
 Enhancement MOSFET (EMOSFET)

Kaki pin pada FET dan MOSFET


C. Alat Dan Bahan
Yang

Diperlukan
3. FED
4. LED

D. Langkah Kerja

Gambar : Rangkaian FET sebagai switch


1. Buat rangkaian seperti pada gambar-a. Dengan VDD = 6 Vdc, RG1=1K,
RD=220 Ohm, FET K49, potensio RG2 50K dan LED.
2. Setelah selesai merangkai dan dipastikan benar, atur potensio RG2 pada kondisi
minimum (0 ohm), seperempat putaran, setengah putaran tiga perempat putaran dan
putaran maksimum.
3. Amati tegangan pada Ujung-ujung lampu, tegangan pada D ke S (VDS), dan
tegangan antara G ke S (VGS) dan amati kondisi lampu LED pada posisi RG2
minimum (0 ohm), seperempat putaran, setengah putaran tiga perempat putaran dan
putaran maksimum. Masukkan hasil pengukuran tersebut pada tabel-a.
4. Ulangi Buat rangkaian seperti pada gambar-b, langkah poin 2 dan 3, catat pada
table-b.

e) Percobaan MOSFET Sebagai saklar

Gambar : Rangkaian MOSFET sebagai switch

1. Buat rangkaian seperti pada gambar diatas (gambar-a) Dengan VDD = 6 Vdc,
RG1=1K,
RD=220 Ohm, MOSFET K2700, potensio RG2 50K dan LED.
2. Setelah selesai merangkai dan dipastikan benar, atur potensio RG2 pada kondisi
minimum (0 ohm), seperempat putaran, setengah putaran tiga perempat putaran
dan putaran maksimum.
3. Amati tegangan pada Ujung-ujung lampu, tegangan pada D ke S (VDS), dan
tegangan antara G ke S (VGS) dan amati kondisi lampu LED pada posisi RG2
minimum (0 ohm), seperempat putaran, setengah putaran tiga perempat putaran
dan putaran maksimum. Masukkan hasil pengukuran tersebut pada tabel –a
dibawah.
4. Ulangi Buat rangkaian seperti pada gambar-b, langkah poin 2,3 dan 4, catat
pada table-b.

E. Data Pengukuran

Tabel-a : MOSFET sebagai saklar.

No. RG2 VDD V LED VDS VGS Keadaan LED


1 Minimum 6 Volt 0V 4,8 V 0V Mati
2 ¼ putaran 6 Volt 0V 4,8 V 0V Mati
3 ½ putaran 6 Volt 0V 4,8 V 3V Mati
4 ¾ putaran 6 Volt 2,3 V 0V 4,5 V Mnyala
5 Putaran max 6 Volt 2,3 V 0V 5,8 V Mnyala

Tabel-b : MOSFET sebagai saklar.

No. RG2 VDD V LED VDS VGS Keadaan LED


1 Minimum 6 Volt 0V 4,8 V 0V Mati
2 ¼ putaran 6 Volt 0V 5,2 V -1,2 V Mati
3 ½ putaran 6 Volt 0V 5,2 V -2 V Mati
4 ¾ putaran 6 Volt 0V 5,2 V -3,4 V Mati
5 Putaran max 6 Volt 0V 4,8 V -5,2 V Mati

F. Analisis dan Pembahasan

Pada percobaan ini dilakukan pemberian besar nilai tertentu untuk vgs dan kemudian
mengubah nilai vds menggunakan potensiometer sehingga keluaran Id dilihat setiap
perubahan nilai vds.
G. Kesimpulan

Karakter JFET terdiri dari tiga kaki, kaki gate. Prinsip kerja JFET menggunakan dua buah
power supply.

LAPORAN PRAKTIKUM
Judul Praktikum : Mengukur SCR ( Silicon Controle Rectifier)

Matakuliah / Kode : Elektronika

Semester / SKS : 1 (satu)

Nama Praktikan / NIM : Irfanudin Labib / 5301417024

Kelompok :

Tanggal praktikum :

Tanggal Penyerahan Laporan : 15 Desember 2017

Dosen Pengampu : Drs.Suryono, M.t.,

N i l a i: .....................................

A. Tujuan Praktikum:
1. mengukur SCR
B. Teori dasar
Prinsip Kerja Thyristor
Thyristor berakar kata dari bahasa Yunani yang berarti ‘pintu'. Dinamakan demikian
barangkali karena sifat dari komponen ini yang mirip dengan pintu yang dapat dibuka dan
ditutup untuk melewatkan arus listrik. Ada beberapa komponen yang termasuk thyristor
antara lain PUT (programmable uni-junction transistor), UJT (uni-junction transistor),
GTO (gate turn off switch), photo SCR dan sebagainya. Namun pada kesempatan ini, yang
akan kemukakan adalah komponen-komponen thyristor yang dikenal dengan sebutan
SCR (silicon controlled rectifier).

Struktur Thyristor
Ciri-ciri utama dari sebuah thyristor adalah komponen yang terbuat dari bahan
semiconductor silicon. Walaupun bahannya sama, tetapi struktur P-N junction yang
dimilikinya lebih kompleks dibanding transistor bipolar atau MOS. Komponen thyristor
lebih digunakan sebagai saklar (switch) ketimbang sebagai penguat arus atau tegangan
seperti halnya transistor.

Gambar : Struktur Thyristor

Struktur dasar thyristor adalah struktur 4 layer PNPN seperti yang ditunjukkan pada gambar
diatas a. Jika dipilah, struktur ini dapat dilihat sebagai dua buah struktur junction PNP dan
NPN yang tersambung di tengah seperti pada gambar diatas b. Ini tidak lain adalah dua buah
transistor PNP dan NPN yang tersambung pada masing-masing kolektor dan base. Jika
divisualisasikan sebagai transistor Q1 dan Q2, maka struktur
thyristor ini dapat diperlihatkan
seperti pada gambar berikut ini.

Terlihat di sini kolektor transistor Q1 tersambung pada base


transistor Q2 dan sebaliknya kolektor transistor Q2
tersambung pada base transistor Q1. Rangkaian transistor
yang demikian menunjukkan adanya loop penguatan arus di
bagian tengah. Dimana diketahui bahwa Ic = b Ib, yaitu arus
kolektor adalah penguatan dari arus base.
Jika misalnya ada arus sebesar Ib yang mengalir pada base
transistor Q2, maka akan ada arus Ic yang mengalir pada
kolektor Q2. Arus kolektor ini merupakan arus base Ib pada transistor Q1,
Gambar: visualisasi dengan transistor

sehingga akan muncul penguatan pada pada arus kolektor transistor Q1. Arus kolektor
transistor Q1 tdak lain adalah arus base bagi transistor Q2. Demikian seterusnya sehingga
makin lama sambungan PN dari thyristor ini di bagian tengah akan mengecil dan hilang.
Tertinggal hanyalah lapisan
P dan N dibagian luar.
Jika keadaan ini tercapai, maka struktur yang demikian todak lain adalah struktur dioda PN
(anoda-katoda) yang sudah dikenal. Pada saat yang demikian, disebut bahwa thyristor dalam
keadaan ON dan dapat mengalirkan arus dari anoda menuju katoda seperti layaknya sebuah
dioda.

Gambar: Bentuk dari SCR dan posisi kaki-kaki- dari SCR.

C. Alat Dan Bahan Yang Diperlukan


1. Thyristor
2. transistor
D. Langkah Kerja

Cara menentukan kaki-kaki SCR


1. Atur batas ukur Ohmmeter pada posisi X1 Ohm
2. Hubungkan probe hitam (kabel hitam) Ohm meter ke anoda dan probe merah
(kabel merah) Ohm meter ke katoda dan kemudian kaki gate kita sentuhkan pada
probe hitam maka jarum Ohm meter akan menyimpang.
3. Hubungan dari probe hitam ke gate kemudian kita lepas, maka jarum Ohm meter
akan masih tetap menyimpang.
4. Lepas probe hitam dari Ohm meter maka Jarum Ohm meter akan tidak
menyimpang.
5. Ulangi langkah 1, 2 dan 3 Sekali lagi.

Dari langkah pengukuran 1, 2 dan 3 tersebut dapat di identifikasi:


1. Kaki SCR yang terhubung dengan probe hitam adalah kaki Anoda.
2. Kaki SCR yang terhubung dengan probe merah adalah kaki Katoda.
3. Kaki yang lain adalah gate.( bila kaki tersebut di hubungkan ke kabel hitam jarum
Ohm meter menyimpang dan bila kabel tersebut dilepas jarum Ohm meter masih tetap
menyimpang)

E. Data Pengukuran
Tabel 9-1. Hasil percobaan mengukur transistor SCR

No Posisi probe OHM meter Posisi jarum Ohm


meter
1 Probe hitam ---- X Jarum tidak menyimpang
Prob merah ----- Y
probe hitam ------- Z
2 Probe hitam ---- Y menyimpang
Prob merah ----- X
probe hitam ------- Z
3 Probe hitam ---- Y menyimpang
Prob merah ----- Z
probe hitam ------ X
4 Probe hitam ---- Z Jarum tidak menyimpang
Prob merah ----- Y
probe hitam ------- X
5 Probe hitam ---- Z menyimpang
Prob merah ----- X
probe hitam ------- Y
6 Probe hitam ---- X menyimpang
Prob merah ----- Z
probe hitam ------- Y

F. analisis dan pengamatan

Saat prob menyambung dengan gate Jarum ohm tidak menyimpang dan saat prob tidak
menyambung dengan gate maka jarum menyimpang

G.KESIMPULAN:

X Gate
Y Anoda
Z Katoda

LAPORAN PRAKTIKUM
Judul Praktikum : Mengukur TRIAC

Matakuliah / Kode : Elektronika

Semester / SKS : 1 (satu)

Nama Praktikan / NIM : Irfanudin Labib / 5301417024

Kelompok :

Tanggal praktikum :

Tanggal Penyerahan Laporan : 15 Desember 2017

Dosen Pengampu : Drs.Suryono, M.t.,

N i l a i: .....................................

A. Tujuan Praktikum:
Mengukur TRIAC
B. Teori dasar
Triac
Struktur TRIAC sebenarnya adalah sama dengan
dua buah SCR yang arahnya bolak-balik dan kedua
gate-nya disatukan. Simbol TRIAC ditunjukkan pada
gambar. TRIAC biasa juga disebut thyristor bi-
directional, bekerja mirip seperti SCR yang paralel
bolak-balik, sehingga dapat melewatkan arus dua arah,
dengan demikian maka Triac dapat digunakan untuk
melakukan pensaklaran dalam dua arah (arus bolak
balik, AC). Simbol dan struktur Triac adalah seperti ditunjukan dalam Gambar di bawah.

Gambar - Simbol dan


struktur Triac.

Karena secara prinsip adalah ekivalen dengan dua buah SCR yang disusun secara paralel
dengan salah SCR dibalik maka Triac memiliki sifat-sifat yang mirip dengan SCR.
Gambar 6 adalah gambar karakteristik volt-amper dan skema aplikasi dari Triac.

Gambar - Karakteristik dan skema aplikasi Triac.


Gambar - Bentuk dari dan posisi kaki-kaki- dari TRIAC.

C. Alat Dan Bahan Yang Diperlukan


1. TRIAC

D. Langkah Kerja

Cara menentukan kaki-kaki TRIAC

1. Atur batas ukur Ohmmeter pada posisi X1 Ohm


2. Hubungkan probe hitam (kabel hitam) Ohm meter ke MT1 dan probe merah (kabel
merah) Ohm meter ke MT2 dan kemudian kaki gate kita sentuhkan pada probe
hitam maka jarum Ohm meter akan menyimpang.
3. Hubungan dari probe hitam ke gate kemudian kita lepas, maka jarum Ohm meter
akan masih tetap menyimpang.
4. Lepas probe hitam dari Ohm meter maka Jarum Ohm meter akan tidak
menyimpang.
5. Ulangi langkah 1, 2 dan 3 Sekali lagI (catat hasil pengukuran)
6. Hubungkan probe hitam (kabel hitam) Ohm meter ke MT2 dan probe merah (kabel
merah) Ohm meter ke MT1 dan kemudian kaki gate kita sentuhkan pada probe
hitam maka jarum Ohm meter akan menyimpang.
7. Hubungan dari probe merah ke gate kemudian kita lepas, maka jarum Ohm meter
akan masih tetap menyimpang.
8. Lepas probe hitam dari Ohm meter maka Jarum Ohm meter akan tidak
menyimpang.
9. Ulangi langkah 1, 2 dan 3 Sekali lagI (catat hasil pengukuran)

Dari langkah pengukuran 1, 2 dan 3 tersebut dapat di identifikasi:

1. Kaki TRIAC yang terhubung dengan probe hitam atau merah dan saat di lepas
Ohm meter masih menyimpang itu adalah kaki gate.
2. Sedangkan kaki yang lain adalah MT1 atau MT2.

E. Data Pengukuran

Tabel 10-1. Hasil percobaan mengukur transistor TRIAC

No Posisi probe OHM meter Posisi jarum Ohm


meter
1 Probe hitam ---- X Tidak menyimpang
Prob merah ----- Y
Z ------ hubungkan probe hitam dan lepaskan
lagi
2 Probe hitam ---- Y Menyimpang
Prob merah ----- X
Z ------ hubungkan probe hitam dan lepaskan
lagi

3 Probe hitam ---- Y


Prob merah ----- Z Menyimpang
X ----- hubungkan probe hitam dan lepaskan
lagi
4 Probe hitam ---- Z Tidak menyimpang
Prob merah ----- Y
X ----- hubungkan probe hitam dan lepaskan
lagi
5 Probe hitam ---- Z
Prob merah ----- X Menyimpang
Y ----- hubungkan probe hitam dan lepaskan
lagi
6 Probe hitam ---- X Menyimpang
Prob merah ----- Z
Y ----- hubungkan probe hitam dan lepaskan
lagi

F. analisis dan pengamatan

Pada saat menghubungkan probe hitam ohm meter ke x dan probe merah ohm meter ke y
dan kemudian kaki gate kita sentuhkan pada probe hitam, jarum hitam tidak menyimpang,
dst.

G. Kesimpulan:

Dari hasil percobaan diatas jarum ohm meter tidak menyimpang

LAPORAN PRAKTIKUM
Judul Praktikum : Melihat Bentuk Gelombang

Matakuliah / Kode : Elektronika

Semester / SKS : 1 (satu)

Nama Praktikan / NIM : Irfanudin Labib / 5301417024

Kelompok :

Tanggal praktikum :

Tanggal Penyerahan Laporan : 15 Desember 2017

Dosen Pengampu : Drs.Suryono, M.t.,

N i l a i: .....................................

A. TUJUAN
Selesai melaksanakan kegiatan praktikum, diharapkan mahasiswa dapat
1. Mengetahui cara penggunaan CRO untuk mengukur tegangan AC maupun DC.
2. Menghitung tegangan efektif dari besaran yang diukur dengan CRO dan
membandingkan dengan Voltmeter

B. TEORI DASAR
Penggunaan CRO sebagai pengukur tegangan, sebelumnya CRO tersebut
harus ditera atau dikalibrasi. Seperti diketahui besaran yang diukur CRO
adalah besaran/ harga puncak ke puncak (peak to peak). Sedangkan besaran
praktis adalah dalam nilai atau harga efektif. Hubungan antara kedua besaran
nilai tersebut adalah sebagai berikut

1 Vp-p = 2 √2 Veff
= 2 x 1,414 Veff
1 Vp-p = 2 Vp
1 Vp = √2 Veff = 1,414 Veff
1 Veff = 1/√2 Vp = 0,707 Vp

Kalibrasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu kalibrasi interal (tanpa
bantuan alat lain) dan eksternal (dengan bantuan alat lain, yaitu LFG) yang
hubungan peralatannya dapat digambarkan sebagai berikut

Kalibrasi Pengukuran Tegangan dan Frekuensi

C. ALAT YANG DIGUNAKAN


1. Osiloskop (CRO)
2. Signal Generator (LFG)
3. Multimeter (AVO)
4. Probe dan kabel penghubung

D. KESELAMATAN KERJA
1. Memakai pakaian praktek
2. Bekerja pada posisi yang aman dan nyaman
3. Menggunakan alat sesuai fungsinya
4. Periksa dan tanyakan dulu pada Instruktur sebelum mulai mengukur

E. LANGKAH KERJA
KALIBRASI TEGANGAN
1. Operasikan LFG dan CRO
2. Atur saklar LFG pada bentuk Sinus
3. Atur saklar frekuensi pada x100 dan jarum penunjuk frekuensi pada 10 (1 kHz)
4. Pasang AVO pada output LFG dan atur Gain LFG sehingga tegangan LFG 1 volt
5. Hubungkan output LFG ke Vertical input CRO atur saklar pada Vin 1 (terlihat Sinus)
6. Atur V/Div CRO pada kedudukan angka 1
7. Atur saklar ke EXT (akan terjadi garis tegak)1
8. Atur Vertical Gain sehingga tingginya 2,828 kotak.(Setelah tercapai, jangan diubah-
ubah untuk setiap pengaturan, karena tegangan telah terkalibrasi)

F. DATA PENGUKURAN TEGANGAN


1. Atur gain (Fine) LFG supaya tegangan output menjadi 3V; 4,5V; 6V; 7,5V dan 9V
2. Ukur dan hitung tinggi (puncak ke puncak). Bila terlalu tinggi atur V/Div pada posisi
lebih besar dari 1
3. Lakukan pengukuran untuk 3V; 4,5V; 6V; 7,5V dan 9V
4. Catat hasil pengukuran pada tabel seperti berikut

Teg. LFG Posisi Teg.CRO Teg.eff Selisih (Veff)


(Veff) V/Div (Vpp) (perhitungan)
3 V 1 3,6 1,27 1,73
4,5 V 2 13,6 4,8 0,3
6 V 5 18 6,4 0,4
7,5 V 5 22 7,77 0,27
9 V 5 26 8,12 0,88

G. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1. Pengukuran tegangan
a) Teg.LFG (Veff) = 3 volt
Perhitungan Teg.eff
Vpp/2 = 1,8
1,8 x 0,707 = 1,27

Selisih (veff)
teg.LFG - Teg.eff
3 – 1,27 = 1,73

b) Teg.LFG (Veff) = 4,5 volt

Perhitungan Teg.eff

Vpp/2 = 13,6

13,6 x 0,707 = 4,8

Selisih (veff)

teg.LFG - Teg.eff
4,5 – 4,8 = 0,3

c) Teg.LFG (Veff) = 6 volt

Perhitungan Teg.eff

Vpp/2 = 18

18 x 0,707 = 6,4

Selisih (veff)

teg.LFG - Teg.eff

6 – 6,4 = 0,4

d) Teg.LFG (Veff) = 7,5 volt

Perhitungan Teg.eff

Vpp/2 = 22

22 x 0,707 = 7,77

Selisih (veff)

teg.LFG - Teg.eff

7,5 – 7,77= - 0,27

H. KESIMPULAN

1. Pengukuran tegangan dengan osiloskop dilakukan dengan mengamati jumlah kotak dari
atas kebawah yang dilalui oleh gelombang tersebut dengan mengalikan dengan volt/div
nya yang telah diatur sebelumnya
2. Osiloskop merupakan alat ukur yang dapat menganalisis dan menampilkan suatu
gelombang AC,DC,dan lissajous pada layar
3. Cara penggunaan osiloskop dengan baik yaitu dengan cara dikalibrasi atau
mengembalikan kearah nol sebelum memulai percobaan

LAPORAN PRAKTIKUM
Judul Praktikum : Pengukuran Frekuensi

Matakuliah / Kode : Elektronika

Semester / SKS : 1 (satu)

Nama Praktikan / NIM : Irfanudin Labib / 5301417024

Kelompok :

Tanggal praktikum :

Tanggal Penyerahan Laporan : 15 Desember 2017

Dosen Pengampu : Drs.Suryono, M.t.,

N i l a i: .....................................

A. TUJUAN
Selesai melaksanakan kegiatan praktikum, diharapkan mahasiswa dapat
Mengetahui cara penggunaan CRO untuk mengukur frekuensi secara
langsung maupun dengan cara Lissaoyous

B. TEORI DASAR
Jika akan mengukur frekuensi dari output LFG, maka output LFG dihubungkan
dengan Vertical input pada CRO, dan saklar ditempatkan pada posisi AC.
Agar gejala/gelombang dapat jelas diamati, amplitudo LFG diatur disesuaikan
dengan Vertical Gain atau V/Div yang dipakai.
Selanjutnya frekuensi LFG diatur pada sembarang frekuensi, dan saklar Time/
Div atau Sweep freq pada CRO diatur agar gejala/gelombang yang akan
diukur dapat jelas terbaca lebarnya.
Jika misalnya lebar periode gelombang yang terlihat pada CRO adalah X div,
sedangkan saklar/pengatur Time/Div pada posisi Y detik, maka besarnya
waktu T = X . Y detik. Dengan demikian, maka besarnya frekuensi dapat
dihitung , yaitu F = 1/T = 1/X.Y hertz.

C. ALAT YANG DIGUNAKAN


1. Osiloskop (CRO)
2. Signal Generator (LFG)
3. Probe dan kabel penghubung

D. KESELAMATAN KERJA
1. Memakai pakaian praktek
2. Bekerja pada posisi yang aman dan nyaman
3. Menggunakan alat sesuai fungsinya
4. Periksa dan tanyakan dulu pada Instruktur sebelum mulai mengukur

E. LANGKAH KERJA
KALIBRASI FREKUENSI (Cara eksternal)
1. Atur saklar frekuensi LFG pada x100 dan jarum penunjuk frekuensi 10  (1 kHz)
2. Hubungkan output LFG pada CRO
3. Atur saklar Time/Div CRO pada 1 ms atau Frequency pada 1 K
4. Atur Horizontal Gain sehingga lebar gelombang 1 periode menjadi 1 kotak. (Bila
sudah tercapai, jangan diubah-ubah karena frekuensinya sudah terkalibrasi).

PENGUKURAN FREKUENSI SECARA LANGSUNG


1. Atur frekuensi LFG supaya frekuensi output menjadi 3 K; 5 K; 10 K; 25 K; 75 K
2. Ukur dan hitung frekuensi. Bila terlalu rapat, atur Time/Div pada posisi yang
lebih kecil dari 1 ms (atau perbesar Freq/Div lebih gesar dari 1 K)
3. Catat hasil pengukuran pada tabel berikut

Frek.LFG Lebar gelmbng Posisi Time/Div Frek. (Hz) Selisih (Hz)


(Hz) 1 periode (Freq) (Perhitungan)
3.000 1,8 0,5ms 0,09 1890
5.000 2 1 x 10^-4 50001 x 10 0
10.000 1 1 x 10^-4 10000 0
25.000 2 2 x 10^-6 25000 0
75.000 1,4 1 x 10^-5 71428,5 3571,4

PENGUKURAN FREKUENSI DENGAN LISSAOYOUS


1. Operasikan 2 buah LFG dengan output bentuk Sinus, masing-masing dengan
frekuensi 100 Hz dan tegangan yang sama
2. Hubungkan LFG 1 pada V-in, dan LFG 2 pada H-in CRO dan atur saklar pada
posisi EXT
3. Atur frekuensi dan tegangan LFG 2 sehingga CRO menggambarkan bentuk
bulat bola (Artinya, frekuensi LFG 2 tepat sama dengan LFG 1, yaitu 100 Hz
dengan beda fasa dari 0 – 360 derajat)
4. Lakukan seperti langkah 3 untuk LFG 2 menjadi 150 Hz, 200 Hz dan 300 Hz.
Catat dan gambarlah bentuk Lissaoyous
5. Ulangi langkah 4 untuk LFG 2 = 100 Hz, dan LFG 1 diatur mulai dari 150 Hz,
200 Hz dan 300 Hz. Catat dan gambarlah bentuk Lissaoyous seperti pada
tabel berikut

Untuk LFG 1 = 100 Hz , Untuk LFG 2 = 100 Hz


Frek LFG 1 Frek LFG 2 Bentuk Lissaoyous Selisih

100 100 0
Untuk LFG 1 = 200 Hz Untuk LFG 2 = 400 Hz

Frek LFG 1 Frek LFG 2 Bentuk Lissaoyous Selisih

200 400 200

Untuk LFG 1 = 200 Hz Untuk LFG 2 = 100 Hz

Frek LFG 1 Frek LFG 2 Bentuk Lissaoyous Selisih

200 100 100

Amati perbandingan grekuensi LFG1 dengan LFG2 sbb, catat bentul gelombangnya.
a. LFG1=100Hz, LFG2 300 Hz
b. LFG1=100Hz, LFG2 400 Hz
c. LFG1=300Hz, LFG2 100 Hz
d. LFG1=400Hz, LFG2 100 Hz

Mengukur beda phasa.

1. Rangkailah seperti gambar dibawah ini.


2. Atur AFG pada sinusoida dengan frekuensi sebesar 1 KHz dan Tegangannya 2 volt, atur
osiloskop pada mode “Dual” dan skala sweep time/div sehingga diperoleh gambar yang
jelas.
3. Gambar bentuk gelombangnya lengkap dengan skala volt / div dan sweep time / div,
tunjukkan besar beda phasanya.
4. Ubah saklar sweep time / div pada posisi x-y, dengan saklar pemilih pada posisi Ground,
atur tombol posisi sehingga diperoleh titik cahaya diTengah skala sumbu.
5. Ubah posisi pemilih ke posisi AC, Gambar hasil pengukuran lengkap dengan skala volt/div
dan sweep time/div serta hitung beda phasanya.
F. HASIL PERCOBAAN

G. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

2. Penguukuran frekuensi
a) Frek LFG 3000 Hz
Lebar gelombang 1 periode 1,8
Posisi time/div 0,5ms
Perhitungan frekuensi
1/ x.t/div
1/ 1,8.0,5ms = 0,9
Selisih (Hz)
1/0,9ms = 1110
Frek LFG – frek Hz
3000-1110 = 1890
b) Frek LFG 5000 Hz
Lebar gelombang 1 periode 2
Posisi time/div 1 x 10^ -4
Perhitungan frekuensi
1/ x.t/div
1/ 2. 1 x 10^-4 = 5000
Selisih (Hz)
Frek LFG – frek Hz
5000 – 5000 = 0
c) Frek LFG 10.000 Hz
Lebar gelombang 1 periode 1
Posisi time/div 1 x 10^ -4
Perhitungan frekuensi
1/ x.t/div
1/ 1. 1 x 10^-4 = 10000
Selisih (Hz)
Frek LFG – frek Hz
10000 – 10000 = 0
d) Frek LFG 25000 Hz
Lebar gelombang 1 periode 2
Posisi time/div 2 x 10^ -4
Perhitungan frekuensi
1/ x.t/div
1/ 2. 2 x 10^-4 = 25000
Selisih (Hz)
Frek LFG – frek Hz
25000 – 25000 = 0
e) Frek LFG 75000 Hz
Lebar gelombang 1 periode 1,4
Posisi time/div 1 x 10^ -5
Perhitungan frekuensi
1/ x.t/div
1/ 1,4. 1 x 10^-5 = 71428,5
Selisih (Hz)
Frek LFG – frek Hz
75000 – 71428,5 =3571,5

H. KESIMPULAN

1. Pengukuran tegangan dengan osiloskop dilakukan dengan mengamati jumlah kotak


dari atas kebawah yang dilalui oleh gelombang tersebut dengan mengalikan dengan
volt/div nya yang telah diatur sebelumnya
2. Saat ingin mengetahui periode gelombang dilakukan dengan mengalikan time/div
dari jumlah kotak dari kiri kekanan yang dilalui oleh gelomang. Setelah mengetahui
periode gelombang dari periode tersebut dapat diketahui pula frekuensinya
3. Besar kecilnya gelombang yang dihasilkan dipengaruhi oleh sumber tegangan dan
volt/div atau time/div yang digunkan

Anda mungkin juga menyukai